“Coba deh kalian berdua kompaknya jangan cuma tadi pas panggil namaku aja,” ketus Aliya lagi. “Sekarang mikir sana kalian berdua, aku pengen pulang! Aku lapar! Habis marah seperti ini tuh, perut melilit! Terkuras semua energiku cuma untuk khawatirkan kalian!”Masih tetap hening.“Oya, Elang. Ini untukmu lagi. Aku tidak mau tahu, pokoknya uang yang kau kirim itu harus kau tarik lagi. Itu salah satu penyebab aku jadi tidak bisa makan dan tidur nyenyak. Tarik lagi semua uang belasan miliar itu. Aku tidak mau. Aku tidak butuh!”Tak lama kemudian Elang membuka suara.“You are willing to take the money from him, but not from me?” (Kau bersedia mengambil uang darinya, tapi tidak dariku?) tanyanya sambil melirik malas ke Dean.“I am her husband now, Einhard. The obligation is on me now,” (Aku adalah suaminya sekarang, Einhard. Tanggung jawab itu ada padaku sekarang) Dean menjawab.“Suami, huh?” Elang tersenyum getir.Pria tampan itu lalu meng
“Kenapa?” tanya Aliya acuh.“Kau bisa keluar dari sini, Liebling?” kali ini Elang bertanya lebih dulu.“Ya bisa lah!” jawab Aliya ketus. “Kaget?” “Kaget karena cewek seperti aku ini, yang biasanya kalian lindungi mati-matian, terus tahu-tahu bisa datang dan pergi dari dome ini sesukanya. Sementara kalian, The Mighty Water dan The Magnificent Earth, sama sekali tidak bisa?” sindir Aliya tajam.Keduanya terkesima dan bergeming dari posisi berdiri mereka saat mendengar kalimat Aliya.“Kenapa? Tidak terima aku bisa melakukan sesuatu yang kalian tidak bisa?” Aliya meledek lagi.Ia lalu menghela napas kasar. “Terserah. Sana pikirkan sendiri oleh kalian bagaimana caranya keluar dari sini!”Aliya memundurkan langkahnya. “Sudah ya, aku duluan.”Tepat setelah itu, Aliya mengatur napas dan memejamkan matanya.Tubuhnya tak lama per
Dean yang masih belum pulih, bisa terluka oleh Elang. Atau, Dean yang masih belum bisa mengontrol penuh kekuatannya, bisa saja melukai Elang.Yang lebih menakutkan dari itu, adalah dampak dari benturan energi kedua pria kuat tersebut. Entah akan memakan korban jiwa sebanyak apa.Jika sampai sesosok ‘Lazuardi’ muncul dan menciptakan kubah pelindung tersebut, artinya, dampak yang dihasilkan dari pertarungan Dean dan Elang, mungkin bisa menghancurkan seluruh kota tempat mereka berada!Sesungguhnya Aliya telah merasakan bahwa ada campur tangan dari pihak yang kuat, ketika Aliya pertama kali masuk kubah yang muncul dan mengurung Dean serta teman-teman lain paska duel antara Dean dan Elang sebelum ini.“Apakah Anda juga Tuan, yang menciptakan medan energi di sekelilingku? Dan… Elang?”Sosok itu tidak menjawab, Aliya kemudian paham, bahwa hal tersebut mungkin belum waktunya untuk dibuka pada dirinya.Entah dari mana p
Aliya membuka matanya dan melihat Dean telah berdiri beberapa langkah darinya. Aliya berlari menghambur ke arahnya.Dean merentangkan tangannya dan segera memeluk Aliya begitu Aliya sampai padanya.Bukannya balas memeluk suaminya, tangan Aliya meraih kedua sisi kerah hem Dean, menariknya hingga membungkuk.“Aliy--”Belum sempat Dean menyebut nama Aliya, Aliya telah menempelkan bibirnya pada bibir Dean dan menciumnya penuh gairah.Matanya terpejam dan kedua pipinya merona merah.Ia tak melepaskan dirinya dari mencium Dean beberapa saat.Meskipun Dean sempat terkejut dengan gerakan tiba-tiba Aliya, ia pun tak urung memejamkan mata dan menikmati bibir Aliya yang hangat dan manis itu.Aliya melepaskan ciumannya. Matanya terbuka perlahan lalu menatap bola mata hazel di hadapannya yang kini juga terbuka.“Ajari aku french kiss, my French hubbie…” kedua mata Aliya mengerjap. Bulu matanya bergerak-
Tak lagi terasa keraguan dalam udara yang terhirup oleh keduanya.Tak lagi ada rasa tak aman untuk memiliki sepenuhnya.Aliya tahu sekarang kebutuhannya terhadap seorang Dean. Bukan sekadar pelindung yang pernah membuatnya galau waktu dulu.Namun kebutuhan akan seseorang yang akan menjadi imam dan di makmumi oleh dirinya, seterusnya.Dean pun kini tahu, bahwa ia bisa terlepas dari rasa tak yakin pada dirinya sendiri.Dia bisa mulai meletakkan harapan dan kepercayaannya pada wanita yang bertahun-tahun ia impikan dan kini menjadi isterinya secara sukma itu.Hati kedua insan tersebut menghangat dan saling menaruh harapan pada masa depan. Meskipun mungkin akan ada kesulitan yang datang menerpa, mereka yakin akan dapat saling menguatkan.* * *“Ah, Dean…” rintih Aliya diantara desah panjang yang beruntun terlontar dari bibirnya.Kedua tangannya mencengkeram headboardranjang besar yang sedari
“Aduh…”“Maaf. Habis gemes,” kata Aliya sambil merengut. Jari-jarinya lalu mengusap-usap bekas gigitannya di dada Dean. “Sakit ya?”“Ngga, Sayang…” jawab Dean lalu mengecup pucuk kepala Aliya. “Maafin kenapa, tadi?” tanyanya kembali ke topik awal.“Emmhh….” Aliya menarik napas. “Tadi siang. Di dalam dome itu. Aku berkata kasar dan memperlakukanmu dengan ketus dan cuek …..”“Oh, itu ...” sahut Dean tenang.“Maaf aku terpaksa melakukannya. Aku berlagak tegas begitu padamu, hanya karena di depan Elang. Aku hanya tidak ingin memancingnya cemburu jika terlalu kentara membelamu di depannya. Aku… emm…. aku….” Kalimat Aliya terputus.“Aku tahu, Sayang.”“Itu bukan karena aku masih memiliki… emm.. hati untuk Elang…”“Ya, Al. Tidak perlu dipikirkan. Aku paham situasinya saat itu. Kita sama-sama ingin menyadarkan dia,” tutur Dean pelan. “Justru aku yang minta maaf padamu.”“Minta maaf padaku? Kenapa?”“Karena aku tau, ini sangat berat untukmu. Menyadarkan Einhard yang pernah menjadi bagian sanga
Desa Suntenjaya yang berada di wilayah Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat menawarkan pesona alam yang menenangkan jiwa.Terletak di kaki Gunung Bukit Tunggul, desa ini dikelilingi oleh hamparan hijau yang subur dengan perbukitan yang bergelombang, menciptakan panorama indah yang memanjakan mata.Udaranya begitu segar, sejuk, dan bersih, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Kabut tipis sering kali menyelimuti desa ini di pagi hari, memberikan kesan mistis dan menambah keindahan alamnya.Pepohonan pinus menjulang tinggi di sepanjang jalan desa, sementara ladang-ladang sayuran dan kebun teh terhampar luas, diolah oleh para petani dengan penuh dedikasi.Sungai-sungai kecil dengan air yang jernih mengalir di antara lembah-lembah, memberikan kehidupan pada flora dan fauna di sekitarnya.Di kejauhan, Gunung Tangkuban Perahu tampak berdiri megah, menjadi latar belakang yang sempurna untuk desa yang damai ini.Di dalam satu bangunan vila besar da
Malam itu hanya ada Dean dan Nawidi.Kedua pria dengan level tinggi tersebut berdiam, bergeming dengan pikiran yang mendalam.“Kapan Anda menyadarinya?” tanya Nawidi.“Lebih tepatnya saat menghadapi ular berkepala sembilan itu. Saya mulai merasakannya, namun belum terlalu yakin,” jawab Dean pelan.“Ini--” Nawidi terhenti, nyaris seperti kehilangan kata-kata --suatu hal yang tidak pernah terjadi pada seorang dari Realm Air ini. “Ini luar biasa, sekaligus bisa menjadi malapetaka,” imbuhnya lagi.“Saya tahu.”Mereka berdua kembali sama-sama terdiam.Dalam benak mereka, tersimpan satu kekhawatiran. Baik Dean maupun Nawidi, menyadari sesuatu. Suatu perubahan yang terjadi pada diri Dean.Pria tampan suami sukma Aliya itu, terdeteksi memiliki energi jauh lebih besar dari yang dimiliki oleh seorang Level Satu.Dengan dalam, mereka sama-sama memiliki pemikiran itu.Bahwa Dean, mengalami kultivasi ke tingkat yang lebih tinggi dari Level Satu.Level mengerikan yang tak pernah bisa dibayangkan ole