Namun, ketika Dean berdiri kembali, Aliya langsung mendekat dengan kedua tangan terulur ke arah pinggang Dean.
Jemarinya lalu menggelitiki pinggang Dean.
“Senyum…. ayo senyum…” bujuk Aliya sambil jemarinya terus menggelitiki pinggang Dean.
Dean sempat sekali meliukkan tubuhnya karena kaget dan geli. Tangan kirinya yang memegang sebuah botol, terangkat dan meletakkan botol itu di sisi wastafel.
“Aliya….” Suara rendah Dean yang memanggil Aliya agak tersendat karena menahan geli.
Aliya lalu menghentikan tangannya yang menggelitiki pinggang Dean.
“Habisnya, kau cuekin aku dari tadi. Sedih tau….” lirih Aliya berujar. Ia menampilkan mimik muka se-menyedihkan mungkin. Berharap dengan begitu, Dean akan luluh.
Serentetan kalimat pun ia siapkan dalam kepalanya, apabila Dean akan mulai berbicara dengannya atau bahkan beradu argumentasi dengannya.
Namun Aliya hanya melihat Dea
[Liebling, seperti aku katakan kemarin, aku akan mengirimkan lagi untukmu. Jangan ditolak lagi.]“Apa-apaan ini!” Aliya hanya mendesis kaget.Ternyata memang benar ada transfer masuk. Dan ternyata memang benar, itu adalah Elang.Dengan sedikit geram, Aliya mengetik kalimat untuk statusnya sendiri.[Hentikan. Aku tidak perlu uangmu.]Status tersebut terpasang.Namun lima detik kemudian…Ding!Notifikasi yang sama seperti sebelumnya, terdengar masuk.[KREDIT Rp. 800,000,000.00 rek TJ xxx109 pada 03/12/22 11:31:11.] “Gila!” Aliya refleks memekik lagi.Suasana tetiba hening di sekitar wanita muda itu, membuat Aliya segera tersadar.Kepalanya terangkat, sambil menggigit bibir bagian bawah ia mengangguk malu pada Camat yang duduk di depan dan tengah memberikan arahan.“Ma-maaf, Pak.”Demi keamanan dan kenyamanan semua, Aliya
Di satu tempat, dalam satu ruangan besar --serupa ruang kerja, satu sosok bertubuh tinggi dan proporsional tengah duduk di balik meja kerja besar.Satu tangan terlipat bertumpu da atas meja untuk menopang dagu, sementara tangan lainnya berada di atas tuts keyboard laptop.Telunjuk kanannya mengetuk di sana dengan santai.Bibirnya bahkan tertarik ke atas, membentuk seringai geli. Ia tersenyum miring --seakan tengah mendengarkan percakapan kocak.Namun tidak ada apa-apa di sana.Layar laptop tengah menampilkan satu menu di website internet banking. Deretan informasi berupa huruf dan angka tertera di sana.Itu adalah mutasi rekening.‘Elang… apalagi mau mu? Mengapa bertingkah seperti ini?’‘Dia ini kenapa sih! Astaga bikin puyeng orang saja!’ Kata demi kata yang terdengar dalam pikiran Elang, membuat pria itu tersenyum miring lagi.Ia mendengar dengan jelas setiap kata maupun ucapan yang ada dalam pikiran Aliya --mantan istrinya.Tidak tampak ekspresi yang negatif di raut wajahnya, pun
Kiriman uang ke rekening Aliya, berlanjut di hari berikutnya, dengan nominal sama dengan yang dikirim Elang terakhir kali. Delapan ratus juta rupiah.Total saldo yang ada di rekening Aliya saat ini menjadi dua koma empat miliar.Wanita muda itu termangu memandangi layar ATM --tanpa berkedip, bukan takjub tapi nyaris tak percaya, bahwa Elang benar-benar terlihat begitu berniat membuat dirinya kesal.“Teh, sudah belum?” Seseorang menegurnya dari belakang.Pengunjung lain yang hendak menggunakan layanan mesin ATM itu telah mengantri di belakang Aliya dan menjadi tidak sabar begitu Aliya terlihat hanya memandangi layar monitor tanpa melakukan transaksi apa-apa.Aliya yang seolah baru dibangunkan, terkesiap dan buru-buru menekan tombol cancel. Tak lama setelah kartu ATM miliknya keluar dan diambil, Aliya bergegas bergeser.“Maaf Pak.” Aliya meminta maaf pada bapak-bapak yang mengantri di belakangnya.Setelah ia sedi
‘Einhard. Ini aku. Bisa kita bicara?’Dean terus melajukan motornya dengan pikiran yang terpusat dan terkirim untuk Elang.Di luar dugaan Dean, Elang ternyata langsung menjawab dirinya.‘Apa kau masih pantas berbicara? Denganku?’Terdengar nada sinis dari perkataan Elang yang menjawab Dean.Dean menarik napas sebelum ia berkata lagi. ‘Bagaimana aku harus bersikap padamu, Einhard? Tidak bisakah kita bicara baik-baik?’‘Hah! Baik-baik?’ Elang terdengar mendengkus. ‘Apakah mencuri Aliya, bisa kau sebut baik-baik?!’‘Einhard, Aliya bukan benda! Aku tidak mencuri dan Aliya bukan seseorang yang bisa diambil begitu saja karena ingin!’‘Munafik Dean Dubois. Kau seorang munafik! Sejak awal kau menginginkan istriku. Kau mendekati dengan cara halus agar istriku terpikat padamu. Kau mengambil kesempatan saat aku pergi dan mencuri perhatian Aliya!’Raha
DHUUUMM!!Getaran cukup kuat terjadi di radius sepuluh kilometer.Angin berhembus kencang. Debur ombak terdengar saling bersusulan dengan intensitas yang meningkat ketinggiannya.Laut seakan menangkap situasi menegangkan yang terjadi di wilayah itu.Tampak satu sosok berdiri di satu tebing di pesisir pantai Sancang. Tubuh Elang bergetar dengan tangan yang semula terulur kini turun.Kedua tangannya sedikit bergetar dan memerah.Ia baru saja beradu energi dengan milik Dean, yang mengakibatkan terjadi getaran di tanah yang ia pijak.Ternyata medan energi yang mengelilingi Elang, berbeda dengan yang dimiliki Aliya, yang tidak bisa tertembus oleh pukulan energi seorang elemen.Medan energi yang melingkupi Elang, ternyata tetap bisa membuat Elang terdorong mundur oleh pukulan energi Dean.Meski pukulan Dean mengenai medan energi itu, tapi ternyata mampu membuat Elang merasakan getaran dan ikut terdorong oleh pukulan tersebut. Elang melirik ke belakang lalu tersenyum miring.Ia bukannya ti
“Shit!!” Elang langsung menarik kembali energinya. Tangan dan tubuhnya bergetar ketika melakukan itu.Pria tampan mantan suami Aliya tersebut gugup, bukan saja karena Aliya yang tiba-tiba muncul dan membuat napasnya serasa tersangkut di tenggorokan.Ia tidak bernapas lega saat berhasil menarik energinya tepat waktu, ia mengkhawatirkan energi milik pria bermata hazel yang menjadi lawannya itu. Masih sangat segar dalam ingatan Elang, Dean memiliki kecepatan yang luar biasa dalam melontarkan energinya.Benar saja.Energi Dean melesat lebih cepat dari Elang, pria bermata hazel itu telah pias dengan jantung yang terhenti berdetak, saat mengetahui pukulan energinya yang besar meluncur ke arah Aliya yang muncul di tengah dirinya dan Elang.WHOOSSHH!!Secara refleks Dean menarik lalu menekan diri dan energinya, kemudian sesuatu di dalam tubuh menghantarkan darah mengalir berbalik dan sekujur tubuh terentak kuat lalu hawa dingin menyelimuti pria itu.“Heghh!!” Dean memuntahkan darah saat jatuh
“Kakek… kau kah itu?”Aliya hanya mampu melontarkan satu kalimat tersebut setelah beberapa saat sejak tadi ia tak mampu berkata-kata.Sosok di hadapannya tidak menjawab. Wajahnya tetap terlihat buram, masih seperti awal kemunculan sosok tersebut di balik kabut.Terdengar lagi suara yang berat dan dalam, penuh kewibawaan.“Benda milikmu, carilah dan gunakanlah.”Aliya hendak membuka mulutnya kembali, namun tiba-tiba ia kembali diserbu gelap dan Aliya pun terbangun.“Hah!” Wanita muda itu tergagap dan menghirup udara dengan cepat, seolah baru saja keluar dari benaman air.“Mimpi…” gumamnya lirih.Ia menengok ke sekeliling kemudian kepalanya mendongak dan terhenti pada jam dinding di atas sana.Ternyata dirinya jatuh tertidur selama satu jam.Aneh, mimpi itu terasa sangat singkat, namun ternyata menghabiskan sekitar satu jam sebelum ia akhirnya terbangun.“Siapa sosok itu? Apakah ia memang kakek?” gumamnya lagi. Aliya menyisir rambutnya ke belakang dan menatap kosong ke bawah.Alam pikirn
“Bang….” Agni terlihat pucat saat memanggil lirih Nawidi yang duduk bersila di sisi kanannya.Mereka telah berada di dalam satu kubah tak kasat mata yang tiba-tiba terbentuk dan mengelilingi Agni dan Nawidi yang berhasil menyusul ke titik keberadaan Dean, tepat sebelum kubah itu tercipta.Nawidi menatap tubuh kaku Dean. Pria tampan suami sukma Aliya tersebut masih duduk bersila dengan mata terpejam namun seluruh tubuhnya diselimuti hawa dingin luar biasa.Dean benar-benar membeku, bak dilapisi oleh es.Nawidi mendapat pesan dari Dean bahwa ia berada di kabupaten Garut dan berencana menggiring Elang ke wilayah Leuweung Sancang.Nawidi dan Agni segera mengarah ke Leuweung Sancang dan pada perjalanan setiba mereka di Garut, mereka bisa merasakan hawa energi yang besar melingkupi wilayah se-kabuputen itu.Tentu saja, Nawidi tidak boleh menyia-nyiakan waktu kemudian mengerahkan seluruh kemampuannya dan membawa Agni bersamanya,