Maafkan Author sedikit tersendat untuk up di buku ini. Author usahakan rutin lagi ya... Terima kasih telah membersamai Aliya hingga saat ini dan hingga bab ini. Luv y'all ! ^,^
“Shit!!” Elang langsung menarik kembali energinya. Tangan dan tubuhnya bergetar ketika melakukan itu.Pria tampan mantan suami Aliya tersebut gugup, bukan saja karena Aliya yang tiba-tiba muncul dan membuat napasnya serasa tersangkut di tenggorokan.Ia tidak bernapas lega saat berhasil menarik energinya tepat waktu, ia mengkhawatirkan energi milik pria bermata hazel yang menjadi lawannya itu. Masih sangat segar dalam ingatan Elang, Dean memiliki kecepatan yang luar biasa dalam melontarkan energinya.Benar saja.Energi Dean melesat lebih cepat dari Elang, pria bermata hazel itu telah pias dengan jantung yang terhenti berdetak, saat mengetahui pukulan energinya yang besar meluncur ke arah Aliya yang muncul di tengah dirinya dan Elang.WHOOSSHH!!Secara refleks Dean menarik lalu menekan diri dan energinya, kemudian sesuatu di dalam tubuh menghantarkan darah mengalir berbalik dan sekujur tubuh terentak kuat lalu hawa dingin menyelimuti pria itu.“Heghh!!” Dean memuntahkan darah saat jatuh
“Kakek… kau kah itu?”Aliya hanya mampu melontarkan satu kalimat tersebut setelah beberapa saat sejak tadi ia tak mampu berkata-kata.Sosok di hadapannya tidak menjawab. Wajahnya tetap terlihat buram, masih seperti awal kemunculan sosok tersebut di balik kabut.Terdengar lagi suara yang berat dan dalam, penuh kewibawaan.“Benda milikmu, carilah dan gunakanlah.”Aliya hendak membuka mulutnya kembali, namun tiba-tiba ia kembali diserbu gelap dan Aliya pun terbangun.“Hah!” Wanita muda itu tergagap dan menghirup udara dengan cepat, seolah baru saja keluar dari benaman air.“Mimpi…” gumamnya lirih.Ia menengok ke sekeliling kemudian kepalanya mendongak dan terhenti pada jam dinding di atas sana.Ternyata dirinya jatuh tertidur selama satu jam.Aneh, mimpi itu terasa sangat singkat, namun ternyata menghabiskan sekitar satu jam sebelum ia akhirnya terbangun.“Siapa sosok itu? Apakah ia memang kakek?” gumamnya lagi. Aliya menyisir rambutnya ke belakang dan menatap kosong ke bawah.Alam pikirn
“Bang….” Agni terlihat pucat saat memanggil lirih Nawidi yang duduk bersila di sisi kanannya.Mereka telah berada di dalam satu kubah tak kasat mata yang tiba-tiba terbentuk dan mengelilingi Agni dan Nawidi yang berhasil menyusul ke titik keberadaan Dean, tepat sebelum kubah itu tercipta.Nawidi menatap tubuh kaku Dean. Pria tampan suami sukma Aliya tersebut masih duduk bersila dengan mata terpejam namun seluruh tubuhnya diselimuti hawa dingin luar biasa.Dean benar-benar membeku, bak dilapisi oleh es.Nawidi mendapat pesan dari Dean bahwa ia berada di kabupaten Garut dan berencana menggiring Elang ke wilayah Leuweung Sancang.Nawidi dan Agni segera mengarah ke Leuweung Sancang dan pada perjalanan setiba mereka di Garut, mereka bisa merasakan hawa energi yang besar melingkupi wilayah se-kabuputen itu.Tentu saja, Nawidi tidak boleh menyia-nyiakan waktu kemudian mengerahkan seluruh kemampuannya dan membawa Agni bersamanya,
“Tidak ada kabar apapun dari Dean atau Nawidi, Sis?” Hal pertama yang ditanyakan Aliya begitu ia menelepon Diani.‘Nope. Tidak ada berita apapun di wa.’“Status nomor Dean?”‘Tidak ada.’Aliya mengembus napas. Kini ia benar-benar gelisah.Sudah satu hari berlalu dan ini adalah hari kedua setelah ia mencoba menghubungi Nawidi melalui Oki.“Apa yang terjadi…” gumamnya resah. Tidak ditujukan untuk bertanya pada Diani, namun sahabat Aliya itu tentu saja mendengarnya. Mereka masih terhubung melalui telepon.‘Kalo gue ngga salah, kau bilang mimpi ketemu sosok yang diduga kakekmu? Bener kah?’ “Iya Sis.”‘Bilang apa? Coba ulangi lagi,’ pinta Diani. Memang sudah pernah Aliya ceritakan, namun karena sama-sama tidak memiliki petunjuk apapun dari mimpi tersebut, membuat Aliya tidak lagi membahasnya.“Benda milikmu, carilah dan gunakanlah. Itu kalimat yang dikatakan oleh sosok itu, Sis.”‘Ngga lihat wajahnya, Bu?’“Ngga,” jawab Aliya cepat. “Wajahnya ngga jelas seperti ada kabut menutupi.”Diani
“Ini kagak bagus, Bang…” Agni berdiri resah. Ia mendekati tubuh bersila Dean, namun terhenti ketika ia merasakan suhu dingin yang luar biasa menyengat hanya dari jarak dua meter saja.“Bagaimana caranya kita menolong Om?” Ia menoleh pada Nawidi yang juga bersila dan tampak memejamkan kedua mata.Pria Realm Air itu tampak tidak terganggu dengan cecaran pertanyaan Agni dan hanya menjawab singkat, “Bersabar saja.”“Iya tapi ini sudah setengah hari, Bang! Gue ngeri. Om sebelum membeku begini sempet ngeluarin darah. Ia pasti terluka dalam.”Bukan tanpa alasan Agni menjadi amat cemas.Dean telah berada pada Level luar biasa tinggi, hampir menjadi suatu ketidakmungkinan seorang Elemen dapat terluka hingga mengeluarkan muntahan darah segar.Itu hanya akan terjadi ketika ia benar-benar mengalami hantaman hebat.Seorang Elemen Level Satu, bagaimana bisa mendapat hantaman hebat dari lawannya
“Moony…” Bibir Pemuda Api itu bergetar, pupil matanya yang juga ikut bergetar menandakan pemuda itu benar-benar kaget dan seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya saat ini.“Agni.. Kau benar-benar bisa melihatku??” Aliya terpaku di tempat. Lalu matanya segera menangkap gerakan cepat Agni yang hendak berdiri, namun suara Nawidi segera menggema mencegah Pemuda Api itu.“Diam di tempat!”Agni menahan tubuhnya, namun tak ayal ia tetap melayangkan protes pada Nawidi. “Kenapa Bang? Moony datang! Gue bisa lihat! Gak ada medan energi yang ngalangin! Gue bisa deketin! Gue--”“Diam di tempat,” Nawidi tetap mengatakan kalimat yang sama. “Aliya dikelilingi energi asing. Saya tidak tahu energi apa ini. Jangan sampai terjadi sesuatu pada Aliya atau pada dirimu sendiri.”Agni terpaku. Kedua manik pemuda itu lekat menatap wanita muda yang tentu saja teramat ia rindukan.Bibi
Detik berikutnya, dengan kecepatan yang hampir tak tertangkap mata Aliya, Nawidi bergerak maju dan menangkap tubuh Dean yang terjatuh tepat setelah suara itu berakhir.Tangan Aliya tidak terlepas dari Dean, justru Aliya dengan spontan menggenggam tangan suami sukmanya itu.“Kang!” Aliya dengan cemas menoleh pada Nawidi yang menopang tubuh Dean dan meletakkan dengan hati-hati ke atas tanah.Agni tidak berani bergerak, kedua kakinya bagai terpasak di tempat, terlalu terkejut melihat kejadian di depannya.Apa yang ditangkap oleh kedua mata Agni adalah, Aliya mengeluarkan cahaya menyilaukan yang menyelimuti seluruh tubuhnya kemudian ikut menyelimuti tubuh bersila Dean, hingga Agni terpaksa memicingkan mata lalu berpaling.Itu terlalu menyilaukan.Pemuda Api itu bahkan tidak melihat momen tubuh Dean terlepas dari kebekuan, kemudian ambruk. Ia hanya betul-betul terpukau kemudian sangat terkejut ketika mendapati Dean kini berada dalam t
Kedua mata Aliya membola dengan binar penuh harapan.Sementara Agni di sisi lain, mencetus sangsi. “Semoga aja firasat lu jadi nyata, Bang. Penguncian energi itu hal yang bener-bener nakutin, apa iya--” Pemuda itu terhenti tatkala melihat tatapan tajam Aliya dari samping.“Maaf Moony! Bukan gitu maksud gue, tapi--”“Sebagai fakta lainnya, saya sudah memindai kondisi Dean dan ini jauh lebih baik dari yang saya perkirakan,” Nawidi memutus Agni dan memberikan pendapat lain yang lebih logis untuk semua yang ada di sana.“Itu bagus!” Aliya mengangguk puas. “Jadi, karena aku masuk ke sini dari dunia sukma, maka medan energi itu tidak muncul? Atau bagaimana?” sambung Aliya yang masih penasaran dengan bagaimana mereka kini saling berdekatan.Nawidi memutar kepala, sebagai petunjuk, bahwa semua ini karena kubah energi yang mengurung mereka.“Perkiraan saya Anda bisa masuk ke sini, ketika Anda berada di dunia sukma. Di sana medan energi Anda tidak ada. Atau kedua, saya berpikir kubah ini menetr