“Bang….” Agni terlihat pucat saat memanggil lirih Nawidi yang duduk bersila di sisi kanannya.
Mereka telah berada di dalam satu kubah tak kasat mata yang tiba-tiba terbentuk dan mengelilingi Agni dan Nawidi yang berhasil menyusul ke titik keberadaan Dean, tepat sebelum kubah itu tercipta.
Nawidi menatap tubuh kaku Dean. Pria tampan suami sukma Aliya tersebut masih duduk bersila dengan mata terpejam namun seluruh tubuhnya diselimuti hawa dingin luar biasa.
Dean benar-benar membeku, bak dilapisi oleh es.
Nawidi mendapat pesan dari Dean bahwa ia berada di kabupaten Garut dan berencana menggiring Elang ke wilayah Leuweung Sancang.
Nawidi dan Agni segera mengarah ke Leuweung Sancang dan pada perjalanan setiba mereka di Garut, mereka bisa merasakan hawa energi yang besar melingkupi wilayah se-kabuputen itu.
Tentu saja, Nawidi tidak boleh menyia-nyiakan waktu kemudian mengerahkan seluruh kemampuannya dan membawa Agni bersamanya,
“Tidak ada kabar apapun dari Dean atau Nawidi, Sis?” Hal pertama yang ditanyakan Aliya begitu ia menelepon Diani.‘Nope. Tidak ada berita apapun di wa.’“Status nomor Dean?”‘Tidak ada.’Aliya mengembus napas. Kini ia benar-benar gelisah.Sudah satu hari berlalu dan ini adalah hari kedua setelah ia mencoba menghubungi Nawidi melalui Oki.“Apa yang terjadi…” gumamnya resah. Tidak ditujukan untuk bertanya pada Diani, namun sahabat Aliya itu tentu saja mendengarnya. Mereka masih terhubung melalui telepon.‘Kalo gue ngga salah, kau bilang mimpi ketemu sosok yang diduga kakekmu? Bener kah?’ “Iya Sis.”‘Bilang apa? Coba ulangi lagi,’ pinta Diani. Memang sudah pernah Aliya ceritakan, namun karena sama-sama tidak memiliki petunjuk apapun dari mimpi tersebut, membuat Aliya tidak lagi membahasnya.“Benda milikmu, carilah dan gunakanlah. Itu kalimat yang dikatakan oleh sosok itu, Sis.”‘Ngga lihat wajahnya, Bu?’“Ngga,” jawab Aliya cepat. “Wajahnya ngga jelas seperti ada kabut menutupi.”Diani
“Ini kagak bagus, Bang…” Agni berdiri resah. Ia mendekati tubuh bersila Dean, namun terhenti ketika ia merasakan suhu dingin yang luar biasa menyengat hanya dari jarak dua meter saja.“Bagaimana caranya kita menolong Om?” Ia menoleh pada Nawidi yang juga bersila dan tampak memejamkan kedua mata.Pria Realm Air itu tampak tidak terganggu dengan cecaran pertanyaan Agni dan hanya menjawab singkat, “Bersabar saja.”“Iya tapi ini sudah setengah hari, Bang! Gue ngeri. Om sebelum membeku begini sempet ngeluarin darah. Ia pasti terluka dalam.”Bukan tanpa alasan Agni menjadi amat cemas.Dean telah berada pada Level luar biasa tinggi, hampir menjadi suatu ketidakmungkinan seorang Elemen dapat terluka hingga mengeluarkan muntahan darah segar.Itu hanya akan terjadi ketika ia benar-benar mengalami hantaman hebat.Seorang Elemen Level Satu, bagaimana bisa mendapat hantaman hebat dari lawannya
“Moony…” Bibir Pemuda Api itu bergetar, pupil matanya yang juga ikut bergetar menandakan pemuda itu benar-benar kaget dan seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya saat ini.“Agni.. Kau benar-benar bisa melihatku??” Aliya terpaku di tempat. Lalu matanya segera menangkap gerakan cepat Agni yang hendak berdiri, namun suara Nawidi segera menggema mencegah Pemuda Api itu.“Diam di tempat!”Agni menahan tubuhnya, namun tak ayal ia tetap melayangkan protes pada Nawidi. “Kenapa Bang? Moony datang! Gue bisa lihat! Gak ada medan energi yang ngalangin! Gue bisa deketin! Gue--”“Diam di tempat,” Nawidi tetap mengatakan kalimat yang sama. “Aliya dikelilingi energi asing. Saya tidak tahu energi apa ini. Jangan sampai terjadi sesuatu pada Aliya atau pada dirimu sendiri.”Agni terpaku. Kedua manik pemuda itu lekat menatap wanita muda yang tentu saja teramat ia rindukan.Bibi
Detik berikutnya, dengan kecepatan yang hampir tak tertangkap mata Aliya, Nawidi bergerak maju dan menangkap tubuh Dean yang terjatuh tepat setelah suara itu berakhir.Tangan Aliya tidak terlepas dari Dean, justru Aliya dengan spontan menggenggam tangan suami sukmanya itu.“Kang!” Aliya dengan cemas menoleh pada Nawidi yang menopang tubuh Dean dan meletakkan dengan hati-hati ke atas tanah.Agni tidak berani bergerak, kedua kakinya bagai terpasak di tempat, terlalu terkejut melihat kejadian di depannya.Apa yang ditangkap oleh kedua mata Agni adalah, Aliya mengeluarkan cahaya menyilaukan yang menyelimuti seluruh tubuhnya kemudian ikut menyelimuti tubuh bersila Dean, hingga Agni terpaksa memicingkan mata lalu berpaling.Itu terlalu menyilaukan.Pemuda Api itu bahkan tidak melihat momen tubuh Dean terlepas dari kebekuan, kemudian ambruk. Ia hanya betul-betul terpukau kemudian sangat terkejut ketika mendapati Dean kini berada dalam t
Kedua mata Aliya membola dengan binar penuh harapan.Sementara Agni di sisi lain, mencetus sangsi. “Semoga aja firasat lu jadi nyata, Bang. Penguncian energi itu hal yang bener-bener nakutin, apa iya--” Pemuda itu terhenti tatkala melihat tatapan tajam Aliya dari samping.“Maaf Moony! Bukan gitu maksud gue, tapi--”“Sebagai fakta lainnya, saya sudah memindai kondisi Dean dan ini jauh lebih baik dari yang saya perkirakan,” Nawidi memutus Agni dan memberikan pendapat lain yang lebih logis untuk semua yang ada di sana.“Itu bagus!” Aliya mengangguk puas. “Jadi, karena aku masuk ke sini dari dunia sukma, maka medan energi itu tidak muncul? Atau bagaimana?” sambung Aliya yang masih penasaran dengan bagaimana mereka kini saling berdekatan.Nawidi memutar kepala, sebagai petunjuk, bahwa semua ini karena kubah energi yang mengurung mereka.“Perkiraan saya Anda bisa masuk ke sini, ketika Anda berada di dunia sukma. Di sana medan energi Anda tidak ada. Atau kedua, saya berpikir kubah ini menetr
“Apa?” Sontak saja kedua alis Aliya menukik disertai kening yang berkerut dalam.Raut kesal segera membayang di seluruh permukaan wajahnya.“Apa lagi yang dia mau?!” Aliya mengomel jengkel, namun ia membuka status WA miliknya.Elang : [I wonder, you could see me again] (Aku berharap, kita bisa bertemu lagi)Elang : [Kemudian baru kita bisa bicarakan tentang uang itu. Aku akan menjelaskannya semua padamu]Elang : [Besok akan sempurna]Aliya berdecak kesal.“Ini bukan permintaan! Ini seperti perintah agar aku menemuimu, kan?” omel Aliya dengan kesal. “Ga usah lah bahas uang segala. Kalau memang ngga bisa aku kembalikan, akan aku ambil tunai dan aku bakar saja sekalian!”Tentu, pikiran Aliya itu pun terbaca oleh Elang di tempatnya, sehingga mantan suami Aliya itu membalas ucapan Aliya yang kemudian tercetak di status wanita muda itu.Elang : [Well, let’s burn it down. I’ll send some even more] (Baiklah, ayo bakar saja. Aku akan mengirimkan lebih banyak lagi.)Pesan dari Diani masuk. [Gue
Selasa, 6 Desember 202214.40 WIB.“Go get her!!” (Tangkap dia!!) Suara menggelegar terdengar ke seluruh ruangan.“Bawa dia padaku dengan segala cara!!” serunya lagi penuh amarah.Seorang laki-laki paruh baya menundukkan kepala lalu membungkuk dalam, sebelum akhirnya berbalik dan keluar dengan sangat tergesa.“Damn it!!” Suara yang sama kembali terdengar kencang, diikuti sapuan tangan penuh amarah pada barang-barang di atas sebuah meja kerja mewah.Prraaanng!!!Barang-barang berhamburan dan beberapa benda terbuat dari kristal, pecah tanpa ampun.“Sial Nawidi! Kau membodohiku?!!” Rahang pria berparas tampan itu terkatup rapat. Kedua tangannya mengepal kuat di atas meja kerja berlapis kaca tebal.Tangannya lalu meraih sebuah iphone Kings Button yang berada dekat perangkat PC di kirinya. Ia melakukan panggilan keluar.“Dia tidak boleh sampai ke tempat yang dia tuju! Apa kau paham? Kau paham??! Kirim lebih banyak orang lagi!!” Pria tampan itu memutuskan sambungan lalu membanting ponsel it
16.07 WIBAliya kini tengah berdiri di sebuah bangunan lawas namun masih terlihat sangat kokoh. Arsitektur Belanda tampak mendominasi dari gaya dan bentuk bangunan.Bangunan itu terbilang besar, dibangun di lahan hampir seribu meter. Halaman depan yang luas tempat ia berdiri saat ini, ditanami dua pohon mangga yang kentara tumbuh dengan subur, di ujung kanan halaman.Sementara di sisi teras depan, dipenuhi tanaman yang tertata apik meski tidak terlalu cantik dan artistik.Aliya sangat memaklumi hal itu. Karena bagaimanapun, penghuni bangunan ini, semuanya adalah pria. Para pria yang telah sekian tahun menjadi penjaga dirinya, seperti hal-nya Elang dahulu.Lalu diantara para pria itu….Kepala Aliya menggeleng.Ia lalu langkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu depan. Tangannya mengetuk agak keras.Ketukan pertama, seperti yang telah ia duga, tidak akan segera membuat penghuninya membukakan pintu. Tangan Aliya terangkat