“Bagaimana keadaan Anda sekarang, Sir Hisahilde?”
“Ugh, cukup mendingan. Akan tetapi, dalam keadaan yang mendesak begini, akan lebih baik jika kita berbicara secara informal saja. Lagi pula, Aku tidak keberatan sama sekali, dan Kau juga hanya lebih tua dariku 2 tahun dan beberapa bulan, jadi mari berbicara santai saja.”
“Eh? Saya rasa yang harus menawarkan itu adalah seseorang yang jauh lebih tua, tapi kenapa Anda ....” Fennel terdiam tak ingin melanjutkan keluhannya.
Fennel berjalan bersama Hisahilde menuju kawasan hutan cemara di dekat wilayah kekuasaan Duke Gracious, mengikuti tebakan Fennel tentang lokasi Darissa saat ini, setelah Hisahilde terlebih dahulu merawat lukanya.
Fennel sudah diberitahu oleh Hisahilde tentang semuanya, alasan dibalik kupu-kupu menghampirinya, sampai dengan menghilangnya Darissa.
Sehabis mendengar kabar mengejutkan itu, otomatis saja Fennel l
SWOOSH! TRAPP!“Hukk!”Sebuah anak panah yang melesat dengan cepat menancapkan ujung lancipnya yang tajam pada batang pohon, nyaris mengenai kepala Darissa jika ia tak menarik kepalanya untuk menghindar. Diambilnya anak panah yang tertancap itu, untuk berjaga-jaga jika nanti mungkin saja akan diperlukan.Nafas yang memburu, dan detak jantung yang berpacu, diabaikannya oleh gadis yang kini mengangkat gaunnya ke atas dan berlari secara zig-zag melewati setiap batang pohon cemara, demi meloloskan diri dari dua orang bandit yang tengah mengejarnya.Sebenarnya, sudah terhitung berapa lama sejak ia berlari dari tadi? Kenapa matanya masih belum menemukan pemukiman penduduk yang bisa dimintai pertolongan olehnya?Lututnya sudah terasa lemas, kakinya yang hanya beralaskan sebelah sepatu saja sudah mulai mati rasa.“Tembak kakinya! Tembak kakinya agar jalang sialan itu tidak bis
PRANGG!“Ahhhh, ahhh ... Ayahhh!”“Darissa!”Marquess Myles sangat terkejut ketika mendapati putri bungsunya berteriak histeris memanggilnya setelah tak sengaja menyenggol guci kamarnya. Dengan perilaku yang seperti orang kesurupan, Darissa menangis menjerit-jerit menjambak rambutnya sendiri dan meringkuk di sudut kamarnya.Myles segera menghambur memeluk Darissa dengan lembut, lalu mencoba menenangkannya, ”Sayang, tidak apa-apa ... tidak apa-apa, Ayah ada di sini.”Darissa langsung memeluk Ayahnya erat, ia tak ingin lepas dari dekapannya yang terasa menenangkan. Sudah menginjak hari ke-3 semenjak Darissa berkelakuan seperti ini, membuat hati Myles merasa hancur akibat melihat kondisi putrinya yang paling tenang itu, berubah menjadi sangat menyedihkan.Darissa tidak ingin bertemu dengan siapa pun untuk sekarang, kecuali Ayahnya yan
‘Menjalani hidup yang bahagia bersama-sama. Siapa? Aku? Denganmu? Dengan kalian semua? Memangnya orang yang penuh kesalahan sepertiku ini ... pantas untuk mendapatkan itu?’ pikir Hisahilde.Pelukan hangat yang Alesya salurkan padanya, telah berhasil membawa kewarasannya kembali.Saat tangan Hisahilde terangkat dan hendak memeluk punggung Alesya, tiba-tiba sebuah pertanyaan rumit lagi-lagi menyerang pikirannya.Apakah ia memang benar-benar pantas mendapatkan perlakuan spesial seperti itu? Dia yang istilahnya bukanlah orang istimewa ataupun orang berada, dari sekian banyak orang-orang yang bekerja di kediaman keluarga bangsawan terhormat ini?Alhasil, tangan yang tergapai itu pun terhenti di udara sebentar, lalu kemudian kembali ke posisi di samping tubuhnya setelah ia berhasil mengurungkan niat.Ah, sudah berapa lama sejak Hisahilde datang ke kediaman ini? Setelah mengikuti punggungnya Marquess E
***-“Alesya, lihatlah siapa yang Ayah bawa. Hm, apa putriku ini sudah tertidur?”--“Hng ... Ayah?”-Alesya kecil yang merasa terganggu dengan suara nyaring di tengah tidur siangnya itu, terbangun dan mengucek-ngucek matanya yang masih terasa mengantuk.Penasaran dengan apa yang membuat Ayahnya sampai membangunkannya hanya demi menunjukkan sesuatu padanya, Alesya pun akhirnya bertanya.-“Apa yang membuat Ayah sampai datang kemari, kalau tidak salah ingat, di jam saat ini itu ... Ayah sering di sibukkan oleh pekerjaanmu, benar 'kan?”--“Ah soal itu, tentu saja karena Ayah ingin memperkenalkan seseorang padamu. Ayah sedih saat melihatmu kesepian di rumah tanpa menghabiskan masa kanak-kanakmu dengan teman sebayamu di luaran sana.”-Marquess Myles mengelus-elus lembut pucuk kepala merah muda put
-“Karena Aku ... telah membunuhnya.”- Tersentak, tangan Alesya yang saling bertautan dengan tangan Hisahilde itu mendadak menjadi terasa kaku. Kendati demikian, ia tetap tak melepaskan tangannya dan pergi dari sana begitu saja, justru karena pengakuan yang sangat mengejutkan itulah, yang membuat Alesya ingin semakin menemani dan menguatkan teman masa kecilnya. -“Untuk menceritakan semuanya padamu, Aku ... harus memulai dari mana, yah?”- Hisahilde mengalihkan tatapannya ke luar, mengamati para pelayan dan penjaga kebun di bawah sana yang sibuk berlalu-lalang mengerjakan tugas mereka di March Eiren ini. -“Kejadian kelam itu, betul-betul menyisakan jejak yang sangat dalam pada jiwaku hingga mampu mempengaruhi kewarasanku. Tepat di hari peringatan kematian Ibuku, Aku tak pernah menyangka kalau Ayahku juga akan pergi meninggalkanku sendirian.”- Hisahilde melepaskan genggaman
-“Saat itu, Aku adalah seorang bocah kecil yang tidak tahu menahu tentang apapun. Terutama mati dengan cara membunuh dirinya sendiri,”- Hisahilde mengakhiri cerita tentang kematian ayahnya, dengan raut muka yang penuh akan kesedihan mendalam.-“Orang yang membawaku ke kerajaan ini ... tidak pernah memberitahuku tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Ayahku di waktu itu, hingga pada akhirnya, Aku mencari tahu sendiri.”- lanjutnya.Hisahilde memutar badannya ke arah luar, kakinya yang tadi ia tekuk itu kini menjulur keluar bibir jendela, berayun-ayun kecil di sana, seirama dengan derus dari angin yang menerpa bingkai kaca.-“Aku dengar, bunuh diri dilakukan oleh orang yang sudah lelah dengan kehidupan yang sedang mereka jalani. Masalah yang banyak dan penderitaan yang semakin menumpuk, membuat orang itu ingin menghilang saja.”-Suara yang kian terdengar parau, dan
“Hilide~ oh Hilide~ di manakah Dikau berada? Daku sudah mencarimu ke mana-mana sedari tadi, tapi tetap tak bisa menemukanmu.”Alesya berdendang, sambil menyibakkan semak-semak ataupun gentong-gentong besar di belakang gudang kediamannya.Sementara si orang yang tengah dicari Alesya, yakni Hisahilde, justru berada di atas batang pepohonan sambil membekap mulutnya sendiri, agar tidak menimbulkan suara yang bisa membuat Alesya sadar kalau ia sedang berada di dekatnya.“Ah, Daku paham. Dikau ingin mengajak Daku bermain petak umpet ya? Ahaha, Hilide yang kekanak-kanakan. Baiklah, asal sekali saja ya! Soalnya Daku ingin mengajakmu berlatih memanah untuk kompetisi berburu nanti.”Tujuh bulan tak terasa telah berlalu, menggantikan musim gugur yang adem dengan suasana musim panas yang gerah. Kompetisi berburu yang merupakan sebuah tradisi turun temurun nenek moyang kerajaan, sudah hampir di depan ma
Kompetisi berburu yang dinanti-nanti akhirnya tiba juga. Kompetisi ini, telah mengumpulkan kepala keluarga dari berbagai gelar pangkat bangsawan elite, bersama dengan para istri dan anak-anak perempuan mereka di tempat yang sama.Ada sebuah tradisi yang dilakukan gadis-gadis muda kepada pria lajang yang akan berburu, yakni memberi mereka seutas pita satin yang disulam dengan nama marga keluarga si gadis.Jika si pria menerima pita dari gadis itu, maka sudah diharuskan ia supaya kembali dengan selamat, untuk memberi gadis itu setengah dari hasil berburunya.Misalkan ada sebuah kebetulan kalau si pria itu mendapatkan banyak tawaran pita-pita dari para gadis, maka si pria hanya perlu mengambil salah satunya saja.“Your Highness! Kyaaah, Your Highness Prince Lancient! Tolong terimalah pita dari Saya!”“Tidak, Your Highness. Tolong ambil milik Saya saja,”Pekikan dan jeritan yang m
“Oh! Syukurlah! Akhirnya kau sadar, Rui!”Ruffin mengerjapkan matanya beberapa kali.Mendengar dan melihat, juga positif memastikan kalau hanya ada Lancient saja di samping, anak laki-laki berambut merah itu berpikir, ia bebas berekspresi.“Sialan!” umpatnya, sembari mendudukkan diri dan langsung memegangi kepala. “Kepalaku serasa ingin meledak.”“Tapi ini adalah rekor baru loh,” timpal Lancient antusias, memandang master sihirnya di masa lalu dengan berbinar-binar.“Kau hanya tidak sadarkan diri selama seharian penuh saja. Tidak seperti saat kau pingsan setelah mengembalikan ingatanku.”Hm, … benarkah?Ekhem!Mendapatkan ucapan kekaguman dari si pangeran berambut pirang tersebut, tak ayal, sudut bibir Ruffin terasa gatal.Dia yang tadinya mengerahkan sebelah tangan kanan untuk memegangi kepala dan sedikit meremas rambutnya akibat merasa pusing, kini mulai beralih.Mengalihkan pergerakan jari-jemarinya tersebut, tuk mengusap poninya supaya tersisir ke belakang.“Well yeah. Siapa dulu
“….”TRP!Putri pedang kepercayaan sang Kaisar Violegrent, Alvina Desideria Kennard, berdiri beberapa langkah dari seseorang yang tengah duduk meringkuk memeluk lutut, … sembari memasang ekspresi muka yang datar.Gadis berambut biru beri itu terfokus melihat bagaimana tubuh sang putri kekaisaran yang dikejarnya, yakni saudari kembarnya orang yang ia suka, Rosalina, bergetar karena sesenggukan.Dia sedang menangis, … rupanya.“Your Royal Highness.”Alvina memanggil dengan lembut padahal.Namun, panggilannya itu justru membuat sang putri tersentak hebat.“Bolehkah Saya mendekati Anda sekarang?” Tanyanya meminta izin secara hormat, dikarenakan hubungan pertemanan mereka sudah lumaya
“Hm~!”Ah, hari yang indah.Hisahilde tak bisa berhenti tersenyum, setelah ia menang untuk pertama kalinya melawan Fennel Eglantine, pada satu minggu yang lalu.Ini adalah sebuah kebanggaan yang patut dikenang lama.Sebuah kemenangan yang ia dapat, setelah berkali-kali melawan dan tak lelah berlari keras, untuk mendapatkan kehormatan tersebut.Walaupun hanya sekali, tetap saja ini patut diapresiasi.Tak apa jika tak diapresiasi oleh orang lain.Setidaknya, ia harus mengapresiasi kerja kerasnya sendiri.Dia mengambil waktu luang untuk memanjakan tubuh.Mulai dari mandi sampai ke mengenakan pakaian rapi, memakai wewangian, dan menyisir poni rambutnya ke belakang, … semuanya ia lakukan secara mandiri.&nbs
“Miss Eiren. Anda kemari lagi hari ini?”“Tentu saja~!”“….”Aira menatap kosong gadis berambut permen kapas, yang tengah mengobrol dengan sok akrab bersama resepsionis perpustakaan di lantai dasar sana, dari lantai kedua.“Saya permisi dulu ya~!”“Ya! Nikmati waktu luang Anda dengan membaca buku yang bermanfaat!”Manik putih ivory miliknya yang seindah mutiara, menggelincir. Keduanya bergerak mengikuti langkah si penyandang nama kehormatan Eiren itu, di mana dia mulai berjalan mendekati lantai tepat di bawah Aira.“Hm, ….”Gumamannya keluar, begitu sudut matanya menangkap gambaran benda ditangan, sebuah buku bervolume tebal nan cukup berat.Ide licik dan terbilang sangat jahat pun muncul.“Ups!”Aira melemparkan buku yang barusan masih ada dalam pertanggungjawabannya itu, supaya sengaja jatuh mengikut gaya gravitasi.SRAKK!Secara cepat, kertas-kertas yang terbuka juga disapu angin lalu sampai-sampai suara bolak-baliknya terdengar jelas, mengundang Alesya tuk melongok ke atas.Dan,
BUK! BUK! BUK!“Uwahhh!”“Hm~?”Seorang pelayan peneman murid perempuan berambut merah muda, yang tengah merasa gemas karena ia memukul-mukul bantal di atas ranjang milik sendiri, tersenyum mengamati.“Miss Alesya,” panggilnya lembut, berusaha menyudahi aksi dari majikan mudanya ini dengan sebuah pertanyaan.“Apa ada yang bisa Saya bantu?”Poppy, itu adalah namanya.Pelayan muda yang usianya kurang lebih sebaya dengan sang nona yang ia layani ini, memiliki rambut berwarna merah ati.Mata hijau anggurnya yang menyorot halus, memandang sang nona secara teliti.Tidak lupa, sebuah senyuman mulai merayap dan membentuk sebuah patri.“Uhh, aku hanya ….”Ah, sungguh.Mendapati putri sulung Marquess Eiren bahagia seperti itu, di mana gadis berambut permen kapas tersebut, mulai memeluk dan menyelusupkan sebagian wajah ayunya kepada bantal yang tadi ia pukuli dengan muka terlihat begitu merah merona, … ini mendorong Poppy secara alami ikutan bahagia.“Hanya …!”Alesya melirik Poppy menggunakan e
BRUAK!“Kyahkk!”“…!”Suara gadis yang berteriak setelah terdengarnya suara sesuatu yang beradu, telah sukses memecah fokus milik seseorang.Seseorang yang lekas menolehkan kepala bersurai merah muda yang indah, namun, secara bersamaan terlihat lucu karena warnanya hampir menyerupai permen kapas, … tuk memalingkan muka pada sumber suara.Seseorang yang ….GREP!“H-huhh??”… Membelalakkan manik mata kuning keemasan, yang memantulkan bayangan sesosok remaja laki-laki berambut hitam ebony, menangkap hati-hati seorang murid perempuan berambut hijau lumut.“Ah, … Anda baik-baik saja?” Tanya remaja laki-laki yang gadis berambut permen kapas ini kenali sebagai Grand Duke muda Eglantine, Fennel, sembari melepaskan pegangan tangannya dari yang ia tolong.Suaranya terdengar halus, sangat sopan ditelinga.Tatapannya yang lembut, terpancar dari manik mata hijaunya yang menenangkan.“S-saya baik-baik saja.”Seharusnya, dia, si gadis berambut permen kapas ini, putri sulung the Honourable Marquess o
GROOO~!.“…!”“…!”“…!”Suara perut yang terdengar keroncongan, mengagetkan ketiga muda-mudi yang ada di sana.Yakni, Aira yang sempat tidak terima di dalam hatinya, kalau ia hanya menjadi obat nyamuk saja.Ruffin yang masih memiliki sisa potongan besar kue muffle di tangannya.Juga, penghasil sumber suara keroncongan itu sendiri, Alvina, ….“M-maafkan Saya atas kelancangan ini!”… Yang menutupi muka merah padamnya dengan kedua telapak tangan.“Hoo, ini menarik,” batin Aira menyeringai, tiba-tiba merasa senang.Dia sangat mengharapkan, supaya nenek yang mengaku sudah menunggu si pangeran dari Violegrent ini selama kurang lebih 70 tahun, terlepas itu benar atau tidak, … akan mengalami hal yang serupa seperti dirinya tadi.Yaitu, ….“Kamu lapar?”… Dihardik dengan kasar oleh target tantangan mereka.“Ini memang tidak sopan, tetapi, … apa kamu mau memakan punyaku sebagai pengganjal perutmu tuk sementara waktu?”"S-sungguh?"Akan tetapi, … apa?“Bolehkah Saya menerima bantuan yang berharg
“Pangeran Edelhert~!”“….”“Pangeranku~!”“….”“Your Royal Highness~!”“….”“Ruff—!”“—Hei.”Tidak tahu malu, padahal sudah diperingatkan di seminggu yang lalu, … Alvina melabrak Aira sembari menampilkan sisi sikapnya yang lain.Sikapnya yang sebenarnya, yang kasar, serampangan, dan jauh dari kata seperti sesosok nona bangsawan.“Dasar j*lang rendahan.”Berkali-kali, Aira mencoba mencari perhatian dari Ruffin, yang jelas-jelas menghindarinya dan merasa tidak nyaman atas gangguan itu.Berkali-kali juga, Alvina mengawasi dia dari kejauhan dengan tangan yang mengepal.“Kau bebal sekali, ya? Sampai-sampai tidak mau mendengarku.”SRAKK!“…!”Alvina memojokkan Aira sampai di gadis berambut hijau lumut itu terpojok menyandarkan tubuhnya pada tembok ruangan, … yang lagi-lagi sangat sepi tuk dilewati murid-murid lain sehingga membuat mereka berdua bisa bersikap leluasa.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu berhenti?” Tanya Alvina dengan ekspresi wajah yang tampak bermain-main, dilihat d
“…!”Aira terenyak.Tak pernah ia bayangkan, seseorang sedingin, dan begitu pendiam seperti Putri Duke Kennard, yakni Alvina Desideria Kennard, … akan berlaku seperti itu.“Persetan kau!”Dia mengacungkan jari tengahnya tepat di depan muka.Bahkan, menambah dramatisasi supaya kesan menjengkelkan terasa begitu cetar, … anak perempuan berambut biru beri dan bermata biru es itu, menjulurkan lidahnya seperti mengejek.“A-apa yang?!”Kaget, tentu itu yang ia rasa.Bukankah selama ini, putri Duke itu sangat dikenal dengan kelakuannya yang elegan, seolah-olah memahami dan menjalankan peribahasa, “diam adalah emas”?Lalu mengapa …?“Ha, sepertinya kau terkejut ya, dengan perubahanku sekarang? Asal kau tahu, justru, sifat asliku adalah seperti ini.”“…!”“Malahan, perubahan sifatku yang drastis ini, disebabkan oleh seseorang.”SRKK!Alvina mendekatkan wajahnya ke samping Aira, dan segera memelankan suara akan kelanjutan ucapannya, memberi intonasi yang kalem namun, terasa menekan.“Seseorang y