SWOOSH! TRAPP!
“Hukk!”
Sebuah anak panah yang melesat dengan cepat menancapkan ujung lancipnya yang tajam pada batang pohon, nyaris mengenai kepala Darissa jika ia tak menarik kepalanya untuk menghindar. Diambilnya anak panah yang tertancap itu, untuk berjaga-jaga jika nanti mungkin saja akan diperlukan.
Nafas yang memburu, dan detak jantung yang berpacu, diabaikannya oleh gadis yang kini mengangkat gaunnya ke atas dan berlari secara zig-zag melewati setiap batang pohon cemara, demi meloloskan diri dari dua orang bandit yang tengah mengejarnya.
Sebenarnya, sudah terhitung berapa lama sejak ia berlari dari tadi? Kenapa matanya masih belum menemukan pemukiman penduduk yang bisa dimintai pertolongan olehnya?
Lututnya sudah terasa lemas, kakinya yang hanya beralaskan sebelah sepatu saja sudah mulai mati rasa.
“Tembak kakinya! Tembak kakinya agar jalang sialan itu tidak bis
PRANGG!“Ahhhh, ahhh ... Ayahhh!”“Darissa!”Marquess Myles sangat terkejut ketika mendapati putri bungsunya berteriak histeris memanggilnya setelah tak sengaja menyenggol guci kamarnya. Dengan perilaku yang seperti orang kesurupan, Darissa menangis menjerit-jerit menjambak rambutnya sendiri dan meringkuk di sudut kamarnya.Myles segera menghambur memeluk Darissa dengan lembut, lalu mencoba menenangkannya, ”Sayang, tidak apa-apa ... tidak apa-apa, Ayah ada di sini.”Darissa langsung memeluk Ayahnya erat, ia tak ingin lepas dari dekapannya yang terasa menenangkan. Sudah menginjak hari ke-3 semenjak Darissa berkelakuan seperti ini, membuat hati Myles merasa hancur akibat melihat kondisi putrinya yang paling tenang itu, berubah menjadi sangat menyedihkan.Darissa tidak ingin bertemu dengan siapa pun untuk sekarang, kecuali Ayahnya yan
‘Menjalani hidup yang bahagia bersama-sama. Siapa? Aku? Denganmu? Dengan kalian semua? Memangnya orang yang penuh kesalahan sepertiku ini ... pantas untuk mendapatkan itu?’ pikir Hisahilde.Pelukan hangat yang Alesya salurkan padanya, telah berhasil membawa kewarasannya kembali.Saat tangan Hisahilde terangkat dan hendak memeluk punggung Alesya, tiba-tiba sebuah pertanyaan rumit lagi-lagi menyerang pikirannya.Apakah ia memang benar-benar pantas mendapatkan perlakuan spesial seperti itu? Dia yang istilahnya bukanlah orang istimewa ataupun orang berada, dari sekian banyak orang-orang yang bekerja di kediaman keluarga bangsawan terhormat ini?Alhasil, tangan yang tergapai itu pun terhenti di udara sebentar, lalu kemudian kembali ke posisi di samping tubuhnya setelah ia berhasil mengurungkan niat.Ah, sudah berapa lama sejak Hisahilde datang ke kediaman ini? Setelah mengikuti punggungnya Marquess E
***-“Alesya, lihatlah siapa yang Ayah bawa. Hm, apa putriku ini sudah tertidur?”--“Hng ... Ayah?”-Alesya kecil yang merasa terganggu dengan suara nyaring di tengah tidur siangnya itu, terbangun dan mengucek-ngucek matanya yang masih terasa mengantuk.Penasaran dengan apa yang membuat Ayahnya sampai membangunkannya hanya demi menunjukkan sesuatu padanya, Alesya pun akhirnya bertanya.-“Apa yang membuat Ayah sampai datang kemari, kalau tidak salah ingat, di jam saat ini itu ... Ayah sering di sibukkan oleh pekerjaanmu, benar 'kan?”--“Ah soal itu, tentu saja karena Ayah ingin memperkenalkan seseorang padamu. Ayah sedih saat melihatmu kesepian di rumah tanpa menghabiskan masa kanak-kanakmu dengan teman sebayamu di luaran sana.”-Marquess Myles mengelus-elus lembut pucuk kepala merah muda put
-“Karena Aku ... telah membunuhnya.”- Tersentak, tangan Alesya yang saling bertautan dengan tangan Hisahilde itu mendadak menjadi terasa kaku. Kendati demikian, ia tetap tak melepaskan tangannya dan pergi dari sana begitu saja, justru karena pengakuan yang sangat mengejutkan itulah, yang membuat Alesya ingin semakin menemani dan menguatkan teman masa kecilnya. -“Untuk menceritakan semuanya padamu, Aku ... harus memulai dari mana, yah?”- Hisahilde mengalihkan tatapannya ke luar, mengamati para pelayan dan penjaga kebun di bawah sana yang sibuk berlalu-lalang mengerjakan tugas mereka di March Eiren ini. -“Kejadian kelam itu, betul-betul menyisakan jejak yang sangat dalam pada jiwaku hingga mampu mempengaruhi kewarasanku. Tepat di hari peringatan kematian Ibuku, Aku tak pernah menyangka kalau Ayahku juga akan pergi meninggalkanku sendirian.”- Hisahilde melepaskan genggaman
-“Saat itu, Aku adalah seorang bocah kecil yang tidak tahu menahu tentang apapun. Terutama mati dengan cara membunuh dirinya sendiri,”- Hisahilde mengakhiri cerita tentang kematian ayahnya, dengan raut muka yang penuh akan kesedihan mendalam.-“Orang yang membawaku ke kerajaan ini ... tidak pernah memberitahuku tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Ayahku di waktu itu, hingga pada akhirnya, Aku mencari tahu sendiri.”- lanjutnya.Hisahilde memutar badannya ke arah luar, kakinya yang tadi ia tekuk itu kini menjulur keluar bibir jendela, berayun-ayun kecil di sana, seirama dengan derus dari angin yang menerpa bingkai kaca.-“Aku dengar, bunuh diri dilakukan oleh orang yang sudah lelah dengan kehidupan yang sedang mereka jalani. Masalah yang banyak dan penderitaan yang semakin menumpuk, membuat orang itu ingin menghilang saja.”-Suara yang kian terdengar parau, dan
“Hilide~ oh Hilide~ di manakah Dikau berada? Daku sudah mencarimu ke mana-mana sedari tadi, tapi tetap tak bisa menemukanmu.”Alesya berdendang, sambil menyibakkan semak-semak ataupun gentong-gentong besar di belakang gudang kediamannya.Sementara si orang yang tengah dicari Alesya, yakni Hisahilde, justru berada di atas batang pepohonan sambil membekap mulutnya sendiri, agar tidak menimbulkan suara yang bisa membuat Alesya sadar kalau ia sedang berada di dekatnya.“Ah, Daku paham. Dikau ingin mengajak Daku bermain petak umpet ya? Ahaha, Hilide yang kekanak-kanakan. Baiklah, asal sekali saja ya! Soalnya Daku ingin mengajakmu berlatih memanah untuk kompetisi berburu nanti.”Tujuh bulan tak terasa telah berlalu, menggantikan musim gugur yang adem dengan suasana musim panas yang gerah. Kompetisi berburu yang merupakan sebuah tradisi turun temurun nenek moyang kerajaan, sudah hampir di depan ma
Kompetisi berburu yang dinanti-nanti akhirnya tiba juga. Kompetisi ini, telah mengumpulkan kepala keluarga dari berbagai gelar pangkat bangsawan elite, bersama dengan para istri dan anak-anak perempuan mereka di tempat yang sama.Ada sebuah tradisi yang dilakukan gadis-gadis muda kepada pria lajang yang akan berburu, yakni memberi mereka seutas pita satin yang disulam dengan nama marga keluarga si gadis.Jika si pria menerima pita dari gadis itu, maka sudah diharuskan ia supaya kembali dengan selamat, untuk memberi gadis itu setengah dari hasil berburunya.Misalkan ada sebuah kebetulan kalau si pria itu mendapatkan banyak tawaran pita-pita dari para gadis, maka si pria hanya perlu mengambil salah satunya saja.“Your Highness! Kyaaah, Your Highness Prince Lancient! Tolong terimalah pita dari Saya!”“Tidak, Your Highness. Tolong ambil milik Saya saja,”Pekikan dan jeritan yang m
“Para rakyatku tercinta, seperti yang sudah kalian ketahui, kompetisi berburu ini adalah sebuah tradisi yang sudah diadakan secara turun temurun dari nenek moyang kita. Kali ini, kita telah kedatangan tamu istimewa dari kekaisaran yang agung, the Royal Blood from Violegrent’s Empire, beserta para utusannya.”Raja Vernon berpidato di atas mimbar dengan penuh wibawa, seraya menyanjung tinggi tamu kehormatannya yang tak biasanya datang ke acara nasional negara lain, tapi tiba-tiba melakukannya hanya karena ingin menuruti sebuah permintaan kecil dari seseorang.“Tunjukan rasa hormat kalian kepada mereka! His Majesty the Emperor of Violegrent, Howard Carlisle Violegrent. Beserta Her Royal Highness, the Princess of Violegrent, Rosalina Earlene Gina Carlisle Violegrent.”Atas titahan sang Raja, semuanya membungkuk memberi hormat kepada mereka berdua yang tengah duduk santai penuh keang
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.
Pada hari itu, Aira ingat betul.-“Apa yang Anda lakukan dengan mengendap-endap kemari … Miss Qianzy?”-Tentang betapa terkejutnya ia dengan kehadiran Putri Duke Kennard of Violegrent, yang tak disadari kapan berdiri di belakangnya, … sewaktu mau memanfaatkan situasi mendekati Pangeran Edelhert, Ruffin Cailean, … yang tengah terbaring di ranjang dengan status sebagai orang pingsan.-“Aha-ha-ha … Anda sendiri, Putri Kennard? Apa yang Anda lakukan di sini?”-Cara bagaimana mata biru kepunyaan gadis membosankan itu menatapnya dengan sorot kosong tetapi berasa menyimpan satu rahasia tersembunyi, … benar-benar sangat menjengkelkan.-“Heh.”--“…!”--“Betapa tidak sopan.”-Mengepalkan telapak tangannya erat-erat tatkala mendengar deceh meremehkan yang dibarengi dengan bola mata diputar secara digulirkan, … berusaha untuk tidak bergerak sedikit pun di tempatnya saat ini sewaktu Pu
“Alvina.”“…?”Menoleh ke arah seseorang yang baru saja memanggil namanya, Putri Duke Kennard, Alvina Desideria, … menemukan sosok pangeran berambut merah dari kekaisarannya, yang kini menghadapnya dengan tampang gelisah.Tidak memanggilnya seperti biasa dengan semat panggilan berupa "Vin-vin” … tentu ini sudah menimbulkan keanehan di gelagat sang pangeran.Sang pangeran yang sesungguhnya memiliki nama panjang … Ruffin Cailean Edelhert Carlisle Violegrent.“Aku ingin bicara berdua denganmu.” Ruffin menjeda kalimatnya sebentar dengan manik mata yang sedikit-sedikit terpusat ke dua teman Alvina, yang berada tepat di belakang punggung gadis berambut biru beri itu, … seperti memberikan sinyal.“Hanya sebentar.”Huh…? Ini aneh.Ada gerangan satu hal mendesak apa yang telah mendorongnya untuk meminta sesuatu semacam ini? Pikir Alvina.“Lady Darissa, Lady Sarah. Anda berdua tolong pergilah terlebih dahulu.”Cepat meresapi situasi, kedua orang yang Alvina suruh untuk pergi terlebih dahulu it
DRAP! DRAP! DRAP!Suara langkah kaki berat yang digerakkan secara cepat menyeret tubuh beratribut lengkap nan mewah miliknya, telah menemani sang empu tuk mengayunkan ancang-ancang di lengan kanan yang mengepal.Dalam sekali tarikan nafas, tinju dilayangkan.BUAGH!Bogem mentah mendarat pada pipi sang Pangeran Kekaisaran pemangku Putri Mahkota yang dengan hebatnya tak terbawa oleh arus tenaga serangan, untuk membuatnya jatuh terjungkal ke belakang atau pula sekadar bergeser dari tempatnya duduk, … selain dari mengeluarkan darah dari hidung.“Apa yang sudah kau lakukan kepada istriku?!”Pertanyaannya, ….… Apakah darah yang bocor dari lubang hidung itu benar-benar muncul karena baru saja menerima pukulan?“Istrimu, ….” Ah, sungguh.Sebetulnya, jawaban yang tepat ternyata memang bukan dikarenakan terkena pukulan semata. Melainkan, ….Menggantung kalimat sejenak dengan suaranya yang tersendat-sendat, sepasang mata yang menyorot mati milik si pangeran kekaisaran itu pun bergerak cepat u
“Ahh! Apa kau merasakannya?!”Mata hijau yang membulat lebar tatkala sisi wajah yang dilabuhkan pada permukaan perut Rosalina yang sudah membuncit, karena tengah mengandung calon anak pertamanya dengan Mirros, … Ruffin memekik histeris.“Bayimu menendangku! Dia mengenaliku! Setiap kali aku bersandar seperti itu pada perutmu, dia pasti akan langsung berusaha menyingkirkanku!”“Haha, ya ampun. Ruffin, jangan berlebihan.”Terkikik geli akan tingkah saudaranya yang ternyata jauh lebih menghebohkan daripada suaminya sendiri, terkait perkembangan kecil bakal calon penghuni baru istana kekaisaran ini yang telah mulai memasuki bulan kelima, … Rosalina tertawa kecil.“Aku tidak berlebihan! Ini serius! Ini momen yang penting! Aku harus mengajak Ayah untuk membuat hari libur nasional di hari sekarang!”“H-hei kau—!”“—Sampai jumpa!”Memotong ucapan tak terselesaikan dari Rosalina yang sudah diduga akan mengajukan protes, dengan langsung berlari secepat kilat ke tempat baru tujuannya selepas mena