Kedua tangan Dave mengepal dengan kuat, dan tatapan matanya menghunus pada sang adik. Di depan kamar mereka, ketika Dave akan masuk ke dalam kamar yang berada di sebelah kamarnya, Sean sengaja mengatakan hal itu pada istrinya. Bukan tanpa niat, dia berusaha memperlihatkan pada Dave kemesraannya dengan sang istri. Selain itu, dia juga ingin mengambil kembali hati Celine, istri sahnya.Namun, tidak ada niatan dalam hati Celine untuk memaafkan suaminya. Bagaimana tidak, dia melihat dengan jelas pengkhianatan suaminya dengan wanita yang merupakan mantan pacarnya.'Terserah apa yang akan kamu lakukan, Sean. Aku juga akan melakukan sesuai keinginanku,' batin Celine menguatkan niatnya untuk memberi pelajaran pada sang suami.Tiba-tiba mata Celine terbelalak, tatkala merasakan tubuhnya melayang. Sean terkekeh melihat ekspresi kaget sang istri. "Kita mulai sekarang, Sayang," ucap Sean seraya terkekeh menggendong tubuh istrinya.Brak!Pintu kamar sebelah mereka pun ditutup dengan kencangnya ol
'Sialan! Berani-beraninya dia menghubungi di jam orang sedang beristirahat? Apa yang sebenarnya wanita jalang ini inginkan?' batin Celine ketika melihat nama Raisa pada layar ponsel Sean.Merasakan ada pergerakan dari suaminya, Celine segera membawa ponsel tersebut masuk ke dalam kamar mandi.Panggilan telpon yang tadinya sudah berakhir, kini kembali lagi. Raisa, wanita yang merupakan mantan kekasih Sean, kembali menelponnya.'Sepertinya dia harus diberi pelajaran,' batin Celine seraya menyeringai.Ditekannya tombol hijau pada layar ponsel tersebut, dan dia segera memulai aksinya."Aaaaaah!""Mmmm!""Uuuugh!"Lenguhan demi lenguhan yang dibuat sesempurna mungkin oleh Celine, berhasil membuat Raisa marah.Brak!'Brengsek!'Seketika tawa Celine pecah ketika mendengar Raisa membanting ponselnya sembari mengeluarkan umpatan-umpatan kemarahannya."Nikmati pembalasan kecil dariku," ujar Celine di sela tawanya.Jemari lentiknya dengan cepat menghapus panggilan masuk tersebut, agar sang suami
'Karena saya tahu jika perusahaan tersebut adalah milik suami anda.'Deg!Tidak pernah terpikirkan di benak Celine alasan mereka menerima perusahaan yang dipimpin suaminya untuk melakukan kerjasama dengan perusahaannya."Baiklah. Setelah ini, laporkan semua tentang proyek ini padaku. Patuhi semua perintahku. Mengerti?" Setelah mendengar jawaban dari Andra, Celine pun menyudahi panggilan telponnya. Seketika bibirnya menyeringai, dan berkata lirih,"Sepertinya Dewi Fortuna berada di pihakku.""Apa ada sesuatu yang membuatmu senang?" Tiba-tiba saja Celine dikagetkan dengan suara seorang pria yang sangat familiar di telinganya. Seketika wanita yang memakai dress berwarna putih itu menoleh ke arah sumber suara."Dave?!" celetuknya seraya memperlihatkan wajah kagetnya."Kenapa kamu kaget begitu? Aku bukan setan yang menakutkan," ujar Dave sembari terkekeh."Sejak kapan kamu berada di sini, Dave?" tanya Celine dengan gugup.Pria yang berhasil mengagetkannya itu semakin terkekeh mendengar p
"Kenapa kamu malah bertanya padaku, Sean? Celine istrimu. Seharusnya kamu yang lebih tahu di mana istrimu berada," ujar Dave diiringi seringainya.Antonio memperhatikan percakapan mereka. Dia merasa aneh dengan situasi saat ini. Mereka bertiga sama-sama pria, sehingga dapat dengan mudah memahami apa yang terjadi saat ini."Apa yang terjadi, Sean?" tanya Antonio sembari menatap putra keduanya seolah sedang menginterogasinya."Tidak ada, Pa. Kami baik-baik saja. Tadi Sean sedang sibuk mengerjakan sesuatu di kamar. Mungkin Celine bosan," jawab Sean dengan sangat yakin, agar tidak menimbulkan kecurigaan dari sang papa.'Di mana kamu Celine? Seharusnya kamu tidak mempersulit suamimu ini. Aku harus bisa mengambil kepercayaan Papa, agar aku bisa segera diangkat menjadi CEO,' batin Sean mengomel dalam hatinya."Kamu yakin?" tanya Antonio kembali."Lalu, di mana istrimu berada?" sahut Anna menyelidik.Sean menghela nafasnya. Dia merasa seolah sedang diinterogasi oleh kedua orang tuanya."Tadi d
Nyaman. Itulah yang dirasakan oleh Celine saat ini. Dia duduk di dekat pantai dengan pandangannya yang selalu tertuju pada pantai tersebut. Deburan ombak dan suaranya membuat hati serta pikirannya menjadi tenang, sehingga dia lupa akan waktu yang dihabiskannya untuk menikmati lukisan alam tersebut.Seketika bibirnya melengkung ke atas, tatkala melihat matahari yang terbenam dengan jelas dari tempatnya saat ini. Sungguh indah dan sangat menarik perhatiannya. Tanpa ia sadari, waktu berlalu begitu saja.Langit yang berangsur gelap menyadarkannya akan waktu saat ini. Diambilnya ponsel dari dalam saku dress nya."Kok mati sih?" gumamnya ketika mendapati ponselnya tidak menyala."Pantas saja tidak ada panggilan atau pun pesan, ternyata HP nya mati. Bodohnya aku, semalam aku lupa mengisi dayanya," ucapnya seraya menyeringai, menertawakan kebodohannya.Dia beranjak dari duduknya, dan membersihkan roknya dari pasir yang didudukinya, seraya berkata,"Sepertinya sudah malam. Aku harus kembali se
"Sean! Dari mana saja kamu?!" tanya Antonio dengan tegas ketika melihat putra keduanya masuk ke dalam hotel.Pria yang namanya dipanggil pun menoleh. Dia berjalan menghampiri kedua orang tuanya, dan berkata,"Sean habis dari mencari Celine, Pa""Memangnya di mana kamu mencarinya? Baru saja Dave menemukannya dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan," tanya Anna dengan tatapan menyelidik pada putra keduanya.Seketika Sean membelalakkan matanya. Dia tidak menyangka jika Dave yang menemukan Celine pada akhirnya. "Apa? Dave? Di mana mereka sekarang?""Tadi Dave membawanya ke atas. Mungkin saja ada di kamar kalian," jawab Anna dengan cepatnya.Dengan tergesa-gesa Sean masuk ke dalam lift, dan menekan tombol untuk menuju ke lantai kamar mereka. "Sial! Kenapa harus dia yang menemukannya?!" umpat Sean mengeram kesal pada keadaan.Tiba-tiba dia teringat akan ucapan mamanya yang mengatakan jika mereka berada dalam kamar. Dalam lift tersebut hanya terdengar suara ketukan dari sepatu Sean yang
"Dave, mereka tadi mengatakan jika kamu mengendarai mobil sendiri. Apa benar begitu, Dave?" tanya Antonio pada putra pertamanya.Seketika Dave menghentikan makannya. Dia menatap sang papa, dan menjawab pertanyaannya."Iya, Pa. Dave mengendarai mobil sendiri.""Dave, apa kamu baik-baik saja? Bukankah kamu tidak bisa mengendarai mobil saat hujan?" tanya Anna dengan cemasnya.Deg!Seketika Dave tersadar jika dia mampu mengendarai mobil dengan menembus hujan yang sangat lebat, hanya demi menyelamatkan seorang wanita yang merupakan adik iparnya."Apa kamu sudah lepas dari trauma mu, Dave?" tanya Antonio dengan menatap intens pada putra pertamanya.Dave terdiam. Dia sendiri baru menyadarinya, jika dia bisa melewati traumanya ketika bersama dengan wanita yang sudah mempunyai tempat tersendiri dalam hatinya.Setelah kecelakaan bersama dengan istrinya, Dave pernah pingsan di dalam mobil ketika mengendarai mobilnya sendiri pada saat hujan. Beruntungnya ada polisi yang sedang berpatroli, sehingg
Celine memandang suaminya dengan tatapan datar. Dalam hatinya tidak ingin bertengkar dengan suaminya, karena kondisi tubuhnya masih sangat lemah saat ini.Namun, kekesalannya semakin menjadi tatkala mendengar pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut suaminya."Kenapa harus Dave yang menemukanku? Kenapa bukan suamiku yang datang menolongku? Aku sangat menyayangkan hal itu," ucap Celine seraya menatap kesal pada sang suami. "Aku mencari mu ke mana-mana, dan tidak menemukanmu. Kenapa kamu tidak bisa dihubungi? Apa kamu sengaja mematikan telpon mu agar tidak bisa aku hubungi? Jangan-jangan kamu memberi tahu Dave di mana kamu berada, sehingga Dave bisa dengan mudah menemukanmu," tukas Sean sembari menatap curiga pada istrinya."Tutup mulutmu, Sean!" ujar Celine dengan tegas seraya menatap penuh kebencian pada suaminya.Sean menyeringai melihat kemarahan yang terpancar pada mata sang istri. Kemudian dia berkata,"Kenapa marah? Apa semua perkataanku benar?""Tidak. Semua pemikiran dan p
Suara detak jantung dari seorang pasien pria yang terbaring di atas tempat tidur pasien, terdengar menggema dalam ruang ICU setelah mendapatkan operasi selama beberapa jam. Deraian air mata dari beberapa orang yang berada di luar ruang tesebut, tidak dapat didengarnya, seolah dunia mereka kini berbeda. Wanita tua yang berpenampilan modis dan terlihat lebih muda dari usianya, sedang berdiri di depan jendela kaca ruang ICU. Pandangan matanya tidak lepas dari pasien yang ada di dalam ruangan tersebut. Mata sembabnya masih saja mengeluarkan air mata, seolah tidak bisa merelakan apa yang dilihatnya saat ini. "Kenapa nasib Sean bisa begini, Pa?!" tanyanya dengan suara serak pada sang suami yang ada di sebelahnya. "Sabar, Ma. Papa yakin, Sean akan baik-baik saja. Sean adalah seorang Mayer. Dia pasti kuat dan berusaha untuk bertahan, agar bisa kembali pulang bersama dengan kita," tutur Antonio yang berusaha menenangkan hati istrinya. Deraian air mata yang membasahi pipi Anna, membuat
"Mama?!" ujar Sera dengan suara yang bergetar.Perempuan muda itu berlari menghampiri seorang wanita paruh baya yang berpenampilan seksi, dan memakai makeup, lengkap dengan lipstik berwarna merah menyala. Dipeluknya wanita yang dipanggilnya dengan sebutan mama tersebut, dan berkata,"Sera takut, Ma."Air matanya menetes di pipi, dan mengenai baju wanita paruh baya yang dipeluknya. Hal yang paling dibenci oleh Raisa, kini dilakukan oleh putrinya. Raisa sangat marah jika bajunya terkena makeup orang lain pada saat berpelukan dengannya. Terlebih lagi jika air mata orang tersebut menempel di bajunya.Sang mama menjauhkan tubuh putrinya, dan memperhatikan penampilan perempuan muda tersebut yang masih sesenggukan mengeluarkan air mata. "Ada apa denganmu, Sera? Kenapa kamu seperti ini? Dan juga kenapa kamu berada di tempat ini?" tanya Raisa sembari menatap putrinya dengan heran.Sera menundukkan kepalanya, sembari mengusap kasar air mata yang menetes di kedua pipinya. Akan tetapi, dia tidak
"Semuanya sudah lengkap. Sepertinya masalah ini sudah bisa kita proses sekarang," ucap polisi yang sebelumnya telah bersitegang dengan Sean."Silahkan, Pak. Kami menyerahkan mereka pada pihak kepolisian," ujar seorang pria yang berasal dari arah belakangnya.Seketika putra kedua dari keluarga Mayer tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Sontak saja matanya terbelalak melihat sosok yang sangat familiar sedang berdiri bersama dengan dua orang pria yang diapit oleh beberapa polisi dan beberapa pria berpakaian serba hitam. "Om Sean," lirih perempuan yang saat ini sedang membuat Sean tercengang dengan penampilannya.Betapa tidak tercengang ketika Sean melihat keadaan putri dari wanita yang menjadi partner ranjangnya. Rambutnya berantakan dan terkesan acak-acakan. Wajahnya terlihat begitu lelah, dengan makeup yang luntur karena peluhnya. Dan satu hal membuat Sean tidak bisa berkata-kata yaitu penampilan Sera saat ini yang persis seperti ibunya.Ingatan Sean tertuju pada saat dirinya menja
Seketika dua orang pria dan seorang wanita terhenyak kaget, tatkala pintu kamar yang mereka tempati dibuka dengan kerasnya dari luar. Beberapa pria berpakaian serba hitam masuk ke dalam kamar tersebut, dan menangkap basah mereka bertiga dalam keadaan polos sedang bersenang-senang bersama. Kedua pria tersebut merupakan karyawan hotel yang bekerja pada bagian parkir, sehingga mereka berdua terlihat ketakutan saat ini.Berbeda dengan kedua pria itu. Sera yang usianya jauh lebih muda dari mereka berdua, terlihat sangat menikmati permainannya. Dia berada di atas tubuh seorang pria, dan pria yang satunya lagi memanjakannya dari belakang tubuhnya. Bahkan dia tidak mau menghentikan gerakannya. "Cepat lakukan! Aku sudah tidak tahan lagi! Jangan berhenti! Aku mohon!" ujar Sera dengan suara yang tertahan, diiringi dengan lenguhannya dan lebih mempercepat gerakannya.Hal itu membuat pria yang berada di bawah tubuhnya merasa tersiksa. Dia ingin menghentikannya, tapi hasratnya mengatakan tidak mau
Dave mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar cerita dari sang putra tentang apa yang dilakukan oleh Sean padanya. Kilatan amarah terlihat dari mata pria paruh baya yang selalu membuat sang adik iri padanya. "Tidak pernah ku sangka dia akan berbuat senekat itu padamu," ujar Dave dengan penuh amarah. Hatinya kini dikuasai oleh amarahnya pada sang adik. Bahkan Dave telah berjanji dalam hatinya, dia akan memberi Sean pelajaran yang setimpal, jika berani menyentuh istri dan putranya, meskipun nyawanya menjadi taruhan. "Apa mungkin dia ingin menghancurkan kita, Dad?" tanya sang putra dengan ragu-ragu. Dave menoleh ke arah putranya. Dia memaksakan senyumnya, berusaha agar putra kesayangannya tidak mengkhawatirkan hal itu. "Jangan pikirkan hal itu, Hero. Daddy akan mengatasi semuanya. Kamu hanya perlu fokus pada kehidupan dan masa depanmu. Tetaplah waspada dan hati-hati pada siapa pun, meski orang tersebut kenal dan sangat dekat denganmu," tutur Dave, sembari menepuk-nepuk lirih
Hero menyeringai melihat si pengintai telah mendapatkan pelajaran dari sang asisten. Bahkan saat ini, gadis itu telah dibawa oleh dua orang pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Mereka berdua diperintahkan oleh asisten Hero untuk memuaskan hasrat sang gadis di dalam kamar salah satu hotel tersebut.Sera pun tidak menolaknya. Dia sangat membutuhkan sentuhan dari pria untuk memuaskan hasratnya. Apalagi saat ini dia dalam pengaruh obat, sehingga bertindak aktif dan agresif ketika bersenang-senang dengan dua pria dewasa yang sangat berpengalaman.Pikirannya kosong. Hanya hasrat yang memburu sedang menguasai hati serta pikirannya. Senyuman dan lenguhannya menandakan kepuasan Sera akan perlakuan dan sentuhan dari kedua pria yang bermain dengannya. "Siapa sebenarnya dia?" tanya Hero pada sang asisten ketika si pengintai sudah keluar dari ruangan tersebut bersama dengan kedua pria suruhan mereka. "Dia suruhan dari pria yang menemui anda di ruang pesta," jawab sang asisten seraya memberika
Tepuk tangan meriah mengiringi pemasangan cincin di kedua jari pasangan yang sedang bertunangan. Hero dan Serena merupakan pasangan yang berbahagia pada hari ini. Semua keluarga besar, kolega, dan rekan kerja telah datang untuk menjadi saksi peristiwa penting tersebut, dan tentu saja mereka berbondong-bondong memberikan ucapan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia.Setelah semua rangkaian acara selesai dilakukan, dan mengantarkan sang kekasih hati pulang bersama keluarganya, Hero meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk beristirahat sejenak, meninggalkan pesta tersebut yang masih dipenuhi oleh tamu undangan."Tolong bawakan saya obat sakit kepala," perintah Hero pada asistennya, sembari berjalan keluar dari area pesta.Tanpa menunggu lama, sang asisten pun bergegas mengambilkan obat untuk sang bos, dan membawakan sebotol air mineral untuk dibawa ke ruang peristirahatan yang hanya digunakan pada saat pesta berlangsung.Di dalam ruangan itu, seorang pemuda berpenampilan rapi de
Perkataan Sean terngiang-ngiang di telinga Hero, hingga menyita pikirannya. Pemuda tersebut memikirkan panggilan Sean padanya. 'Putra? Kenapa pria tadi memanggilku sebagai putranya? Apa aku mirip dengan putranya?' batin Hero sembari membayangkan percakapannya bersama dengan Sean.Dirinya mengatakan bahwa tidak akan terpengaruh dengan perkataan pria asing tersebut. Akan tetapi, hatinya menolak untuk melupakannya. Kata "putra" masih saja membekas pada ingatannya. "Ada apa, Hero? Apa kamu gugup?" tanya seorang pria baya sembari terkekeh duduk di sampingnya.Sontak saja pemuda tampan yang menjadi sorotan dalam acara tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Seketika dia terkejut tatkala melihat sosok pria yang menjadi panutannya selama ini."Papa?! Sejak kapan Papa berada di sini?"Dave tersenyum, dan menepuk-nepuk lirih pundak putranya, seraya berkata,"Apa yang sedang kamu khawatirkan? Bukankah seorang Hero tidak pernah sekali pun merasa khawatir?" Hero menghela nafasnya. Dia tersenyum
"Sean?!" celetuk Celine yang terkejut melihat sang mantan suami berdiri di hadapannya sambil tersenyum."Kamu bertambah cantik. Aku senang bisa melihatmu lagi, Sayang," tutur Sean sembari tersenyum, dan tatapan matanya seolah sedang menginginkan sang wanita.Celine menguatkan dirinya, agar terlihat tidak terpengaruh oleh kehadiran sang mantan. Sayangnya, ekspresi tubuhnya tidak mengatakan demikian. Dadanya bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang memburu menahan ketakutannya. 'Mimpi itu menjadi kenyataan. Tidak. Aku tidak boleh terlihat lemah dan takut padanya. Aku harus bersikap berani dan tidak terpengaruh dengan kehadirannya,' batin sang wanita dengan mencengkeram erat dress yang dipakainya."Kenapa kamu berada di sini?" tanya Celine yang berusaha terlihat berani di hadapan mantan suaminya.Sean menyeringai. Dia menatap lapar pada wanita cantik yang ada di hadapannya. Memang benar jika Sean semakin tertarik ketika melihat mantan istrinya. Dia tidak menampiknya, dan rasa in