“Akh…..” terdengar desahan panjang keluar dari bibir mungil si pemilik tubuh seksi dan menggairahkan, tubuhnya juga menggeliat dasyat.
Bagaimana tidak mendesah panjang, ketika bibir seorang pria tengah menyesap dan mengulum puncak pink salah satu gundukan kenyal miliknya, sedangkan sebuah tangan kekar tengah meremas-remas gundukan miliknya yang satunya. Dua buah gundukan nan kenyal itu telah dikuasai pria tampan yang sudah sejak setengah jam yang lalu sepertinya tidak ada capeknya untuk menyesap, menjilat dan mengulum. Seolah-olah menemukan. Air kehidupan yang selama ini tidak pernah dia temukan dalam perjalanan panjangnya.Lelaki tampan itu tersenyum dengan sangat manis, kemudian mendekatkan wajahnya pada wanita itu lalu mencium bibir wanita itu dengan lembut, dan detik selanjutnya sang wanita merasakan tubuhnya melayang bersamaan dengan suara petir diluar sana, diiringi hujan deras, membuat suasana semakin mendukung dua anak manusia untuk saling beradu peluh di ranjang.Beryl Jovanka, wanita berusia 25 tahun, berprofesi sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan eksport import makanan ringan, selalu mengikuti kemanapun sang pemimpin perusahaan pergi melakukan perjalanan bisnisnya, sekaligus perjalanan panas mereka. Beryl tidak pernah menyangka, sejak tiga tahun yang lalu berpindah pekerjaan.Menyebabkan dirinya bertemu dengan pria setampan dan semanis Gabriel Daffa Dirgantara, atau biasa dipanggil Gaga. Pemimpin perusahaan tempat Beryl bekerja dan menjadi sekretarisnya. Pria tampan berusia 27 tahun, jangan lupa juga seorang pria berdarah Inggris, tampan itu sudah pasti.Beryl bahkan tidak peduli sang bos sudah memiliki seorang istri, namun memang belum dikaruniai anak, entah karena apa. Beryl, sang sekretaris yang selalu memenuhi segala keperluan sang bos dalam pekerjaannya maupun perjalanan bisnisnya, sekaligus melayani sang bos ketika ranjang mereka terasa dingin sehingga memerlukan sentuhan panas dari setiap gerakan pertautan mereka. Hubungan asmara mereka selama ini memang tidak pernah terekspos oleh publik, mengingat Mommynya Gaga tidak setuju dengan hubungan mereka berdua."Jalan-jalan, Sayang. Nambah koleksi lingiere dan tas atau sepatu," kata Gaga sambil mendusel manja di dada wanita itu.Wanita mana yang tidak suka dengan barang branded, meski harus melakukan kegiatan panas dengan suami orang pun, dia rela. Gaga tidak pernah absen menyapu setiap inchi tubuhnya dalam setiap kesempatan, bahkan di kantor pun pria itu kadang meminta Beryl untuk memberikan kenikmatan ranjang, sensasi bercinta diatas meja kerja tentunya."Sebentar, aku lelah," keluh Beryl, "Kamu benar-benar ganas sekali, sayang.""Tapi kamu suka, kan?" tanya Gaga"Siapa tidak suka dengan semua sentuhanmu. Pasti istrimu juga sangat suka dengan setiap sentuhanmu," jawab Beryl"Aku tidak pernah menyentuhnya," kata Gaga, "Nggak ada nafsu sekalipun dia tidak memakai apapun didepanku.""Hanya kamu yang membuat seluruh tubuhku bergetar dan selalu menginginkan lebih, bahkan jika boleh, bisa sampai 10 ronde," lanjut Gaga.Beryl tentu sangat tersanjung dengan perkataan pria itu. Gaga memang benar-benar mencintainya. Sikap Gaga berbeda jauh jika bersama istrinya, Elena. Pria itu selalu dingin dan tidak memiliki rasa sama sekali pada wanita yang sudah satu tahun ini menjadi istrinya."Kenapa nggak diceraikan aja istrinya?" tanya Beryl, "Elena kan juga pasti tidak mau hubungannya di gantung terus.""Elena mana mungkin mau meninggalkan aku, sumber keuangan dirinya dari mana kalau bukan dari aku. Kerja jadi model memang berapa penghasilannya?" jawab Gaga, "Selama dia belum mendapatkan pria yang bisa lebih dari aku, mana mungkin dia meninggalkan aku. Lagi pula ada Mommy. Aku tidak mau Mommy jadi sakit hanya karena masalah aku dengan Elena.""Kamu nggak curiga dia ada hubungan dengan laki-laki lain?" tanya Beryl"Buat apa curiga. Toh kami sepakat untuk tidak saling ikut campur urusan kami," jawab Gaga, "Sayang! Kenapa malah membahas dia! Ayo mandi atau aku terkam lagi!""Tidak mau!" teriak wanita itu yang langsung kabur ke kamar mandi, membuat Gaga terkekeh sendiri, suka sekali dia menggoda kekasih sekaligus sekretarisnya itu.Mereka lalu keluar dari kamar hotel dan berbelanja, hampir semua tas belanja yang dipegang Gaga adalah belanjaan Beryl. Gaga tidak mempermasalahkan, karena dia memang suka memanjakan wanita itu, apapun yang ingin dibeli wanita itu langsung dipenuhi."Sayang, carikan oleh-oleh untuk Elena. Hanya formalitas saja," pinta Gaga seperti biasa."Akan aku carikan tas dan sepatu saja, dia kan model, suka tas dan segala macam bentuk sepatu," balas Beryl. Wanit itu juga tidak keberatan jika diminta Gaga untuk memilihkan oleh-oleh bagi istrinya, karena paling-paling hanya satu tas saja, sedangkan belanjaan miliknya bisa sampai 10 tas.Keduanya lalu menikmati senja di sebuah cafe, menikmati makanan yang ada di cafe itu sambil bercanda ria, tidak peduli lagi tentang apa yang sebenarnya tengah mereka jalani selama ini, memiliki hubungan layaknya suami istri namun tanpa ikatan, mereka lakukan demi rasa cinta mereka yang begitu besar, namun terhalang status juga restu.Akhirnya mereka kembali ke kamar hotel, dan seperti biasa, Gaga langsung menerjang tubuh sintal wanita itu, menciuminya dengan penuh hasrat, membuat Beryl belingsatan tidak karuan, apalagi posisinya didudukkan di meja tinggi yang ada dikamar itu."Sayang..." rengek Beryl, "Aku lelah.""Lelah? Bener lelah"? tanya Gaga tidak percaya, "Kamu cukup diam dan menikmati saja, Baby."Beryl mengerucutkan bibirnya, "Diam dan menikmati saja itu menurutmu, memangnya mendesah dan mencapai klimaks itu tidak butuh tenaga!?"Gaga seketika tertawa terbahak-bahak mendengar ocehan kekasihnya, "Ayolah, sayang. Sekali saja lalu kita tidur. Seperti biasa, kamu hanya perlu mengeluarkan tenaga. Hanya untuk mendesah dan mencapai klimaks. Bagaimana?""Aku lelah, sayang," rengek Beryl, namun rengekan wanita itu tidak diindahkan pria yang sepertinya tidak memiliki rasa lelah itu. Kembali pria itu menerjang bibir sensual wanita cantik itu, hingga keduanya saling memagut. Semalas-malasnya Beryl melayani Gaga, namun pada akhirnya, wanita itu menikmatinya juga. Gaga memang selalu pandai membuat Beryl merasakan bagaimana rasanya terbang di awang-awang dengan segala sentuhan lembutnya.“Minimal setengah jam, besok kita beli belanja lagi. Bukankah tadi kita belum sempat mampir ke gerai produk terbarunya Dior, aku lihat katalognya kemarin di internet, ada produk baru yang pastinya kamu sangat suka, dan didunia ini hanya ada lima, sayang, kamu tidak mau?” tanya Gaga sambil tersenyum, "Dan kali ini keluarkan cairanmu sebanyak mungkin, nanti aku habiskan lagi."Wanita mana yang tidak suka dengan barang branded, meski harus melakukan kegiatan panas dengan suami orang pun, dia rela. Gaga tidak pernah absen menyapu setiap inchi tubuhnya dalam setiap kesempatan, bahkan di kantor pun pria itu kadang meminta Beryl untuk memberikan kenikmatan ranjang, sensasi bercinta diatas meja kerja tentunya."Sesuai permintaan sayang ...."Beryl hanya tersenyum, tubuhnya tengah merasakan hunjaman otot berurat itu didalam palung lembahnya yang paling dalam, dan kali keempat Beryl mencapai klimaksnya diatas tubuh Gaga.“Lanjutkan!” seru Gaga, “Baru setengah jalan waktunya. Aku belum puas kalau kamu benar-benar belum klimaks sampai 10 kali, Sayang."Beryl berhenti sejenak untuk mengumpulkan tenaga, dan akhirnya kembali menggenjot Gaga dari atas, membuat Gaga sendiri berteriak pelan setiap kali merasakan tongkat beruratnya menyentuh bagian terdalam milik Beryl, seperti diremas-remas nikmat rasanya. Sebenarnya dia sudah lelah, tetapi kenikmatan mengalahkan segalanya, dia selalu ingin dan ingin lagi, seolah bercinta tidak pernah membuatnya puas, sedangkan Gaga. Pria yang memiliki kekuatan besar untuk bercinta sampai semalaman itu sepertinya selalu menginginkan dirinya klimaks berkali-kali dahulu baru dirinya puas.Kamar hotel kelas suite room menjadi saksi bisu percintaan mereka, percintaan yang dilakukan tanpa ada ikatan sam
1 tahun yang lalu..."Mom, aku belum ingin menikah! Mommy tahu kan aku masih ingin berkarir!" seru Gaga, sambil menatap sebal pada wanita yang sudah berusia 50 tahunan dihadapannya itu."Mau sampai kapan kamu menunda? Usiamu sudah 27 tahun dan kamu belum menikah. Mommy hanya ingin kamu bahagia sebelum Mommy menutup mata, sayang. Dan Elena adalah gadis yang tepat untuk kamu. Menikah tidak akan mempengaruhi pekerjaan dan karirmu!""Belum 30 tahun, Mom. Aku masih muda," elak Gaga lagi, "Diluar sana banyak pria yang baru menikah setelah umur 40 tahun.""Mommy tidak mau tahu, pokoknya kamu harus menikah dengan Elena," balas wanita itu, "Wanita itu cantik dan cerdas, seksi lagi. Kamu pasti menyukainya! Mommy hanya ingin kamu mendapatkan wanita yang tepat untuk anak laki-laki Mommy."Wanita itu, Cecilia Dirgantara, adalah mommynya Gaga. Wanita itulah yang menginginkan Gaga menikah dengan Elena, anak dari sahabatnya yang bernama Wilona. Wilona sebenarnya hanyalah orang biasa, namun memang mer
Gaga baru sampai dirumah ketika sore hari, terlihat Mommynya tengah menikmati secangkir teh hangat diteras rumah dengan ditemani Elena. Pria itu kemudian menghampiri keduanya."Sudah pulang, Sayang," sapa Elena yang kemudian memberikan ciuman ditangan Gaga, dan Gaga hanya membalas dengan memberikan ciuman pada kening istrinya."Mommy baik-baik saja?" tanya Gaga. Pria itu mencium wanita tua itu."Mommy selalu sehat, apalagi melihat kalian terlihat semakin harmonis saja," jawab Cecilia sambil tersenyum"Aku ke kamar dulu," kata GagaPria itu lalu meninggalkan kedua wanita beda generasi itu. Seolah dia enggan berlama-lama berbasa-basi dan bersikap mesra dengan istrinya, didepan mommynya.Gaga bergegas masuk kedalam kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Rasa lelah karena perjalanan Singapura-Indonesia seakan hilang setelah berendam di bathup. Cukup lama Gaga berendam disana, dan kemudian keluar dari kamar mandi sudah dalam keadaan segar. Terlihat Elena sudah ada didal
Gaga tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk bercinta dengan sekretarisnya, bahkan hampir setiap waktu dia melakukannya di kantor, disela-sela kesibukan mereka bekerja, kecuali jika Beryl tengah datang bulan.Tidak ada orang kantor yang tahu soal hubungan spesial mereka, yang kini menjadi hubungan terlarang karena semua orang tahu jika Gaga sudah menikahi model cantik bernama Elena, sehingga Beryl pada akhirnya berubah status menjadi kekasih gelapnya Gaga."Oh! Shit! Kenapa tubuhmu selalu saja membuatku menginginkan lebih, sayang!" seru Gaga sambil menghentak-hentakkan miliknya maju mundur dengan Beryl ada didepannya, Gaga melakukan manuver serangan dari belakang, sementara Beryl berpegangan pada meja kerja Gaga."Ah! Sayang, faster! I like it!" balas Beryl tidak kalah seru dengan Gaga. Wanita itu memang selalu bisa mengimbangi setiap gerakan Gaga dan sentuhan-sentuhan yang diberikan Gaga. Sepagi ini saja wanita cantik itu sudah mencapai klimaks nya sebanyak 2 kali."Almost there
Siang itu, Gaga baru saja selesai melakukan rapat staf dengan ditemani Beryl. Keduanya lalu sama-sama duduk di sofa yang ada diruang kerja Gaga. Gaga tengah ingin bermanja dipelukan wanita cantik itu, tapi Beryl menolak. Apalagi Beryl tengah memangku laptopnya."Sayang, kamu kenapa?" tanya Gaga"Tunggu sebentar, Sayang. Aku sedang mengecek sesuatu," jawab Beryl"Pekerjaan sudah selesai, kenapa kamu masih saja sibuk dengan laptopmu?" tanya Gaga sambil mengerucutkan bibirnya"Karena ini lebih penting dari godaanmu," jawab Beryl dengan tanpa memandang wajah pria yang dia cintai itu. Matanya tetap tertuju pada laptopnya.Gaga akhirnya memposisikan duduknya kembali menjadi tegak, agak kesal karena wanita kesayangannya itu justru sibuk dengan pekerjaannya sendiri."Lihat ini!" seru Beryl sambil menunjukkan layar laptopnya. Yang dilihat Gaga hanya semacam kode-kode yang tidak dia pahami."Apanya yang dilihat?" tanya Gaga, tidak mengerti, "Kalau kamu menunjukkan aku angka-angka profit keuanga
Gaga mempercepat langkah kakinya, koridor rumah sakit serasa seperti lorong kematian untuknya. Semalam Brenda memberiakan kabar jika mamanya masuk rumah sakit karena serangan jantung. Tetapi Gaga terlalu pulas tidur dipelukan Beryl, sehingga dia mengabaikan pesan penting dari Brenda.ICU adalah ruang yang dituju Gaga saat ini, karena Cecilia harus dirawat intensif disana. Elena dan ibunya juga terlihat sudah ada disana. "Kamu sudah pulang?" tanya Gaga agak heran, kenapa Elena lebih cepat sampai dibanding dirinya. Pria itu mengecup kening Elena, hanya untuk basa-basi didepan mertuanya."Kebetulan masih ada penerbangan malam," jawab Elena"Bagaimana Mommy?" tanya Gaga"Masih sama seperti seperti malam, Tuan," jawab Brenda, "Kata dokter memang orang dengan riwayat stroke bisa saja terjadi serangan jantung mendadak."Gaga lalu masuk kedalam ruang perawatan Mommynya, terlihat wanita tua itu sudah dipasang berbagai macam alat."Mom, kenapa Mommy seperti ini lagi?" tanya Gaga sambil mencium
Gaga tampak baru saja membuka matanya setelah mendapatkan kecupan singat dari Elena. Wanita itu tampak sudah bangun dan terlihat rapi."Kenapa tidak membangunkanku?" Tanya Gaga dengan suara khas bangun tidurnya"Tidurmu nyenyak sekali, aku tidak rela membangunkanmu," jawab Elena, "Aku sudah siapkan sarapan untukmu. Aku harus pergi dulu, karena ada pemotretan terakhir."Gaga hanya menganggukkan kepala saja. Percintaan semalam baginya terasa biasa saja, dia bahkan sudah menebak bahwa bukan dirinya pria pertama yang memasuki lembah kenikmatan milik sang istri, namun Gaga tidak peduli, toh dia sudah mendapatkan dari Beryl selama ini."Ternyata kamu sudah pernah merasakan nikmatnya bercinta dengan pria lain sebelum bersamaku," kata Gaga sambil menggelengkan kepalanya, "Semoga kali ini kamu tidak membohongiku dengan mengatakan benih dalam rahimmu kelak adalah benihku, padahal ternyata bukan."Gaga lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia harus berangkat ke kantor untuk meng
"Hufff!" Gaga menarik dalam nafasnya, menatap lingkaran merah pada kalender, ini adalah bulan ketiga pernikahannya dengan Elena.Dari kejauhan Gaga menatap tubuh Elena setiap inchi nya, namun tak pernah menunjukkan perubahan apapun pada wanita yang ia nikahi 6 bulan yang lalu."Apakah ini juga nggak akan berhasil," gumam Gaga membaringkan tubuhnya terlentang di ranjang mewah, kedua tangannya menopang kepala, pandangannya pun nanar menatap langit-langit kamar yang berubah membosankan.Elena hanya menghela panjang, menatap Gaga yang tidur menatap ke langit-langit kamar. Perlahan mendekati Gaga yang langsung memiringkan tubuhnya ke arah lain, membelakangi Elena."Mas!" bisik Elena, jari-jarinya menari-nari di sekujur tubuh pria itu memancing."Elena, hari ini aku capek sekali, jadi aku harap kamu mengerti, please!" pinta Gaga tanpa menatap Elena sedikitpun, semangatnya untuk mendekati Elena sirna sudah setelah mata elangnya terpapar dengan kalender yang terpajang di sisi dinding.Elena m
Elena baru saja tiba di rumah setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tubuhnya masih terasa lemas, namun ada rasa lega yang melingkupi hatinya. Gaga, yang selama ini tampak dingin dan tak peduli, kini berubah menjadi pria yang perhatian. Ia tak pernah membayangkan Gaga akan seperti ini—mengingatkannya untuk makan secara teratur, memastikan dia istirahat, bahkan terlihat cemas saat Elena terbaring lemah di rumah sakit.Namun, di balik semua perhatian itu, Elena merasa ada yang tidak beres. Di satu sisi, ia senang karena perhatian Gaga memberikan rasa nyaman, terutama di masa-masa sulit seperti ini. Tapi di sisi lain, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Gaga bukanlah pria yang pernah ia cintai—perasaannya tetap tertambat pada Farhan, pria yang dulu meninggalkan jejak mendalam di hatinya. Farhan adalah cinta pertamanya, seseorang yang tak pernah benar-benar bisa ia lupakan.Elena menyadari, selama beberapa minggu terakhir, hubungannya dengan Gaga terasa
Elena terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas. Perasaan mual yang terus menghantuinya setiap pagi membuat tubuhnya semakin rentan, namun di balik rasa tak nyaman itu, ada satu perasaan lain yang kini menghantui hatinya—rindu pada Farhan. Meski berada dalam pernikahan dengan Gaga, pikirannya terus berkelana pada pria lain yang mengisi ruang-ruang kosong dalam hatinya.Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia meraih ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang. Dia mencari nama Farhan di daftar kontaknya dan segera meneleponnya. Beberapa detik berlalu, suara di seberang menjawab.“Halo, sayang?” suara Farhan terdengar, nada malas dan dingin, tapi Elena tidak menyadarinya. Di telinganya, suara itu masih lembut, seperti biasa.“Farhan, aku dengar Gaga marah-marah soal perusahaannya tadi pagi. Apa itu ulah kamu?”
Pagi itu, Gaga terbangun dengan suasana hati yang cukup baik. Namun, suasana berubah drastis ketika sebuah panggilan dari Beryl mengejutkannya.Telepon berdering keras, memecah keheningan di kamar. Gaga segera meraihnya dan melihat nama Beryl di layar. "Sayang, ada apa?" tanyanya, masih dengan suara serak karena baru bangun."Ada masalah besar, Mas," jawab Beryl dengan nada tegang. "Saham perusahaan kita merosot tajam. Aku sedang memeriksa sistem, dan sepertinya seseorang berhasil membobol backdoor perusahaan."Gaga terdiam sejenak, otaknya yang masih setengah tidur langsung terjaga sepenuhnya. "Apa? Bagaimana bisa terjadi?""Aku juga baru mengetahuinya. Aku langsung menyalakan laptop dan mengecek laporan pagi ini. Ada yang mengakses data kita melalui jalur belakang. Ini bukan serangan biasa," jawab Beryl, suara di telepon terdengar serius dan penuh fokus.Gaga mulai merasakan keringat dingin di punggungnya. Dia segera duduk tegak di tempat tidur,
Gaga menatap Beryl yang masih bergelung manja di balik selimut, senyumnya tak kunjung pudar. Ruangan tersembunyi di dalam ruang kerja itu seakan menjadi surga kecil bagi mereka. Setelah malam yang penuh gairah dan kehangatan, Gaga merasakan ketenangan yang mengalir di dalam jiwanya. Dia ingin setiap momen seperti ini berlanjut selamanya, meski tahu bahwa dunia di luar sangat rumit. "Beryl," kata Gaga lembut, sambil mengelus rambut Beryl yang terurai. "Kamu tahu kan, aku cuma ingin melindungi kamu." Beryl mendongak, tatapannya penuh perasaan. "Mas, kamu kelewatan! Aku kan nggak ngapa-ngapain sama Farhan," ujarnya dengan nada sedikit merajuk. Suaranya yang manis itu selalu membuat Gaga merasa ingin melindunginya dari segalanya. Gaga hanya tersenyum, memejamkan matanya kembali dan memeluk Beryl lebih erat. "Tapi aku tidak suka kamu disentuh dia!" balasnya, suaranya tegas meski lembut. "Eh, kamu itu egois!" Beryl mencecar, sedikit menggerutu. "Kamu bebas bersentuhan
"Jangan mulai berpikir tidak waras, Beryl! Kamu bisa celaka sendiri jika menyerahkan diri pada si brengsek itu." Gaga menatap tak suka pada keputusan wanita yang ada di hadapannya.Beryl yang duduk di pangkuan Gaga, mengalungkan tangannya ke leher Gaga sambil tersenyum. "Jangan khawatir, Mas! Aku bisa menanganinya sendiri," Beryl berusaha menyakinkan Gaga.Gaga menghela panjang, melepaskan tangan Beryl perlahan. "Aku tak bisa menampik hal itu, Beryl! Tapi bagaimana nanti jika Farhan memanfaatkan keadaan, bukan hanya kamu saja, akan tetapi juga perusahaan." terang Gaga yang telah berdiri di tepi jendela kaca dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, menatap hampa pemandangan yang ada di depan mata.Beryl berjalan mendekat ke arah Gaga. "Aku nggak bisa tinggal diam melihat orang-orang disekeliling kamu berkhianat, Mas! Jadi aku rasa nggak ada jalan lain selain aku mendekati Farhan," kata Beryl kukuh pada keya
Dua minggu kemudian.Dengan wajah tegang, Gaga mempercepat laju mobil sport keluaran terbaru miliknya menuju ke rumah sakit.Sesuai janji yang telah disepakati, Gaga menemui dokter yang memeriksa Elena, untuk mengambil sampel hasil tes DNA."Santai Pak Gaga! Jangan tegang begitu, saya yakin apapun hasil tes nya! Itulah yang terbaik," kata dokter itu membuat Gaga semakin gemetaran membuka hasil tes itu."Benar-benar ini membuat saya begitu tertekan dok! Menunggu hasil dan kini akan menyaksikan hasil itu sendiri!" Gaga memperbaiki posisi duduknya.Sementara dokter itu hanya tersenyum, lalu menyuruh Gaga membuka hasil tes itu. "Silahkan Pak," kata dokter menegaskan.Gaga dengan tangan bergetar, membuka dokumen itu, dirinya meyakinkan akan pasrah apapun hasil tes itu.Sejurus kemudian, Gaga terkejut melihat hasil tes DNA yang menyatakan bahwa
"Hufff!" Gaga menarik dalam nafasnya, menatap lingkaran merah pada kalender, ini adalah bulan ketiga pernikahannya dengan Elena.Dari kejauhan Gaga menatap tubuh Elena setiap inchi nya, namun tak pernah menunjukkan perubahan apapun pada wanita yang ia nikahi 6 bulan yang lalu."Apakah ini juga nggak akan berhasil," gumam Gaga membaringkan tubuhnya terlentang di ranjang mewah, kedua tangannya menopang kepala, pandangannya pun nanar menatap langit-langit kamar yang berubah membosankan.Elena hanya menghela panjang, menatap Gaga yang tidur menatap ke langit-langit kamar. Perlahan mendekati Gaga yang langsung memiringkan tubuhnya ke arah lain, membelakangi Elena."Mas!" bisik Elena, jari-jarinya menari-nari di sekujur tubuh pria itu memancing."Elena, hari ini aku capek sekali, jadi aku harap kamu mengerti, please!" pinta Gaga tanpa menatap Elena sedikitpun, semangatnya untuk mendekati Elena sirna sudah setelah mata elangnya terpapar dengan kalender yang terpajang di sisi dinding.Elena m
Gaga tampak baru saja membuka matanya setelah mendapatkan kecupan singat dari Elena. Wanita itu tampak sudah bangun dan terlihat rapi."Kenapa tidak membangunkanku?" Tanya Gaga dengan suara khas bangun tidurnya"Tidurmu nyenyak sekali, aku tidak rela membangunkanmu," jawab Elena, "Aku sudah siapkan sarapan untukmu. Aku harus pergi dulu, karena ada pemotretan terakhir."Gaga hanya menganggukkan kepala saja. Percintaan semalam baginya terasa biasa saja, dia bahkan sudah menebak bahwa bukan dirinya pria pertama yang memasuki lembah kenikmatan milik sang istri, namun Gaga tidak peduli, toh dia sudah mendapatkan dari Beryl selama ini."Ternyata kamu sudah pernah merasakan nikmatnya bercinta dengan pria lain sebelum bersamaku," kata Gaga sambil menggelengkan kepalanya, "Semoga kali ini kamu tidak membohongiku dengan mengatakan benih dalam rahimmu kelak adalah benihku, padahal ternyata bukan."Gaga lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia harus berangkat ke kantor untuk meng
Gaga mempercepat langkah kakinya, koridor rumah sakit serasa seperti lorong kematian untuknya. Semalam Brenda memberiakan kabar jika mamanya masuk rumah sakit karena serangan jantung. Tetapi Gaga terlalu pulas tidur dipelukan Beryl, sehingga dia mengabaikan pesan penting dari Brenda.ICU adalah ruang yang dituju Gaga saat ini, karena Cecilia harus dirawat intensif disana. Elena dan ibunya juga terlihat sudah ada disana. "Kamu sudah pulang?" tanya Gaga agak heran, kenapa Elena lebih cepat sampai dibanding dirinya. Pria itu mengecup kening Elena, hanya untuk basa-basi didepan mertuanya."Kebetulan masih ada penerbangan malam," jawab Elena"Bagaimana Mommy?" tanya Gaga"Masih sama seperti seperti malam, Tuan," jawab Brenda, "Kata dokter memang orang dengan riwayat stroke bisa saja terjadi serangan jantung mendadak."Gaga lalu masuk kedalam ruang perawatan Mommynya, terlihat wanita tua itu sudah dipasang berbagai macam alat."Mom, kenapa Mommy seperti ini lagi?" tanya Gaga sambil mencium