Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Sekretaris / 6. Kamu Tinggal Terima Beres

Share

6. Kamu Tinggal Terima Beres

Author: Mima Rahyudi
last update Last Updated: 2024-02-29 04:47:43

Siang itu, Gaga baru saja selesai melakukan rapat staf dengan ditemani Beryl. Keduanya lalu sama-sama duduk di sofa yang ada diruang kerja Gaga. Gaga tengah ingin bermanja dipelukan wanita cantik itu, tapi Beryl menolak. Apalagi Beryl tengah memangku laptopnya.

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Gaga

"Tunggu sebentar, Sayang. Aku sedang mengecek sesuatu," jawab Beryl

"Pekerjaan sudah selesai, kenapa kamu masih saja sibuk dengan laptopmu?" tanya Gaga sambil mengerucutkan bibirnya

"Karena ini lebih penting dari godaanmu," jawab Beryl dengan tanpa memandang wajah pria yang dia cintai itu. Matanya tetap tertuju pada laptopnya.

Gaga akhirnya memposisikan duduknya kembali menjadi tegak, agak kesal karena wanita kesayangannya itu justru sibuk dengan pekerjaannya sendiri.

"Lihat ini!" seru Beryl sambil menunjukkan layar laptopnya. Yang dilihat Gaga hanya semacam kode-kode yang tidak dia pahami.

"Apanya yang dilihat?" tanya Gaga, tidak mengerti, "Kalau kamu menunjukkan aku angka-angka profit keuangan perusahaan aku paham. Ini hanya angka-angka rumit dan seperti konfigurasi-konfigurasi yang aku nggak jelas maksudnya apa."

"Seminggu terakhir ini perusahaan oleh Malware," jawab Beryl

"Apa itu malware? Aku sedikit tahu saja soal itu," kata Gaga

"Malware (Malicious Software) merupakan sebuah program yang dirancang bertujuan untuk merusak dengan menyusup ke sistem komputer." Beryl menjelaskan, "Data perusahaan sedang tidak aman, sepertinya penyusup mengincar aset perusahaan."

"Dari mana kamu tahu? Dan siapa pelakunya?" tanya Gaga. Kali ini dia tampak berwajah serius

"Aku tidak bisa menebak pelakunya siapa, tapi yang jelas dia adalah orang yang tahu seluk beluk perusahaan ini. Tentu saja bukan ornag IT perusahaan kita, karena jika itu orang IT maka mereka sama saja bunuh diri," jawab Beryl, "Sejauh ini IT perusahaan semuanya bisa dipercaya karena mereka juga dibawah perusahaan mereka sendiri, jika sampai mereka melakukan itu, maka itu akan merusak reputasi perusahaan mereka sendiri dan akan berdampak pada ketidakpercayaan perusahaan pengguna jasa IT mereka."

"Jadi, siapa pelakunya?" tanya Gaga, "Diperusahaan ini selain orang IT dan kamu yang tahu masalah seperti ini hanya kamu."

"Kamu harus selidiki, sayang. Aku yakin ini pasti ulah orang dalam dengan motif tertentu," jawab Beryl

"Kamu mencurigai seseorang?" tanya Gaga

"Iya, tapi nggak punya bukti cukup kuat. Karena ini baru dugaanku saja," jawab Beryl, "Aku harap kamu jangan gegabah dalam bertindak. Selidiki dulu saja motifnya apa."

"Siapa orang itu?" tanya Gaga

"Farhan," jawab Beryl, "Waktu itu, ketika aku hendak ke pantry untuk membuat kopi, tanpa sengaja aku melihatnya tengah didepan laptop dan tengah mengutak-atik data di laptopnya."

Gaga terdiam, setahu Gaga, reputasi Farhan selama ini sebagai bagian departemen keuangan diperusahaannya bagus, tidak ada masalah dan selalu jujur. Bagaimana bisa Farhan melakukan itu? Lalu apa motifnya?

"Aku akan segera selidiki masalah ini, yang penting kamu selalu memantau data keamanan perusahaan. Lalu, apakah sekarang sudah aman?" tanya Gaga sambil menatap wanita itu dengan tatapan menggemaskan.

"Sudah aku amankan," jawab Beryl

"Pulang, Yuk!" ajak Gaga

"Masih terlalu sore," balas Beryl

"Ah, sayang, aku ingin bercinta denganmu, hanya kamu obat lelahku," rengek Gaga

Beryl hanya bisa memandang langit-langit ruang kerja Gaga dengan tatapan sebal, selalu saja pria itu ujung-ujungnya urusan ranjang. Tapi Beryl juga menikmatinya, seolah setiap sentuhan yang diberikan Gaga adalah candu untuknya.

"Tapi, aku sedang ingin suasana berbeda, sayang," bisik Beryl

"Oh, tentu, sayang. Kamu ingin apa?" tanya Gaga

"Bercinta di meja kerjamu," jawab Beryl sambil menunjuk ke meja kerja Gaga. Ini bukan kali pertama mereka bercinta di meja kerja itu, sudah tidak terhitung lagi, tapi Beryl sudah beberapa waktu ini tidak merasakannya sensasi bercinta diatas meja kerja.

"Sesuai permintaan, sayang!" seru Gaga yang langsung mengangkat tubuh Beryl dan mendudukkan di meja kerjanya.

Mendudukkan Beryl dimeja kerjanya membuat posisi kepala Beryl sedikit lebih tinggi dari kepala Gaga, sehingga wanita itu dengan mudah melumat bibir seksi pria tampan itu, dan menguntungkan Gaga karena dengan mudah pria itu sudah melucuti pakaian kerja Beryl.

"Kamu selalu saja membuatku menginginkan lebih, sayang," bisik Gaga ditelinga Beryl, memberikan sensasi getaran tersendiri, "Akan aku buat kamu memohon menjerit dan memohon lagi, sayang."

Tidak menunggu waktu lama, Gaga sudah bermain dibawah sana disertai erangan-erangan dasyat dari mulut Beryl, dan kemudian dilanjutkan hunjaman-hunjaman keras yang menohok bagian terdalam milik Beryl, membuat wanita itu benar-benar menjerit dan mendesah silih berganti, hingga lolongan panjang terdengar diantara keduanya. Mencapai nikmat secara bersamaan dalam sebuah keintiman adalah sensasi tersendiri bagi mereka.

Hari semakin larut malam, Beryl segera merapikan pakaiannya, dan Gaga juga melakukan hal yang sama. Mereka kemudian keluar dari kantor secara bersamaan dengan kondisi kantor sudah sepi karena karyawan sudah pulang.

Sebelum tiba di apartemen, mereka menyempatkan mampir cafe untuk makan malam, dan seperti biasa keduanya memilih duduk dipojokan supaya tidak terlihat orang banyak, karena bisa saja salah satu rekan bisnis Gaga atau mungkin teman Beryl ada yang melihat mereka tengah jalan berdua. Memang sudah bukan hal luar biasa lagi ketika seorang bos jalan dengan sekretarisnya dengan alasan pekerjaan.

"Sayang, aku punya satu permintaan jika kamu mau?" tanya Gaga

"Apa?"

"Hentikan minum pil KBnya," kata Gaga

"Hah!? Yang benar saja, aku bisa hamil," protes Beryl

"Ujung dari sebuah hubungan adalah memiliki anak bukan? Dan aku ingin kamu punya anak, kita menikah saja, tapi statusmu sementara waktu ini adalah istri keduaku," kata Gaga, "Aku ada niatan untuk mengatakan pada Elena kalau aku ingin menikah lagi. Dia tidak akan keberatan pastinya."

"Kamu yakin Elena tidak keberatan?" tanya Beryl

Gaga menganggukkan kepala yakin, sepertinya Gaga sudah lelah melakukan hubungan secara sembunyi-sembunyi dibalik istrinya, toh istrinya selama ini hanyalah istri diatas kertas, jadi mau melakukan apa saja tentu Elena tidak akan peduli.

"Bagaimana aku mengatakan ke ayahmu bahwa aku akan melamar putrinya?" tanya Gaga

"Sayang, kamu kan tahu, aku sudah tidak punya ayah," jawab Beryl

"Astaga! Aku lupa, maaf," kata Gaga dengan cepat. Gaga tahu jika Beryl hanya memiliki seorang ibu dan adik laki-laki yang sedang kuliah saja.

"Ibu pasti tidak akan setuju kalau aku akan menikah dengan pria sudah beristri," kata Beryl, "Satu-satunya orang yang bisa jadi wali nikahku hanyalah adikku."

"Apakah kira-kira adikmu setuju?" tanya Gaga

"Dia pasti akan mau-mau saja kalau sogokannya tepat," jawab Beryl, "Tapi aku mana kuat memenuhi keinginannya. Membiayai kuliahnya saja aku selama ini sudah cukup berat. Tapi aku ingin dia selesai kuliah dan bekerja supaya bisa membahagiakan Ibu."

"Memangnya apa yang diinginkan adikmu?" tanya Gaga

"Motoe sport terbaru," jawab Beryl. Wanita itu tentu saja tidak mau dibilang materialistis karena permintaan yang tidak masuk akal. Takut Gaga berubah pikiran juga, karena tahunya dia cinta sama Gaga karena uangnya.

"Oke, akan aku belikan. Kuliahnya mulai sekarang aku yang tanggung!" seru Gaga

"Tapi-"

"Nggak ada tapi, kamu tinggal bilang saja apa keinginanmu maka aku akan memenuhi," potong Gaga

Beryl hanya bisa pasrah jika sudah seperti ini, uang memang bisa menyelesaikan segala masalah. Mereka lalu keluar dari cafe karena makanan yang mereka pesan sudah habis, tetapi mata Beryl menangkap sesuatu yang ganjil ketika melihat bagian pojok lain cafe itu sambil menunggu Gaga membayar bill makanan yang sudah mereka habiskan.

"Elena bukannya keluar kota? Kenapa ada disini? Sedang ngobrol dengan siapa?" tanya Beryl dalam hati, wanita itu tidak bisa melihat siapa pria yang menjadi lawan bicara Elena karena posisinya memunggungi Beryl.

"Ayo, sayang! Kita pulang!" Gaga menarik lengan Beryl begitu saja, dan Beryl mengikuti langkah Gaga sambil mata tetap melotot kearah meja dimana Elena tengah duduk dengan seseorang.

"Tim IT perusahaan suamimu benar-benar handal, berkali-kali aku mencoba membobolnya, selalu gagal," kata Farhan dengan nada lesu

"Masih bisa dicoba lagi, sayang," balas Elena, "Atau kita jalankan juga cara konvensional?"

"Cara itu terlalu berisiko. Cara aku sebenarnya yang aman, tapi kalau mau dicoba tidak masalah, memangnya kamu mau apa, sayang?" tanya Farhan

"Merayunya dan membuatnya lupa, sehingga tanda tangannya ada di atas materai sebuah surat pernyataan yang sudah aku buat," jawab Elena sambil tersenyum

"Kamu mau tidur dengan dia?" Seketika pria itu cemburu

"Tentu saja tidak, lihat saja nanti caraku, kamu tinggal terima beres," jawab Elena sambil tersenyum licik

Related chapters

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   7. Dua Wanitanya Gaga

    Gaga mempercepat langkah kakinya, koridor rumah sakit serasa seperti lorong kematian untuknya. Semalam Brenda memberiakan kabar jika mamanya masuk rumah sakit karena serangan jantung. Tetapi Gaga terlalu pulas tidur dipelukan Beryl, sehingga dia mengabaikan pesan penting dari Brenda.ICU adalah ruang yang dituju Gaga saat ini, karena Cecilia harus dirawat intensif disana. Elena dan ibunya juga terlihat sudah ada disana. "Kamu sudah pulang?" tanya Gaga agak heran, kenapa Elena lebih cepat sampai dibanding dirinya. Pria itu mengecup kening Elena, hanya untuk basa-basi didepan mertuanya."Kebetulan masih ada penerbangan malam," jawab Elena"Bagaimana Mommy?" tanya Gaga"Masih sama seperti seperti malam, Tuan," jawab Brenda, "Kata dokter memang orang dengan riwayat stroke bisa saja terjadi serangan jantung mendadak."Gaga lalu masuk kedalam ruang perawatan Mommynya, terlihat wanita tua itu sudah dipasang berbagai macam alat."Mom, kenapa Mommy seperti ini lagi?" tanya Gaga sambil mencium

    Last Updated : 2024-03-01
  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   8. Beryl Cemburu

    Gaga tampak baru saja membuka matanya setelah mendapatkan kecupan singat dari Elena. Wanita itu tampak sudah bangun dan terlihat rapi."Kenapa tidak membangunkanku?" Tanya Gaga dengan suara khas bangun tidurnya"Tidurmu nyenyak sekali, aku tidak rela membangunkanmu," jawab Elena, "Aku sudah siapkan sarapan untukmu. Aku harus pergi dulu, karena ada pemotretan terakhir."Gaga hanya menganggukkan kepala saja. Percintaan semalam baginya terasa biasa saja, dia bahkan sudah menebak bahwa bukan dirinya pria pertama yang memasuki lembah kenikmatan milik sang istri, namun Gaga tidak peduli, toh dia sudah mendapatkan dari Beryl selama ini."Ternyata kamu sudah pernah merasakan nikmatnya bercinta dengan pria lain sebelum bersamaku," kata Gaga sambil menggelengkan kepalanya, "Semoga kali ini kamu tidak membohongiku dengan mengatakan benih dalam rahimmu kelak adalah benihku, padahal ternyata bukan."Gaga lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia harus berangkat ke kantor untuk meng

    Last Updated : 2024-03-07
  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   9. Positif Hamil

    "Hufff!" Gaga menarik dalam nafasnya, menatap lingkaran merah pada kalender, ini adalah bulan ketiga pernikahannya dengan Elena.Dari kejauhan Gaga menatap tubuh Elena setiap inchi nya, namun tak pernah menunjukkan perubahan apapun pada wanita yang ia nikahi 6 bulan yang lalu."Apakah ini juga nggak akan berhasil," gumam Gaga membaringkan tubuhnya terlentang di ranjang mewah, kedua tangannya menopang kepala, pandangannya pun nanar menatap langit-langit kamar yang berubah membosankan.Elena hanya menghela panjang, menatap Gaga yang tidur menatap ke langit-langit kamar. Perlahan mendekati Gaga yang langsung memiringkan tubuhnya ke arah lain, membelakangi Elena."Mas!" bisik Elena, jari-jarinya menari-nari di sekujur tubuh pria itu memancing."Elena, hari ini aku capek sekali, jadi aku harap kamu mengerti, please!" pinta Gaga tanpa menatap Elena sedikitpun, semangatnya untuk mendekati Elena sirna sudah setelah mata elangnya terpapar dengan kalender yang terpajang di sisi dinding.Elena m

    Last Updated : 2024-09-27
  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   10. Permintaan Beryl

    Dua minggu kemudian.Dengan wajah tegang, Gaga mempercepat laju mobil sport keluaran terbaru miliknya menuju ke rumah sakit.Sesuai janji yang telah disepakati, Gaga menemui dokter yang memeriksa Elena, untuk mengambil sampel hasil tes DNA."Santai Pak Gaga! Jangan tegang begitu, saya yakin apapun hasil tes nya! Itulah yang terbaik," kata dokter itu membuat Gaga semakin gemetaran membuka hasil tes itu."Benar-benar ini membuat saya begitu tertekan dok! Menunggu hasil dan kini akan menyaksikan hasil itu sendiri!" Gaga memperbaiki posisi duduknya.Sementara dokter itu hanya tersenyum, lalu menyuruh Gaga membuka hasil tes itu. "Silahkan Pak," kata dokter menegaskan.Gaga dengan tangan bergetar, membuka dokumen itu, dirinya meyakinkan akan pasrah apapun hasil tes itu.Sejurus kemudian, Gaga terkejut melihat hasil tes DNA yang menyatakan bahwa

    Last Updated : 2024-09-28
  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   11. Aku Tidak Rela

    "Jangan mulai berpikir tidak waras, Beryl! Kamu bisa celaka sendiri jika menyerahkan diri pada si brengsek itu." Gaga menatap tak suka pada keputusan wanita yang ada di hadapannya.Beryl yang duduk di pangkuan Gaga, mengalungkan tangannya ke leher Gaga sambil tersenyum. "Jangan khawatir, Mas! Aku bisa menanganinya sendiri," Beryl berusaha menyakinkan Gaga.Gaga menghela panjang, melepaskan tangan Beryl perlahan. "Aku tak bisa menampik hal itu, Beryl! Tapi bagaimana nanti jika Farhan memanfaatkan keadaan, bukan hanya kamu saja, akan tetapi juga perusahaan." terang Gaga yang telah berdiri di tepi jendela kaca dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, menatap hampa pemandangan yang ada di depan mata.Beryl berjalan mendekat ke arah Gaga. "Aku nggak bisa tinggal diam melihat orang-orang disekeliling kamu berkhianat, Mas! Jadi aku rasa nggak ada jalan lain selain aku mendekati Farhan," kata Beryl kukuh pada keya

    Last Updated : 2024-09-28
  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   12. Farhan Urusanku

    Gaga menatap Beryl yang masih bergelung manja di balik selimut, senyumnya tak kunjung pudar. Ruangan tersembunyi di dalam ruang kerja itu seakan menjadi surga kecil bagi mereka. Setelah malam yang penuh gairah dan kehangatan, Gaga merasakan ketenangan yang mengalir di dalam jiwanya. Dia ingin setiap momen seperti ini berlanjut selamanya, meski tahu bahwa dunia di luar sangat rumit. "Beryl," kata Gaga lembut, sambil mengelus rambut Beryl yang terurai. "Kamu tahu kan, aku cuma ingin melindungi kamu." Beryl mendongak, tatapannya penuh perasaan. "Mas, kamu kelewatan! Aku kan nggak ngapa-ngapain sama Farhan," ujarnya dengan nada sedikit merajuk. Suaranya yang manis itu selalu membuat Gaga merasa ingin melindunginya dari segalanya. Gaga hanya tersenyum, memejamkan matanya kembali dan memeluk Beryl lebih erat. "Tapi aku tidak suka kamu disentuh dia!" balasnya, suaranya tegas meski lembut. "Eh, kamu itu egois!" Beryl mencecar, sedikit menggerutu. "Kamu bebas bersentuhan

    Last Updated : 2024-09-28
  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   13. Kamu Terima Beres

    Pagi itu, Gaga terbangun dengan suasana hati yang cukup baik. Namun, suasana berubah drastis ketika sebuah panggilan dari Beryl mengejutkannya.Telepon berdering keras, memecah keheningan di kamar. Gaga segera meraihnya dan melihat nama Beryl di layar. "Sayang, ada apa?" tanyanya, masih dengan suara serak karena baru bangun."Ada masalah besar, Mas," jawab Beryl dengan nada tegang. "Saham perusahaan kita merosot tajam. Aku sedang memeriksa sistem, dan sepertinya seseorang berhasil membobol backdoor perusahaan."Gaga terdiam sejenak, otaknya yang masih setengah tidur langsung terjaga sepenuhnya. "Apa? Bagaimana bisa terjadi?""Aku juga baru mengetahuinya. Aku langsung menyalakan laptop dan mengecek laporan pagi ini. Ada yang mengakses data kita melalui jalur belakang. Ini bukan serangan biasa," jawab Beryl, suara di telepon terdengar serius dan penuh fokus.Gaga mulai merasakan keringat dingin di punggungnya. Dia segera duduk tegak di tempat tidur,

    Last Updated : 2024-09-29
  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   14. Aku Tidak Rela Kamu Diperalat

    Elena terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas. Perasaan mual yang terus menghantuinya setiap pagi membuat tubuhnya semakin rentan, namun di balik rasa tak nyaman itu, ada satu perasaan lain yang kini menghantui hatinya—rindu pada Farhan. Meski berada dalam pernikahan dengan Gaga, pikirannya terus berkelana pada pria lain yang mengisi ruang-ruang kosong dalam hatinya.Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia meraih ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang. Dia mencari nama Farhan di daftar kontaknya dan segera meneleponnya. Beberapa detik berlalu, suara di seberang menjawab.“Halo, sayang?” suara Farhan terdengar, nada malas dan dingin, tapi Elena tidak menyadarinya. Di telinganya, suara itu masih lembut, seperti biasa.“Farhan, aku dengar Gaga marah-marah soal perusahaannya tadi pagi. Apa itu ulah kamu?”

    Last Updated : 2024-09-29

Latest chapter

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   18. Harus Bahagia Bersama Beryl

    Gaga menyandarkan tubuhnya ke meja dengan ekspresi serius yang kembali muncul di wajahnya. "Kita bicarakan nanti malam, setelah semuanya selesai," katanya dengan nada yang lebih tegas, menegaskan bahwa mereka berdua harus kembali pada peran mereka sebagai eksekutif di perusahaan ini.Beryl mengangguk lagi, menyesuaikan sikapnya dengan situasi. "Baiklah, Ga. Aku tunggu nanti," jawabnya, suaranya tetap penuh dengan arti meskipun kata-kata yang keluar terdengar biasa.Setelah beberapa detik hening, Gaga melirik ke arah Beryl dan tersenyum. "Sampai nanti, sayang," katanya dengan nada yang lebih lembut, lalu melangkah menuju pintu kantor, meninggalkan Beryl yang masih memandangi dirinya dengan tatapan menggoda.Pagi itu, suasana di ruang rapat kantor terasa tegang. Semua mata tertuju pada Gaga yang duduk di ujung meja, tampak serius dan berwibawa. Farhan, yang duduk di sisi lain meja, tampak lebih santai namun dengan sorot mata yang tajam. Meski mereka berdua tidak banyak berbicara, ada ke

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   17. Pagi Itu Bersama Gaga

    Dalam hati Beryl tersenyum tipis, meski ekspresinya tetap terjaga dengan kesan dingin dan serius. "Kamu mulai masuk perangkapku, Farhan," desisnya dalam hati, merasakan bahwa langkahnya semakin mendekatkan mereka pada tujuan yang ia inginkan. Beryl tahu, ia harus memainkan peranannya dengan hati-hati. Farhan, dengan ambisi besarnya, sedang jatuh ke dalam jebakan yang telah ia siapkan. Semua yang ia butuhkan hanyalah sedikit dorongan, dan Farhan, dengan segala ambisinya, tampak semakin terikat pada janji-janji yang ia tawarkan.Senyum tipis itu tak terlihat di wajah Beryl, namun ada kepuasan yang mengalir di dalam dirinya. Semua yang telah ia rencanakan semakin jelas, dan kini, Farhan adalah bagian penting dari scenario skema balas dendamnya terhadap Gaga. Mungkin Farhan tidak menyadari betapa ia sebenarnya sedang dikuasai oleh permainan Beryl, namun itu tak menjadi masalah baginya. Yang terpenting, ia sudah berhasil menarik Farhan ke dalam permainan ini."Jadi, kita mulai merencanak

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   16. Permainan Baru Dimulai

    Farhan duduk dengan cemberut di depan laptop, matanya terfokus pada layar yang penuh dengan data yang tampaknya sulit untuk ditembus. Keningnya berkerut, dan ia mendecakkan lidahnya dengan kasar."Ckk! Kenapa susah sekali menembus sistem keamanan perusahaan Gaga?" gerutunya, frustrasi dengan kendala yang terus ia hadapi. "Siapa sebenarnya di balik Gaga?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri, berharap bisa menemukan petunjuk yang mengarah pada kelemahan perusahaan itu.Ia menatap layar laptop untuk beberapa saat, lalu menghela napas panjang. "Aku harus bisa mendapatkan saham perusahaan yang sekarang menjadi milik Elena!" katanya dengan tekad, berusaha menyemangati dirinya.Tak lama, Farhan meraih ponselnya dan menghubungi Elena. Suaranya terdengar lembut, meskipun ketegangan yang ia rasakan masih jelas terdengar. "El, bisakah kita bertemu hari ini, sayang?" tanya Farhan dengan nada yang penuh harap.Dari ujung telepon, suara Elena terdengar lemah dan terputus-putus. "Aku nggak bisa, Ha

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   15. Tidak Mau Melepaskan Semuanya

    Elena baru saja tiba di rumah setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tubuhnya masih terasa lemas, namun ada rasa lega yang melingkupi hatinya. Gaga, yang selama ini tampak dingin dan tak peduli, kini berubah menjadi pria yang perhatian. Ia tak pernah membayangkan Gaga akan seperti ini—mengingatkannya untuk makan secara teratur, memastikan dia istirahat, bahkan terlihat cemas saat Elena terbaring lemah di rumah sakit.Namun, di balik semua perhatian itu, Elena merasa ada yang tidak beres. Di satu sisi, ia senang karena perhatian Gaga memberikan rasa nyaman, terutama di masa-masa sulit seperti ini. Tapi di sisi lain, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Gaga bukanlah pria yang pernah ia cintai—perasaannya tetap tertambat pada Farhan, pria yang dulu meninggalkan jejak mendalam di hatinya. Farhan adalah cinta pertamanya, seseorang yang tak pernah benar-benar bisa ia lupakan.Elena menyadari, selama beberapa minggu terakhir, hubungannya dengan Gaga terasa

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   14. Aku Tidak Rela Kamu Diperalat

    Elena terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas. Perasaan mual yang terus menghantuinya setiap pagi membuat tubuhnya semakin rentan, namun di balik rasa tak nyaman itu, ada satu perasaan lain yang kini menghantui hatinya—rindu pada Farhan. Meski berada dalam pernikahan dengan Gaga, pikirannya terus berkelana pada pria lain yang mengisi ruang-ruang kosong dalam hatinya.Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia meraih ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang. Dia mencari nama Farhan di daftar kontaknya dan segera meneleponnya. Beberapa detik berlalu, suara di seberang menjawab.“Halo, sayang?” suara Farhan terdengar, nada malas dan dingin, tapi Elena tidak menyadarinya. Di telinganya, suara itu masih lembut, seperti biasa.“Farhan, aku dengar Gaga marah-marah soal perusahaannya tadi pagi. Apa itu ulah kamu?”

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   13. Kamu Terima Beres

    Pagi itu, Gaga terbangun dengan suasana hati yang cukup baik. Namun, suasana berubah drastis ketika sebuah panggilan dari Beryl mengejutkannya.Telepon berdering keras, memecah keheningan di kamar. Gaga segera meraihnya dan melihat nama Beryl di layar. "Sayang, ada apa?" tanyanya, masih dengan suara serak karena baru bangun."Ada masalah besar, Mas," jawab Beryl dengan nada tegang. "Saham perusahaan kita merosot tajam. Aku sedang memeriksa sistem, dan sepertinya seseorang berhasil membobol backdoor perusahaan."Gaga terdiam sejenak, otaknya yang masih setengah tidur langsung terjaga sepenuhnya. "Apa? Bagaimana bisa terjadi?""Aku juga baru mengetahuinya. Aku langsung menyalakan laptop dan mengecek laporan pagi ini. Ada yang mengakses data kita melalui jalur belakang. Ini bukan serangan biasa," jawab Beryl, suara di telepon terdengar serius dan penuh fokus.Gaga mulai merasakan keringat dingin di punggungnya. Dia segera duduk tegak di tempat tidur,

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   12. Farhan Urusanku

    Gaga menatap Beryl yang masih bergelung manja di balik selimut, senyumnya tak kunjung pudar. Ruangan tersembunyi di dalam ruang kerja itu seakan menjadi surga kecil bagi mereka. Setelah malam yang penuh gairah dan kehangatan, Gaga merasakan ketenangan yang mengalir di dalam jiwanya. Dia ingin setiap momen seperti ini berlanjut selamanya, meski tahu bahwa dunia di luar sangat rumit. "Beryl," kata Gaga lembut, sambil mengelus rambut Beryl yang terurai. "Kamu tahu kan, aku cuma ingin melindungi kamu." Beryl mendongak, tatapannya penuh perasaan. "Mas, kamu kelewatan! Aku kan nggak ngapa-ngapain sama Farhan," ujarnya dengan nada sedikit merajuk. Suaranya yang manis itu selalu membuat Gaga merasa ingin melindunginya dari segalanya. Gaga hanya tersenyum, memejamkan matanya kembali dan memeluk Beryl lebih erat. "Tapi aku tidak suka kamu disentuh dia!" balasnya, suaranya tegas meski lembut. "Eh, kamu itu egois!" Beryl mencecar, sedikit menggerutu. "Kamu bebas bersentuhan

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   11. Aku Tidak Rela

    "Jangan mulai berpikir tidak waras, Beryl! Kamu bisa celaka sendiri jika menyerahkan diri pada si brengsek itu." Gaga menatap tak suka pada keputusan wanita yang ada di hadapannya.Beryl yang duduk di pangkuan Gaga, mengalungkan tangannya ke leher Gaga sambil tersenyum. "Jangan khawatir, Mas! Aku bisa menanganinya sendiri," Beryl berusaha menyakinkan Gaga.Gaga menghela panjang, melepaskan tangan Beryl perlahan. "Aku tak bisa menampik hal itu, Beryl! Tapi bagaimana nanti jika Farhan memanfaatkan keadaan, bukan hanya kamu saja, akan tetapi juga perusahaan." terang Gaga yang telah berdiri di tepi jendela kaca dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, menatap hampa pemandangan yang ada di depan mata.Beryl berjalan mendekat ke arah Gaga. "Aku nggak bisa tinggal diam melihat orang-orang disekeliling kamu berkhianat, Mas! Jadi aku rasa nggak ada jalan lain selain aku mendekati Farhan," kata Beryl kukuh pada keya

  • Ranjang Panas Sang Sekretaris   10. Permintaan Beryl

    Dua minggu kemudian.Dengan wajah tegang, Gaga mempercepat laju mobil sport keluaran terbaru miliknya menuju ke rumah sakit.Sesuai janji yang telah disepakati, Gaga menemui dokter yang memeriksa Elena, untuk mengambil sampel hasil tes DNA."Santai Pak Gaga! Jangan tegang begitu, saya yakin apapun hasil tes nya! Itulah yang terbaik," kata dokter itu membuat Gaga semakin gemetaran membuka hasil tes itu."Benar-benar ini membuat saya begitu tertekan dok! Menunggu hasil dan kini akan menyaksikan hasil itu sendiri!" Gaga memperbaiki posisi duduknya.Sementara dokter itu hanya tersenyum, lalu menyuruh Gaga membuka hasil tes itu. "Silahkan Pak," kata dokter menegaskan.Gaga dengan tangan bergetar, membuka dokumen itu, dirinya meyakinkan akan pasrah apapun hasil tes itu.Sejurus kemudian, Gaga terkejut melihat hasil tes DNA yang menyatakan bahwa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status