Ibu Sonia menatap Nadia dengan tatapan teduh, dia mencium kening putrinya dengan lembut.
'Axa apa, Ibu?" tanya Nadia. "Ada sesuatu yang harus ibu urus. Kamu baik-baik di sini, ya," jawab Ibu Sonia sembari mengelus rambut lurus Nadia. Nadia mengangguk dia memang ingin beristirahat lebih lama. Hiruk pikuk ibu kota juga masalah yang bertubi-tubi menimpanya selama bertahun-tahun ini membuatnya lelah. Rasanya waktu satu bulan di rumah Ibunya masih belum cukup untuk menenangkan diri. Makanya dia setuju bersembunyi di tempat yang disediakan ibunya ini. "Tempat ini memang jauh dari keramaian. Tapi aku nyaman berada di sini," gumam Nadia sembari menatap luar jendela kamarnya. Mulai hari ini dia akan hidup di sini. Mungkin sampai anak yang dikandungnya lahir. Nadia menghela nafasnya kasar, kenapa hal seperti ini harus dia alami. Padahal dia sudah banyak menderita. "Nak, ibu janji akan membesarkanmu dengan cinta kasih, jangan sampai hidupmu menderitaArjuna menggelengkan kepalanya, dia tidak takut karena sudah menyiapkan sebuah rencana. "Ibu tidak akan pernah melakukan itu," jawab Arjuna. "Kenapa kamu yakin sekali?" tanya Ibu Sonia. "Karena jika tidak dengan Nadia aku tidak akan menikah dan rela melepaskan hak waris perusahan," jawab Arjuna. Ibu Sonia agak terkejut dengan ucapan Arjuna. Bisa-bisanya anak konglomerat seperti dia rela meninggalkan segalanya demi Nadia. "Apa kamu tidak menyesal? Menjadi orang miskin itu tidak enak loh," ucap Ibu Sonia. "Walau tidak menjadi pewaris perusahaan. Aku memiliki usahaku sendiri walau kecil," balas Arjuna. Ibu Sonia mengernyitkan dahinya, apa benar anak muda yang ada didepannya ini berkata tulus dari hati. Ucapan pria kadang tidak bisa dipercaya buktinya mantan suami Ibu Sonia yang berjanji untuk membahagiakan dirinya malah mengkhianatinya. "Arjuna dunia ini tidak selalu seperti apa yang kamu inginkan. Jadi lebih baik kamu menuruti nasehat ib
Yoga menghentikan mobilnya mendadak. Lalu Arjuna segera keluar dari mobil itu berlari menuju kerumunan orang yang ada di sebuah toko baju desa itu. "Nadia," panggil Arjuna lalu meraih tangan perempuan yang tampak dari belakang mirip Nadia. 'Siapa ya?" tanya perempuan itu saat menoleh. Raut wajah Arjuna menjadi kecewa karena ternyata yang menoleh bukan wajah Nadia. 'Maaf aku salah orang," ucap Arjuna lesu. "Tidak apa-apa," jawab Wanita itu lalu pergi. Arjuna mengusap wajahnya kasar, bisa-bisanya dia berhalusinasi bertemu Nadia. Lama-lama dia bisa gila kalau tak kunjung menemukan Nadia. "Nadia, aku masih berharap kita berjodoh," gumam Arjuna sembari berjalan menuju mobilnya. Arjuna menjadi lesu saat masuk ke mobil sembari menutup mobil dia berkata, "Jalan kembali, Yoga," "Tuan Arjuna, sepertinya Anda harus fokus ke pekerjaan dahulu," ucap Yoga. "Sejak kapan aku tidak fokus pada pekerjaanku, Yoga?" tanya Arjuna tegas.
"Disini sudah sangat aman, Nadia," jawab pelayan itu. Tempat ini sebagian besar milik Ibu Sonia, ibu kandung Nadia. Jadi menurut pelayan yang ditugaskan melayani Nadia saat ini merasa disinilah tempat paling aman untuk Nadia bersembunyi dari orang-orang yang membencinya. "Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika penjagaan di tempat iniengah 'kan?" tanya Nadia. "Desa ini sudah aman walau tanpa penjagaan," jawab pelayan itu. Mungkin saja desa ini memang aman tapi bagi Nadia yang sedang bersembunyi dan tadi melihat orang yang telah merengut kegadisannya itu ada di tempat ini membuatnya merasa tidak aman. "Aku akan berdiskusi dengan ibuku mengenai hal ini," ucap Nadia. "Lebih baik memang seperti itu. Kamu berdiskusi dulu dengan Nyonya, jangan bertindak gegabah sembarangan," balas pelayan itu. Nadia menjadi khawatir karena Arjuna akan melakukan segala cara untuk menemukan Nadia. Wanita cantik itu tampak menggigit ujung kukunya memikirkan ca
Nadia menitikkan air matanya, dia sesenggukan kepada sang ibu mengenai apa yang yang dia pikirkan."Jadi kamu bertemu dengan pria yang menanam benih di rahimmu?" tanya Ibu Sonia.Nadia mengangguk pelan seraya berkata, "Aku bersembunyi darinya. Aku takut Bu, dia akan menemukanku," dengan wajah khawatir dan ketakutan."Jangan dipikirkan. Di tempat ini dia tidak akan bisa bertindak seenaknya," ucap Ibu Sonia sambil membelai lembut pipi Nadia."Ta-pi, pria itu akan melakukan segala cara untuk sampai dimana tempatku berada. Nyatanya dia sudah Sampai desa ini," balas Nadia..Ibu Sonia tersenyum lembut lalu memeluk putri kesayangannya itu. Dia tahu apa yang dikhawatirkan Nadia saat ini. "Sekarang kamu pikirkan saja bayi yang ada di kandunganmu itu. Sisanya biar Ibu yang urus," ucap Ibu Sonia meyakinkan Nadia."Apa kita bisa menang melawan Arjuna?" tanya Nadia. "Soal pria itu, mungkin yang kamu tahu dia punya kuasa di ibu kota dengan kekayaannya. Tapi kamu
Suara dari seberang sana tidak asing bagi Ibu Sonia. Suara itu sudah lama tidak dia dengarkan. Hatinya menjadi sakit mendengarkan suara berat khas yang dimiliki mantan suaminya. ["Sonia, kalau ada waktu bisakah kita bertemu kembali?"]["Ada sesuatu yang perlu kita bahas,"] lanjut orang yang ada di seberang telepon itu."Sudah tidak ada lagi hal yang harus kita bahas," balas Ibu Sonia sewot. Raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang amat besar.["Ini mengenai Nadia anak kita,"] ucap Pak Abraham."Sudah belasan tahun kenapa kamu baru membahas anak kita. Bukankah kamu sendiri yang memintaku untuk tidak menemui Nadia lagi, dasar sinting," bentak Ibu Sonia.["Aku mohon Sonia. Dia pasti datang ke tempatmu 'kan. Tolong suruh dia pulang, Sonia,"] bujuk Pak Abraham.Ibu Sonia mengepalkan tangannya kesal. Untuk apa mantan suaminya menginginkan Nadia pulang ke rumahnya. Apa dia akan memikirkan cara untuk menjual lagi putri kandungnya ini."Kamu salah tempat. Nad
Ibu Sonia tersenyum merekah melihat sebuah pesan dari seorang yang sudah lama tidak dia temui. "Ini dari teman lamaku, namanya Rana. Dia mengajakku untuk bertemu lusa," jawab Ibu Sonia. "Ra-na," ucap Nadia terbata. Dia teringat wanita separuh baya yang menghinanya sebagai wanita rendahan itu. Ibu Sonia mengernyitkan dahinya saat menatap Nadia seperti tidak senang dengan nama yang dia sebutkan. "Kenapa Nadia?" tanya Ibu Sonia. "Namanya mirip Ibunya Arjuna. Tapi nama Rana bukan hanya ibunya Arjuna saja 'kan, Bu," jawab Nadia. Memang ada banyak nama Rana di dunia ini. Ibu Sonia menepuk pundak putrinya lembut. "Jangan sedih karena mengingat sikap dari orang yang hanya memandang status untuk menikahkan anaknya seperti itu. Kalau kamu mau ibu bisa memperkenalkan kamu dengan pria yang sama hebat seperti Arjuna," balas Ibu Sonia. "Aku masih tidak ingin menjalin hubungan, Bu," ucap Nadia lirih. Nadia lebih memilih tidak memiliki pasanga
Ibu Sonia tersenyum mengejek ke arah mereka berdua. Sudah bangkrut masih aja bersikap arogan. "Di-a," ucap Lentina terhenti bicara. "Siapa Bu?" desak Karina yang sangat penasaran dengan siapa yang ada di depannya itu. "Aku adalah mantan istri Ayahmu," jawab Ibu Sonia. Karina menatap Ibu Sonia dari atas ke bawah, sosok wanita paruh baya yang dari atas sampai bawah menggunakan barang branded adalah Ibunya Nadia. Karina pikir setelah dicerai oleh Pak Abraham Ibunya Nadia akan hidup miskin. Tapi ternyata wanita itu terlihat hidup mewah. "Untuk apa kamu menampakkan wajahmu lagi setelah bertahun-tahun tidak menunjukkan diri!" tegas Ibu Lentina. "Mungkin ingin kembali ke sisi Ayah. Kalau sudah dibuang lebih baik jangan mengharap untuk kembali lagi," ucap Karina. "Aku tidak pernah memungut barang yang sudah aku buang!" tegas Ibu Sonia sembari berlalu meninggalkan kedua wanita yang sudah menghancurkan rumah tangganya. Ibu Sonia berhenti sejena
Melihat Ibu Sonia yang begitu santai mendengar cacian mereka membuat ibu dan anak itu saling pandang "Aku juga tidak kenal dengan mereka," jawab Nyonya Rana. "Tapi salah satu mereka menyebut nama Arjuna. Lalu mengira Tante Sonia menggunakan barang branded dari hasil menjual Nadia ke Arjuna. Apa maksudnya?" tanya Lisa dengan sorot mata yang tajam. Sensitif sekali dia saat nama Arjuna disebut Karina menyeringai tipis lalu dia berkata, "Jadi kamu tidak tahu kalau orang yang ada di depanmu ini adalah Ibu dari Nadia. Wanita yang sengaja naik ranjang Arjuna demi mendapatkan satu milyar," Karina berkata dengan pongahnya, lalu sebuah tamparan mendarat di pipinya karena berkata tidak tahu aturan. "Apa yang kamu lakukan, hah!" seru Lentina sembari memegangi Karina. "Aku memberinya pelajaran karena mulutnya tidak sopan!" seru Ibu Sonia. "Memang benar kok, Nadia naik ranjang Arjuna demi mendapatkan uang," bantah Karina. Sebuah tamparan lagi me
Karina yang mendengar itu langsung bereaksi dia menarik lengan tangan Langit kasar, "Langit apa yang kamu katakan, beraninya kau masih mendamba wanita jalang itu!" seru Karina.“Cukup Karina, jangan membuat masalah di sini,” bentak Langit.“Kamu betulan masih mencintai wanita itu, hah!” seru Karina.“Tentu saja aku masih mencintai Nadia, untuk apa aku terus melanjutkan hubungan dengan wanita tidak bisa mencari uang sepertimu,” ucap Langit.Terjadi adu debat antara pasangan itu, ditempat reuni menjadi heboh karena pertikaian antara Karina dan Langit. Banyak yang mencemooh mereka, ulah mereka berdua menjadi bahan gunjingan di ruangan reuni. Sedangkan Nadia tertawa melihat kelakuan mereka yang menjijikkan. Nadia melihat pertikaian itu sembari menyesap sampanye di tangannya.Prok ... prok … Nadia bertepuk tangan sembari mendekat ke mereka berdua.“Apa kamu senang aku dan Langit bertengkar, hah!&rd
Wanita itu tertawa menertawakan Nadia yang gaunnya terkena tumpahan wine. Dia sangat menikmati Nadia yang terkejut terkena siraman wine. "Ya ampun bajumu jadi kotor," ucap Karina. "Orang iri dengki memang selalu bersikap sepertimu, apa kamu iri aku memakai baju rancangan Maharani, sementara kamu tidak sanggup membeli," ucap Nadia. Karina langsung kesal mendengar baju yang dipakai Nadia adalah rancangan Maharani. "Siapa yang percaya itu rancangan Maharani. Orang kaya saja tidak berkesempatan untuk memakainya," balas Karina kesal. "Ya, orang yang tidak mampu memang selalu berkata begitu. Tidak percaya bahwa gaun yang orang lain pakai sungguhan rancangan Maharani yang terkenal, mungkin kamu juga tidak percaya bahwa aku baru saja masuk salon Josua," ucap Nadia. Wanita yang tampil cantik malam ini sungguh memamerkan apa yang sedang dia pakai dari atas sampai bawah sampai dengan siapa dia mempercantik diri. "Mungkin semua itu hanya imitasi, lalu salon Josua sangat mahal tidak mungki
Pria yang agak lenjeh itu memperhatikan secara seksama Nadia. Wanita yang dia anggap sangat cantik itu seharusnya hanya sedikit dipoles sudah semakin bersinar. Apalagi dia memakai busana buatan Maharani. "Josua, kamu manjakan dia hari ini. Tubuhnya harus terasa rileks dan buat dia cantik paling bersinar malam ini di pesta reuni sekolahnya," jawab Arjuna. Dia meminta Josua memermak Nadia dengan sebaik-baiknya. "Itu gampang sekali, biarkan anak buahku yang bekerja memanjakan tubuhnya yang sepetinya banyak untuk bekerja, sisanya aku akan mengerjakan sendiri," balas Josua sambil menepuk tangan memberikan kode agar salah satu karyawannya ada yang datang "Silahkan sebelah sini," ucap Karyawan sambil menunjukkan jalan. "Baiklah," balas Nadia senang.Serangkaian perawatan kecantikan dilakukan oleh Nadia. Mulai dari bossy massage, wajah, dan juga rambut. Butuh waktu sekitar empat jam Nadia melakukan serangkaian proses itu. Akhirnya selesai juga, gaun yang dibawa juga sudah dipakai len
Nadia maupun Arjuna cukup tercengang dengan gaun yang dikeluarkan oleh Maharani. Gaun dengan warna biru muda dengan aksen pita sebagai senter of interesnya. Lalu belahan paha yang tinggi menambah sisi liar tapi elegan untuk ukuran gaun malam orang kaya.“Ya ampun ini sungguh seperti apa yang aku inginkan,” ucap Nadia.“Apa kamu menyukainya?” tanya Maharani yang senyumannya mengembang.“Aku sangat menyukainya,” jawab Nadia.“Kalau begitu, ambilah,” ucap Maharani.Arjuna mengeluarkan kartu hitam miliknya, tapi maharani menggelengkan kepala tidak mau menerimanya.“Aku bilang ambil saja, tidak usah bayar,” ucap Maharani.“Kamu serius. Ini sebuah bisnis mana bisa kamu memberikan aku secara Cuma-Cuma gaun ini,” balas Nadia.“Aku menyukaimu, Nadia. Bukan orangnya, tapi tekadmu yang kuat,” ucap Maharani.“Jadi ambil saja gaun ini sebagai hadiah karena kamu sudah mampu bertahan dengan gempuran fitnahan yang sudah menghantuimu selama ini, aku suka kamu adalah wanita yang kuat,” imbuh Maharani.
Nadia menunjukkan isi pesan itu pada Arjuna, pesan yang berisi ["Aku berharap datang sebagai pendampingmu,"]membaca pesan itu membuat Arjuna kesal bukan main. Jadi Langit betulan masih menyimpan rasa terhadap Nadia."Dasar tidak tahu diri. Menjalin hubungan dengan wanita lain tapi masih ingin berhubungan denganmu," ucap Arjuna kesal."Keparat memang!" umpat Arjuna sangat ingin meninju Langit jika ada orangnya saat ini.Jangan buang tenagamu secara percuma hanya karena manusia tidak tahu diri seperti itu," balas Nadia."Apa aku harus diam saja saat ada pria lain merayu wanitaku?" tanya Arjuna."Hmm jika itu aku pasti akan marah. Tapi daripada itu lebih baik kita juga menyusun rencana," jawab Nadia.Arjuna menyeringai tipis, seharusnya memang begitu. Menyusun rencana untuk membalas perlakuan buruk Langit dan Karina yang sudah duluan menyiapkan rencana busuk untuk membuat Nadia jatuh nama baiknya.“Nadia malam ini kamu harus menjadi yang terbaik, dandanlah yang paling cantik,” ucap Arju
Langit menggelengkan kepalanya, yang berarti belum ada respon sama sekali dari pihak Nadia."Bersabarlah, nanti aku kabari. Kalian bersiap saja," balas Langit.."Aku ikut," ucap Karina yang tahu Langit akan segera pergi. "Bergegaslah," balas Langit yang menghentikan langkah sebentar lalu melanjutkan pergi dari kantor."Kali ini harus berhasil, aku benci melihat anak itu bahagia," ucap Lentina. "Hidupnya harus selalu dibawah Karina," imbuh Lentina saat Karina dan Langit bergandengan tangan pergi meninggalkan mereka."Aku juga muak dia serakah tidak mau membantu Ayahnya yang kesusahan," ucap Pak Abraham.Mereka saling mengutuk bersahut-sahutan, bisa-bisanya Nadia menelantarkan keluarga yang selama ini membesarkannya Begitulah yang manusia parasit itu pikirkan."Bersabarlah, lebih baik kita membantu Langit dan Karina menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan rencana kita," ucap Lentina."Kita kemana dulu hari ini?" tanya Abraham."Ke tempat yang akan mereka gunakan untuk reuni.
Asisten Yoga lantas pergi meninggalkan orang itu. Hais bisa saja orang membawa rombongan untuk mengertak satu orang karena dia sendiri tak mampu."Kurang ajar, Nadia," ucap pak Abraham kesal."Ayah kita jebak Nadia dan siksa dia saja,' ucap Karina."Iya aku sudah muak dengannya," keluh Lentina uang tidak senang akhirnya Nadia lebih unggul dari putri kesayangannya.Nadia seharusnya berada dibawah Karina, apapun itu harus Karina lebih unggul."Sapa yang akan menjamin keselamatan kita dari Arjuna?'" tanya Pak Abraham."Aku akan menjamin keselamatan kalian," ucap Langit yang tiba-tiba datang."Kau ... Apa yang kamu bisa dari segi ekonomi saja, Arjuna lebih unggul," ucap Pak Abraham meremehkan.'Aku memang tidak sekaya Arjuna. Tapi aku punya sebuah rencana yang bisa membuat Nadia berada di pihak kita," ucap Langit."Apa rencanamu, katakan saja!" tegas Pak Abraham.Langit membisikkan sesuatu kepada Pak Abrahan lalu orang tua itu sepetinya sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Langit.
Nadia menuju ruang HRd, dia disambut tidak acuh oleh manager HRD yang merupakan saudara dari Lentina. "Ada urusan apa ke sini. Aku sedang sibuk," ucap Manager itu. "Kamu pikir ini perusahaan milik gundik itu hah!" bentak Nadia "Jangan kurang ajar kamu, Nadia. Anak kecil tidak usah ikut campur urusan orang tua," balas manager itu. Brak! Nadia sudah cukup sabar selama ini menerima perlakuan buruk keluarga tak tahu malu itu. Kali ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan mereka semua. "Jadi kamu senang ya saudaramu ada yang jadi gundik dan mendapatkan posisi ini secara cuma-cuma?" ucap Nadia. "Saudariku bukan gundik. Ayahmu saja yang mencintai saudariku," balas Manager HRD itu masih congkak. Dasar keluarga gundik tidak tahu diri masih saja menghina anak dari istri sah. "Hari ini kamu dipecat. Aku pemilik perusahaan ini. Apa kamu lupa kalau perusahaan ini sudah pindah kepemilikan," ucap Nadia tegas. "Hah bocah pelacur. Kamu siapa emangnya mau memecatku," ledek manager
Sontak saja Nadia dan Arjuna menoleh ke sumber suara. Tidak hanya satu orang tapi ada beberapa orang yang masuk ke ruangan itu. "Bukankah kamu dihukum. Cepat sekali keluar penjara, pasti menggoda petugas penjara ya?" sindir Arjuna. "Kami tidak semudah itu menggoda penjaga tahanan rendahan sehingga kami bisa bebas," balas Bu Lentina. "Oh tidak murahan tapi menggoda suami orang dan menceraikan suaminya sendiri demi menikahi selingkuhan," sindir Nadia. Brak! Bu Lentina menggebrak meja dan menunjuk wajah Nadia dengan ganas. "Jaga mulutmu. Aku tidak menggoda Ayahmu tapi Tuhan mentakdirkan kita untuk bersama," balas Bu Lentina. "Nadia, selain kamu masih ada kami semua yang berhak atas perusahaan ini. Jadi jangan lantang ingin memutuskan semua sendiri," bentak Kirana "Hais emangnya hakmu apa di sini?" tanya Nadia. "Benar juga, Petinggi juga bukan. Pemilik apalagi. Jadi hakmu di perusahaan ini apa?" tambah Arjuna. Karina mengepalkan tangannya, dia baru sadar kalau perusahan