Share

Rahasia Kuil Dewa Langit

Penulis: Khomairoh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 11:24:43

Guru Agung, dengan jubahnya yang usang, memimpin Lie Feng menyusuri lorong gelap Kuil Dewa Langit. Udara dingin dan lembap menyelimuti mereka.

"Guru Agung, apakah kita akan sampai?" Suaranya gemetar sedikit karena kegelapan.

"Sabar, Lie Feng. Jalan menuju pencerahan selalu berliku dan penuh tantangan. Ketakutanmu adalah ujian pertamamu."

"Tapi... gelap sekali, Guru Agung. Aku takut."

Guru Agung berhenti, menoleh ke Lie Feng. "Ketakutan adalah bagian dari kehidupan, Lie Feng. Yang penting adalah bagaimana kau menghadapinya. Lihatlah ukiran di dinding ini. Mereka adalah kisah para pendekar terdahulu. Mereka juga menghadapi ketakutan, tetapi mereka mengalahkannya dengan keberanian dan tekad."

Lie Feng menunjuk ke sebuah ukiran yang menggambarkan seorang pendekar melawan naga. "Apakah dia berhasil, Guru Agung?"

Guru Agung tersenyum. "Itulah yang akan kau pelajari, Lie Feng. Setiap ukiran menyimpan sebuah pelajaran. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh lebih kuat."

Lie Feng berlatih keras, mengikuti instruksi Guru Agung. Namun, tubuh kecilnya sering kali tak mampu menahan beban latihan yang berat.

Lie Feng terjatuh terduduk dan terengah-engah. "Guru Agung... aku... aku tidak sanggup lagi..."

"Lie Feng, kau baru merasakan sedikit dari kesulitan perjalanan ini. Jalan menuju puncak membutuhkan pengorbanan. Rasa sakit ini akan membentukmu menjadi pendekar yang tangguh."

" Tapi... rasa sakit ini sangat menyiksa Guru Agung" dengan jantung yang berdebar dan tubuh yang lemas, Lie Feng menahan rasa sakit nya.

Guru Agung mendekat, membantu Lie Feng berdiri. "Rasa sakit itu sementara, Lie Feng. Tetapi kekuatan yang kau dapatkan akan abadi. Ingatlah tujuanmu. Ingatlah mengapa kau memulai perjalanan ini."

"Aku ingin menjadi pendekar terhebat, Guru Agung. Aku ingin melindungi orang-orang yang kukasihi."

"Itulah tekad yang harus kau miliki. Tetapi kekuatan bukanlah segalanya. Kau juga harus memiliki kebijaksanaan dan pengendalian diri."

Lie Feng menemukan sebuah ruangan tersembunyi di dalam kuil. Di dalam ruangan itu, terdapat gulungan kuno yang memancarkan aura misterius.

"Guru Agung, lihat! Apa ini?"

Guru Agung mendekati Lie Feng, matanya berbinar. "Ini adalah rahasia yang telah lama tersimpan, Lie Feng. Rahasia yang akan menentukan nasibmu."

"Apa isinya, Guru Agung?"

"Itu adalah Jurus Tapak Dewa. Jurus terhebat yang pernah ada. Tetapi menguasainya membutuhkan pengorbanan dan disiplin yang luar biasa. Kau yakin kau siap?"

"Ya, Guru Agung. Aku siap menghadapi tantangan apapun."

Guru Agung membuka gulungan kuno itu perlahan. Huruf-huruf emas di atas kulit ular tua itu tampak bercahaya.

"Jurus Tapak Dewa bukanlah sekadar jurus silat, Lie Feng, jurus tersebut adalah manifestasi dari kekuatan spiritual yang dahsyat. Tapak Dewa membutuhkan konsentrasi, disiplin, dan pengendalian diri yang luar biasa. Kau harus mampu mengendalikan energi dalam tubuhmu, mengarahkannya, dan melepaskannya dengan tepat."

"Aku akan berusaha sebaik mungkin, Guru Agung."

Pelatihan Lie Feng dimulai. Hari-hari berlalu dalam latihan yang tak kenal lelah. Ia berlatih mengendalikan napasnya, memfokuskan pikirannya, dan mengarahkan energinya. Tubuhnya seringkali sakit dan lelah, tetapi ia tidak pernah menyerah.

Suatu hari, Lie Feng gagal mengendalikan energinya, dan sebuah ledakan kecil terjadi, menghancurkan beberapa patung di sekitarnya.

"Maaf, Guru Agung! Aku gagal lagi!" ucap Lie Feng, Suaranya dipenuhi penyesalan.

"Jangan berkecil hati, Lie Feng. Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Yang penting adalah kau belajar dari kesalahanmu dan terus mencoba."

"Tapi... aku takut aku tidak akan pernah bisa menguasainya." ucap Lie Feng kembali.

Guru Agung menepuk pundak Lie Feng. "Ketakutan itu wajar, Lie Feng. Tetapi jangan biarkan ketakutan itu mengendalikanmu. Hadapilah ketakutanmu, dan kau akan menemukan kekuatan di dalam dirimu."

Setelah berbulan-bulan berlatih, Guru Agung memutuskan untuk menguji kemampuan Lie Feng. Ia membawa Lie Feng ke sebuah arena pertarungan rahasia di dalam kuil.

"Lie Feng, ini adalah ujian pertamamu. Kau akan melawan seorang pendekar bayangan yang terlatih dalam seni bela diri yang berbahaya. Jangan ragu untuk menggunakan semua yang telah kau pelajari."

"Baiklah, Guru Agung." Ia merasa gugup, tetapi juga bersemangat untuk membuktikan kemampuannya.

Pendekar bayangan itu muncul, tubuhnya lincah dan gerakannya cepat. Pertarungan dimulai. Lie Feng menggunakan semua teknik yang telah ia pelajari, tetapi pendekar bayangan itu sangat tangguh.

Lie Feng terengah-engah. "Guru Agung... dia sangat kuat..." uca Lie Feng.

Guru Agung hanya mengamati dari kejauhan, tanpa ikut campur. Ia ingin melihat kemampuan Lie Feng dalam menghadapi tantangan. Lie Feng terus berjuang, meskipun tubuhnya mulai lelah. Ia mengingat kata-kata Guru Agung: "Hadapilah ketakutanmu, dan kau akan menemukan kekuatan di dalam dirimu."

Setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, Lie Feng akhirnya berhasil mengalahkan pendekar bayangan itu. Ia jatuh terduduk, tubuhnya lelah, tetapi hatinya dipenuhi kebanggaan.

Guru Agung mendekat, tersenyum bangga.

"Kau telah berhasil, Lie Feng. Kau telah menunjukkan keberanian, tekad, dan kemampuanmu untuk mengendalikan kekuatanmu."

"Terima kasih, Guru Agung. Aku tidak akan pernah bisa melakukannya tanpa bimbinganmu."

"Kau telah belajar lebih dari sekadar jurus silat, Lie Feng. Kau telah belajar tentang dirimu sendiri, tentang kekuatan dan kelemahanmu. Itulah pelajaran terpenting dalam perjalanan ini."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Penguasaan Pedang Langit

    Guru Agung mengamati Lie Feng dari kejauhan. Mata tua itu berbinar bangga. Lie Feng, yang dulu anak kecil mungil, kini berdiri tegap, gagah perkasa. Gerakannya lincah, setiap pukulan dan tendangannya penuh kekuatan dan presisi.Guru Agung bergumam pelan didalam hati "Dia telah tumbuh menjadi pendekar yang hebat..." Lie Feng menyelesaikan serangkaian gerakan Jurus Tapak Dewa, keringat membasahi dahinya. Ia menoleh ke arah Guru Agung. "Guru Agung, apakah saya sudah cukup baik?" Guru Agung tersenyum. "Kau telah menguasai Jurus Tapak Dewa, Lie Feng. Tetapi perjalananmu belum berakhir. Dunia persilatan penuh dengan tantangan dan bahaya. Kau harus selalu siap.""Saya siap menghadapi apapun, Guru Agung. Saya akan selalu berlatih dan meningkatkan kemampuan saya." Guru Agung mengangguk. "Itulah semangat yang harus kau miliki. Tetapi kekuatan bukanlah segalanya. Kebijaksanaan dan pengendalian diri jauh lebih penting." Guru Agung membawa Lie Feng ke sebuah ruangan rahasia yang tersembunyi j

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Penguasaan Jurus

    Lie Feng, yang kini menguasai Jurus Tapak Dewa, Pedang Dewa Abadi, dan Pedang Langit, berdiri tegak di puncak gunung. Angin berhembus kencang, membelai rambutnya yang hitam legam. Ia merasa tak terkalahkan."Guru Agung," panggil Lie Feng, suaranya bergema di antara tebing-tebing terjal, "Apakah aku sudah cukup kuat?"Guru Agung, yang duduk bersila di atas batu besar, membuka matanya perlahan. Senyum tipis terukir di wajahnya yang keriput. "Kuat? Kau memang kuat, Lie Feng. Tetapi kekuatan sejati bukan hanya terletak pada teknik bertarung. Ada banyak hal lain yang harus kau pelajari."Lie Feng mengerutkan dahi. "Apa yang masih kurang, Guru Agung?""Sabar, Lie Feng. Aku akan menunjukkannya padamu." Guru Agung berdiri, dan dengan gerakan ringan, ia menuntun Lie Feng menuju sebuah lorong tersembunyi di balik air terjun.Di dalam ruangan rahasia itu, udara terasa dingin dan lembap. Bau tanah dan kayu lapuk memenuhi hidung. Lie Feng terkesima melihat ukiran-ukiran kuno di dinding, men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Roh Pedang

    Guru Agung, sosok tua dengan janggut putih panjang dan mata yang memancarkan kebijaksanaan berabad-abad, menunjuk ke gulungan kuno di hadapan Lie Feng. "Jurus Mata Dewa," katanya, suaranya berat dan berwibawa, "bukan sekadar teknik bela diri. Ia adalah perjalanan spiritual yang panjang dan penuh tantangan. Tingkat pertama, mengendalikan energi spiritual untuk meningkatkan penglihatan, adalah fondasinya. Rasakan aliran Chi dalam dirimu, Lie Feng. Biarkan ia mengalir seperti sungai yang tenang."Lie Feng, pemuda berwajah tegas dengan mata yang tajam, memejamkan mata. Ia mencoba mengikuti petunjuk Guru Agung, tetapi merasa kesulitan. "Guru," katanya setelah beberapa saat, suaranya sedikit putus asa, "saya kesulitan merasakan aliran Chi. Rasanya seperti... kosong."Guru Agung tersenyum sabar. "Kesabaran, Lie Feng. Ini bukanlah balapan. Bayangkan Chi sebagai cahaya matahari yang menyinari seluruh tubuhmu. Rasakan hangatnya, lihatlah cahayanya."Lie Feng mencoba lagi, kali ini de

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan Gunung Tian Shan

    Perpisahan di Kuil Dewa Langit. Matahari terbenam di balik puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi, mewarnai langit dengan warna jingga dan ungu. Lie Feng berdiri di depan Guru Agung, pedang Dewa Abadi terhunus di sisinya. Ia telah menguasai semua jurus silat yang diajarkan Guru Agung, tetapi hatinya dipenuhi dengan perasaan campur aduk: bangga, takut, dan juga sedikit sedih. "Lie Feng," Guru Agung memulai, suaranya berat dan berwibawa, "kau telah berhasil menguasai semua jurus silat yang telah ku ajarkan. Kau telah menjadi pendekar yang hebat. Tetapi, perjalananmu belum berakhir. Kau harus keluar dari Kuil Dewa Langit dan menghadapi dunia luar. Dunia yang penuh dengan bahaya dan intrik." Lie Feng mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Saya mengerti, Guru Agung. Saya telah siap menghadapi tantangan apapun." "Bagus," Guru Agung berkata, suaranya sedikit melembut. "Tetapi, ingatlah selalu pelajaran yang telah ku ajarkan. Gunakan kekuatanmu untuk kebaikan, bukan untuk kejahatan. Li

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pertarungan Lembab Tersembunyi

    Dengan gerakan cepat dan tepat, Lie Feng melepaskan serangan demi serangan. Ia menggunakan semua jurus silat yang ia kuasai, menciptakan kombinasi serangan yang mematikan. Pria tua itu berusaha melawan, tetapi ia mulai kewalahan. Ia menyadari bahwa ia tidak akan mampu mengalahkan Lie Feng dan Mei Lin "Kau benar-benar keras kepala!" geram pria tua itu, tongkatnya berputar-putar mencoba menangkis serangan Lie Feng. "Kau yang keras kepala! Mengapa kau menyerang wanita itu?" balas Lie Feng, amarahnya membara. Lie Feng, dengan amarah yang membara, melanjutkan serangannya. Pedang Dewa Abadi menari-nari di udara, menciptakan pusaran angin yang memotong udara. Jurus Roh Pedang yang baru saja dikuasainya, menambahkan kekuatan misterius pada setiap serangannya. Pedang itu seakan memiliki kehidupan sendiri, bergerak sesuai dengan kehendak Lie Feng, menghindari serangan balik pria tua itu dengan presisi yang menakjubkan. Setiap benturan antara pedang dan tongkat menghasilkan suara dentuman

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Ketenaran yang Tumbuh

    Kabar tentang keberanian dan kekuatan Lie Feng menyebar bak gelombang pasang di dunia persilatan. Ia, Pendekar Tapak Dewa, bukan hanya sekadar legenda, tetapi kenyataan yang menakjubkan. Kemenangannya atas Tuan Besar Bai Yue dan penyelamatannya terhadap berbagai desa dari ancaman bandit telah mengukuhkan namanya sebagai pahlawan. Namun, Lie Feng tetap rendah hati, selalu mengingat bimbingan Guru Agungnya.Di sebuah kedai teh ramai di kota, beberapa pendekar sedang berdiskusi.Pendekar A "Kau dengar kabar tentang Lie Feng? Kabarnya, ia mengalahkan seluruh pasukan bandit di Lembah Bayangan hanya dalam satu malam!"Pendekar B "Benar! Aku mendengarnya dari seorang pedagang yang melintas di sana. Katanya, Lie Feng menggunakan jurus yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sungguh menakjubkan!""Aku dengar dia juga menyelamatkan Putri Seruni dari cengkeraman penjahat. Pahlawan sejati!"Pendekar yang satu nya berkata, "Memang, tapi aku penasaran, sekuat apa sebenarnya dia?""Ent

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan Kelompok Naga Hitam

    (Bab 11: Bayangan Naga Hitam)"Ketenaran Lie Feng telah mencapai puncaknya," bisik Razak, pengintai andalan Lord Vashta, suaranya nyaris tak terdengar di tengah gemerlap lilin di ruang rahasia sang Lord. "Pendekar Tapak Dewa... sebuah ancaman bagi kita. Kabarnya, ia mengalahkan pasukan bandit di Lembah Bayangan hanya dalam semalam. Kemampuannya menguasai angin dan tanah sungguh luar biasa."Lord Vashta, duduk di singgasananya yang terbuat dari batu obsidian, tertawa dingin. Gelak tawa itu bergema di ruangan, memantul dari dinding-dinding yang dihiasi tengkorak naga hitam. "Ancaman? Dia hanyalah anak kecil yang berani! Dia mengira dirinya dewa? Kelompok Naga Hitam akan menghancurkannya!" Ia menepuk meja, membuat beberapa cangkir teh porselen bergetar. "Kekuatannya mungkin mengesankan, tapi ia belum pernah merasakan kekuatan sejati Kelompok Naga Hitam."Razak menunduk hormat. "Tentu, Lord Vashta. Para prajurit terbaik telah siap. Senjata-senjata terkuat telah diasah. Kita

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Serangan Pertama #1

    "Langit... langit penuh bayangan!" seru Mei Lin, suaranya bergetar. Gelap pekat menyelimuti desa, bukan hanya awan, tetapi ratusan sosok hitam yang menukik dari langit malam. "Itu mereka! Kelompok Naga Hitam!"Lie Feng menarik napas dalam-dalam, matanya menyala dengan tekad. "Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga. Mei Lin, siapkan dirimu!""Siap!" jawab Mei Lin, memegang erat kipas anginnya. "Aku tidak akan membiarkan mereka melukai siapa pun!"Serangan dimulai dengan gemuruh. Para prajurit Kelompok Naga Hitam menyerbu seperti gelombang pasang, pedang dan tombak mereka menari-nari di bawah cahaya bulan yang redup. "Mati!" teriak seorang prajurit, menyerang Lie Feng dengan tombak yang berkilauan."Permainan anak-anak!" Lie Feng menangkis tombak itu dengan mudah, kemudian melancarkan serangan balasan dengan Jurus Dewa Pemecah Angin. "Rasakan ini!" Angin berputar-putar, menciptakan pusaran angin yang menghantam beberapa prajurit sekaligus, menghasilkan suara DUARR ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13

Bab terbaru

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan di Ufuk Baru

    Ketegangan menyelimuti Perguruan Naga Teratai. Getaran yang terasa beberapa hari lalu semakin kuat, mengindikasikan bahwa ancaman itu semakin dekat. Para petarung, di bawah kepemimpinan Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin, terus memperkuat pertahanan dan meningkatkan kewaspadaan. Mereka berlatih dengan tekun, menajamkan intuisi dan memperkuat kerja sama tim mereka.Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, getaran itu mencapai puncaknya. Tanah berguncang hebat, dan suara gemuruh menggelegar di udara. Para petarung siaga penuh, pedang mereka terhunus, siap menghadapi apa pun yang akan datang."Itu dia!" teriak Jian, matanya melihat sesuatu di ujung hutan di dekat perguruan. "Ada sesuatu yang sedang mendekati!"Semua petarung menatap ke arah ujung hutan. Di tengah kegelapan, mereka melihat sesosok bayangan besar bergerak mendekati perguruan. Bayangan itu memancarkan aura yang sangat mengancam, aura yang beg

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kekuatan Baru #2

    Matahari terbit di ufuk timur, mewarnai langit dengan warna jingga keemasan. Udara pagi masih sejuk, membawa kesegaran yang menenangkan. Di halaman Perguruan Naga Teratai, para petarung berkumpul untuk latihan rutin. Namun, latihan kali ini berbeda. Lie Feng telah memperkenalkan metode pelatihan baru yang menekankan pada pengembangan kekuatan batin dan kerja sama tim yang lebih efektif."Hari ini, kita akan fokus pada intuisi," kata Lie Feng, suaranya tenang tetapi tegas. "Kemampuan untuk merasakan bahaya sebelum ia datang adalah senjata paling ampuh yang kita miliki.""Bagaimana kita melatih intuisi kita?" tanya Jian, salah satu petarung muda, dengan penasaran. "Apakah kita harus berlatih merasakan getaran di tanah seperti yang terjadi sebelumnya?""Itu salah satu caranya," jawab Lin Xue. "Tetapi intuisi itu lebih dari sekadar merasakan getaran fisik. Itu adalah kemampuan untuk merasakan energi di sekitar kita, untuk merasakan bah

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kekuatan Baru

    Matahari pagi menyinari Perguruan Naga Teratai, cahaya keemasannya menerangi wajah-wajah para petarung yang berkumpul di halaman luas. Suasana berbeda dari beberapa minggu lalu. Ketegangan dan ketakutan telah sirna, diganti oleh suasana yang tenang tetapi penuh dengan kekuatan baru. Mereka telah melewati ujian api, dan dari uji itu, mereka muncul lebih kuat dan lebih bijak.Lie Feng berdiri di depan mereka, senyum tersungging di bibirnya. "Teman-teman," katanya, suaranya bergema di seluruh halaman, "kita telah melewati masa yang sangat sulit. Kita telah menghadapi pengkhianatan, kehilangan, dan ancaman yang sangat besar. Tetapi kita telah melewatinya bersama-sama. Kita telah membangun kembali kepercayaan kita, dan dari abu kehancuran, kita telah menemukan kekuatan baru.""Kekuatan baru itu bukan hanya tentang kemampuan bertarung kita," lanjutnya, "tetapi juga tentang kebijaksanaan dan kekuatan

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Dari Retak ke Kekuatan

    Keheningan yang menyelimuti ruangan bawah tanah itu terasa berat, dipenuhi dengan ketegangan yang belum sepenuhnya hilang. Lie Feng, Lin Xue, Mei Lin, dan dua petarung lainnya, Jian dan Ling, berdiri di tengah puing-puing batu-batu hitam yang telah hancur. Debu berterbangan di udara, menciptakan suasana yang menyeramkan."Kita berhasil," kata Mei Lin, suaranya bergetar karena kelelahan dan lega. "Kita berhasil menghancurkan sumber energi mereka.""Ya," jawab Lie Feng, namun ekspresinya masih dipenuhi dengan kewaspadaan. "Tetapi ini belum berarti semuanya telah berakhir. Masih ada banyak batu lainnya di jaringan terowongan ini.""Kita harus mencari tahu apakah ada sarang lainnya," kata Lin Xue. "Dan kita harus menghancurkannya sebelum mereka dapat memulihkan kekuatan mereka.""Aku setuju," kata Lie Feng. "Jian, Ling, kalian akan mencari sarang lainnya di sekitar ruangan ini. Lin Xue dan Mei Lin akan mene

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kepercayaan yang Terbangun Kembali #2

    Kepercayaan yang Terbangun KembaliLie Feng menatap peta terowongan bawah tanah yang baru saja Lin Xue selesaikan. Garis-garis rumit menggambarkan jaringan terowongan yang luas dan kompleks di bawah Perguruan Naga Teratai. Suasana di ruangan itu tegang, dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketegasan."Sarang mereka jauh lebih besar dari yang kita perkirakan," kata Lin Xue, suaranya serius. "Dan batu-batu itu… mereka tampaknya berfungsi sebagai sumber energi bagi makhluk-makhluk itu.""Kita harus memutuskan sumber energi itu," kata Mei Lin, suaranya penuh dengan ketegasan. "Jika kita bisa menghancurkan sumber energi mereka, kita bisa melemahkan mereka.""Itu ide yang baik," kata Lie Feng. "Tetapi bagaimana cara kita menghancurkan sumber energi mereka tanpa menghancurkan perguruan ini juga?""Kita harus berhati-hati," kata Lin Xue. "Kita harus merencanakan segalanya dengan teliti. Kita tidak bisa membiarkan diri

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kepercayaan yang Terbangun Kembali

    Bulan purnama menerangi halaman perguruan, menciptakan suasana tenang dan damai. Meskipun bayangan ancaman baru masih menghantui, suasana di perguruan telah berubah drastis. Kepercayaan, yang pernah retak karena pengkhianatan Zhao Li, perlahan tapi pasti mulai terbangun kembali.Lie Feng duduk di pinggir danau, mengamati para petarung berlatih dengan semangat baru. Senyum tersungging di bibirnya. Ia melihat perubahan signifikan pada mereka. Mereka lebih terbuka, lebih percaya diri, dan ikatan persahabatan di antara mereka semakin kuat."Mereka sudah jauh lebih baik," kata Lin Xue, mendekati Lie Feng. Ia duduk di samping Lie Feng, menikmati keheningan malam yang menenangkan."Ya," jawab Lie Feng. "Mereka telah belajar untuk mempercayai satu sama lain lagi. Itulah yang paling penting.""Kepercayaan adalah fondasi dari segalanya," kata Lin Xue. "Tanpa kepercayaan, kita tidak akan bisa mengatasi semua tantangan yang akan datang.""Kau benar," kata Lie Feng. "Dan kita telah melewati banyak

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Jalan Menuju Pemulihan

    Sinar matahari pagi menembus jendela-jendela perguruan, menerangi wajah-wajah lelah namun bertekad. Lie Feng berdiri di tengah halaman, tatapannya menyapu wajah-wajah muridnya. Bekas luka pertarungan dengan Zhao Li masih terasa, bukan hanya di tubuh, tetapi juga di jiwa mereka. Kepercayaan yang retak, rasa takut yang membayangi, dan rasa bersalah yang mengerat hati mereka. Lie Feng tahu, jalan menuju pemulihan akan panjang dan penuh tantangan."Teman-teman," suara Lie Feng memecah kesunyian pagi, "kita telah melewati badai. Kita telah menghadapi pengkhianatan dan kehilangan. Tetapi kita tidak akan menyerah. Kita akan bangkit bersama, lebih kuat dari sebelumnya. Perjalanan ini tidak mudah, tetapi kita akan melewatinya bersama-sama."Suasana hening sejenak, hanya diiringi oleh kicauan burung di pohon-pohon sekitar. Mei Lin, yang selalu kuat, menunjukkan kerentanannya dengan menunduk. "Aku… aku masih takut," katanya, suaranya bergetar. "Taku

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bekas Luka yang Tak Terlihat #2

    Hari-hari berikutnya dijalani dengan intensitas yang berbeda. Lie Feng, dengan bimbingan Lin Xue, melaksanakan rencana pemulihan yang terstruktur. Bukan hanya latihan fisik yang keras, tetapi juga sesi-sesi diskusi terbuka, meditasi di tempat-tempat tenang di sekitar perguruan, dan bahkan kegiatan-kegiatan yang lebih santai seperti berkebun bersama atau memasak makanan tradisional. Tujuannya adalah untuk membangun kembali kepercayaan dan ikatan di antara para petarung, menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghilangkan rasa takut dan curiga."Mei Lin," kata Lie Feng lembut suatu pagi, menemukan Mei Lin duduk sendirian di dekat air terjun kecil di belakang perguruan, "Kau terlihat murung. Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan?"Mei Lin menoleh, matanya berkaca-kaca. "Aku masih takut, Lie Feng," akuinya, suaranya bergetar. "Takut akan pengkhianatan lagi. Takut akan kehilangan kepercayaan pada orang lain."Lie Feng duduk di sampingnya, menawar

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bekas Luka yang Tak Terlihat

    Keheningan mencekam Perguruan Bela Diri Naga Teratai. Debu pertarungan telah mengendap, namun suasana tetap berat. Meskipun Zhao Li telah kembali, bekas luka yang ditinggalkannya jauh lebih dalam daripada luka fisik yang terlihat. Kepercayaan, seperti porselen yang pecah, membutuhkan waktu dan usaha yang sangat besar untuk diperbaiki. Lie Feng, meskipun telah mengalahkan Zhao Li, merasakan beban berat di hatinya. Ia tahu pertarungan itu bukan sekadar adu kekuatan fisik, melainkan pertempuran psikologis yang menguji ketahanan mental setiap orang."Lie Feng," kata Master Jian, suaranya lembut tetapi penuh dengan kekhawatiran, mendekati Lie Feng yang sedang berlatih sendirian di halaman belakang. "Kau baik-baik saja?"Lie Feng menghentikan gerakannya, menarik napas dalam-dalam. "Aku baik-baik saja, Master," jawabnya, tetapi suaranya tidak sekuat biasanya. "Hanya sedikit lelah."Master Jian menatap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status