Share

Penguasaan Jurus

Author: Khomairoh
last update Last Updated: 2025-03-06 12:20:39

Lie Feng, yang kini menguasai Jurus Tapak Dewa, Pedang Dewa Abadi, dan Pedang Langit, berdiri tegak di puncak gunung. Angin berhembus kencang, membelai rambutnya yang hitam legam. Ia merasa tak terkalahkan.

"Guru Agung," panggil Lie Feng, suaranya bergema di antara tebing-tebing terjal, "Apakah aku sudah cukup kuat?"

Guru Agung, yang duduk bersila di atas batu besar, membuka matanya perlahan. Senyum tipis terukir di wajahnya yang keriput. "Kuat? Kau memang kuat, Lie Feng. Tetapi kekuatan sejati bukan hanya terletak pada teknik bertarung. Ada banyak hal lain yang harus kau pelajari."

Lie Feng mengerutkan dahi. "Apa yang masih kurang, Guru Agung?"

"Sabar, Lie Feng. Aku akan menunjukkannya padamu." Guru Agung berdiri, dan dengan gerakan ringan, ia menuntun Lie Feng menuju sebuah lorong tersembunyi di balik air terjun.

Di dalam ruangan rahasia itu, udara terasa dingin dan lembap. Bau tanah dan kayu lapuk memenuhi hidung. Lie Feng terkesima melihat ukiran-ukiran kuno di dinding, menggambarkan pertempuran para dewa dan makhluk mitologis.

"Di sini," kata Guru Agung, menunjuk ke sebuah altar kuno dari batu obsidian yang berkilauan, "tersimpan rahasia Jurus Kecepatan Dewa." Ia mengangkat sebuah gulungan kuno dari kulit ular kobra yang telah mengering.

"Jurus ini bukan sekadar jurus silat," kata Guru Agung, suaranya berat dan penuh misteri. "Ia adalah manifestasi dari kekuatan spiritual. Kau harus menguasai energi dalam dirimu untuk menguasainya."

Lie Feng meraih gulungan itu dengan hati-hati. "Bagaimana caranya, Guru Agung?"

"Dengan mengendalikan energi spiritualmu, kau akan mampu bergerak secepat kilat, menghindari serangan musuh, dan menyerang dengan tepat. Tetapi, jalannya sulit dan berbahaya. Kau harus siap menghadapi tantangan yang tak terduga."

Guru Agung membuka gulungan itu. Teks di dalamnya ditulis dengan tinta emas yang berkilauan.

"Jurus Kecepatan Dewa memiliki lima tingkatan," Guru Agung menjelaskan sambil membaca teks tersebut. "Tingkat pertama: mengendalikan energi spiritual untuk meningkatkan kecepatan dan kelincahan. Tingkat kedua: mempercepat refleks dan reaksi. Tingkat ketiga: menciptakan bayangan untuk mengelabui lawan. Tingkat keempat: melepaskan serangan yang sangat cepat dan mematikan. Dan yang terakhir, tingkat kelima: menyatu dengan kecepatan itu sendiri."

Lie Feng mengangguk, matanya berbinar. "Aku akan menguasainya, Guru Agung!"

Pelatihan Lie Feng dimulai. Ia berlatih berjam-jam setiap hari, tubuhnya sakit dan lelah.

"Guru Agung," keluh Lie Feng suatu hari, tubuhnya dipenuhi memar, "Aku merasa hampir menyerah."

Guru Agung tersenyum. "Kecepatan bukan hanya tentang kecepatan fisik, Lie Feng. Ia juga tentang ketenangan pikiran. Kau harus mengendalikan napasmu, fokus pada tujuanmu."

Lie Feng mencoba lagi, berlatih dengan tekun. Lama-kelamaan, ia mulai merasakan perubahan. Gerakannya menjadi lebih cepat, lebih lincah.

"Guru Agung," kata Lie Feng suatu hari, "aku merasa bisa mengendalikan energi spiritualku sedikit demi sedikit."

Guru Agung mengangguk bangga. "Bagus, Lie Feng. Tetapi perjalananmu masih panjang. Setelah menguasai Jurus Kecepatan Dewa, masih ada tantangan lain yang menunggumu."

Beberapa bulan kemudian, Lie Feng telah menguasai Jurus Kecepatan Dewa. Ia merasa lebih kuat dari sebelumnya. Namun, Guru Agung masih menyimpan rahasia lain.

"Lie Feng," kata Guru Agung, "aku akan menunjukkan padamu Jurus Mata Dewa. Jurus ini akan memperkuat indramu, membantumu melihat kelemahan lawan."

Mereka kembali ke ruangan rahasia itu. Kali ini, di atas altar terdapat gulungan kuno dari kulit naga.

"Jurus Mata Dewa membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi," kata Guru Agung. "Kau harus mampu mengendalikan energi spiritualmu, mengarahkannya ke matamu."

Lie Feng berlatih dengan tekun. Ia berjuang untuk mengendalikan energi spiritualnya, mengarahkannya ke matanya. Prosesnya sulit dan melelahkan, tetapi ia tidak pernah menyerah.

"Guru Agung," kata Lie Feng suatu hari, "aku merasa bisa melihat lebih jauh, lebih jelas."

Guru Agung tersenyum. "Bagus, Lie Feng. Kau telah menguasai dasar-dasarnya. Sekarang, kau harus mengasah kemampuanmu untuk memprediksi gerakan lawan."

Lie Feng terus berlatih. Ia berlatih melawan Guru Agung, melawan bayangannya sendiri. Ia belajar untuk membaca gerakan lawan, memprediksi serangan mereka, dan menghindari serangan tersebut.

Setelah bertahun-tahun berlatih, Lie Feng akhirnya menguasai Jurus Mata Dewa. Ia merasa dirinya telah mencapai puncak kekuatan. Ia mampu melihat kelemahan lawan, memprediksi gerakan mereka, dan menyerang dengan cepat dan tepat. Ia menjadi pendekar terhebat di dunia.

"Guru Agung," kata Lie Feng, "aku telah menguasai semua jurus yang kau ajarkan. Apakah aku sudah cukup kuat?"

Guru Agung tersenyum. "Kau memang kuat, Lie Feng. Tetapi perjalananmu masih panjang. Dunia persilatan penuh dengan misteri dan bahaya. Kau harus selalu waspada, selalu belajar."

Lie Feng mengangguk. Ia tahu bahwa perjalanannya masih panjang. Tetapi ia siap menghadapi segala tantangan yang datang. Ia akan terus berlatih, terus belajar, untuk menjadi pendekar yang lebih kuat dan lebih bijaksana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Roh Pedang

    Guru Agung, sosok tua dengan janggut putih panjang dan mata yang memancarkan kebijaksanaan berabad-abad, menunjuk ke gulungan kuno di hadapan Lie Feng. "Jurus Mata Dewa," katanya, suaranya berat dan berwibawa, "bukan sekadar teknik bela diri. Ia adalah perjalanan spiritual yang panjang dan penuh tantangan. Tingkat pertama, mengendalikan energi spiritual untuk meningkatkan penglihatan, adalah fondasinya. Rasakan aliran Chi dalam dirimu, Lie Feng. Biarkan ia mengalir seperti sungai yang tenang."Lie Feng, pemuda berwajah tegas dengan mata yang tajam, memejamkan mata. Ia mencoba mengikuti petunjuk Guru Agung, tetapi merasa kesulitan. "Guru," katanya setelah beberapa saat, suaranya sedikit putus asa, "saya kesulitan merasakan aliran Chi. Rasanya seperti... kosong."Guru Agung tersenyum sabar. "Kesabaran, Lie Feng. Ini bukanlah balapan. Bayangkan Chi sebagai cahaya matahari yang menyinari seluruh tubuhmu. Rasakan hangatnya, lihatlah cahayanya."Lie Feng mencoba lagi, kali ini de

    Last Updated : 2025-03-06
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan Gunung Tian Shan

    Perpisahan di Kuil Dewa Langit. Matahari terbenam di balik puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi, mewarnai langit dengan warna jingga dan ungu. Lie Feng berdiri di depan Guru Agung, pedang Dewa Abadi terhunus di sisinya. Ia telah menguasai semua jurus silat yang diajarkan Guru Agung, tetapi hatinya dipenuhi dengan perasaan campur aduk: bangga, takut, dan juga sedikit sedih. "Lie Feng," Guru Agung memulai, suaranya berat dan berwibawa, "kau telah berhasil menguasai semua jurus silat yang telah ku ajarkan. Kau telah menjadi pendekar yang hebat. Tetapi, perjalananmu belum berakhir. Kau harus keluar dari Kuil Dewa Langit dan menghadapi dunia luar. Dunia yang penuh dengan bahaya dan intrik." Lie Feng mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Saya mengerti, Guru Agung. Saya telah siap menghadapi tantangan apapun." "Bagus," Guru Agung berkata, suaranya sedikit melembut. "Tetapi, ingatlah selalu pelajaran yang telah ku ajarkan. Gunakan kekuatanmu untuk kebaikan, bukan untuk kejahatan. Li

    Last Updated : 2025-03-08
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pertarungan Lembab Tersembunyi

    Dengan gerakan cepat dan tepat, Lie Feng melepaskan serangan demi serangan. Ia menggunakan semua jurus silat yang ia kuasai, menciptakan kombinasi serangan yang mematikan. Pria tua itu berusaha melawan, tetapi ia mulai kewalahan. Ia menyadari bahwa ia tidak akan mampu mengalahkan Lie Feng dan Mei Lin "Kau benar-benar keras kepala!" geram pria tua itu, tongkatnya berputar-putar mencoba menangkis serangan Lie Feng. "Kau yang keras kepala! Mengapa kau menyerang wanita itu?" balas Lie Feng, amarahnya membara. Lie Feng, dengan amarah yang membara, melanjutkan serangannya. Pedang Dewa Abadi menari-nari di udara, menciptakan pusaran angin yang memotong udara. Jurus Roh Pedang yang baru saja dikuasainya, menambahkan kekuatan misterius pada setiap serangannya. Pedang itu seakan memiliki kehidupan sendiri, bergerak sesuai dengan kehendak Lie Feng, menghindari serangan balik pria tua itu dengan presisi yang menakjubkan. Setiap benturan antara pedang dan tongkat menghasilkan suara dentuman

    Last Updated : 2025-03-08
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Ketenaran yang Tumbuh

    Kabar tentang keberanian dan kekuatan Lie Feng menyebar bak gelombang pasang di dunia persilatan. Ia, Pendekar Tapak Dewa, bukan hanya sekadar legenda, tetapi kenyataan yang menakjubkan. Kemenangannya atas Tuan Besar Bai Yue dan penyelamatannya terhadap berbagai desa dari ancaman bandit telah mengukuhkan namanya sebagai pahlawan. Namun, Lie Feng tetap rendah hati, selalu mengingat bimbingan Guru Agungnya.Di sebuah kedai teh ramai di kota, beberapa pendekar sedang berdiskusi.Pendekar A "Kau dengar kabar tentang Lie Feng? Kabarnya, ia mengalahkan seluruh pasukan bandit di Lembah Bayangan hanya dalam satu malam!"Pendekar B "Benar! Aku mendengarnya dari seorang pedagang yang melintas di sana. Katanya, Lie Feng menggunakan jurus yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sungguh menakjubkan!""Aku dengar dia juga menyelamatkan Putri Seruni dari cengkeraman penjahat. Pahlawan sejati!"Pendekar yang satu nya berkata, "Memang, tapi aku penasaran, sekuat apa sebenarnya dia?""Ent

    Last Updated : 2025-03-11
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan Kelompok Naga Hitam

    (Bab 11: Bayangan Naga Hitam)"Ketenaran Lie Feng telah mencapai puncaknya," bisik Razak, pengintai andalan Lord Vashta, suaranya nyaris tak terdengar di tengah gemerlap lilin di ruang rahasia sang Lord. "Pendekar Tapak Dewa... sebuah ancaman bagi kita. Kabarnya, ia mengalahkan pasukan bandit di Lembah Bayangan hanya dalam semalam. Kemampuannya menguasai angin dan tanah sungguh luar biasa."Lord Vashta, duduk di singgasananya yang terbuat dari batu obsidian, tertawa dingin. Gelak tawa itu bergema di ruangan, memantul dari dinding-dinding yang dihiasi tengkorak naga hitam. "Ancaman? Dia hanyalah anak kecil yang berani! Dia mengira dirinya dewa? Kelompok Naga Hitam akan menghancurkannya!" Ia menepuk meja, membuat beberapa cangkir teh porselen bergetar. "Kekuatannya mungkin mengesankan, tapi ia belum pernah merasakan kekuatan sejati Kelompok Naga Hitam."Razak menunduk hormat. "Tentu, Lord Vashta. Para prajurit terbaik telah siap. Senjata-senjata terkuat telah diasah. Kita

    Last Updated : 2025-03-13
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Serangan Pertama #1

    "Langit... langit penuh bayangan!" seru Mei Lin, suaranya bergetar. Gelap pekat menyelimuti desa, bukan hanya awan, tetapi ratusan sosok hitam yang menukik dari langit malam. "Itu mereka! Kelompok Naga Hitam!"Lie Feng menarik napas dalam-dalam, matanya menyala dengan tekad. "Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga. Mei Lin, siapkan dirimu!""Siap!" jawab Mei Lin, memegang erat kipas anginnya. "Aku tidak akan membiarkan mereka melukai siapa pun!"Serangan dimulai dengan gemuruh. Para prajurit Kelompok Naga Hitam menyerbu seperti gelombang pasang, pedang dan tombak mereka menari-nari di bawah cahaya bulan yang redup. "Mati!" teriak seorang prajurit, menyerang Lie Feng dengan tombak yang berkilauan."Permainan anak-anak!" Lie Feng menangkis tombak itu dengan mudah, kemudian melancarkan serangan balasan dengan Jurus Dewa Pemecah Angin. "Rasakan ini!" Angin berputar-putar, menciptakan pusaran angin yang menghantam beberapa prajurit sekaligus, menghasilkan suara DUARR ya

    Last Updated : 2025-03-13
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Serangan Pertama #2

    Lie Feng merangkak ke sisi Mei Lin, yang terbaring tak sadarkan diri, luka-lukanya menganga. Darah segar membasahi tanah di sekitarnya. Napasnya tersengal-sengal, tubuhnya gemetar karena kelelahan dan amarah. "Mei Lin!" Ia berteriak, suaranya serak.Ia memeriksa luka Mei Lin, beberapa sayatan cukup dalam. Ia tahu ia harus segera membawanya ke tempat aman dan mengobati lukanya. "Kita harus pergi dari sini," ia bergumam, mencoba mengangkat Mei Lin.Namun, tubuhnya terlalu lemah. Luka-lukanya sendiri masih terasa nyeri. Ia butuh bantuan. Tapi siapa yang bisa ia percayai? Semua orang di desa ini mungkin sudah menjadi korban serangan Kelompok Naga Hitam.Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia bersiap untuk melawan, tetapi yang muncul bukanlah prajurit Kelompok Naga Hitam, melainkan seorang wanita tua dengan pakaian sederhana. Rambutnya putih, wajahnya keriput, tetapi matanya tajam dan berwibawa."Kau terluka parah," kata wanita tua itu, suaranya t

    Last Updated : 2025-03-13
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kekuatan Tapak Dewa

    Lie Feng berdiri tegak, napas memburu, tetapi matanya berbinar dengan kekuatan. Di hadapannya tergeletak tubuh seorang prajurit Kelompok Naga Hitam yang sangat kuat, baju besinya hancur berkeping-keping, bukti kekuatan dahsyat yang baru saja ia lepaskan. Pertempuran itu singkat, tetapi intens. Lie Feng telah menguasai kekuatan Tapak Dewa, ilmu silat legendaris yang diajarkan oleh Guru Agungnya selama bertahun-tahun, dan ia menggunakannya untuk pertama kalinya dalam pertempuran sesungguhnya. "Huf... huf..." Lie Feng menarik napas dalam-dalam, merasakan aliran energi dahsyat yang masih bergelora di dalam tubuhnya. Luka-luka menganga di lengan dan kakinya, darah segar masih mengalir, tetapi rasa sakit itu sirna di hadapan kekuatan luar biasa yang baru saja ia kendalikan. "Kekuatan ini... benar-benar luar biasa!" Lie Feng bergumam, matanya tertuju pada tangannya yang masih sedikit gemetar karena sisa-sisa kekuatan Tapak Dewa. "Kekuatan Tapak Dewa... sebenarnya ada di dalam diriku selam

    Last Updated : 2025-03-15

Latest chapter

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan di Ufuk Baru

    Ketegangan menyelimuti Perguruan Naga Teratai. Getaran yang terasa beberapa hari lalu semakin kuat, mengindikasikan bahwa ancaman itu semakin dekat. Para petarung, di bawah kepemimpinan Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin, terus memperkuat pertahanan dan meningkatkan kewaspadaan. Mereka berlatih dengan tekun, menajamkan intuisi dan memperkuat kerja sama tim mereka.Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, getaran itu mencapai puncaknya. Tanah berguncang hebat, dan suara gemuruh menggelegar di udara. Para petarung siaga penuh, pedang mereka terhunus, siap menghadapi apa pun yang akan datang."Itu dia!" teriak Jian, matanya melihat sesuatu di ujung hutan di dekat perguruan. "Ada sesuatu yang sedang mendekati!"Semua petarung menatap ke arah ujung hutan. Di tengah kegelapan, mereka melihat sesosok bayangan besar bergerak mendekati perguruan. Bayangan itu memancarkan aura yang sangat mengancam, aura yang beg

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kekuatan Baru #2

    Matahari terbit di ufuk timur, mewarnai langit dengan warna jingga keemasan. Udara pagi masih sejuk, membawa kesegaran yang menenangkan. Di halaman Perguruan Naga Teratai, para petarung berkumpul untuk latihan rutin. Namun, latihan kali ini berbeda. Lie Feng telah memperkenalkan metode pelatihan baru yang menekankan pada pengembangan kekuatan batin dan kerja sama tim yang lebih efektif."Hari ini, kita akan fokus pada intuisi," kata Lie Feng, suaranya tenang tetapi tegas. "Kemampuan untuk merasakan bahaya sebelum ia datang adalah senjata paling ampuh yang kita miliki.""Bagaimana kita melatih intuisi kita?" tanya Jian, salah satu petarung muda, dengan penasaran. "Apakah kita harus berlatih merasakan getaran di tanah seperti yang terjadi sebelumnya?""Itu salah satu caranya," jawab Lin Xue. "Tetapi intuisi itu lebih dari sekadar merasakan getaran fisik. Itu adalah kemampuan untuk merasakan energi di sekitar kita, untuk merasakan bah

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kekuatan Baru

    Matahari pagi menyinari Perguruan Naga Teratai, cahaya keemasannya menerangi wajah-wajah para petarung yang berkumpul di halaman luas. Suasana berbeda dari beberapa minggu lalu. Ketegangan dan ketakutan telah sirna, diganti oleh suasana yang tenang tetapi penuh dengan kekuatan baru. Mereka telah melewati ujian api, dan dari uji itu, mereka muncul lebih kuat dan lebih bijak.Lie Feng berdiri di depan mereka, senyum tersungging di bibirnya. "Teman-teman," katanya, suaranya bergema di seluruh halaman, "kita telah melewati masa yang sangat sulit. Kita telah menghadapi pengkhianatan, kehilangan, dan ancaman yang sangat besar. Tetapi kita telah melewatinya bersama-sama. Kita telah membangun kembali kepercayaan kita, dan dari abu kehancuran, kita telah menemukan kekuatan baru.""Kekuatan baru itu bukan hanya tentang kemampuan bertarung kita," lanjutnya, "tetapi juga tentang kebijaksanaan dan kekuatan

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Dari Retak ke Kekuatan

    Keheningan yang menyelimuti ruangan bawah tanah itu terasa berat, dipenuhi dengan ketegangan yang belum sepenuhnya hilang. Lie Feng, Lin Xue, Mei Lin, dan dua petarung lainnya, Jian dan Ling, berdiri di tengah puing-puing batu-batu hitam yang telah hancur. Debu berterbangan di udara, menciptakan suasana yang menyeramkan."Kita berhasil," kata Mei Lin, suaranya bergetar karena kelelahan dan lega. "Kita berhasil menghancurkan sumber energi mereka.""Ya," jawab Lie Feng, namun ekspresinya masih dipenuhi dengan kewaspadaan. "Tetapi ini belum berarti semuanya telah berakhir. Masih ada banyak batu lainnya di jaringan terowongan ini.""Kita harus mencari tahu apakah ada sarang lainnya," kata Lin Xue. "Dan kita harus menghancurkannya sebelum mereka dapat memulihkan kekuatan mereka.""Aku setuju," kata Lie Feng. "Jian, Ling, kalian akan mencari sarang lainnya di sekitar ruangan ini. Lin Xue dan Mei Lin akan mene

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kepercayaan yang Terbangun Kembali #2

    Kepercayaan yang Terbangun KembaliLie Feng menatap peta terowongan bawah tanah yang baru saja Lin Xue selesaikan. Garis-garis rumit menggambarkan jaringan terowongan yang luas dan kompleks di bawah Perguruan Naga Teratai. Suasana di ruangan itu tegang, dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketegasan."Sarang mereka jauh lebih besar dari yang kita perkirakan," kata Lin Xue, suaranya serius. "Dan batu-batu itu… mereka tampaknya berfungsi sebagai sumber energi bagi makhluk-makhluk itu.""Kita harus memutuskan sumber energi itu," kata Mei Lin, suaranya penuh dengan ketegasan. "Jika kita bisa menghancurkan sumber energi mereka, kita bisa melemahkan mereka.""Itu ide yang baik," kata Lie Feng. "Tetapi bagaimana cara kita menghancurkan sumber energi mereka tanpa menghancurkan perguruan ini juga?""Kita harus berhati-hati," kata Lin Xue. "Kita harus merencanakan segalanya dengan teliti. Kita tidak bisa membiarkan diri

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kepercayaan yang Terbangun Kembali

    Bulan purnama menerangi halaman perguruan, menciptakan suasana tenang dan damai. Meskipun bayangan ancaman baru masih menghantui, suasana di perguruan telah berubah drastis. Kepercayaan, yang pernah retak karena pengkhianatan Zhao Li, perlahan tapi pasti mulai terbangun kembali.Lie Feng duduk di pinggir danau, mengamati para petarung berlatih dengan semangat baru. Senyum tersungging di bibirnya. Ia melihat perubahan signifikan pada mereka. Mereka lebih terbuka, lebih percaya diri, dan ikatan persahabatan di antara mereka semakin kuat."Mereka sudah jauh lebih baik," kata Lin Xue, mendekati Lie Feng. Ia duduk di samping Lie Feng, menikmati keheningan malam yang menenangkan."Ya," jawab Lie Feng. "Mereka telah belajar untuk mempercayai satu sama lain lagi. Itulah yang paling penting.""Kepercayaan adalah fondasi dari segalanya," kata Lin Xue. "Tanpa kepercayaan, kita tidak akan bisa mengatasi semua tantangan yang akan datang.""Kau benar," kata Lie Feng. "Dan kita telah melewati banyak

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Jalan Menuju Pemulihan

    Sinar matahari pagi menembus jendela-jendela perguruan, menerangi wajah-wajah lelah namun bertekad. Lie Feng berdiri di tengah halaman, tatapannya menyapu wajah-wajah muridnya. Bekas luka pertarungan dengan Zhao Li masih terasa, bukan hanya di tubuh, tetapi juga di jiwa mereka. Kepercayaan yang retak, rasa takut yang membayangi, dan rasa bersalah yang mengerat hati mereka. Lie Feng tahu, jalan menuju pemulihan akan panjang dan penuh tantangan."Teman-teman," suara Lie Feng memecah kesunyian pagi, "kita telah melewati badai. Kita telah menghadapi pengkhianatan dan kehilangan. Tetapi kita tidak akan menyerah. Kita akan bangkit bersama, lebih kuat dari sebelumnya. Perjalanan ini tidak mudah, tetapi kita akan melewatinya bersama-sama."Suasana hening sejenak, hanya diiringi oleh kicauan burung di pohon-pohon sekitar. Mei Lin, yang selalu kuat, menunjukkan kerentanannya dengan menunduk. "Aku… aku masih takut," katanya, suaranya bergetar. "Taku

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bekas Luka yang Tak Terlihat #2

    Hari-hari berikutnya dijalani dengan intensitas yang berbeda. Lie Feng, dengan bimbingan Lin Xue, melaksanakan rencana pemulihan yang terstruktur. Bukan hanya latihan fisik yang keras, tetapi juga sesi-sesi diskusi terbuka, meditasi di tempat-tempat tenang di sekitar perguruan, dan bahkan kegiatan-kegiatan yang lebih santai seperti berkebun bersama atau memasak makanan tradisional. Tujuannya adalah untuk membangun kembali kepercayaan dan ikatan di antara para petarung, menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghilangkan rasa takut dan curiga."Mei Lin," kata Lie Feng lembut suatu pagi, menemukan Mei Lin duduk sendirian di dekat air terjun kecil di belakang perguruan, "Kau terlihat murung. Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan?"Mei Lin menoleh, matanya berkaca-kaca. "Aku masih takut, Lie Feng," akuinya, suaranya bergetar. "Takut akan pengkhianatan lagi. Takut akan kehilangan kepercayaan pada orang lain."Lie Feng duduk di sampingnya, menawar

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bekas Luka yang Tak Terlihat

    Keheningan mencekam Perguruan Bela Diri Naga Teratai. Debu pertarungan telah mengendap, namun suasana tetap berat. Meskipun Zhao Li telah kembali, bekas luka yang ditinggalkannya jauh lebih dalam daripada luka fisik yang terlihat. Kepercayaan, seperti porselen yang pecah, membutuhkan waktu dan usaha yang sangat besar untuk diperbaiki. Lie Feng, meskipun telah mengalahkan Zhao Li, merasakan beban berat di hatinya. Ia tahu pertarungan itu bukan sekadar adu kekuatan fisik, melainkan pertempuran psikologis yang menguji ketahanan mental setiap orang."Lie Feng," kata Master Jian, suaranya lembut tetapi penuh dengan kekhawatiran, mendekati Lie Feng yang sedang berlatih sendirian di halaman belakang. "Kau baik-baik saja?"Lie Feng menghentikan gerakannya, menarik napas dalam-dalam. "Aku baik-baik saja, Master," jawabnya, tetapi suaranya tidak sekuat biasanya. "Hanya sedikit lelah."Master Jian menatap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status