Share

Bayangan di Reruntuhan #2

Penulis: Khomairoh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 04:22:38

Setelah bertahun-tahun berlatih keras, Lie Feng akhirnya menguasai Jurus Tapak Dewa. Ia mampu melepaskan kekuatan spiritual dahsyat, menciptakan bayangan seribu tangan yang menghancurkan lawan seketika.

"Lie Feng," kata Guru Agung, suaranya berat namun lembut, "Kekuatan ini harus digunakan dengan bijak. Untuk kebaikan, bukan kejahatan."

Lie Feng mengangguk, matanya berbinar. "Saya berjanji, Guru Agung. Saya akan melindungi yang lemah dan menegakkan keadilan."

Lie Feng, kini pemuda tampan dengan mata tajam, berdiri di reruntuhan Kuil Dewa Langit. Rambut hitamnya berkilauan. Tubuhnya, hasil latihan keras, memancarkan kekuatan dan kelenturan luar biasa.

Guru Agung mengamati dari kejauhan. "Perjalananmu baru dimulai, Lie Feng. Dunia persilatan penuh bahaya dan intrik."

Suatu senja, Guru Agung memanggil Lie Feng. Mereka menuju ruangan rahasia, beraroma rempah kuno. Di tengah ruangan, altar kuno dengan patung dewa yang megah. Senjata kuno mengelilinginya.

"Lie Feng," Guru Agung menunjuk senjata-senjata itu, "Kau kuasai Jurus Tapak Dewa, tapi itu bukan segalanya. Kau harus menguasai Jurus Pedang Dewa Abadi, Jurus Pedang Langit, Jurus Kecepatan Dewa, dan Jurus Mata Dewa."

"Jurus-jurus itu… sangat banyak, Guru Agung," kata Lie Feng, sedikit ragu.

"Ya," jawab Guru Agung, "tapi seorang pendekar sejati harus serba bisa."

Guru Agung menjelaskan setiap jurus. Lie Feng berlatih tanpa henti, tubuhnya sakit, tapi tekadnya kuat.

"Ini sangat sulit, Guru Agung," keluh Lie Feng suatu hari, tubuhnya dipenuhi luka.

Guru Agung tersenyum tipis. "Kesulitan mengasah ketajamanmu, Lie Feng. Jangan menyerah."

Suatu malam, di bawah bulan purnama, Lie Feng menguasai keempat jurus itu. Kekuatannya meningkat berkali lipat.

"Saya… saya berhasil, Guru Agung!" seru Lie Feng dengan gembira.

Guru Agung mengangguk bangga. "Kini kau siap menghadapi tantangan."

Kabar kekuatan Lie Feng menyebar. Banyak yang meminta bantuannya.

"Tolong lindungi desa kami dari bandit!" pinta seorang warga desa, suaranya penuh keputusasaan.

"Jangan khawatir," jawab Lie Feng, "Saya akan melindungi kalian."

Namun, ketenaran Lie Feng menarik perhatian Kelompok Naga Hitam, dipimpin Lord Vashta.

"Jurus Tapak Dewa… akan menjadi milikku!" geram Lord Vashta.

Kelompok Naga Hitam menyerang Kuil Dewa Langit. Lie Feng melawan, menggunakan semua jurusnya.

"Kalian tidak akan berhasil!" teriak Lie Feng, serangannya dahsyat.

Para penyerang kewalahan, tapi mereka licik dan terlatih.

Lie Feng menghadapi pemimpin penyerang, seorang yang kuat dengan pedang aneh.

"Kau kuat, anak muda," kata pemimpin itu, "tapi kau bukan tandingan ku."

Lie Feng fokus, menggunakan Jurus Mata Dewa. Ia menyerang dengan kombinasi jurus, menjatuhkan pemimpin itu.

Setelah mengalahkan penyerang Kelompok Naga Hitam, Lie Feng merasa kelelahan namun puas. Ia membersihkan pedangnya, sebuah pedang panjang yang ia tempa sendiri selama bertahun-tahun latihan. Pedang itu seolah-olah berbisik tentang pertempuran yang telah dilalui.

"Lie Feng," suara Guru Agung memecah kesunyian, "Serangan ini hanyalah permulaan. Lord Vashta tidak akan menyerah begitu saja."

Lie Feng mengangguk setuju. "Saya tahu, Guru Agung. Kekuatan Jurus Tapak Dewa telah menarik perhatian banyak pihak yang berbahaya."

"Kau harus lebih berhati-hati," Guru Agung melanjutkan, "Lord Vashta adalah ahli silat yang sangat licik dan berbahaya. Ia memiliki banyak mata-mata di seluruh penjuru negeri."

"Saya akan waspada, Guru Agung," jawab Lie Feng, "Saya akan terus mengasah kemampuan saya dan selalu waspada terhadap ancaman yang mungkin datang."

Beberapa minggu kemudian, Lie Feng menerima sebuah pesan rahasia. Pesan itu berisi informasi tentang rencana Lord Vashta untuk menyerang sebuah desa kecil yang terletak di kaki Gunung Tian Shan. Desa itu dikenal dengan keindahan alamnya dan penduduknya yang ramah, namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk membela diri dari serangan Kelompok Naga Hitam.

"Saya harus pergi," kata Lie Feng kepada Guru Agung. "Saya harus melindungi desa itu."

Guru Agung mengangguk. "Pergilah, Lie Feng. Gunakanlah semua kemampuanmu untuk melindungi mereka. Ingatlah janjimu untuk melindungi yang lemah."

Lie Feng bergegas menuju desa tersebut. Ia tiba di desa tersebut pada malam hari, tepat sebelum serangan Kelompok Naga Hitam dimulai. Ia melihat puluhan anggota Kelompok Naga Hitam mengepung desa, senjata mereka siap untuk menyerang.

"Hentikan!" teriak Lie Feng, suaranya menggema di seluruh desa.

Para anggota Kelompok Naga Hitam terkejut melihat Lie Feng. Mereka tidak menyangka bahwa Lie Feng akan datang ke desa tersebut.

"Kau… kau Lie Feng?" kata pemimpin penyerang, suaranya penuh keheranan.

"Ya," jawab Lie Feng, "Dan aku akan menghentikan kalian."

Pertempuran sengit pun dimulai. Lie Feng menggunakan semua kemampuannya, Jurus Tapak Dewa, Jurus Pedang Dewa Abadi, Jurus Pedang Langit, Jurus Kecepatan Dewa, dan Jurus Mata Dewa. Ia bergerak dengan cepat dan lincah, menghindari serangan para penyerang dan menyerang balik dengan dahsyat.

Meskipun jumlahnya banyak, para anggota Kelompok Naga Hitam kewalahan menghadapi Lie Feng. Lie Feng berhasil mengalahkan mereka satu per satu, hingga akhirnya hanya tersisa pemimpin penyerang.

"Kau memang kuat, Lie Feng," kata pemimpin penyerang, "tapi aku tidak akan menyerah!"

Lie Feng menghadapi pemimpin penyerang dengan serius. Ia tahu bahwa pemimpin penyerang tersebut adalah seorang ahli silat yang sangat berbahaya. Ia harus menggunakan semua kemampuannya untuk mengalahkannya.

Setelah pertarungan yang panjang dan melelahkan, Lie Feng berhasil mengalahkan pemimpin penyerang. Para anggota Kelompok Naga Hitam yang masih tersisa langsung melarikan diri. Lie Feng telah menyelamatkan desa tersebut.

Penduduk desa bersorak gembira atas kemenangan Lie Feng. Mereka berterima kasih atas keberanian dan kebaikan Lie Feng. Lie Feng merasa lega dan puas karena telah berhasil melindungi mereka.

Namun, ia tahu bahwa pertempuran melawan Lord Vashta masih jauh dari selesai. Lord Vashta pasti akan kembali dengan rencana yang lebih berbahaya. Lie Feng harus terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Perjalanannya sebagai Pendekar Tapak Dewa masih panjang dan penuh dengan bahaya.

Para penyerang lainnya lari. Lie Feng menang, tapi ia tahu, ini baru permulaan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Rahasia Kuil Dewa Langit

    Guru Agung, dengan jubahnya yang usang, memimpin Lie Feng menyusuri lorong gelap Kuil Dewa Langit. Udara dingin dan lembap menyelimuti mereka. "Guru Agung, apakah kita akan sampai?" Suaranya gemetar sedikit karena kegelapan."Sabar, Lie Feng. Jalan menuju pencerahan selalu berliku dan penuh tantangan. Ketakutanmu adalah ujian pertamamu." "Tapi... gelap sekali, Guru Agung. Aku takut." Guru Agung berhenti, menoleh ke Lie Feng. "Ketakutan adalah bagian dari kehidupan, Lie Feng. Yang penting adalah bagaimana kau menghadapinya. Lihatlah ukiran di dinding ini. Mereka adalah kisah para pendekar terdahulu. Mereka juga menghadapi ketakutan, tetapi mereka mengalahkannya dengan keberanian dan tekad." Lie Feng menunjuk ke sebuah ukiran yang menggambarkan seorang pendekar melawan naga. "Apakah dia berhasil, Guru Agung?" Guru Agung tersenyum. "Itulah yang akan kau pelajari, Lie Feng. Setiap ukiran menyimpan sebuah pelajaran. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh lebih kuat." Lie Fen

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Penguasaan Pedang Langit

    Guru Agung mengamati Lie Feng dari kejauhan. Mata tua itu berbinar bangga. Lie Feng, yang dulu anak kecil mungil, kini berdiri tegap, gagah perkasa. Gerakannya lincah, setiap pukulan dan tendangannya penuh kekuatan dan presisi.Guru Agung bergumam pelan didalam hati "Dia telah tumbuh menjadi pendekar yang hebat..." Lie Feng menyelesaikan serangkaian gerakan Jurus Tapak Dewa, keringat membasahi dahinya. Ia menoleh ke arah Guru Agung. "Guru Agung, apakah saya sudah cukup baik?" Guru Agung tersenyum. "Kau telah menguasai Jurus Tapak Dewa, Lie Feng. Tetapi perjalananmu belum berakhir. Dunia persilatan penuh dengan tantangan dan bahaya. Kau harus selalu siap.""Saya siap menghadapi apapun, Guru Agung. Saya akan selalu berlatih dan meningkatkan kemampuan saya." Guru Agung mengangguk. "Itulah semangat yang harus kau miliki. Tetapi kekuatan bukanlah segalanya. Kebijaksanaan dan pengendalian diri jauh lebih penting." Guru Agung membawa Lie Feng ke sebuah ruangan rahasia yang tersembunyi j

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Penguasaan Jurus

    Lie Feng, yang kini menguasai Jurus Tapak Dewa, Pedang Dewa Abadi, dan Pedang Langit, berdiri tegak di puncak gunung. Angin berhembus kencang, membelai rambutnya yang hitam legam. Ia merasa tak terkalahkan."Guru Agung," panggil Lie Feng, suaranya bergema di antara tebing-tebing terjal, "Apakah aku sudah cukup kuat?"Guru Agung, yang duduk bersila di atas batu besar, membuka matanya perlahan. Senyum tipis terukir di wajahnya yang keriput. "Kuat? Kau memang kuat, Lie Feng. Tetapi kekuatan sejati bukan hanya terletak pada teknik bertarung. Ada banyak hal lain yang harus kau pelajari."Lie Feng mengerutkan dahi. "Apa yang masih kurang, Guru Agung?""Sabar, Lie Feng. Aku akan menunjukkannya padamu." Guru Agung berdiri, dan dengan gerakan ringan, ia menuntun Lie Feng menuju sebuah lorong tersembunyi di balik air terjun.Di dalam ruangan rahasia itu, udara terasa dingin dan lembap. Bau tanah dan kayu lapuk memenuhi hidung. Lie Feng terkesima melihat ukiran-ukiran kuno di dinding, men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Roh Pedang

    Guru Agung, sosok tua dengan janggut putih panjang dan mata yang memancarkan kebijaksanaan berabad-abad, menunjuk ke gulungan kuno di hadapan Lie Feng. "Jurus Mata Dewa," katanya, suaranya berat dan berwibawa, "bukan sekadar teknik bela diri. Ia adalah perjalanan spiritual yang panjang dan penuh tantangan. Tingkat pertama, mengendalikan energi spiritual untuk meningkatkan penglihatan, adalah fondasinya. Rasakan aliran Chi dalam dirimu, Lie Feng. Biarkan ia mengalir seperti sungai yang tenang."Lie Feng, pemuda berwajah tegas dengan mata yang tajam, memejamkan mata. Ia mencoba mengikuti petunjuk Guru Agung, tetapi merasa kesulitan. "Guru," katanya setelah beberapa saat, suaranya sedikit putus asa, "saya kesulitan merasakan aliran Chi. Rasanya seperti... kosong."Guru Agung tersenyum sabar. "Kesabaran, Lie Feng. Ini bukanlah balapan. Bayangkan Chi sebagai cahaya matahari yang menyinari seluruh tubuhmu. Rasakan hangatnya, lihatlah cahayanya."Lie Feng mencoba lagi, kali ini de

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan Gunung Tian Shan

    Perpisahan di Kuil Dewa Langit. Matahari terbenam di balik puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi, mewarnai langit dengan warna jingga dan ungu. Lie Feng berdiri di depan Guru Agung, pedang Dewa Abadi terhunus di sisinya. Ia telah menguasai semua jurus silat yang diajarkan Guru Agung, tetapi hatinya dipenuhi dengan perasaan campur aduk: bangga, takut, dan juga sedikit sedih. "Lie Feng," Guru Agung memulai, suaranya berat dan berwibawa, "kau telah berhasil menguasai semua jurus silat yang telah ku ajarkan. Kau telah menjadi pendekar yang hebat. Tetapi, perjalananmu belum berakhir. Kau harus keluar dari Kuil Dewa Langit dan menghadapi dunia luar. Dunia yang penuh dengan bahaya dan intrik." Lie Feng mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Saya mengerti, Guru Agung. Saya telah siap menghadapi tantangan apapun." "Bagus," Guru Agung berkata, suaranya sedikit melembut. "Tetapi, ingatlah selalu pelajaran yang telah ku ajarkan. Gunakan kekuatanmu untuk kebaikan, bukan untuk kejahatan. Li

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pertarungan Lembab Tersembunyi

    Dengan gerakan cepat dan tepat, Lie Feng melepaskan serangan demi serangan. Ia menggunakan semua jurus silat yang ia kuasai, menciptakan kombinasi serangan yang mematikan. Pria tua itu berusaha melawan, tetapi ia mulai kewalahan. Ia menyadari bahwa ia tidak akan mampu mengalahkan Lie Feng dan Mei Lin "Kau benar-benar keras kepala!" geram pria tua itu, tongkatnya berputar-putar mencoba menangkis serangan Lie Feng. "Kau yang keras kepala! Mengapa kau menyerang wanita itu?" balas Lie Feng, amarahnya membara. Lie Feng, dengan amarah yang membara, melanjutkan serangannya. Pedang Dewa Abadi menari-nari di udara, menciptakan pusaran angin yang memotong udara. Jurus Roh Pedang yang baru saja dikuasainya, menambahkan kekuatan misterius pada setiap serangannya. Pedang itu seakan memiliki kehidupan sendiri, bergerak sesuai dengan kehendak Lie Feng, menghindari serangan balik pria tua itu dengan presisi yang menakjubkan. Setiap benturan antara pedang dan tongkat menghasilkan suara dentuman

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Ketenaran yang Tumbuh

    Kabar tentang keberanian dan kekuatan Lie Feng menyebar bak gelombang pasang di dunia persilatan. Ia, Pendekar Tapak Dewa, bukan hanya sekadar legenda, tetapi kenyataan yang menakjubkan. Kemenangannya atas Tuan Besar Bai Yue dan penyelamatannya terhadap berbagai desa dari ancaman bandit telah mengukuhkan namanya sebagai pahlawan. Namun, Lie Feng tetap rendah hati, selalu mengingat bimbingan Guru Agungnya.Di sebuah kedai teh ramai di kota, beberapa pendekar sedang berdiskusi.Pendekar A "Kau dengar kabar tentang Lie Feng? Kabarnya, ia mengalahkan seluruh pasukan bandit di Lembah Bayangan hanya dalam satu malam!"Pendekar B "Benar! Aku mendengarnya dari seorang pedagang yang melintas di sana. Katanya, Lie Feng menggunakan jurus yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sungguh menakjubkan!""Aku dengar dia juga menyelamatkan Putri Seruni dari cengkeraman penjahat. Pahlawan sejati!"Pendekar yang satu nya berkata, "Memang, tapi aku penasaran, sekuat apa sebenarnya dia?""Ent

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-11
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan Kelompok Naga Hitam

    (Bab 11: Bayangan Naga Hitam)"Ketenaran Lie Feng telah mencapai puncaknya," bisik Razak, pengintai andalan Lord Vashta, suaranya nyaris tak terdengar di tengah gemerlap lilin di ruang rahasia sang Lord. "Pendekar Tapak Dewa... sebuah ancaman bagi kita. Kabarnya, ia mengalahkan pasukan bandit di Lembah Bayangan hanya dalam semalam. Kemampuannya menguasai angin dan tanah sungguh luar biasa."Lord Vashta, duduk di singgasananya yang terbuat dari batu obsidian, tertawa dingin. Gelak tawa itu bergema di ruangan, memantul dari dinding-dinding yang dihiasi tengkorak naga hitam. "Ancaman? Dia hanyalah anak kecil yang berani! Dia mengira dirinya dewa? Kelompok Naga Hitam akan menghancurkannya!" Ia menepuk meja, membuat beberapa cangkir teh porselen bergetar. "Kekuatannya mungkin mengesankan, tapi ia belum pernah merasakan kekuatan sejati Kelompok Naga Hitam."Razak menunduk hormat. "Tentu, Lord Vashta. Para prajurit terbaik telah siap. Senjata-senjata terkuat telah diasah. Kita

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13

Bab terbaru

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan di Ufuk Baru

    Ketegangan menyelimuti Perguruan Naga Teratai. Getaran yang terasa beberapa hari lalu semakin kuat, mengindikasikan bahwa ancaman itu semakin dekat. Para petarung, di bawah kepemimpinan Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin, terus memperkuat pertahanan dan meningkatkan kewaspadaan. Mereka berlatih dengan tekun, menajamkan intuisi dan memperkuat kerja sama tim mereka.Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, getaran itu mencapai puncaknya. Tanah berguncang hebat, dan suara gemuruh menggelegar di udara. Para petarung siaga penuh, pedang mereka terhunus, siap menghadapi apa pun yang akan datang."Itu dia!" teriak Jian, matanya melihat sesuatu di ujung hutan di dekat perguruan. "Ada sesuatu yang sedang mendekati!"Semua petarung menatap ke arah ujung hutan. Di tengah kegelapan, mereka melihat sesosok bayangan besar bergerak mendekati perguruan. Bayangan itu memancarkan aura yang sangat mengancam, aura yang beg

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kekuatan Baru #2

    Matahari terbit di ufuk timur, mewarnai langit dengan warna jingga keemasan. Udara pagi masih sejuk, membawa kesegaran yang menenangkan. Di halaman Perguruan Naga Teratai, para petarung berkumpul untuk latihan rutin. Namun, latihan kali ini berbeda. Lie Feng telah memperkenalkan metode pelatihan baru yang menekankan pada pengembangan kekuatan batin dan kerja sama tim yang lebih efektif."Hari ini, kita akan fokus pada intuisi," kata Lie Feng, suaranya tenang tetapi tegas. "Kemampuan untuk merasakan bahaya sebelum ia datang adalah senjata paling ampuh yang kita miliki.""Bagaimana kita melatih intuisi kita?" tanya Jian, salah satu petarung muda, dengan penasaran. "Apakah kita harus berlatih merasakan getaran di tanah seperti yang terjadi sebelumnya?""Itu salah satu caranya," jawab Lin Xue. "Tetapi intuisi itu lebih dari sekadar merasakan getaran fisik. Itu adalah kemampuan untuk merasakan energi di sekitar kita, untuk merasakan bah

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kekuatan Baru

    Matahari pagi menyinari Perguruan Naga Teratai, cahaya keemasannya menerangi wajah-wajah para petarung yang berkumpul di halaman luas. Suasana berbeda dari beberapa minggu lalu. Ketegangan dan ketakutan telah sirna, diganti oleh suasana yang tenang tetapi penuh dengan kekuatan baru. Mereka telah melewati ujian api, dan dari uji itu, mereka muncul lebih kuat dan lebih bijak.Lie Feng berdiri di depan mereka, senyum tersungging di bibirnya. "Teman-teman," katanya, suaranya bergema di seluruh halaman, "kita telah melewati masa yang sangat sulit. Kita telah menghadapi pengkhianatan, kehilangan, dan ancaman yang sangat besar. Tetapi kita telah melewatinya bersama-sama. Kita telah membangun kembali kepercayaan kita, dan dari abu kehancuran, kita telah menemukan kekuatan baru.""Kekuatan baru itu bukan hanya tentang kemampuan bertarung kita," lanjutnya, "tetapi juga tentang kebijaksanaan dan kekuatan

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Dari Retak ke Kekuatan

    Keheningan yang menyelimuti ruangan bawah tanah itu terasa berat, dipenuhi dengan ketegangan yang belum sepenuhnya hilang. Lie Feng, Lin Xue, Mei Lin, dan dua petarung lainnya, Jian dan Ling, berdiri di tengah puing-puing batu-batu hitam yang telah hancur. Debu berterbangan di udara, menciptakan suasana yang menyeramkan."Kita berhasil," kata Mei Lin, suaranya bergetar karena kelelahan dan lega. "Kita berhasil menghancurkan sumber energi mereka.""Ya," jawab Lie Feng, namun ekspresinya masih dipenuhi dengan kewaspadaan. "Tetapi ini belum berarti semuanya telah berakhir. Masih ada banyak batu lainnya di jaringan terowongan ini.""Kita harus mencari tahu apakah ada sarang lainnya," kata Lin Xue. "Dan kita harus menghancurkannya sebelum mereka dapat memulihkan kekuatan mereka.""Aku setuju," kata Lie Feng. "Jian, Ling, kalian akan mencari sarang lainnya di sekitar ruangan ini. Lin Xue dan Mei Lin akan mene

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kepercayaan yang Terbangun Kembali #2

    Kepercayaan yang Terbangun KembaliLie Feng menatap peta terowongan bawah tanah yang baru saja Lin Xue selesaikan. Garis-garis rumit menggambarkan jaringan terowongan yang luas dan kompleks di bawah Perguruan Naga Teratai. Suasana di ruangan itu tegang, dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketegasan."Sarang mereka jauh lebih besar dari yang kita perkirakan," kata Lin Xue, suaranya serius. "Dan batu-batu itu… mereka tampaknya berfungsi sebagai sumber energi bagi makhluk-makhluk itu.""Kita harus memutuskan sumber energi itu," kata Mei Lin, suaranya penuh dengan ketegasan. "Jika kita bisa menghancurkan sumber energi mereka, kita bisa melemahkan mereka.""Itu ide yang baik," kata Lie Feng. "Tetapi bagaimana cara kita menghancurkan sumber energi mereka tanpa menghancurkan perguruan ini juga?""Kita harus berhati-hati," kata Lin Xue. "Kita harus merencanakan segalanya dengan teliti. Kita tidak bisa membiarkan diri

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kepercayaan yang Terbangun Kembali

    Bulan purnama menerangi halaman perguruan, menciptakan suasana tenang dan damai. Meskipun bayangan ancaman baru masih menghantui, suasana di perguruan telah berubah drastis. Kepercayaan, yang pernah retak karena pengkhianatan Zhao Li, perlahan tapi pasti mulai terbangun kembali.Lie Feng duduk di pinggir danau, mengamati para petarung berlatih dengan semangat baru. Senyum tersungging di bibirnya. Ia melihat perubahan signifikan pada mereka. Mereka lebih terbuka, lebih percaya diri, dan ikatan persahabatan di antara mereka semakin kuat."Mereka sudah jauh lebih baik," kata Lin Xue, mendekati Lie Feng. Ia duduk di samping Lie Feng, menikmati keheningan malam yang menenangkan."Ya," jawab Lie Feng. "Mereka telah belajar untuk mempercayai satu sama lain lagi. Itulah yang paling penting.""Kepercayaan adalah fondasi dari segalanya," kata Lin Xue. "Tanpa kepercayaan, kita tidak akan bisa mengatasi semua tantangan yang akan datang.""Kau benar," kata Lie Feng. "Dan kita telah melewati banyak

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Jalan Menuju Pemulihan

    Sinar matahari pagi menembus jendela-jendela perguruan, menerangi wajah-wajah lelah namun bertekad. Lie Feng berdiri di tengah halaman, tatapannya menyapu wajah-wajah muridnya. Bekas luka pertarungan dengan Zhao Li masih terasa, bukan hanya di tubuh, tetapi juga di jiwa mereka. Kepercayaan yang retak, rasa takut yang membayangi, dan rasa bersalah yang mengerat hati mereka. Lie Feng tahu, jalan menuju pemulihan akan panjang dan penuh tantangan."Teman-teman," suara Lie Feng memecah kesunyian pagi, "kita telah melewati badai. Kita telah menghadapi pengkhianatan dan kehilangan. Tetapi kita tidak akan menyerah. Kita akan bangkit bersama, lebih kuat dari sebelumnya. Perjalanan ini tidak mudah, tetapi kita akan melewatinya bersama-sama."Suasana hening sejenak, hanya diiringi oleh kicauan burung di pohon-pohon sekitar. Mei Lin, yang selalu kuat, menunjukkan kerentanannya dengan menunduk. "Aku… aku masih takut," katanya, suaranya bergetar. "Taku

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bekas Luka yang Tak Terlihat #2

    Hari-hari berikutnya dijalani dengan intensitas yang berbeda. Lie Feng, dengan bimbingan Lin Xue, melaksanakan rencana pemulihan yang terstruktur. Bukan hanya latihan fisik yang keras, tetapi juga sesi-sesi diskusi terbuka, meditasi di tempat-tempat tenang di sekitar perguruan, dan bahkan kegiatan-kegiatan yang lebih santai seperti berkebun bersama atau memasak makanan tradisional. Tujuannya adalah untuk membangun kembali kepercayaan dan ikatan di antara para petarung, menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghilangkan rasa takut dan curiga."Mei Lin," kata Lie Feng lembut suatu pagi, menemukan Mei Lin duduk sendirian di dekat air terjun kecil di belakang perguruan, "Kau terlihat murung. Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan?"Mei Lin menoleh, matanya berkaca-kaca. "Aku masih takut, Lie Feng," akuinya, suaranya bergetar. "Takut akan pengkhianatan lagi. Takut akan kehilangan kepercayaan pada orang lain."Lie Feng duduk di sampingnya, menawar

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bekas Luka yang Tak Terlihat

    Keheningan mencekam Perguruan Bela Diri Naga Teratai. Debu pertarungan telah mengendap, namun suasana tetap berat. Meskipun Zhao Li telah kembali, bekas luka yang ditinggalkannya jauh lebih dalam daripada luka fisik yang terlihat. Kepercayaan, seperti porselen yang pecah, membutuhkan waktu dan usaha yang sangat besar untuk diperbaiki. Lie Feng, meskipun telah mengalahkan Zhao Li, merasakan beban berat di hatinya. Ia tahu pertarungan itu bukan sekadar adu kekuatan fisik, melainkan pertempuran psikologis yang menguji ketahanan mental setiap orang."Lie Feng," kata Master Jian, suaranya lembut tetapi penuh dengan kekhawatiran, mendekati Lie Feng yang sedang berlatih sendirian di halaman belakang. "Kau baik-baik saja?"Lie Feng menghentikan gerakannya, menarik napas dalam-dalam. "Aku baik-baik saja, Master," jawabnya, tetapi suaranya tidak sekuat biasanya. "Hanya sedikit lelah."Master Jian menatap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status