Share

Raja Pengusaha Rafandra
Raja Pengusaha Rafandra
Author: Afzah Nujati

Bab 1

Author: Afzah Nujati
last update Last Updated: 2025-01-20 06:03:31

Hari ini adalah hari pembukaan perusahaan kosmetik milik istrinya, Alexa Darmawan.

Rafandra Sanjaya terbangun dari tidurnya dengan terburu-buru. Dia bergegas melihat jamnya, lalu menepuk kepalanya sendiri.

“Aku terlambat.”

Dia langsung mencuci mukanya dan memakai pakaian seadanya. Karena waktu yang terbatas, dia tidak sempat memilih pakaian terbaik yang dimilikinya.

Rafandra Sanjaya menaiki motornya yang terlihat kusam belum dicuci. Berulang kali dia melihat jam di tangannya.

Setelah dua puluh menit perjalanan, dia sampai di sebuah gedung yang tidak tinggi, tapi mewah dan elegan. Desain bangunannya menggambarkan dengan jelas bahwa gedung ini adalah perusahaan kosmetik yang dikelola anak muda.

Banyak karangan bunga ucapan selamat berukuran besar berbaris di depan perusahaan baru ini. Semuanya menuliskan nama Alexa Darmawan dan nama perusahaannya, Alexa Kreasi Cantika.

Perusahaan kosmetik ini didanai oleh PT. Darmawan Cosmetics International, salah satu perusahaan di bawah Grup Darmawan yang memiliki banyak lini usaha.

Melihat karangan bunga yang begitu megah, Rafandra teringat bahwa dia tidak membawa apa-apa untuk istrinya. Dia melupakannya karena terburu-buru ingin menghadiri hari penting istrinya. Dia pun hanya memakai pakaian seadanya, tapi terlihat pantas, bersih dan tampan.

Saat dia hendak memasuki perusahaan tersebut, satpam perusahaan menghentikannya. Mereka menanyakan surat undangan resmi perusahaan.

“Aku tidak memilikinya, tapi aku adalah...”

“Maaf, Tuan. Semua tamu harus menunjukkan surat undangan resmi dari perusahaan. Jika tidak, Tuan tidak diperbolehkan masuk.”

“Aku mengerti,” jawab Rafandra. “Tapi aku suami dari Alexa Darmawan.”

Satpam itu menatap Rafandra dari ujung kaki sampai ujung rambutnya. Dia menggelengkan kepala sambil menyeringai kecil menertawakannya.

“Tuan jangan mengada-ada,” katanya sembari menutup mulutnya menahan tawa.

"Lihatlah, sayang! Siapa yang kita temui," ucap seorang wanita secara tiba-tiba.

 Wanita tersebut masih terlihat muda. Dia mengenakan pakaian yang sangat mewah bersama suaminya.

"Ini surat undangan kami," katanya sambil terus menatap Rafandra.

 Satpam itu menerima surat undangan tersebut dengan sopan.

“Oh, rupanya Nyonya Frida Darmawan dan Tuan Rony Hartawan. Silakan masuk,” ucap satpam itu setengah membungkuk.

Dua orang tersebut tersenyum menatap Rafandra. Mereka melihatnya dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.

“Biarkan orang kampung ini masuk,” kata Frida Darmawan. “Meskipun miskin, dia adalah suami Alexa,” ucapnya dengan ekspresi merendahkan.

“Dia hanya menantu penumpang. Kau tidak perlu menghormatinya.”

Rony Hartawan menepuk-nepuk pundak satpam sembari menyelipkan uang di sakunya.

“Terima kasih, Tuan Rony.”

Lalu Frida Darmawan mendekati Rafandra.

“Awas jika kau mempermalukan keluarga kami di dalam,” ancamnya dengan mendorong tubuh Rafandra dengan jari telunjuknya.

Mereka pun masuk ke dalam, termasuk Rafandra.

“Heh, menantu penumpang tak bermodal,” ejek satpam tersebut dengan melengos.

Sesampainya di dalam hall perusahaan, semua orang memandang Rafandra. Tatapan mereka terlihat sangat merendahkan dengan sesekali berbisik-bisik dan menuding ke arahnya.

Saat ini Rafandra mengenakan pakaian biasa. Dia tidak mengenakan setelan jas yang mahal. Meski pakaiannya terbilang bagus, jika dibandingkan dengan para tamu undangan, pakaiannya tidak ada apa-apanya.

Rafandra pun mencari-cari istrinya. Setelah cukup lama mencari, dia melihat istrinya sedang dikerumuni banyak orang. Semua orang memberinya hadiah ucapan selamat.

Kemudian Rafandra berjalan mendekati Alexa. Dia melihat banyak pemuda tampan yang mengelilingi istrinya. Mereka berbincang-bincang dengan sangat akrab dan penuh tawa.

Saat Alexa melihat Rafandra berjalan mendekatinya, dia membuang mukanya. Bahkan mengajak orang-orang yang mengerumuninya untuk berpindah tempat. Padahal Rafandra telah melayangkan senyum dan melambaikan tangannya menyapa.

Rafandra tertegun diam dengan tangan masih di atas. Dia melihat istrinya berjalan menjauhinya bersama orang-orang dengan pakaian mewah dan elegan.

Setelah menghela nafas panjang, dia memutuskan untuk kembali berjalan mendekati Alexa.

Tiba-tiba seseorang menghentikannya dengan menabrakkan tubuhnya.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya seorang wanita paruh baya dengan wajah bersih dan cantik. Meski usianya sudah mencapai enam puluh tahun, tapi wajah dan tubuhnya tidak kalah dengan wanita muda yang sedang berada di sini.

“Aku hendak mengucapkan selamat kepada Alexa, Ibu.”

“Tidak perlu,” jawab Anett Wongso dengan ketus. Dia adalah ibu dari Alexa. “Kau tidak diundang di sini. Seharusnya kau tahu diri dan tinggal di rumah dengan patuh. Jangan mempermalukan Alexa dengan kehadiranmu.”

“Kau ini bodoh atau bagaimana? Semua anggota keluarga Darmawan mendapatkan undangan untuk datang ke acara pembukaan perusahaan baru milik Alexa, hanya kau yang tidak diundang. Itu artinya dia tidak menghendaki kehadiranmu,” kata Rose Hart, istri Richard Darmawan, kakak laki-laki Alexa.

“Lebih baik kau pulang!” ucap Richard Darmawan cukup keras.

“Sebagai suami aku harus mendampingi istriku di saat-saat penting seperti ini,” ujar Rafandra.

“Kau tidak pantas bersanding dengan Alexa. Tuan Max Hendrawan jauh lebih pantas mendampingi Alexa,” kata Anett. Dia tersenyum melihat Alexa dan Max Hendrawan berdiri berdampingan di atas sana.

“Tapi aku suaminya, Ibu. Bukan dia.”

Anett Wongso menatap Rafandra dengan tajam.

“Kau tidak pantas dengannya, dan tidak akan pernah pantas!”

“Andai saja kau tidak tiba-tiba muncul, Alexa pasti telah menjadi Nyonya Alexa Hendrawan,” kata Richard. “Betapa sialnya dia menjadi istri laki-laki tidak berguna sepertimu.”

Rafandra menghela nafasnya dalam-dalam. Setelah mendengar semua hinaan ini, dia tetap kembali mencoba berjalan mendekati Alexa.

“Sudah kukatakan, kau tidak pantas bersanding dengan Alexa,” ucap Anett.

“Aku adalah suaminya, Ibu.”

“Kau lihat dia sekarang!” kata Anett.

Rafandra memandang Alexa yang sedang berbincang-bincang dengan banyak orang. Dia didampingi Max Hendrawan yang ikut menyambut para tamu undangan. Seakan-akan dia adalah suami Alexa.

Hampir setiap menit Alexa menerima hadiah dari tamu undangan yang kebanyakan berasal dari keluarga terpandang. Sesekali dia menatap ke arah Rafandra yang sedang dihalangi oleh keluarganya.

“Kau lihat baik-baik!” ucap Anett lagi.

Rafandra merasakan sesak di dadanya saat melihat Alexa mengangkat tangannya dan menyuruhnya pergi. Dia menggerakkan tangannya seperti orang yang sedang mengusir binatang yang memasuki rumahnya.

Rafandra pun menunduk sambil menghela nafas dalam.

“Kau lihat sendiri. Dia tidak menghendaki kehadiranmu,” kata Rose Hart.

“Kehadiranmu hanya akan mempermalukannya. Dia malu melihatmu ada di sini,” giliran Anett yang menyudutkannya.

“Sekarang kau pergilah dari sini!” ucap Richard Darmawan.

Meski sudah disudutkan sedemikian rupa, Rafandra masih berdiri di tempat yang sama. Dia kembali memandang Alexa untuk memastikan kembali, dan Alexa melakukan hal yang sama. Dia menyuruhnya pergi dengan gerakan tangannya.

“Kehadiranmu tidak diharapkan di sini. Pergi sebelum kau mempermalukan seluruh Keluarga Darmawan,” kata Richard.

“Baik,” ujar Rafandra singkat.

Dia membalikkan badannya dengan tangan mengepal kencang. Kedua matanya menampakkan binar kekesalan. Bayangannya mendampingi Alexa dalam acara penting ini seketika runtuh. Dia pun berjalan menuju pintu keluar perusahaan dengan mata berkaca-kaca.

“Aku heran dengan Kakek Martin, kenapa menjodohkan Alexa dengan laki-laki tidak berguna ini,” kata Richard Darmawan.

Dua setengah tahun yang lalu Tuan Martin Darmawan tiba-tiba membawa Rafandra pulang dan menikahkannya dengan cucunya, Alexa Darmawan. Sayangnya, beberapa bulan setelah pernikahan, Tuan Martin meninggal, dan semua orang mulai merendahkan Rafandra.

Rafandra bertemu Tuan Martin Darmawan empat tahun yang lalu. Saat itu dia menjadi korban tabrak lari yang hampir saja merenggut nyawanya. Tuan Martin membawanya ke rumah sakit dan membiayainya sampai sembuh.

Setelah Rafandra siuman, dia melihat Tuan Martin mondar-mandir menelepon banyak orang. Dia terlihat menghubungi banyak bank dan pengusaha untuk menyelamatkan perusahaannya.

Rafandra tidak sengaja mendengar bahwa Tuan Martin membutuhkan banyak dana untuk menyelamatkan perusahaannya.

Sebagai bentuk terima kasih, Rafandra menyerahkan uang pesangonnya pada Tuan Martin. Jumlahnya mencapai lima puluh lima juta dollar. Rafandra mendapatkan uang tersebut setelah mengundurkan diri sebagai direktur utama Sanjaya Technology Corporation.

“Apa yang kau lakukan? Aku tidak bisa menerimanya,” jawab Tuan Martin saat itu.

Related chapters

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 2

    “Tuan telah menyelamatkan nyawaku. Uang ini bukanlah apa-apa dibandingkan kebaikan Tuan.”Selama dua bulan lebih Rafandra berada di rumah sakit menjalani perawatan intensif dan terapi tulang agar bisa kembali berjalan. Selama itu pula Tuan Martin selalu meluangkan waktu menjenguknya, meski tidak setiap hari.Pada bulan pertama, Rafandra hanya terbaring di atas ranjang rumah sakit tanpa bisa melakukan apa-apa, dan Tuan Martin adalah satu-satunya orang yang terus mendukungnya dan membiayai seluruh pengobatannya. Kebaikan ini yang membuat Rafandra tidak berpikir dua kali untuk memberikan uangnya.Karena Tuan Martin terus menolak, Rafandra menggunakan titik lemah Tuan Martin, yaitu para pekerja. Rafandra mengatakan bahwa uang ini bisa menghindarkan para pekerja dari pemecatan. Jika perusahaan miliknya bangkrut, maka para pekerjalah yang menjadi korban. Baru setelah itu Tuan Martin mau menerimanya, tapi menganggapnya sebagai hutang yang harus dibayar.Ingatan tentang Tuan Martin selalu mun

    Last Updated : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 3

    Rafandra terkejut mendengar suara itu. Dia langsung berdiri mendorong pintu tersebut dan melihat seorang berbadan tegap berjalan menjauh.“Tuan, Tunggu!” seru Rafandra. “Siapa nama Tuan?!” teriaknya keras.Pria berbadan tegap itu hanya mengangkat tangannya tanpa membalikkan badannya. Dia terus berjalan menjauh.Melihat pria tersebut tidak berminat memberikan namanya, Rafandra tersenyum sembari berucap dengan keras:“Terima kasih, Tuan!”Setelah keluar dari ruangan itu, Rafandra melihat jam tangannya. Sudah hampir setengah jam dia berada di ruangan tersebut. Lalu dia berjalan ke tempat parkir khusus motor dan mengambil motornya. Dia pun memutuskan untuk pulang ke rumah.Dalam perjalanan pulang, Rafandra terus memikirkan istrinya, Alexa. Usia pernikahan mereka sudah hampir tiga tahun lamanya, tepatnya dua tahun enam bulan. Tapi hubungan mereka sangat dingin setelah Tuan Martin meninggal.Tak berselang lama, Rafandra sampai di rumahnya. Rumah yang sangat besar dan megah. Dia dan Alexa ti

    Last Updated : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 4

    Rafandra duduk setengah berjongkok untuk menggendong anaknya. Setiap hari dia memang bertugas mengantar jemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray. Salah satu sekolah balita terbaik di Kota Loven.Khusus hari Senin, Rabu dan Jum’at pihak sekolah mengadakan layanan penjemputan. Di hari-hari itu pula Rafandra bisa tidur agak lama karena pihak sekolah melakukan penjemputan sebelum Alexa berangkat bekerja.“Maaf, aku lupa,” kata Rafandra.“Kau memang tidak berguna!” ucap Alan.“Bawa Revan masuk. Aku bosan mendengar suara tangisnya,” ujar Frida.Rafandra terlihat sangat marah. Dia langsung berbalik badan agar ekspresi wajahnya tidak terlihat oleh mereka. Dia bisa menahan hinaan apa pun, tapi jika sudah berkenaan dengan anaknya, dia merasa sangat tersinggung.Rafandra membawa anaknya ke ruang bermain yang sangat besar. Tangis Revan langsung berhenti setelah berada di pelukan Rafandra.“Revan di sini dulu ya? Papa ke dapur sebentar,” ucap Rafandra dengan berjongkok di depannya.Revan mengan

    Last Updated : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 5

    “Eh, Revan.”Rafandra bergegas mendekati anaknya dan menggendongnya dengan senyum lucu.“Revan mencari Papa ya?”Anak laki-laki kecil itu mengangguk dengan polosnya. Inilah salah satu alasan yang membuatnya terus bertahan selain janjinya kepada Tuan Martin.Lalu terdengar suara mobil yang pergi meninggalkan rumah ini. Rafandra pun berjalan ke ruang tamu sambil menggendong Revan. Belum sampai di ruang tamu, dia mendengar perbincangan Alan, Frida dan Alexa.“Enam bulan lagi kau bisa menceraikan laki-laki tidak berguna itu,” kata Frida Darmawan. “Setelah itu kau bebas menikah dengan siapa saja.”Alan mendesah.“Andai Kakekmu tidak memaksaku menandatangani surat perjanjian itu, aku sudah mengusir Rafandra dari rumah ini,” ucapnya.Alexa terlihat menganggukkan kepalanya.“Siapa yang akan kau pilih di antara mereka berdua?” tanya Frida kepada Alexa.“Menurut Papa, Alex jauh lebih kaya dan tampan, tapi jika kau memilih Max, Papa juga tidak keberatan.”“Aku sependapat dengan Papa,” sambung Fr

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 5

    “Eh, Revan.”Rafandra bergegas mendekati anaknya dan menggendongnya dengan senyum lucu.“Revan mencari Papa ya?”Anak laki-laki kecil itu mengangguk dengan polosnya. Inilah salah satu alasan yang membuatnya terus bertahan selain janjinya kepada Tuan Martin.Lalu terdengar suara mobil yang pergi meninggalkan rumah ini. Rafandra pun berjalan ke ruang tamu sambil menggendong Revan. Belum sampai di ruang tamu, dia mendengar perbincangan Alan, Frida dan Alexa.“Enam bulan lagi kau bisa menceraikan laki-laki tidak berguna itu,” kata Frida Darmawan. “Setelah itu kau bebas menikah dengan siapa saja.”Alan mendesah.“Andai Kakekmu tidak memaksaku menandatangani surat perjanjian itu, aku sudah mengusir Rafandra dari rumah ini,” ucapnya.Alexa terlihat menganggukkan kepalanya.“Siapa yang akan kau pilih di antara mereka berdua?” tanya Frida kepada Alexa.“Menurut Papa, Alex jauh lebih kaya dan tampan, tapi jika kau memilih Max, Papa juga tidak keberatan.”“Aku sependapat dengan Papa,” sambung Fr

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 4

    Rafandra duduk setengah berjongkok untuk menggendong anaknya. Setiap hari dia memang bertugas mengantar jemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray. Salah satu sekolah balita terbaik di Kota Loven.Khusus hari Senin, Rabu dan Jum’at pihak sekolah mengadakan layanan penjemputan. Di hari-hari itu pula Rafandra bisa tidur agak lama karena pihak sekolah melakukan penjemputan sebelum Alexa berangkat bekerja.“Maaf, aku lupa,” kata Rafandra.“Kau memang tidak berguna!” ucap Alan.“Bawa Revan masuk. Aku bosan mendengar suara tangisnya,” ujar Frida.Rafandra terlihat sangat marah. Dia langsung berbalik badan agar ekspresi wajahnya tidak terlihat oleh mereka. Dia bisa menahan hinaan apa pun, tapi jika sudah berkenaan dengan anaknya, dia merasa sangat tersinggung.Rafandra membawa anaknya ke ruang bermain yang sangat besar. Tangis Revan langsung berhenti setelah berada di pelukan Rafandra.“Revan di sini dulu ya? Papa ke dapur sebentar,” ucap Rafandra dengan berjongkok di depannya.Revan mengan

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 3

    Rafandra terkejut mendengar suara itu. Dia langsung berdiri mendorong pintu tersebut dan melihat seorang berbadan tegap berjalan menjauh.“Tuan, Tunggu!” seru Rafandra. “Siapa nama Tuan?!” teriaknya keras.Pria berbadan tegap itu hanya mengangkat tangannya tanpa membalikkan badannya. Dia terus berjalan menjauh.Melihat pria tersebut tidak berminat memberikan namanya, Rafandra tersenyum sembari berucap dengan keras:“Terima kasih, Tuan!”Setelah keluar dari ruangan itu, Rafandra melihat jam tangannya. Sudah hampir setengah jam dia berada di ruangan tersebut. Lalu dia berjalan ke tempat parkir khusus motor dan mengambil motornya. Dia pun memutuskan untuk pulang ke rumah.Dalam perjalanan pulang, Rafandra terus memikirkan istrinya, Alexa. Usia pernikahan mereka sudah hampir tiga tahun lamanya, tepatnya dua tahun enam bulan. Tapi hubungan mereka sangat dingin setelah Tuan Martin meninggal.Tak berselang lama, Rafandra sampai di rumahnya. Rumah yang sangat besar dan megah. Dia dan Alexa ti

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 2

    “Tuan telah menyelamatkan nyawaku. Uang ini bukanlah apa-apa dibandingkan kebaikan Tuan.”Selama dua bulan lebih Rafandra berada di rumah sakit menjalani perawatan intensif dan terapi tulang agar bisa kembali berjalan. Selama itu pula Tuan Martin selalu meluangkan waktu menjenguknya, meski tidak setiap hari.Pada bulan pertama, Rafandra hanya terbaring di atas ranjang rumah sakit tanpa bisa melakukan apa-apa, dan Tuan Martin adalah satu-satunya orang yang terus mendukungnya dan membiayai seluruh pengobatannya. Kebaikan ini yang membuat Rafandra tidak berpikir dua kali untuk memberikan uangnya.Karena Tuan Martin terus menolak, Rafandra menggunakan titik lemah Tuan Martin, yaitu para pekerja. Rafandra mengatakan bahwa uang ini bisa menghindarkan para pekerja dari pemecatan. Jika perusahaan miliknya bangkrut, maka para pekerjalah yang menjadi korban. Baru setelah itu Tuan Martin mau menerimanya, tapi menganggapnya sebagai hutang yang harus dibayar.Ingatan tentang Tuan Martin selalu mun

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 1

    Hari ini adalah hari pembukaan perusahaan kosmetik milik istrinya, Alexa Darmawan.Rafandra Sanjaya terbangun dari tidurnya dengan terburu-buru. Dia bergegas melihat jamnya, lalu menepuk kepalanya sendiri.“Aku terlambat.”Dia langsung mencuci mukanya dan memakai pakaian seadanya. Karena waktu yang terbatas, dia tidak sempat memilih pakaian terbaik yang dimilikinya.Rafandra Sanjaya menaiki motornya yang terlihat kusam belum dicuci. Berulang kali dia melihat jam di tangannya.Setelah dua puluh menit perjalanan, dia sampai di sebuah gedung yang tidak tinggi, tapi mewah dan elegan. Desain bangunannya menggambarkan dengan jelas bahwa gedung ini adalah perusahaan kosmetik yang dikelola anak muda.Banyak karangan bunga ucapan selamat berukuran besar berbaris di depan perusahaan baru ini. Semuanya menuliskan nama Alexa Darmawan dan nama perusahaannya, Alexa Kreasi Cantika.Perusahaan kosmetik ini didanai oleh PT. Darmawan Cosmetics International, salah satu perusahaan di bawah Grup Darmawan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status