Share

Raja Pengusaha Rafandra
Raja Pengusaha Rafandra
Penulis: Afzah Nujati

Bab 1

Penulis: Afzah Nujati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-20 06:03:31

“Susan, mana baju yang harus kupakai?” tanya Rafandra.

“Kau ambil sendiri di sana!”

Rafandra melihat dua setelan jas yang sangat mewah dan elegan. Dia mendekati baju yang telah tergantung rapi itu dan hendak mengambilnya. Tapi...

Plakk...

Tiba-tiba tangannya dipukul oleh seorang wanita.

“Bukan ini, tapi yang itu!” ucap Susan dengan ketus.

Rafandra mengalihkan pandangannya ke arah baju yang ditunjukkan Susan. Baju dan celana itu tergeletak di atas kursi dengan dipenuhi banyak kerutan. Baju itu sangat mirip dengan pakaian pelayan yang berada di ruang samping. Hanya saja memiliki warna dan corak yang berbeda.

“Apa kau tidak salah? Aku adalah...”

“Tidak. Itu memang baju yang harus kau kenakan. Kau tidak pantas memakai setelan mewah semacam itu,” ucap Lena Sandra, penata rias yang juga teman istrinya. Dia baru saja masuk ke ruang rias.

“Tapi aku...”

“Kau di sini bukan sebagai pendamping Alexa, tapi pelayan yang membantu kelancaran acara,” ucap Lena sambil menuding wajah Rafandra.

“Kau jangan keterlaluan, Lena. Aku adalah suami Alexa. Kau...”

“Aku yang menyuruhnya,” kata Annet Wongso yang muncul tiba-tiba dari pintu sebelah kanan. Dia mengenakan pakaian resmi yang sangat mewah.

“Aku adalah suaminya, Ibu. Bukankah seharusnya aku...”

“Tidak. Kau tidak pantas bersanding dengan Alexa. Kau kemari untuk membantu para pelayan bekerja,” potong Annet sebelum Rafandra menyelesaikan ucapannya.

Annet Wongso adalah ibu Alexa Darmawan. Usianya sudah menyentuh kepala enam, tapi wajah dan tubuhnya tidak kalah dengan wanita muda yang hadir di sini.

“Lalu untuk siapa baju-baju ini?” tanya Rafandra.

“Yang jelas bukan untukmu,” jawab Annet ketus.

Dia membawa seorang pemuda tampan masuk ke ruang rias, lalu mengambil setelan jas yang sudah tergantung rapi.

“Baju ini sangat cocok untukmu,” ucap Annet kepada pemuda itu. Dia adalah Alex Gunawan, pewaris Grup Gunawan yang kaya raya.

“Tante Annet ingin aku memakainya?”

“Iya,” jawab Annet.

 Alex langsung memakai setelan jas itu. Dia terlihat sangat tampan setelah memakainya.

Rafandra terus memandang Alex dengan tatapan tajam.

“Kenapa kau masih diam di sini! Cepat kau ganti pakaianmu!” perintah Susan sambil melemparkan baju yang hendak dipakai Rafandra.

Annet dan Alex menatap Rafandra.

“Cepat kau ganti pakaianmu!” giliran Annet yang memberi perintah.

Dia mendekati Rafandra dan mendorongnya keluar dari ruang rias menuju ruang para pelayan.

“Tempatmu di sini, bukan di sana,” ucap Annet.

“Tapi Ibu...”

Annet berlalu pergi tanpa mempedulikan Rafandra.

Hari ini adalah hari peresmian perusahan kosmetik milik Alexa Darmawan sekaligus peluncuran beberapa produk baru. Nama perusahaannya adalah Alexa Kreasi Cantika. Perusahaan ini didanai oleh PT. Darmawan Cosmetics International, salah satu perusahaan di bawah Grup Darmawan yang memiliki banyak lini usaha.

Karena itu Rafandra sengaja datang ke perusahaan ini lebih awal. Dia membayangkan akan mendampingi Alexa di acara peresmian perusahaan.  

Setelah mengganti bajunya di kamar mandi, Rafandra keluar menuju hall perusahaan. Dia mengarahkan pandangannya ke sana-kemari mencari Alexa. Setelah cukup lama mencari, dia melihat Alexa dikerumuni banyak orang. Semua orang memberinya hadiah.

Yang membuat Rafandra terkejut adalah orang yang berada di sampingnya. Dia mengenakan setelan jas yang ada di ruang rias tadi, tapi bukan Alex Gunawan.

“Lihatlah mereka sangat cocok,” ucap orang-orang yang melihat Alexa dengan pria tersebut. Namanya adalah Max Hendrawan.

Melihat hal itu, Rafandra mengepalkan tangannya. Dia memejamkan matanya untuk mengendalikan diri. Rasa marah dan sedih muncul bersamaan di hatinya. Bayangkan saja, dua setelan jas mewah yang sengaja dibuat serasi dengan baju istrinya, tidak satu pun dibuat untuknya. Keduanya dibuat untuk laki-laki lain.

Rafandra terus memandangi Alexa yang terlihat sangat cantik mengenakan pakaian resmi yang elegan. Lalu dia berjalan mendekati Alexa. Dia melihat banyak pemuda tampan yang mengelilingi istrinya. Mereka berbincang-bincang dengan sangat akrab dan penuh tawa.

Saat Alexa melihat Rafandra berjalan mendekatinya, dia membuang mukanya. Bahkan mengajak orang-orang yang mengerumuninya untuk berpindah tempat. Padahal Rafandra telah melayangkan senyum dan melambaikan tangannya menyapa.

Rafandra tertegun diam dengan tangan masih di atas. Dia melihat istrinya berjalan menjauhinya bersama orang-orang dengan pakaian mewah dan elegan.

Setelah menghela nafas panjang, dia memutuskan untuk kembali berjalan mendekati Alexa.

Tiba-tiba seseorang menghentikannya dengan menabrakkan tubuhnya.

“Apa yang kau lakukan di sini? Cepat bantu para pelayan menyiapkan minuman!” ucap Annet Wongso.

“Aku hendak mengucapkan selamat kepada Alexa, Ibu.”

“Tidak perlu,” jawab Anett dengan ketus. “Kau tidak pantas berada di sampingnya. Seharusnya kau sudah cukup senang diberi kesempatan membantu di sini. Jangan permalukan Alexa dengan kehadiranmu.”

“Lihatlah pakaian yang kau kenakan! Kau tidak pantas berada di sampingnya,” kata Lena dengan mata memandang Rafandra dari ujung kaki sampai ujung rambut.

“Tapi kau yang memberikan pakaian ini untukku.”

“Kau seharusnya berterima kasih pada Lena,” ucap Susan, teman Alexa dan Lena yang berperan menjadi asisten penata rias di acara ini. “Bukan malah menyalahkannya.”

“Kau ini bodoh atau bagaimana? Kami memperbolehkanmu datang kemari bukan sebagai suami Alexa, tapi sebagai tenaga tambahan dapur. Kami lihat kau cukup hebat dalam mengurus makanan. Karena itu kami memperbolehkanmu datang di acara ini,” kata Rose Hart, istri Richard Darmawan, kakak laki-laki Alexa.

“Daripada mempermalukan kami di sini, lebih baik kau pulang!” ucap Richard Darmawan cukup keras.

“Sebagai suami aku harus mendampingi istriku di saat-saat penting seperti ini,” ujar Rafandra.

“Kau tidak pantas bersanding dengan Alexa. Tuan Max Hendrawan dan Tuan Alex Gunawan jauh lebih pantas mendampingi Alexa,” kata Anett.

Dia tersenyum melihat Alexa dan Max Hendrawan berdiri berdampingan di atas sana. Kemudian Alex Gunawan datang mendekati Alexa dengan membawa karangan bunga yang sangat besar.

Dua pemuda itu mengenakan setelan jas yang sama persis, hingga membuat keduanya terlihat serasi dengan pakaian yang dikenakan Alexa. Dari ekspresi dan sorot mata keduanya, terlihat suasana persaingan yang sangat kuat.

Darah Rafandra seperti mendidih melihat dua pemuda tampan berada di samping Alexa. Keduanya mengenakan setelan jas yang sengaja disiapkan untuk mereka.

“Tapi aku suaminya, Ibu. Bukan mereka.”

Anett Wongso menatap Rafandra dengan tajam.

“Kau tidak pantas dengannya, dan tidak akan pernah pantas!”

“Andai saja kau tidak tiba-tiba muncul, Alexa pasti telah menjadi Nyonya Alexa Hendrawan atau Nyonya Alexa Gunawan,” kata Richard. “Betapa sialnya dia menjadi istri laki-laki tidak berguna sepertimu.”

“Kau seharusnya sadar, kenapa Alexa tidak pernah mau mengenalkanmu pada teman dan mitra bisnisnya. Karena dia malu mempunyai suami pengangguran dan tidak berguna sepertimu,” ucap Lena dengan menatap tajam. Dia dan Susan adalah teman paling akrab Alexa.

Rafandra menghela nafasnya dalam-dalam. Setelah mendengar semua hinaan ini, dia tetap kembali mencoba berjalan mendekati Alexa.

“Sudah kukatakan, kau tidak pantas bersanding dengan Alexa,” ucap Anett.

“Aku adalah suaminya, Ibu.”

“Kau lihat dia sekarang!” kata Anett.

Rafandra memandang Alexa yang sedang berbincang-bincang dengan banyak orang. Dia didampingi Max Hendrawan dan Alex Gunawan yang ikut menyambut para tamu undangan. Seakan-akan mereka adalah suami Alexa.

Hampir setiap menit Alexa menerima hadiah dari tamu undangan yang kebanyakan berasal dari keluarga terpandang. Sesekali dia menatap ke arah Rafandra yang sedang dihalangi oleh keluarganya.

“Kau lihat baik-baik!” ucap Anett lagi.

Rafandra merasakan sesak di dadanya saat melihat Alexa mengangkat tangannya dan menyuruhnya pergi. Dia menggerakkan tangannya seperti orang yang sedang mengusir binatang yang memasuki rumahnya.

Rafandra pun menunduk sambil menghela nafas dalam.

“Kau lihat sendiri. Dia tidak menghendaki kehadiranmu,” kata Rose Hart.

“Kehadiranmu hanya akan mempermalukannya. Dia malu melihatmu ada di sini,” giliran Anett yang menyudutkannya.

“Sekarang kau pergilah dari sini!” ucap Richard Darmawan.

Meski sudah disudutkan sedemikian rupa, Rafandra masih berdiri di tempat yang sama. Dia kembali memandang Alexa untuk memastikan kembali, dan Alexa melakukan hal yang sama. Dia menyuruhnya pergi dengan gerakan tangannya.

“Kehadiranmu tidak diharapkan di sini. Pergi sebelum kau mempermalukan seluruh Keluarga Darmawan,” kata Richard.

“Jangan harap Alexa akan mengenalkanmu dengan teman-teman dan mitra bisnisnya. Lihat sepatu dan jam yang kau kenakan, sungguh sangat murahan. Alexa akan merasa sangat malu jika mereka tahu kau suaminya,” kata Lena sambil menuding jam dan sepatu Rafandra.

Tanpa berkata apa-apa, Rafandra membalikkan badannya dengan tangan mengepal kencang. Kedua matanya menampakkan binar kekesalan. Bayangannya mendampingi Alexa dalam acara penting ini seketika runtuh. Dia pun berjalan menuju pintu keluar perusahaan dengan mata berkaca-kaca.

“Pelayan, tolong ambilkan anggur dingin untuk kami!” seru sekumpulan orang yang sedang berbincang-bincang di samping pintu keluar saat melihat Rafandra melewati mereka.

“Pelayan!” seru mereka lagi.

 Rafandra tidak mempedulikan panggilan mereka. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. Karena pakaiannya yang mirip dengan pakaian pelayan, banyak orang yang menganggapnya sebagai pelayan.

Lena dan Susan tertawa melihat Rafandra yang dianggap sebagai pelayan oleh para tamu undangan. Begitu juga dengan Annet dan keluarganya. Mereka merasa puas setiap kali Rafandra diperlakukan buruk oleh orang lain.

“Aku heran dengan Kakek Martin, kenapa dia menjodohkan Alexa dengan laki-laki tidak berguna ini,” kata Richard Darmawan setelah melihat Rafandra keluar dari pintu perusahaan.

Dua setengah tahun yang lalu Tuan Martin Darmawan membawa Rafandra pulang dan menikahkannya dengan cucunya, Alexa Darmawan. Sayangnya, beberapa bulan setelah pernikahan, Tuan Martin meninggal, dan semua orang mulai merendahkan Rafandra.

Rafandra bertemu Tuan Martin Darmawan lima tahun yang lalu. Saat itu dia menjadi korban tabrak lari yang hampir saja merenggut nyawanya. Tuan Martin membawanya ke rumah sakit dan membiayainya sampai sembuh.

Setelah Rafandra siuman, dia melihat Tuan Martin mondar-mandir menelepon banyak orang. Dia terlihat menghubungi banyak bank dan pengusaha untuk menyelamatkan perusahaannya.

Rafandra tidak sengaja mendengar bahwa Tuan Martin membutuhkan banyak dana untuk menyelamatkan perusahaannya.

Sebagai bentuk terima kasih, Rafandra menyerahkan uang pesangonnya pada Tuan Martin. Jumlahnya mencapai lima puluh lima juta dollar. Rafandra mendapatkan uang tersebut setelah mengundurkan diri sebagai direktur utama Sanjaya Technology Corporation.

Dia adalah anak tertua Darius Sanjaya. Pemimpin dan pemilik Grup Sanjaya. Salah satu perusahaan terbesar di Republik Worthen.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Suryadi
wah gnti genre tapi tetep mnarik..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 2

    Lima tahun yang lalu, Rafandra meninggalkan keluarganya karena tidak mau berkonflik dengan ibu tiri dan adik-adiknya.Konflik dalam keluarga Sanjaya memuncak ketika ibu tiri dan adik-adiknya menggunakan dana perusahaan untuk menyuap para pemegang saham dan jajaran direksi agar tidak menjadikan Rafandra sebagai CEO Sanjaya Invastement Bank, yang menyebabkan salah satu anak perusahaan Grup Sanjaya mengalami PHK massal.Demi menstabilkan perusahaan keluarganya dan mencegah kerugian lebih lanjut, Rafandra memutuskan untuk meninggalkan keluarga Sanjaya dan melepaskan semua jabatan eksekutifnya di Grup Sanjaya.Dia melakukannya setelah mendengar kabar bahwa beberapa pekerja yang terkena PHK massal bunuh diri. Keuangan salah satu anak perusahaan Grup Sanjaya hancur lebur sampai harus menutup perusahaan dan pabrik-pabriknya.Sejak saat itu, Rafandra memilih keluar dari Grup Sanjaya agar tidak terjadi hal yang sama. Dia takut ibu dan adik-adik tirinya melakukan hal yang sama selama dia masih be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 3

    Setelah berucap dengan nada tinggi dan kasar, Anett kembali tersenyum kepada para tamu undangan.“Maaf atas pemandangan tak mengenakkan ini,” katanya lembut, tapi para tamu undangan masih berbisik-bisik satu sama lain.Kemudian Alex Gunawan berdiri di samping Anett Wongso.“Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, acara segera dimulai. Sebaiknya kita kembali ke dalam. Kalian tak perlu memikirkan orang ini, biar satpam yang mengurusnya,” ucapnya dengan lugas. “Aku akan memberikan kartu keanggotaan VIP bagi orang yang tetap tinggal sampai acara pembukaan selesai. Dengan kartu itu, kalian akan diberi akses kemewahan tiada batas di seluruh jaringan hotel nilik Grup Gunawan.”Mendengar tawaran dari Alex, membuat semua orang kembali masuk ke dalam. Kartu VIP hotel Grup Gunawan memiliki keistimewaan yang luar biasa. Orang yang memilikinya akan mendapatkan pelayanan dan akses kemewahan lebih baik dari pelanggan biasa.“Terima kasih, Tuan Alex,” ucap Annet dengan tersenyum hangat.“Tidak apa-apa, Tante. It

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 4

    “Kau jangan mengada-ada. Kau bahkan tidak bisa mencari uang satu dollar pun jika Alexa tidak memberimu,” ejek Susan.“Sudah! Cepat buatkan kopi! Tidak ada gunanya juga kau mengetahuinya!” ucap Alexa keras.“Aku hanya ingin membantu.”“Heh,” Alan Darmawan menyeringai. “Apa yang bisa dilakukan pengangguran sepertimu?!”“Pergi sana!” dorong Lena pada Rafandra.Rafandra terdorong beberapa langkah ke belakang. Dia pun membalikkan tubuhnya dan pergi ke dapur. Wajahnya memerah karena marah, padahal dia hanya ingin membantu.Setelah kematian Tuan Martin, tidak seorang pun yang memperlakukannya dengan baik. Satu-satunya orang yang tidak pernah menghina, merendahkan dan memerintahnya adalah Nyonya Wendy Satriawan. Meski demikian, dia juga tidak pernah membelanya saat direndahkan dan dipermalukan oleh anak dan cucu-cucunya.Rafandra berjalan menuju ke dapur rumahnya. Dia berkali-kali menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.Selama menjalin hubungan dekat dengan Tuan Martin, ada satu hal yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 5

    Karena itu, setiap kali ada keputusan-keputusan salah yang diambil Alan dan keluarganya, Rafandra selalu merasa kasihan pada Tuan Martin. Dia selalu menghela nafas panjang setiap kali hal ini terjadi.Kenangan-kenangan indahnya bersama Tuan Martin selalu muncul saat keluarganya menampilkan perilaku buruk, termasuk yang terjadi kepadanya saat ini.Kringg... kringg...Ponsel Rafandra berdering cukup kencang. Kemudian dia melihat layar ponselnya. Di layar itu tertulis nama Michael Crouch. Dia adalah salah satu pemegang saham yang cukup besar di Grup Darmawan.“Halo, Tuan Rafandra. Aku sudah melaksanakan apa yang Tuan perintahkan. Seluruh jaringan supermarket Leivan akan menampilkan dan mempromosikan produk-produk kecantikan dari perusahaan istri Tuan.”“Terima kasih sudah bekerja keras, Tuan.”“Tidak, Tuan. Bisa mendapatkan perintah dari Tuan adalah pencapaian.”“Tuan Michael terlalu mengada-ngada.”“Hanya saja beberapa produk yang akan dirilis perusahaan istri Tuan belum mendapat izin ed

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 6

    Mereka bertiga berpelukan bahagia. Itu artinya mereka sudah bisa melaunching dan memasarkan produk mereka secara luas.Rafandra melihat dengan tersenyum, lalu dia mendekati mereka bertiga,“Bukankah kau berjanji akan berlutut di depanku?” ucap Rafandra.Mendengar itu membuat mereka bertiga melepaskan pelukannya masing-masing.Susan dan Lena menatap Rafandra dengan pekat. Mereka sepertinya sedang memikirkan sesuatu.“Aku tidak percaya kau yang melakukannya! Tidak mungkin!” kata Lena.“Pengangguran sepertimu tidak mungkin bisa melakukannya. Aku yakin ini hasil kerja Alex atau Max,” ucap Susan.“Kau benar, Susan. Mereka berjanji akan terus berusaha menyelesaikan hal ini, bukan?” ujar Lena.“Karena itu aku yakin, kau hanya seorang pembual!” kata Susan dengan mendorong dada Rafandra.“Kalian gila jika mempercayainya. Aku sudah bersamanya lebih dari dua tahun. Dia hanyalah pengangguran tak berguna,” sambung Alexa.Rafandra tersenyum.“Aku benar-benar mengenal Tuan Ferdinand,” katanya.“Janga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 7

    Rafandra menggeleng.“Aku hanya tidak mau banyak orang kehilangan pekerjaan setelah Tuan Martin wafat. Karena itu aku mendirikan perusahaan ini bersama kalian. Aku senang perusahaan ini bisa berkembang pesat.”Saat itu, Alan Darmawan dan anggota keluarga Darmawan lainnya memutuskan untuk menutup pabrik tekstil karena dipandang tidak memberikan keuntungan yang besar.Mereka mengalihkan biaya operasional pabrik tekstil untuk membeli secara langsung kain yang sudah jadi, lalu mereka olah di pabrik garmen milik mereka. Dalam hitungan mereka, hal itu jauh lebih menguntungkan.Saat mendengar keputusan tersebut, dua asisten pribadi Tuan Martin menentang. Mereka adalah Daniel William dan Harry Maruti. Mereka berdebat keras dengan Alan Darmawan hingga membuat mereka dipecat.Mengetahui akan terjadi PHK massal, sekitar lima ribu orang lebih, Rafandra menghubungi Daniel dan Harry satu bulan kemudian. Mereka memang sering bertemu sebelumnya. Harry dan Daniel sering diminta Tuan Martin untuk menem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 8

    “Awalnya...”Kretek...Terdengar suara pintu depan terbuka. Rafandra dan Anna langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu itu. Terlihat dua orang sedang berjalan masuk dengan senyum mengembang.“Mas Rafandra!” ucap Liam Suryawijaya yang mempercepat jalannya setelah melihat Rafandra, tapi langkahnya tersusul oleh adik perempuannya, Sarah Suryawijaya.Wanita muda itu berlari kencang ke arah Rafandra dan langsung memeluknya.“Ke mana saja kamu, Mas?” tanya Sarah masih memeluknya.“Nanti aku ceritakan.”Liam pun melakukan hal yang sama dengan adiknya. Dia pun memeluk Rafandra dari samping. Mereka bertiga berpelukan cukup lama untuk melampiaskan rasa kangen.Sejak kecil mereka bertiga memang sangat akrab. Mereka lebih mirip saudara kandung daripada saudara sepupu.“Bagaimana kabar kalian?” tanya Rafandra setelah mereka duduk di sampingnya.“Aku baik-baik saja, tapi Mas Liam...”Liam mengusek kepala adiknya.“Aku kurang baik, Mas,” katanya tersenyum.Rafandra melihat ada dua orang lain

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 10

    Tuan Sagal tersenyum kepada semua orang. Dia mengulurkan tangannya menyalami mereka semua.“Perkenalkan aku Luis Sagal. Pengacara Tuan Liam Suryawijaya.”Semua orang masih terperangah, terutama Alexander dan tim legalnya. Bagaimana tidak, mereka semua bekerja di firma hukum milik Tuan Sagal. Pikiran mereka pun melayang ke mana-mana, karena selama ini Luis Sagal tidak pernah menangani kasus lokal secara langsung. Dia hanya menangani kasus internasional.Karena itu mereka bertanya-tanya, siapa orang yang bisa mempekerjakan Luis Sagal sampai menjadi pengacara Liam Suryawijaya. Dia yakin Grup Suryawijaya tidak mungkin mampu membujuk Tuan Sagal untuk menjadi pengacaranya, karena grup-grup yang lebih besar sekalipun tidak pernah berhasil melakukannya.“Eh, aku Alexander dan mereka tim legal kami,” ucap Alexander tergagap-gagap menyambut uluran salam Luis Sagal.“Semoga beruntung,” kata Tuan Sagal dengan meremas tangan Alexander cukup keras sampai membuatnya sedikit meringis.Mereka semua ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 35

    “Tuan Rafandra!” panggil wanita yang bertugas di bagian pemberkasan.Rafandra bergegas masuk ke dalam ruang wawancara. Dia melihat seorang laki-laki paruh baya dan seorang wanita yang berusia tidak jauh darinya. Mereka duduk di balik meja yang cukup panjang.“Silakan duduk!” ucap laki-laki itu.“Terima kasih, Tuan.”“Perkenalkan dirimu sendiri dan pengalaman kerja yang kau miliki,” kata wanita yang berada di samping laki-laki itu.“Namaku Rafandra. Aku tidak memiliki pengalaman kerja yang berarti. Tapi aku memiliki kemampuan menyetir yang cukup baik menurutku.”Kedua orang tersebut mendengarkan ucapan Rafandra sembari membuka-buka map yang berisi berkas-berkas Rafandra. Mereka terlihat sangat terkejut sampai kening mereka mengernyit.“Apa kau benar-benar lulusan jurusan manajemen bisnis Universitas Camford?” tanya wanita tersebut.Dia menatap Rafandra dengan tajam. Begitu juga dengan laki-laki paruh baya di sampingnya.“Benar. Aku lulusan Universitas Camford. Tuan dan Nyonya bisa meng

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 34

    “Aku dengar Papa masih terus mencari-cari Mas Rafandra, Mah. Jika dia pulang, posisi kita akan benar-benar sulit,” kata Darmian Sanjaya.“Benar, Mah. Kita harus melakukan sesuatu,” ujar Valeria Sanjaya.Saat ini semua saudara satu ayah beda ibu Rafandra sedang berkumpul di rumah Kevin Roberts, suami dari Valeria Sanjaya.Tuan Darius memiliki tiga anak dari hasil pernikahannya dengan Mery Holland, yaitu Valeria Sanjaya, Darmian Sanjaya, dan Sandro Sanjaya. Usia mereka hampir berdekatan satu sama lain. Usia Rafandra sendiri sudah mencapai tiga puluh lima tahun, dan semua adik-adiknya secara berurutan masing-masing terpaut dua tahun.“Kalian tenang saja. Anak sialan itu tidak akan pernah kembali,” ucap Mery Holland.“Kenapa Mama begitu yakin?” tanya Sandro Sanjaya.“Dia memiliki hati yang terlalu lembut.”“Maksud Mama?” tanya Kevin Roberts, suami Valeria.“Kalian tahu kenapa dia meninggalkan Keluarga Sanjaya?”Mereka semua menggelengkan kepalanya.“Dia pergi karena Mama ancam hal yang sa

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 33

    “...Wallen Henderson?” ucap Maria.Semua orang yang ada di ruangan itu kembali terkejut. Karena nama yang diucapkan Maria jauh lebih besar dari Maria sendiri. Wallen adalah bintang film internasional. Dia berasal dari Republik Newland, sebuah negeri yang tiga kali lipat lebih besar dari Republik Worthen.“Tidak mungkin, Nona. Kami tidak akan mampu membayarnya,” ujar Tamara.“Kalian tidak perlu membayarnya. Asal Mas Rafandra yang meminta, dia pasti mau,” kata Maria.Semua orang memandang ke arah Rafandra. Mereka kembali dibuat terkejut oleh pemuda satu ini. Di benak mereka berputar-putar banyak pertanyaan, seberapa besar pengaruh yang dimiliki Rafandra di dunia bisnis dan lain sebagainya.“Saran yang bagus, tapi kami masih bermain di pasar dalam negeri, Maria. Jika kami sudah melebarkan pemasaran produk kami ke mancanegara, aku pasti menggunakan jasa Wallen,” kata Rafandra.“Bukankah itu bisa meningkatkan nilai tambah, Mas?” ucap Maria.“Kau benar, tapi segala sesuatu ada waktunya. Jik

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 32

    Mereka berdua gelagapan mendengar pertanyaan Rafandra. Mereka seperti tidak menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini.Rafandra menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat dua orang di depannya gelagapan. Dia terus menatap mereka dengan tajam.“Apa jawaban kalian?” tanyanya sekali lagi.Tapi mereka berdua menunduk terdiam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Rafandra mendesah cukup panjang.“Kenapa kalian hanya mengandalkan sistem promosi dan pemasaran konvensional seperti memasukkan produk kita ke departement store, pasar swalayan dan lain sebagainya? Kenapa kalian tidak memilih jalur pemasaran atau promosi lainnya? Padahal sangat banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan brand value atau brand awareness produk kita?” tanyanya cukup panjang.“Eh, dalam pandangan kami model pemasaran seperti itu yang paling tepat, Tuan. Kami telah menganalisa semua penjualan brand-brand lain, dan penjualan tertinggi mereka berasal dari mall, pasar swalayan dan departement store. K

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 31

    Melihat Juan berjalan menuju ruang meeting, semua orang mengikutinya.“Kalian tidak perlu ikut. Cukup Rudi dan Neil!”Tiba-tiba Juan berhenti dan melarang semua orang ikut, hanya Rudi dan Neil.Neil adalah petinggi bagian produksi yang tidak senang dengan Rafandra yang ikut bicara dalam persoalan ini.“Panggil Tamara dan Benny! Aku tunggu mereka di ruang meeting sekarang juga!” perintah Juan pada asisten yang selalu di sampingnya.“Baik, Tuan.”Dia berlari keluar pabrik dengan cepat. Sementara Juan, Harry, Rafandra dan lainnya terus berjalan memasuki ruang meeting yang tidak jauh dari pabrik.Beberapa saat kemudian mereka sampai di ruang meeting. Juan mempersilahkan Harry dan Rafandra untuk duduk.Tak berselang lama, Tamara dan Benny memasuki ruang meeting. Mereka adalah kepala bagian marketing Silken Woven Corporation cabang Kota Newpool.“Perkenalkan, mereka kepala bagian marketing di sini,” ujar Juan kepada Harry dan Rafandra.Dua orang itu memberi salam sembari memperkenalkan diri

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 30

    “Kita ke mana lagi, Tuan?” tanya Harry.“Kita menginap dulu di hotel. Aku harus bertemu dengan seseorang.”“Apa kita tidak menginap di rumah perusahaan saja, Tuan?”Rafandra terdiam untuk sesaat. Dia baru ingat bahwa Harry dan Daniel pernah mengatakan telah membukan kantor cabang Silken Woven Corporation di Kota Newpool. Mereka berdua berhasil mengengbangkan perusahaan ini dengan baik sesuai blueprint yang diberikan Rafandra.“Baik, kita ke rumah perusahaan saja.”“Baik, Tuan,” ucap Harry, tapi dia terlihat masih ingin mengatakan sesuatu.“Sepertinya Tuan Harry masih ada yang ingin dikatakan,” tebak Rafandra setelah melihat gelagat Harry.Harry Maruti tersenyum.“Hanya ingin bertanya, apa Tuan berkenan mengunjungi pabrik perusahaan yang ada di Kota Newpool? Pabrik tekstil di sini salah satu yang terbesar selain di Kota Loven.”“Baik. Kita ke sana sekarang,” ujar Rafandra.Harry terlihat sangat senang dengan jawaban Rafandra. Dia langsung menginjak pedal gasnya lebih dalam.Tak bersela

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 29

    Tiba-tiba ada seseorang yang menarik Rafandra masuk ke dalam sebuah kamar.Rafandra sangat terkejut karena terjadi begitu cepat. Dia tidak bisa menolak apalagi menahannya.“Kau?” ucap Rafandra terkejut melihat wajah orang di depannya.Dia merasa tidak asing dengan wajah orang tersebut.Orang tersebut tersenyum dengan membungkukkan tubuhnya.“Maafkan kelancanganku, Tuan.”“Bukankah kau orang yang sering menemui Tuan Alan Darmawan di rumah,” ujar Rafandra masih diselimuti keterkejutan.Rafandra memang sering melihat orang ini di kediaman Keluarga Darmawan, tapi dia tidak tahu siapa dia dan apa jabatannya. Hanya saja setiap kali berpapasan dengannya, orang tersebut terlihat menampakkan sikap hormat.“Benar, Tuan. Aku Fredy Gailan, kepala keuangan Grup Darmawan.”“Kepala keuangan?”“Benar, Tuan. Tuan Alan mengangkatku secara resmi menjadi bagian Grup Darmawan sekitar enam belas bulan yang lalu.”“Apa kau...”“Apa yang dipikirkan Tuan benar. Aku bekerja untuk Tuan Darius Sanjaya. Aku dimin

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 28

    “Papa selalu mengawasimu, Anakku. Orang-orang Papa selalu ada di sekitarmu, baik di rumah Keluarga Darmawan ataupun di tempat lainnya.”Rafandra terkejut mendengar ucapan ayahnya.“Siapa mereka, Pa?” tanya Rafandra.“Kau tidak perlu tahu. Yang penting sekarang, Papa ingin kau kembali ke Keluarga Sanjaya,” kata Darius.Rafandra menggelengkan kepalanya.“Bukankah Papa tahu alasanku meninggalkan Keluarga Sanjaya?”Darius menganggukkan kepalanya.“Papa tahu, tapi Papa tetap ingin kau kembali.”“Aku tidak ingin terlibat lagi dengan Mama Mery dan adik-adik tiriku, Pa. Aku tidak ingin apa yang menimpa Sanjaya Stell terjadi pada anak perusahaan Grup Sanjaya lainnya. Sampai saat ini bayangan kejadian itu masih menghantuiku, Pa.”“Tapi nyatanya Sanjaya Stell bisa kau selamatkan.”“Tapi tidak bisa mengembalikan orang-orang yang mati karena PHK massal yang terjadi, Pa.”“Lari dari masalah bukanlah solusi, Anakku. Dengan kau terus lari, kau sedang menempatkan seluruh Grup Sanjaya dalam masalah. Ap

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 27

    Berjam-jam telah terlewati. Rafandra juga sudah menitip Revan di kediaman Tante Anna. Perjalanan menuju Kota Newpool memang melewati Kota Blackward. Tante Anna memberinya nomor HP Charles Juana. Dia adalah asisten pribadi Tuan Darius Sanjaya.Beberapa saat lagi Rafandra akan memasuki Kota Newpool. Dia melihat kemajuan yang luar biasa di wilayah perbatasan. Enam tahun lamanya dia tidak pernah menginjakkan kakinya di Newpool.“Kita sudah memasuki Kota Newpool, Tuan. Kita mau ke mana?” tanya Harry.Saat ini matahari telah terbit. Sinarnya menyebarkan hangat ke segala arah. Rafandra melihat jam di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan jam tujuh lebih dua puluh tiga menit.“Kita ke Sanjaya Hospital, Tuan Harry,” jawab Rafandra.“Sanjaya Hospital?”Harry tampak terkejut mendengar jawaban Rafandra. Sepanjang perjalanan dia tidak menanyakan apa-apa pada Rafandra.“Benar. Aku hendak bertemu Ayahku di sana.”Harry tertegun. Ini pertama kalinya dia mendengar Rafandra membahas tentang keluarganya. S

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status