Share

Bab 5

Author: Afzah Nujati
last update Last Updated: 2025-01-20 06:31:16

Karena itu, setiap kali ada keputusan-keputusan salah yang diambil Alan dan keluarganya, Rafandra selalu merasa kasihan pada Tuan Martin. Dia selalu menghela nafas panjang setiap kali hal ini terjadi.

Kenangan-kenangan indahnya bersama Tuan Martin selalu muncul saat keluarganya menampilkan perilaku buruk, termasuk yang terjadi kepadanya saat ini.

Kringg... kringg...

Ponsel Rafandra berdering cukup kencang. Kemudian dia melihat layar ponselnya. Di layar itu tertulis nama Michael Crouch. Dia adalah salah satu pemegang saham yang cukup besar di Grup Darmawan.

“Halo, Tuan Rafandra. Aku sudah melaksanakan apa yang Tuan perintahkan. Seluruh jaringan supermarket Leivan akan menampilkan dan mempromosikan produk-produk kecantikan dari perusahaan istri Tuan.”

“Terima kasih sudah bekerja keras, Tuan.”

“Tidak, Tuan. Bisa mendapatkan perintah dari Tuan adalah pencapaian.”

“Tuan Michael terlalu mengada-ngada.”

“Hanya saja beberapa produk yang akan dirilis perusahaan istri Tuan belum mendapat izin edar. Sepertinya ada perusahaan kompetitor yang bermain di sini. Aku dengar mereka menyuap Badan Pengawasan Kosmetik (BPKos) dengan nilai yang cukup besar.”

“Apa nama perusahaan yang bermain kotor?” tanya Rafandra.

“Marcella Fashion & Beauty, Tuan. Perusahaan milik Marcella Danuharja.”

“Marcella Danuharja?”

“Benar, Tuan. Itu informasi yang aku dapatkan dari orang Badan Pengawasan Kosmetik. Mereka pagi tadi menggagalkan launching produk perusahaan istri Tuan.”

Rafandra terkejut. Sekarang dia paham masalah yang tengah menimpa istrinya.

“Baik, terima kasih informasinya.”

“Jika Tuan butuh bantuanku lagi, aku selalu siap membantu.”

“Terima kasih Tuan Michael. Sampai jumpa lagi.”

“Sampai jumpa, Tuan.”

Rafandra menutup teleponnya.

Michael Crouch adalah orang yang diminta Rafandra untuk menyetujui proposal pembentukan perusahaan kosmetik baru di bawah PT. Darmawan Cosmetics International. Dia juga ditugaskan untuk membujuk jajaran direksi lainnya.

Sebagai orang yang memiliki dua puluh empat persen saham Grup Darmawan, persetujuannya memiliki bobot tersendiri. Itulah alasan kenapa Alexa bisa memiliki perusahaannya sendiri dengan sokongan dana yang cukup besar.

“Eh, Revan.”

Rafandra bergegas mendekati anaknya yang muncul di pintu kamar Alexa. Dia langsung menggendongnya dengan senyum melucu.

“Revan mencari Papa ya?”

Anak laki-laki kecil itu mengangguk dengan polosnya. Inilah salah satu alasan yang membuatnya terus bertahan selain janjinya kepada Tuan Martin.

Lalu terdengar suara mobil yang pergi meninggalkan rumah ini. Rafandra pun membiarkan Revan kembali bermain di ruang bermainnya, dan dia berjalan ke ruang tamu. Belum sampai di ruang tamu, dia mendengar perbincangan Alexa, Susan dan Lena.

“Apa yang harus kita lakukan? Hari ini kita gagal melakukan launching produk,” ucap Susan. Dia dan Lena menjadi penanam modal yang cukup besar di perusahaan Alexa.

“Bahkan Alex dan Max tidak bisa melakukan apa-apa meski mereka menawarkan suap yang cukup besar pada Badan Pengawasan Kosmetik,” sambung Lena.

“Selain uang, kita butuh kekuasaan. Tanpa itu, kita tidak akan menang melawan Marcella Danuharja,” kata Alexa.

“Aku bisa melakukannya,” ucap Rafandra tiba-tiba.

Susan dan Lena tertawa cukup keras, sedangkan Alexa menggelengkan kepalanya.

“Apa kau kurang memberinya uang saku, Alexa? Sampai dia berhalusinasi seperti ini,” kata Susan dengan nada penuh ejek.

Lena tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Susan, sedangkan Alexa terlihat sangat kesal.

“Kau ini gila! Belum cukup kah kau merusak hariku!” hardiknya keras.

“Aku tidak sedang bermain-main. Aku bisa membuat produkmu mendapatkan izin edar dari Badan Pengawasan Kosmetik,” ucap Rafandra.

Lena dan Susan berdiri menghampiri Rafandra.

“Jika kau bisa melakukannya, aku dan Susan akan berlutut menghormatimu,” kata Lena.

“Aku pegang kata-katamu. Jangan sampai kau ingkar janji.”

“Hahaha...,” Susan tertawa keras. “Jangankan satu kali, aku akan berlutut menyembahmu seratus kali jika kau bisa melakukannya.”

“Sudah! Sudah! Kalian ini gila atau apa? Kita sedang berada dalam krisis. Bukan waktunya bermain-main.”

Alexa terlihat sangat marah.

Susan dan Lena kembali duduk di samping Alexa.

“Aku hanya ingin memberi pelajaran pada suamimu yang tidak tahu diri itu,” kata Susan.

“Benar, kau jangan marah Alexa.”

Lena mengelus-elus lengan Alexa.

“Kau bereskan semua ini! Aku muak melihat wajahmu!” ucap Alexa pada Rafandra.

Rafandra menatap mereka bertiga, lalu dia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

Tuutt... tuutt...

“Halo, Tuan Ferdinand Miharja,” sapa Rafandra dalam teleponnya.

Mendengar itu membuat Alexa, Susan dan Lena terdiam untuk sesaat. Kemudian Lena dan Susan menertawakan Rafandra sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Rafandra yang sedang berdiri di depannya.

“Dia mau membohongi kita,” ucap Lena.

Ferdinand Miharja adalah ketua Badan Pengawasan Kosmetik Republik Worthen. Dia sangat terkenal di kalangan pebisnis kosmetik. Semua orang pernah melihat wajahnya karena sering muncul di televisi.

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Ferdinand Miharja.

Rafandra sengaja mengaktifkan mode loud speaker agar Alexa, Lena dan Susan mendengarnya.

“Aku ingin Tuan mengeluarkan izin edar untuk produk-produk milik Alexa Kreasi Cantika,” ucap Rafandra.

“Alexa Kreasi Cantika?” tanya Ferdinand Miharja heran. Dia tidak mengenal nama perusahaan itu.

“Benar. Perusahaan baru yang ada di Kota Loven.”

“Oh, baik, Tuan. Aku akan segera hubungi Randal Walio dan memintanya untuk segera mengeluarkan izin edar.”

Randal Walio adalah ketua Badan Pengawasan Kosmetik Kota Loven,

“Baik, terima kasih banyak. Tolong langsung dikirim ke email perusahaan. Aku sedang tidak ada waktu bertemu Randal.”

“Baik, Tuan. Izin edar akan keluar dalam hitungan menit.”

“Terima kasih banyak, Tuan Ferdinand.”

Rafandra langsung menutup teleponnya tanpa menunggu Ferdinand membalas ucapan terima kasihnya.

Lena dan Susan tertawa cekikikan sampai air muka mereka memerah. Sementara Alexa menatap Rafandra dengan amarah yang membuncah. Dia berdiri dari duduknya dan mendekati Rafandra.

“Sudah cukup kau bermain-main. Kau kira apa yang kau lakukan itu lucu!”

Rafandra tersenyum.

“Aku hanya ingin membantu.”

“Dasar laki-laki tidak berguna!”

Alexa sudah mengangkat tangannya hendak menampar Rafandra. Tiba-tiba ponselnya berbunyi sangat keras.

“Tuan Randal! Alexa, Tuan Randal meneleponmu,” ucap Susan sembari memberikan ponsel Alexa kepadanya.

Alexa melihat layar ponselnya. Di sana tertulis nama Tuan Randal Walio.

“Halo, Tuan Randal,” sapa Alexa terburu-buru.

“Maaf atas kelancangan kami pagi tadi. Sekarang izin edar produk-produk Alexa Kreasi Cantika sudah kami keluarkan. Ke depannya mohon kerja samanya dengan Nona Alexa.”

Alexa tersenyum kegirangan.

“Baik, baik, terima kasih banyak, Tuan Randal.”

“Sekali lagi kami mohon maaf, Nona Alexa. Kami tidak tahu Nona Alexa memiliki akses ke BPKos pusat. Kami harap Nona Alexa bisa menyampaikan hal-hal baik tentang kami kepada Tuan Ferdinand Miharja.”

Alexa terkejut mendengar hal itu. Dia hanya bisa diam karena sama sekali tidak mengenal Tuan Ferdinand Miharja.

“Kami sudah kirimkan izin edar produk-produk Nona Alexa melalui email perusahaan. Silakan dicek. Jika Nona membutuhkan sesuatu, bisa hubungi nomor ini secara langsung.”

“Baik, Tuan Randal. Terima kasih banyak.”

“Sekali lagi kami mohon maaf atas sikap kami pagi tadi.”

“Tidak masalah, Tuan.”

“Baik, jika tidak ada lagi yang ingin disampaikan, kami akhiri panggilan ini.”

“Baik, Tuan. Terima kasih banyak.”

“Sama-sama, Nona Alexa.”

Lalu Randal memutuskan teleponnya.

Alexa bergegas mengecek email perusahaannya. Dia melihat terdapat beberapa email baru dari Badan Pengawasan Kosmetik. Semuanya berisi surat izin edar produk-produk kosmetik milik perusahaan Alexa Kreasi Cantika.

“Izin edar produk-produk kita sudah keluar!” ucap Alexa pada Susan dan Lena.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 6

    Mereka bertiga berpelukan bahagia. Itu artinya mereka sudah bisa melaunching dan memasarkan produk mereka secara luas.Rafandra melihat dengan tersenyum, lalu dia mendekati mereka bertiga,“Bukankah kau berjanji akan berlutut di depanku?” ucap Rafandra.Mendengar itu membuat mereka bertiga melepaskan pelukannya masing-masing.Susan dan Lena menatap Rafandra dengan pekat. Mereka sepertinya sedang memikirkan sesuatu.“Aku tidak percaya kau yang melakukannya! Tidak mungkin!” kata Lena.“Pengangguran sepertimu tidak mungkin bisa melakukannya. Aku yakin ini hasil kerja Alex atau Max,” ucap Susan.“Kau benar, Susan. Mereka berjanji akan terus berusaha menyelesaikan hal ini, bukan?” ujar Lena.“Karena itu aku yakin, kau hanya seorang pembual!” kata Susan dengan mendorong dada Rafandra.“Kalian gila jika mempercayainya. Aku sudah bersamanya lebih dari dua tahun. Dia hanyalah pengangguran tak berguna,” sambung Alexa.Rafandra tersenyum.“Aku benar-benar mengenal Tuan Ferdinand,” katanya.“Janga

    Last Updated : 2025-01-28
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 7

    Rafandra menggeleng.“Aku hanya tidak mau banyak orang kehilangan pekerjaan setelah Tuan Martin wafat. Karena itu aku mendirikan perusahaan ini bersama kalian. Aku senang perusahaan ini bisa berkembang pesat.”Saat itu, Alan Darmawan dan anggota keluarga Darmawan lainnya memutuskan untuk menutup pabrik tekstil karena dipandang tidak memberikan keuntungan yang besar.Mereka mengalihkan biaya operasional pabrik tekstil untuk membeli secara langsung kain yang sudah jadi, lalu mereka olah di pabrik garmen milik mereka. Dalam hitungan mereka, hal itu jauh lebih menguntungkan.Saat mendengar keputusan tersebut, dua asisten pribadi Tuan Martin menentang. Mereka adalah Daniel William dan Harry Maruti. Mereka berdebat keras dengan Alan Darmawan hingga membuat mereka dipecat.Mengetahui akan terjadi PHK massal, sekitar lima ribu orang lebih, Rafandra menghubungi Daniel dan Harry satu bulan kemudian. Mereka memang sering bertemu sebelumnya. Harry dan Daniel sering diminta Tuan Martin untuk menem

    Last Updated : 2025-02-01
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 8

    “Awalnya...”Kretek...Terdengar suara pintu depan terbuka. Rafandra dan Anna langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu itu. Terlihat dua orang sedang berjalan masuk dengan senyum mengembang.“Mas Rafandra!” ucap Liam Suryawijaya yang mempercepat jalannya setelah melihat Rafandra, tapi langkahnya tersusul oleh adik perempuannya, Sarah Suryawijaya.Wanita muda itu berlari kencang ke arah Rafandra dan langsung memeluknya.“Ke mana saja kamu, Mas?” tanya Sarah masih memeluknya.“Nanti aku ceritakan.”Liam pun melakukan hal yang sama dengan adiknya. Dia pun memeluk Rafandra dari samping. Mereka bertiga berpelukan cukup lama untuk melampiaskan rasa kangen.Sejak kecil mereka bertiga memang sangat akrab. Mereka lebih mirip saudara kandung daripada saudara sepupu.“Bagaimana kabar kalian?” tanya Rafandra setelah mereka duduk di sampingnya.“Aku baik-baik saja, tapi Mas Liam...”Liam mengusek kepala adiknya.“Aku kurang baik, Mas,” katanya tersenyum.Rafandra melihat ada dua orang lain

    Last Updated : 2025-02-02
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 10

    Tuan Sagal tersenyum kepada semua orang. Dia mengulurkan tangannya menyalami mereka semua.“Perkenalkan aku Luis Sagal. Pengacara Tuan Liam Suryawijaya.”Semua orang masih terperangah, terutama Alexander dan tim legalnya. Bagaimana tidak, mereka semua bekerja di firma hukum milik Tuan Sagal. Pikiran mereka pun melayang ke mana-mana, karena selama ini Luis Sagal tidak pernah menangani kasus lokal secara langsung. Dia hanya menangani kasus internasional.Karena itu mereka bertanya-tanya, siapa orang yang bisa mempekerjakan Luis Sagal sampai menjadi pengacara Liam Suryawijaya. Dia yakin Grup Suryawijaya tidak mungkin mampu membujuk Tuan Sagal untuk menjadi pengacaranya, karena grup-grup yang lebih besar sekalipun tidak pernah berhasil melakukannya.“Eh, aku Alexander dan mereka tim legal kami,” ucap Alexander tergagap-gagap menyambut uluran salam Luis Sagal.“Semoga beruntung,” kata Tuan Sagal dengan meremas tangan Alexander cukup keras sampai membuatnya sedikit meringis.Mereka semua ke

    Last Updated : 2025-02-03
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 11

    Setelah di perjalanan cukup lama, Liam dan Rafandra sampai di rumah. Mereka pun turun dari mobilnya dan masuk ke dalam.Revan tiba-tiba berlari menghampiri Rafandra dan memeluknya. Dia memperlihatkan senyum yang sangat lepas dan senang.“Revan bermain dengan siapa?” tanya Rafandra.Revan mengarahkan jari telunjuknya kepada seorang wanita muda yang sangat cantik. Dia adalah Maria Robetta, sepupu Liam dan Sarah. Ibunya adalah adik mendiang Arnold Suryawijaya.Rafandra tersenyum hangat ke arah Maria. Mereka pun saling berjalan mendekat.“Bagaimana kabarmu, Maria?” tanya Rafandra. “Sudah lama kita tidak bertemu.”“Aku baik. Bagaimana dengan Mas Rafandra?”“Aku juga baik,” jawab Rafandra. “Bagaimana bisa kau bermain-main dengan Anakku?”“Tante Anna yang memanggilku. Dia tahu aku ahli dalam mengurusi anak-anak,” katanya dengan sedikit tertawa.“Semua pengasuh anak profesional aku lihat tidak ada yang bisa mendekati Revan. Karena itu aku memanggil Maria. Kebetulan dia tidak sedang syuting ha

    Last Updated : 2025-02-04
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 12

    “Benar, dia Rafandra, Alexa,” ucap Lena sembari terus menatap Rafandra.Semua orang menatap Rafandra yang sedang berjalan menghampiri Alexa. Dia tersenyum hangat menyapa Alexa, tapi Alexa tetap diam.“Ini untukmu,” kata Rafandra setelah sampai di depan Alexa.Plakk...Dua kantong kertas pemberian Tante Anna jatuh di atas lantai.Rafandra terkejut. Dia menatap Alexa dengan tajam, lalu dia berjongkok untuk mengambil dua kantong kertas tersebut. Dia agak kesusahan melakukannya karena Revan memeluknya dengan kencang.Setelah berhasil mengambilnya, Rafandra memutuskan untuk masuk ke dalam. Dia melakukannya karena mencemaskan Revan yang mulai terlihat ketakutan.Rafandra berjalan tanpa memandang Alexa dan teman-temannya. Lalu tiba-tiba Lena merebut dua kantong kertas dari tangan Rafandra. Dia pun berhenti meminta dua kantong kertas itu dikembalikan, tapi Lena dan Susan tidak mempedulikannya.Tak berselang lama, Annet Wongso, Rose Hart dan Frida Darmawan datang menghampiri Alexa dan teman-te

    Last Updated : 2025-02-05
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 13

    Mereka semua terlihat marah mendengar kata-kata Peter, tapi berusaha menahannya.“Kami tidak menyangka bahwa barang ini asli karena kami mendapatkannya dari seorang pria miskin,” kata Annet.Peter menggeleng.“Aku kira tidak ada orang miskin yang mampu membeli kedua barang mewah ini, bahkan orang kaya seperti kalian pun akan berpikir dua kali untuk membelinya,” ucap Peter.“Sebenarnya keaslian barang bisa dilihat dari kemasannya, Tuan-tuan. Untuk setiap produk kami, kami menggunakan kotak premium agar kalung berlian yang berada di dalam terjaga dengan aman. Para peniru tidak akan mampu menyamai kualitas kemasan produk kami,” sambung tim ahli dari Roberts Diamond.“Kemasan di produk kami juga sama, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya,” giliran tim ahli dari Giorgio Luxury yang berbicara.Alan, Annet dan lainnya terlihat tidak nyaman dengan ucapan Peter dan tim ahli dari dua perusahaan itu. Mereka seakan-akan mengatai mereka tidak mengerti barang mewah, padahal mereka memiliki lini usaha yang b

    Last Updated : 2025-02-06
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 14

    Rafandra kembali ke kamarnya. Dia membaringkan tubuhnya di samping Revan yang tertidur sangat nyenyak. Dia pun memejamkan matanya untuk tertidur.Belum lama dia terlelap, tiba-tiba terdengar suara gedoran pintu di kamarnya. Revan pun terbangun dan menangis keras. Rafandra bergegas memeluknya dan membelai rambutnya.“Jangan takut, Revan. Papa di sini,” katanya lembut.Tapi suara gedoran pintu itu tidak kunjung berhenti, malah semakin menjadi-jadi.“Cepat keluar!”Dogh... dogh... dogh...“Buka pintunya!”Dogh... dogh... dogh...Dengan air muka marah, Rafandra membuka pintunya.“Kalian bisa mengetuknya dengan pelan. Kasihan Revan ketakutan,” ucap Rafandra tanpa senyum sedikit pun.Di depan kamarnya telah berkumpul banyak orang. Ada beberapa orang yang memakai seragam polisi.“Tuan Rafandra harus ikut kami ke kantor polisi,” kata salah satu dari mereka.“Apa salahku?”“Kami menerima laporan kehilangan barang mewah dari Nona Pauline. Dari deskripsi barang yang dilaporkan hilang, sangat mir

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 39

    Rafandra berjalan sambil tertawa kecil yang dapat didengar orang-orang di belakangnya.Wajah-wajah mereka terlihat geram mendengar tawa Rafandra yang penuh ejek, termasuk Alexa.Setelah Rafandra masuk ke dalam rumah, Alan, Annet, Alexa dan lainnya berjalan masuk ke ruang utama kediaman Keluarga Darmawan.“Aku melihat dan mendengar apa yang terjadi,” kata Wendy Satriawan yang sedang duduk di sofa ruangan tersebut.Alexa dan lainnya pun duduk di sofa besar yang ada di ruang utama kediaman.“Sepertinya kita harus mempercepat rencana kita, Anakku,” kata Wendy sambil menatap Alan.“Mamah benar. Aku harus mempercepat semuanya,” jawab Alan.Selain mereka berdua, tak ada seorang pun yang mengetahui rencana tersebut.“Sebenarnya apa rencana kalian?” tanya Annet penasaran.“Kalian tak perlu tahu. Yang penting hasilnya dapat kalian rasakan,” ujar Wendy dengan tenang.****Mentari pagi bersinar indah. Udaranya menghangat setelah malam yang dingin. Tak terasa satu minggu sudah Rafandra menjadi sop

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 38

    “Dia bekerja di mana?” tanya Alan Darmawan kepada Alexa.Saat ini Keluarga Darmawan sedang berkumpul makan siang di sebuah restoran mewah. Setelah Alexa menyampaikan kepada keluarganya bahwa Rafandra sekarang bekerja, mereka langsung mengadakan pertemuan. Hampir semua anggota Keluarga Darmawan hadir di pertemuan kali ini.“Aku tidak tahu, Pah. Dia belum memberitahukannya kepadaku,” jawab Alexa.“Apa yang membuatnya berubah? Apa kalian tahu penyebabnya?” tanya Annet Wongso. “Sebelumnya dia akan diam saja diperlakukan buruk oleh kita, tapi kenapa sekarang dia mulai berulah?”Semua orang terdiam sambil berpikir masing-masing. Ada yang menggaruk-garuk dagunya; ada pula yang memegangi keningnya.“Apa mungkin dia tahu perjanjian kita dengan Kakek Martin?” tanya Richard Darmawan. “Sepertinya tidak ada alasan lain selain ini.”“Tapi dari mana dia mengetahuinya? Hanya kita sekeluarga yang mengetahuinya,” ujar Alan.“Kita harus mengujinya, Pah,” kata Frida Darmawan.“Dengan cara apa?” tanya Ann

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 37

    Rafandra agak terkejut mendengar hardikan Sofia, tapi dia tidak berani melihatnya.Blug... blugg... blugg...Beberapa kali Sofia memukul-mukul kursi mobil di sampingnya. Dia terlihat sangat kesal.Kriing... kringg...Ponsel Sofia berbunyi beberapa kali.“Ke mana saja kau?! Tidak mengangkat telepon dan tidak membalas pesanku!” ujar Sofia setelah mengangkat teleponnya.“Maaf, aku baru saja meeting dengan Tuan Harry Maruti dari Silken Woven,” jawab Henry Roberts, kakak Sofia Roberts.“Kenapa kau melakukan pertemuan dengannya?” tanya Sofia penasaran.“Ayah ingin memasuki bisnis fashion. Dia menyuruhku untuk datang ke Silken Woven,” kata Henry pelan. “Bagaimana hasil dari pertemuanmu dengan Paman Larry dan lainnya?”“Kacau! Sangat kacau! Mereka meminta kenaikan persentasi jika ingin melanjutkan kontrak kerja sama. Jika tidak, mereka tidak keberatan untuk mengakhiri kerja sama ini.”“Berapa yang mereka minta?”“Tujuh puluh persen dari laba bersih.”“Kurang ajar!” kutuk Henry dengan nada mar

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 36

    Rafandra langsung menginjak pedal gas mobil dengan lembut. Sesekali dia mencuri-curi pandang ke arah Sofia Roberts melalui kaca tengah yang sedang membaca berkas yang ada di tangannya.Gludak...Rafandra tak sengaja melewati jalan berlubang yang membuat Sofia kaget. Berkas yang ada di tangannya pun jatuh ke bawah.“Bagaimana bisa mereka menerima sopir sepertimu? Dasar orang-orang tidak kompeten!” ucap Sofia cukup keras.Dia membungkukkan tubuhnya untuk mengambil berkas-berkas yang jatuh ke bawah.“Maafkan aku, Ibu Direktur. Aku...”“Sudah! Jangan banyak bicara! Perhatikan jalanan depan dengan baik. Jika kau melakukannya sekali lagi, aku tidak segan-segan memecatmu.”“Baik, Bu,” jawab Rafandra pelan.Dia semakin berhati-hati dalam membawa mobil agar kejadian yang sama tidak terjadi lagi.Tak berselang lama, mereka sudah sampai di depan kantor utama Grup Gunawan yang sangat besar. Di depan pintu besarnya, berdiri beberapa orang menyambut kehadiran Sofia Roberts.Rafandra bergegas turun

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 35

    “Tuan Rafandra!” panggil wanita yang bertugas di bagian pemberkasan.Rafandra bergegas masuk ke dalam ruang wawancara. Dia melihat seorang laki-laki paruh baya dan seorang wanita yang berusia tidak jauh darinya. Mereka duduk di balik meja yang cukup panjang.“Silakan duduk!” ucap laki-laki itu.“Terima kasih, Tuan.”“Perkenalkan dirimu sendiri dan pengalaman kerja yang kau miliki,” kata wanita yang berada di samping laki-laki itu.“Namaku Rafandra. Aku tidak memiliki pengalaman kerja yang berarti. Tapi aku memiliki kemampuan menyetir yang cukup baik menurutku.”Kedua orang tersebut mendengarkan ucapan Rafandra sembari membuka-buka map yang berisi berkas-berkas Rafandra. Mereka terlihat sangat terkejut sampai kening mereka mengernyit.“Apa kau benar-benar lulusan jurusan manajemen bisnis Universitas Camford?” tanya wanita tersebut.Dia menatap Rafandra dengan tajam. Begitu juga dengan laki-laki paruh baya di sampingnya.“Benar. Aku lulusan Universitas Camford. Tuan dan Nyonya bisa meng

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 34

    “Aku dengar Papa masih terus mencari-cari Mas Rafandra, Mah. Jika dia pulang, posisi kita akan benar-benar sulit,” kata Darmian Sanjaya.“Benar, Mah. Kita harus melakukan sesuatu,” ujar Valeria Sanjaya.Saat ini semua saudara satu ayah beda ibu Rafandra sedang berkumpul di rumah Kevin Roberts, suami dari Valeria Sanjaya.Tuan Darius memiliki tiga anak dari hasil pernikahannya dengan Mery Holland, yaitu Valeria Sanjaya, Darmian Sanjaya, dan Sandro Sanjaya. Usia mereka hampir berdekatan satu sama lain. Usia Rafandra sendiri sudah mencapai tiga puluh lima tahun, dan semua adik-adiknya secara berurutan masing-masing terpaut dua tahun.“Kalian tenang saja. Anak sialan itu tidak akan pernah kembali,” ucap Mery Holland.“Kenapa Mama begitu yakin?” tanya Sandro Sanjaya.“Dia memiliki hati yang terlalu lembut.”“Maksud Mama?” tanya Kevin Roberts, suami Valeria.“Kalian tahu kenapa dia meninggalkan Keluarga Sanjaya?”Mereka semua menggelengkan kepalanya.“Dia pergi karena Mama ancam hal yang sa

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 33

    “...Wallen Henderson?” ucap Maria.Semua orang yang ada di ruangan itu kembali terkejut. Karena nama yang diucapkan Maria jauh lebih besar dari Maria sendiri. Wallen adalah bintang film internasional. Dia berasal dari Republik Newland, sebuah negeri yang tiga kali lipat lebih besar dari Republik Worthen.“Tidak mungkin, Nona. Kami tidak akan mampu membayarnya,” ujar Tamara.“Kalian tidak perlu membayarnya. Asal Mas Rafandra yang meminta, dia pasti mau,” kata Maria.Semua orang memandang ke arah Rafandra. Mereka kembali dibuat terkejut oleh pemuda satu ini. Di benak mereka berputar-putar banyak pertanyaan, seberapa besar pengaruh yang dimiliki Rafandra di dunia bisnis dan lain sebagainya.“Saran yang bagus, tapi kami masih bermain di pasar dalam negeri, Maria. Jika kami sudah melebarkan pemasaran produk kami ke mancanegara, aku pasti menggunakan jasa Wallen,” kata Rafandra.“Bukankah itu bisa meningkatkan nilai tambah, Mas?” ucap Maria.“Kau benar, tapi segala sesuatu ada waktunya. Jik

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 32

    Mereka berdua gelagapan mendengar pertanyaan Rafandra. Mereka seperti tidak menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini.Rafandra menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat dua orang di depannya gelagapan. Dia terus menatap mereka dengan tajam.“Apa jawaban kalian?” tanyanya sekali lagi.Tapi mereka berdua menunduk terdiam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Rafandra mendesah cukup panjang.“Kenapa kalian hanya mengandalkan sistem promosi dan pemasaran konvensional seperti memasukkan produk kita ke departement store, pasar swalayan dan lain sebagainya? Kenapa kalian tidak memilih jalur pemasaran atau promosi lainnya? Padahal sangat banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan brand value atau brand awareness produk kita?” tanyanya cukup panjang.“Eh, dalam pandangan kami model pemasaran seperti itu yang paling tepat, Tuan. Kami telah menganalisa semua penjualan brand-brand lain, dan penjualan tertinggi mereka berasal dari mall, pasar swalayan dan departement store. K

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 31

    Melihat Juan berjalan menuju ruang meeting, semua orang mengikutinya.“Kalian tidak perlu ikut. Cukup Rudi dan Neil!”Tiba-tiba Juan berhenti dan melarang semua orang ikut, hanya Rudi dan Neil.Neil adalah petinggi bagian produksi yang tidak senang dengan Rafandra yang ikut bicara dalam persoalan ini.“Panggil Tamara dan Benny! Aku tunggu mereka di ruang meeting sekarang juga!” perintah Juan pada asisten yang selalu di sampingnya.“Baik, Tuan.”Dia berlari keluar pabrik dengan cepat. Sementara Juan, Harry, Rafandra dan lainnya terus berjalan memasuki ruang meeting yang tidak jauh dari pabrik.Beberapa saat kemudian mereka sampai di ruang meeting. Juan mempersilahkan Harry dan Rafandra untuk duduk.Tak berselang lama, Tamara dan Benny memasuki ruang meeting. Mereka adalah kepala bagian marketing Silken Woven Corporation cabang Kota Newpool.“Perkenalkan, mereka kepala bagian marketing di sini,” ujar Juan kepada Harry dan Rafandra.Dua orang itu memberi salam sembari memperkenalkan diri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status