Share

Bab 4

Author: Afzah Nujati
last update Last Updated: 2025-01-20 06:28:40

“Kau jangan mengada-ada. Kau bahkan tidak bisa mencari uang satu dollar pun jika Alexa tidak memberimu,” ejek Susan.

“Sudah! Cepat buatkan kopi! Tidak ada gunanya juga kau mengetahuinya!” ucap Alexa keras.

“Aku hanya ingin membantu.”

“Heh,” Alan Darmawan menyeringai. “Apa yang bisa dilakukan pengangguran sepertimu?!”

“Pergi sana!” dorong Lena pada Rafandra.

Rafandra terdorong beberapa langkah ke belakang. Dia pun membalikkan tubuhnya dan pergi ke dapur. Wajahnya memerah karena marah, padahal dia hanya ingin membantu.

Setelah kematian Tuan Martin, tidak seorang pun yang memperlakukannya dengan baik. Satu-satunya orang yang tidak pernah menghina, merendahkan dan memerintahnya adalah Nyonya Wendy Satriawan. Meski demikian, dia juga tidak pernah membelanya saat direndahkan dan dipermalukan oleh anak dan cucu-cucunya.

Rafandra berjalan menuju ke dapur rumahnya. Dia berkali-kali menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.

Selama menjalin hubungan dekat dengan Tuan Martin, ada satu hal yang semula dia syukuri, lalu disesalinya, yaitu janjinya untuk menjalin pernikahan dengan Alexa. Rafandra memang menyayangi Alexa sejak pertama kali melihatnya.

Karena itu dia senang menerima perjodohannya dengan Alexa. Dia mengira watak Alexa mirip seperti kakeknya.

Namun, perlahan-lahan semuanya mengarah pada jalan yang salah. Saat Tuan Martin masih hidup, Alexa memperlakukannya dengan sangat lembut dan mesra. Perlakuan itu berlangsung selama lima bulan lamanya.

Saat itu Rafandra hidup sangat bahagia. Dia tidak lagi memikirkan hal lain selain ingin membahagiakan Alexa seumur hidupnya.

Karena itu, saat Tuan Martin berada di ujung usianya, dia meminta Rafandra untuk berjanji agar terus menjalani rumah tangga dengan Alexa sampai tiga tahun. Setelah itu Rafandra bebas untuk memutuskan hidupnya.

Rafandra langsung setuju dengan permintaan Tuan Martin, tanpa berpikir panjang. Saat itu dia bahkan bercita-cita untuk menghabiskan seluruh hidupnya dengan Alexa.

Namun, setelah Tuan Martin meninggal, perlakuan Alexa berubah seratus delapan puluh derajat. Dia mengusir Rafandra dari kamarnya dan tidak pernah lagi tersenyum kepadanya. Bahkan dia pernah mengatakan bahwa selama ini dia menahan rasa jijik yang sangat setiap kali Rafandra menyentuhnya.

“Rafandra!!! Urus anakmu!!!” tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita sangat keras dari depan.

Rafandra mendengar suara tangis anak kecil yang sangat keras di ruang tamu. Dia pun melihat jam tangannya.

“Sudah waktunya Revan pulang. Kenapa aku melupakannya.”

Rafandra bergegas berlari ke depan sembari menggelengkan kepalanya beberapa kali karena menyesal. Di ruang tamu dia melihat anak kecil berusia satu tahun delapan bulan menangis keras.

“Lain kali jangan lupa menjemput anakmu sendiri!” hardik Frida Darmawan, anak tertua Alan Darmawan.

Rafandra duduk setengah berjongkok untuk menggendong anaknya. Setiap hari dia memang bertugas mengantar jemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray. Salah satu sekolah balita terbaik di Kota Loven.

Khusus hari Senin, Rabu dan Jum’at pihak sekolah mengadakan layanan penjemputan. Di hari-hari itu pula Rafandra bisa tidur agak lama karena pihak sekolah melakukan penjemputan sebelum Alexa berangkat bekerja.

“Maaf, aku lupa,” kata Rafandra.

“Kau memang tidak berguna!” ucap Alexa di depan banyak orang.

Semua orang tertawa penuh ejek melihat Alexa merendahkan Rafandra, termasuk Alex. Karena kebiasaan Alexa merendahkan Rafandra di depan muka umum, teman-teman Alexa pun melakukan hal yang sama. Bahkan Alexa sangat senang saat teman-temannya melakukan hal tersebut.

“Bawa Revan masuk. Aku bosan mendengar suara tangisnya,” ujar Frida Darmawan, kakak perempuan Alexa. Dia baru saja datang setelah menjemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray.

Rafandra terlihat sangat marah. Dia langsung berbalik badan agar ekspresi wajahnya tidak terlihat oleh mereka. Dia bisa menahan hinaan apa pun, tapi jika sudah berkenaan dengan anaknya, dia merasa sangat tersinggung.

Rafandra membawa anaknya ke ruang bermain yang sangat besar. Tangis Revan langsung berhenti setelah berada di pelukan Rafandra.

“Revan di sini dulu ya? Papa ke dapur sebentar,” ucap Rafandra dengan berjongkok di depannya.

Revan mengangguk. Dia langsung bermain dengan mainan-mainannya.

Rafandra kembali ke dapur dan mematikan kompor setelah air mendidih. Dia menyeduh empat cangkir kopi. Lalu menaruhnya di atas nampan dan membawanya ke ruang tamu.

Setelah sampai di ruang tamu, dia meletakkan empat cangkir kopi itu di atas meja.

“Silakan diminum,” ucap Alexa kepada Alex.

Alex mengangguk dan menyeruput kopi panas yang berada di depannya.

“Cuihh...”

Alex terlihat melepehkan kopi yang diseruputnya kembali ke dalam cangkir.

Alexa dan keluarganya terkejut melihatnya.

“Kenapa? Apa ada yang salah dengan kopinya?” tanya Alexa.

“Kopi ini terlalu pahit. Aku tidak bisa memakan dan meminum sesuatu yang pahit,” ujar Alex sembari menaruh cangkirnya.

Alexa mendekati Rafandra dan menariknya masuk ke dalam. Alexa membawa Rafandra ke kamarnya. Dia menatap Rafandra dengan penuh kemarahan dan kekecewaan.

“Apa kau belum puas mempermalukanku?! Kau tahu ini adalah hari yang sudah lama kutunggu-tunggu, tapi kau...”

Rafandra menggelengkan kepalanya.

“Aku tahu, karena itu aku terburu-buru datang ke acara pembukaan perusahaan, tapi Lena, Susan dan Ibumu memberiku pakaian pelayan.”

“Kau ini bodoh atau apa?! Aku memang tidak ingin kau datang. Karena itu aku tidak pernah membicarakan hal ini denganmu.”

“Kenapa? Aku ini suamimu.”

“Suami? Apa yang telah kau perbuat sebagai suami?! Kau hanyalah laki-laki tidak berguna yang entah berasal dari mana,” kata Alexa dengan mimik muka merendahkan.

Rafandra terus menatapnya tanpa berkedip.

“Bahkan nama belakang pun kau tak punya. Entah apa yang dilihat Kakekku darimu. Aku tidak mengerti sama sekali.”

Rafandra menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

“Kau merasa malu jika semua orang tahu aku suamimu?” tanya Rafandra dengan menunjuk dirinya sendiri.

“Siapa yang tidak malu?” ucap Alexa kasar. “Semua temanku menikah dengan keluarga terpandang. Orang-orang terkaya di Loven dan sekitarnya. Bagaimana aku tidak malu jika kau hadir di sana?!”

“Kau sangat berbeda dengan Kakek Martin.”

“Ya, semua keluarga kami tidak ada yang menyukai cara-cara Kakek. Apalagi setelah memaksaku menikah denganmu.”

Rafandra kembali menggelengkan kepalanya.

“Kerajaan bisnis kalian akan hancur jika terus seperti ini.”

“Apa kau bilang?!” suara Alexa semakin mengeras setelah mendengar kata-kata Rafandra barusan. “Tahu apa kau soal bisnis? Tahu apa kau soal mengelola perusahaan? Sekarang kau berlagak seperti orang yang tahu segalanya. Dasar laki-laki tidak berguna!”

“Kakek Martin telah berhasil mengubah perusahaan kecil menjadi perusahaan besar seperti sekarang ini. Dan kalian meninggalkan cara-caranya? Sungguh aneh,” ucap Rafandra. “Aku mungkin tidak tahu soal bisnis, tapi aku tahu cara yang digunakan Kakek Martin adalah benar.”

“Jangan berlagak!” kata Alexa sambil mendorong dada Rafandra. “Aku lebih tahu bagaimana mengurus perusahaan. Orang yang tidak punya pekerjaan sepertimu, jangan berani-beraninya menasihatiku.”

“Alexa! Cepat kembali ke ruang tamu,” ucap Alan. Dia tiba-tiba muncul di pintu kamar. “Tuan Max Hendrawan datang mengunjungimu membawa banyak hadiah.”

“Baik, Papa.”

Alexa setengah berlari menuju ruang tamu dengan terus menatap Rafandra tajam. Di sana suasana pasti sangat kikuk. Max dan Alex adalah mantan pacar Alexa. Max berpacaran dengan Alexa saat masih kuliah. Sedangkan Alex berpacaran dengannya sebelum dia dijodohkan dengan Rafandra. Pada acara pembukaan pagi tadi, mereka terlihat berlomba-lomba mengambil hati Alexa.

Alan berjalan mendekati Rafandra.

“Aku dengar semua kata-katamu,” katanya.

Plakk...

Tamparan keras mendarat di pipi Rafandra.

“Orang sepertimu tak pantas mengajari kami!”

Plakk...

Alan menampar Rafandra sekali lagi, lalu pergi meninggalkan kamar Alexa.

Rafandra memegang pipinya yang masih terasa sakit. Dia menghela nafas panjang sembari mengingat Tuan Martin. Tampaknya, sepeninggal Tuan Martin perusahaan keluarga Darmawan tidak akan bertahan lama.

Lima tahun yang lalu Tuan Martin menawarinya jabatan eksekutif di perusahaannya, tapi Rafandra menolak. Lalu Tuan Martin mengganti tawarannya. Dia menawari Rafandra menjadi mitra dan konsultan bisnisnya.

Dengan demikian Rafandra tidak perlu berangkat ke kantor. Malah Tuan Martin yang akan datang mencarinya. Rafandra menerima tawaran tersebut dengan syarat namanya tidak dimunculkan di perusahaan dan Tuan Martin tidak boleh menyelidiki latar belakangnya.

Tuan Martin langsung menyetujui syarat tersebut. Sejak saat itu Rafandra berpindah tempat tinggal ke tempat yang telah disediakan oleh Tuan Martin.

Semakin lama hubungan mereka semakin baik, sampai Rafandra menganggap Tuan Martin sebagai kakeknya sendiri. Begitu juga sebaliknya.

Berkat saran dan roadmap perusahaan yang disusun oleh Rafandra, Grup Darmawan berkembang pesat dalam dua tahun terakhir. Tuan Martin pun menjodohkan Rafandra dengan cucu perempuannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 5

    Karena itu, setiap kali ada keputusan-keputusan salah yang diambil Alan dan keluarganya, Rafandra selalu merasa kasihan pada Tuan Martin. Dia selalu menghela nafas panjang setiap kali hal ini terjadi.Kenangan-kenangan indahnya bersama Tuan Martin selalu muncul saat keluarganya menampilkan perilaku buruk, termasuk yang terjadi kepadanya saat ini.Kringg... kringg...Ponsel Rafandra berdering cukup kencang. Kemudian dia melihat layar ponselnya. Di layar itu tertulis nama Michael Crouch. Dia adalah salah satu pemegang saham yang cukup besar di Grup Darmawan.“Halo, Tuan Rafandra. Aku sudah melaksanakan apa yang Tuan perintahkan. Seluruh jaringan supermarket Leivan akan menampilkan dan mempromosikan produk-produk kecantikan dari perusahaan istri Tuan.”“Terima kasih sudah bekerja keras, Tuan.”“Tidak, Tuan. Bisa mendapatkan perintah dari Tuan adalah pencapaian.”“Tuan Michael terlalu mengada-ngada.”“Hanya saja beberapa produk yang akan dirilis perusahaan istri Tuan belum mendapat izin ed

    Last Updated : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 6

    Mereka bertiga berpelukan bahagia. Itu artinya mereka sudah bisa melaunching dan memasarkan produk mereka secara luas.Rafandra melihat dengan tersenyum, lalu dia mendekati mereka bertiga,“Bukankah kau berjanji akan berlutut di depanku?” ucap Rafandra.Mendengar itu membuat mereka bertiga melepaskan pelukannya masing-masing.Susan dan Lena menatap Rafandra dengan pekat. Mereka sepertinya sedang memikirkan sesuatu.“Aku tidak percaya kau yang melakukannya! Tidak mungkin!” kata Lena.“Pengangguran sepertimu tidak mungkin bisa melakukannya. Aku yakin ini hasil kerja Alex atau Max,” ucap Susan.“Kau benar, Susan. Mereka berjanji akan terus berusaha menyelesaikan hal ini, bukan?” ujar Lena.“Karena itu aku yakin, kau hanya seorang pembual!” kata Susan dengan mendorong dada Rafandra.“Kalian gila jika mempercayainya. Aku sudah bersamanya lebih dari dua tahun. Dia hanyalah pengangguran tak berguna,” sambung Alexa.Rafandra tersenyum.“Aku benar-benar mengenal Tuan Ferdinand,” katanya.“Janga

    Last Updated : 2025-01-28
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 7

    Rafandra menggeleng.“Aku hanya tidak mau banyak orang kehilangan pekerjaan setelah Tuan Martin wafat. Karena itu aku mendirikan perusahaan ini bersama kalian. Aku senang perusahaan ini bisa berkembang pesat.”Saat itu, Alan Darmawan dan anggota keluarga Darmawan lainnya memutuskan untuk menutup pabrik tekstil karena dipandang tidak memberikan keuntungan yang besar.Mereka mengalihkan biaya operasional pabrik tekstil untuk membeli secara langsung kain yang sudah jadi, lalu mereka olah di pabrik garmen milik mereka. Dalam hitungan mereka, hal itu jauh lebih menguntungkan.Saat mendengar keputusan tersebut, dua asisten pribadi Tuan Martin menentang. Mereka adalah Daniel William dan Harry Maruti. Mereka berdebat keras dengan Alan Darmawan hingga membuat mereka dipecat.Mengetahui akan terjadi PHK massal, sekitar lima ribu orang lebih, Rafandra menghubungi Daniel dan Harry satu bulan kemudian. Mereka memang sering bertemu sebelumnya. Harry dan Daniel sering diminta Tuan Martin untuk menem

    Last Updated : 2025-02-01
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 8

    “Awalnya...”Kretek...Terdengar suara pintu depan terbuka. Rafandra dan Anna langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu itu. Terlihat dua orang sedang berjalan masuk dengan senyum mengembang.“Mas Rafandra!” ucap Liam Suryawijaya yang mempercepat jalannya setelah melihat Rafandra, tapi langkahnya tersusul oleh adik perempuannya, Sarah Suryawijaya.Wanita muda itu berlari kencang ke arah Rafandra dan langsung memeluknya.“Ke mana saja kamu, Mas?” tanya Sarah masih memeluknya.“Nanti aku ceritakan.”Liam pun melakukan hal yang sama dengan adiknya. Dia pun memeluk Rafandra dari samping. Mereka bertiga berpelukan cukup lama untuk melampiaskan rasa kangen.Sejak kecil mereka bertiga memang sangat akrab. Mereka lebih mirip saudara kandung daripada saudara sepupu.“Bagaimana kabar kalian?” tanya Rafandra setelah mereka duduk di sampingnya.“Aku baik-baik saja, tapi Mas Liam...”Liam mengusek kepala adiknya.“Aku kurang baik, Mas,” katanya tersenyum.Rafandra melihat ada dua orang lain

    Last Updated : 2025-02-02
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 10

    Tuan Sagal tersenyum kepada semua orang. Dia mengulurkan tangannya menyalami mereka semua.“Perkenalkan aku Luis Sagal. Pengacara Tuan Liam Suryawijaya.”Semua orang masih terperangah, terutama Alexander dan tim legalnya. Bagaimana tidak, mereka semua bekerja di firma hukum milik Tuan Sagal. Pikiran mereka pun melayang ke mana-mana, karena selama ini Luis Sagal tidak pernah menangani kasus lokal secara langsung. Dia hanya menangani kasus internasional.Karena itu mereka bertanya-tanya, siapa orang yang bisa mempekerjakan Luis Sagal sampai menjadi pengacara Liam Suryawijaya. Dia yakin Grup Suryawijaya tidak mungkin mampu membujuk Tuan Sagal untuk menjadi pengacaranya, karena grup-grup yang lebih besar sekalipun tidak pernah berhasil melakukannya.“Eh, aku Alexander dan mereka tim legal kami,” ucap Alexander tergagap-gagap menyambut uluran salam Luis Sagal.“Semoga beruntung,” kata Tuan Sagal dengan meremas tangan Alexander cukup keras sampai membuatnya sedikit meringis.Mereka semua ke

    Last Updated : 2025-02-03
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 11

    Setelah di perjalanan cukup lama, Liam dan Rafandra sampai di rumah. Mereka pun turun dari mobilnya dan masuk ke dalam.Revan tiba-tiba berlari menghampiri Rafandra dan memeluknya. Dia memperlihatkan senyum yang sangat lepas dan senang.“Revan bermain dengan siapa?” tanya Rafandra.Revan mengarahkan jari telunjuknya kepada seorang wanita muda yang sangat cantik. Dia adalah Maria Robetta, sepupu Liam dan Sarah. Ibunya adalah adik mendiang Arnold Suryawijaya.Rafandra tersenyum hangat ke arah Maria. Mereka pun saling berjalan mendekat.“Bagaimana kabarmu, Maria?” tanya Rafandra. “Sudah lama kita tidak bertemu.”“Aku baik. Bagaimana dengan Mas Rafandra?”“Aku juga baik,” jawab Rafandra. “Bagaimana bisa kau bermain-main dengan Anakku?”“Tante Anna yang memanggilku. Dia tahu aku ahli dalam mengurusi anak-anak,” katanya dengan sedikit tertawa.“Semua pengasuh anak profesional aku lihat tidak ada yang bisa mendekati Revan. Karena itu aku memanggil Maria. Kebetulan dia tidak sedang syuting ha

    Last Updated : 2025-02-04
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 12

    “Benar, dia Rafandra, Alexa,” ucap Lena sembari terus menatap Rafandra.Semua orang menatap Rafandra yang sedang berjalan menghampiri Alexa. Dia tersenyum hangat menyapa Alexa, tapi Alexa tetap diam.“Ini untukmu,” kata Rafandra setelah sampai di depan Alexa.Plakk...Dua kantong kertas pemberian Tante Anna jatuh di atas lantai.Rafandra terkejut. Dia menatap Alexa dengan tajam, lalu dia berjongkok untuk mengambil dua kantong kertas tersebut. Dia agak kesusahan melakukannya karena Revan memeluknya dengan kencang.Setelah berhasil mengambilnya, Rafandra memutuskan untuk masuk ke dalam. Dia melakukannya karena mencemaskan Revan yang mulai terlihat ketakutan.Rafandra berjalan tanpa memandang Alexa dan teman-temannya. Lalu tiba-tiba Lena merebut dua kantong kertas dari tangan Rafandra. Dia pun berhenti meminta dua kantong kertas itu dikembalikan, tapi Lena dan Susan tidak mempedulikannya.Tak berselang lama, Annet Wongso, Rose Hart dan Frida Darmawan datang menghampiri Alexa dan teman-te

    Last Updated : 2025-02-05
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 13

    Mereka semua terlihat marah mendengar kata-kata Peter, tapi berusaha menahannya.“Kami tidak menyangka bahwa barang ini asli karena kami mendapatkannya dari seorang pria miskin,” kata Annet.Peter menggeleng.“Aku kira tidak ada orang miskin yang mampu membeli kedua barang mewah ini, bahkan orang kaya seperti kalian pun akan berpikir dua kali untuk membelinya,” ucap Peter.“Sebenarnya keaslian barang bisa dilihat dari kemasannya, Tuan-tuan. Untuk setiap produk kami, kami menggunakan kotak premium agar kalung berlian yang berada di dalam terjaga dengan aman. Para peniru tidak akan mampu menyamai kualitas kemasan produk kami,” sambung tim ahli dari Roberts Diamond.“Kemasan di produk kami juga sama, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya,” giliran tim ahli dari Giorgio Luxury yang berbicara.Alan, Annet dan lainnya terlihat tidak nyaman dengan ucapan Peter dan tim ahli dari dua perusahaan itu. Mereka seakan-akan mengatai mereka tidak mengerti barang mewah, padahal mereka memiliki lini usaha yang b

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 35

    “Tuan Rafandra!” panggil wanita yang bertugas di bagian pemberkasan.Rafandra bergegas masuk ke dalam ruang wawancara. Dia melihat seorang laki-laki paruh baya dan seorang wanita yang berusia tidak jauh darinya. Mereka duduk di balik meja yang cukup panjang.“Silakan duduk!” ucap laki-laki itu.“Terima kasih, Tuan.”“Perkenalkan dirimu sendiri dan pengalaman kerja yang kau miliki,” kata wanita yang berada di samping laki-laki itu.“Namaku Rafandra. Aku tidak memiliki pengalaman kerja yang berarti. Tapi aku memiliki kemampuan menyetir yang cukup baik menurutku.”Kedua orang tersebut mendengarkan ucapan Rafandra sembari membuka-buka map yang berisi berkas-berkas Rafandra. Mereka terlihat sangat terkejut sampai kening mereka mengernyit.“Apa kau benar-benar lulusan jurusan manajemen bisnis Universitas Camford?” tanya wanita tersebut.Dia menatap Rafandra dengan tajam. Begitu juga dengan laki-laki paruh baya di sampingnya.“Benar. Aku lulusan Universitas Camford. Tuan dan Nyonya bisa meng

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 34

    “Aku dengar Papa masih terus mencari-cari Mas Rafandra, Mah. Jika dia pulang, posisi kita akan benar-benar sulit,” kata Darmian Sanjaya.“Benar, Mah. Kita harus melakukan sesuatu,” ujar Valeria Sanjaya.Saat ini semua saudara satu ayah beda ibu Rafandra sedang berkumpul di rumah Kevin Roberts, suami dari Valeria Sanjaya.Tuan Darius memiliki tiga anak dari hasil pernikahannya dengan Mery Holland, yaitu Valeria Sanjaya, Darmian Sanjaya, dan Sandro Sanjaya. Usia mereka hampir berdekatan satu sama lain. Usia Rafandra sendiri sudah mencapai tiga puluh lima tahun, dan semua adik-adiknya secara berurutan masing-masing terpaut dua tahun.“Kalian tenang saja. Anak sialan itu tidak akan pernah kembali,” ucap Mery Holland.“Kenapa Mama begitu yakin?” tanya Sandro Sanjaya.“Dia memiliki hati yang terlalu lembut.”“Maksud Mama?” tanya Kevin Roberts, suami Valeria.“Kalian tahu kenapa dia meninggalkan Keluarga Sanjaya?”Mereka semua menggelengkan kepalanya.“Dia pergi karena Mama ancam hal yang sa

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 33

    “...Wallen Henderson?” ucap Maria.Semua orang yang ada di ruangan itu kembali terkejut. Karena nama yang diucapkan Maria jauh lebih besar dari Maria sendiri. Wallen adalah bintang film internasional. Dia berasal dari Republik Newland, sebuah negeri yang tiga kali lipat lebih besar dari Republik Worthen.“Tidak mungkin, Nona. Kami tidak akan mampu membayarnya,” ujar Tamara.“Kalian tidak perlu membayarnya. Asal Mas Rafandra yang meminta, dia pasti mau,” kata Maria.Semua orang memandang ke arah Rafandra. Mereka kembali dibuat terkejut oleh pemuda satu ini. Di benak mereka berputar-putar banyak pertanyaan, seberapa besar pengaruh yang dimiliki Rafandra di dunia bisnis dan lain sebagainya.“Saran yang bagus, tapi kami masih bermain di pasar dalam negeri, Maria. Jika kami sudah melebarkan pemasaran produk kami ke mancanegara, aku pasti menggunakan jasa Wallen,” kata Rafandra.“Bukankah itu bisa meningkatkan nilai tambah, Mas?” ucap Maria.“Kau benar, tapi segala sesuatu ada waktunya. Jik

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 32

    Mereka berdua gelagapan mendengar pertanyaan Rafandra. Mereka seperti tidak menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini.Rafandra menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat dua orang di depannya gelagapan. Dia terus menatap mereka dengan tajam.“Apa jawaban kalian?” tanyanya sekali lagi.Tapi mereka berdua menunduk terdiam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Rafandra mendesah cukup panjang.“Kenapa kalian hanya mengandalkan sistem promosi dan pemasaran konvensional seperti memasukkan produk kita ke departement store, pasar swalayan dan lain sebagainya? Kenapa kalian tidak memilih jalur pemasaran atau promosi lainnya? Padahal sangat banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan brand value atau brand awareness produk kita?” tanyanya cukup panjang.“Eh, dalam pandangan kami model pemasaran seperti itu yang paling tepat, Tuan. Kami telah menganalisa semua penjualan brand-brand lain, dan penjualan tertinggi mereka berasal dari mall, pasar swalayan dan departement store. K

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 31

    Melihat Juan berjalan menuju ruang meeting, semua orang mengikutinya.“Kalian tidak perlu ikut. Cukup Rudi dan Neil!”Tiba-tiba Juan berhenti dan melarang semua orang ikut, hanya Rudi dan Neil.Neil adalah petinggi bagian produksi yang tidak senang dengan Rafandra yang ikut bicara dalam persoalan ini.“Panggil Tamara dan Benny! Aku tunggu mereka di ruang meeting sekarang juga!” perintah Juan pada asisten yang selalu di sampingnya.“Baik, Tuan.”Dia berlari keluar pabrik dengan cepat. Sementara Juan, Harry, Rafandra dan lainnya terus berjalan memasuki ruang meeting yang tidak jauh dari pabrik.Beberapa saat kemudian mereka sampai di ruang meeting. Juan mempersilahkan Harry dan Rafandra untuk duduk.Tak berselang lama, Tamara dan Benny memasuki ruang meeting. Mereka adalah kepala bagian marketing Silken Woven Corporation cabang Kota Newpool.“Perkenalkan, mereka kepala bagian marketing di sini,” ujar Juan kepada Harry dan Rafandra.Dua orang itu memberi salam sembari memperkenalkan diri

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 30

    “Kita ke mana lagi, Tuan?” tanya Harry.“Kita menginap dulu di hotel. Aku harus bertemu dengan seseorang.”“Apa kita tidak menginap di rumah perusahaan saja, Tuan?”Rafandra terdiam untuk sesaat. Dia baru ingat bahwa Harry dan Daniel pernah mengatakan telah membukan kantor cabang Silken Woven Corporation di Kota Newpool. Mereka berdua berhasil mengengbangkan perusahaan ini dengan baik sesuai blueprint yang diberikan Rafandra.“Baik, kita ke rumah perusahaan saja.”“Baik, Tuan,” ucap Harry, tapi dia terlihat masih ingin mengatakan sesuatu.“Sepertinya Tuan Harry masih ada yang ingin dikatakan,” tebak Rafandra setelah melihat gelagat Harry.Harry Maruti tersenyum.“Hanya ingin bertanya, apa Tuan berkenan mengunjungi pabrik perusahaan yang ada di Kota Newpool? Pabrik tekstil di sini salah satu yang terbesar selain di Kota Loven.”“Baik. Kita ke sana sekarang,” ujar Rafandra.Harry terlihat sangat senang dengan jawaban Rafandra. Dia langsung menginjak pedal gasnya lebih dalam.Tak bersela

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 29

    Tiba-tiba ada seseorang yang menarik Rafandra masuk ke dalam sebuah kamar.Rafandra sangat terkejut karena terjadi begitu cepat. Dia tidak bisa menolak apalagi menahannya.“Kau?” ucap Rafandra terkejut melihat wajah orang di depannya.Dia merasa tidak asing dengan wajah orang tersebut.Orang tersebut tersenyum dengan membungkukkan tubuhnya.“Maafkan kelancanganku, Tuan.”“Bukankah kau orang yang sering menemui Tuan Alan Darmawan di rumah,” ujar Rafandra masih diselimuti keterkejutan.Rafandra memang sering melihat orang ini di kediaman Keluarga Darmawan, tapi dia tidak tahu siapa dia dan apa jabatannya. Hanya saja setiap kali berpapasan dengannya, orang tersebut terlihat menampakkan sikap hormat.“Benar, Tuan. Aku Fredy Gailan, kepala keuangan Grup Darmawan.”“Kepala keuangan?”“Benar, Tuan. Tuan Alan mengangkatku secara resmi menjadi bagian Grup Darmawan sekitar enam belas bulan yang lalu.”“Apa kau...”“Apa yang dipikirkan Tuan benar. Aku bekerja untuk Tuan Darius Sanjaya. Aku dimin

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 28

    “Papa selalu mengawasimu, Anakku. Orang-orang Papa selalu ada di sekitarmu, baik di rumah Keluarga Darmawan ataupun di tempat lainnya.”Rafandra terkejut mendengar ucapan ayahnya.“Siapa mereka, Pa?” tanya Rafandra.“Kau tidak perlu tahu. Yang penting sekarang, Papa ingin kau kembali ke Keluarga Sanjaya,” kata Darius.Rafandra menggelengkan kepalanya.“Bukankah Papa tahu alasanku meninggalkan Keluarga Sanjaya?”Darius menganggukkan kepalanya.“Papa tahu, tapi Papa tetap ingin kau kembali.”“Aku tidak ingin terlibat lagi dengan Mama Mery dan adik-adik tiriku, Pa. Aku tidak ingin apa yang menimpa Sanjaya Stell terjadi pada anak perusahaan Grup Sanjaya lainnya. Sampai saat ini bayangan kejadian itu masih menghantuiku, Pa.”“Tapi nyatanya Sanjaya Stell bisa kau selamatkan.”“Tapi tidak bisa mengembalikan orang-orang yang mati karena PHK massal yang terjadi, Pa.”“Lari dari masalah bukanlah solusi, Anakku. Dengan kau terus lari, kau sedang menempatkan seluruh Grup Sanjaya dalam masalah. Ap

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 27

    Berjam-jam telah terlewati. Rafandra juga sudah menitip Revan di kediaman Tante Anna. Perjalanan menuju Kota Newpool memang melewati Kota Blackward. Tante Anna memberinya nomor HP Charles Juana. Dia adalah asisten pribadi Tuan Darius Sanjaya.Beberapa saat lagi Rafandra akan memasuki Kota Newpool. Dia melihat kemajuan yang luar biasa di wilayah perbatasan. Enam tahun lamanya dia tidak pernah menginjakkan kakinya di Newpool.“Kita sudah memasuki Kota Newpool, Tuan. Kita mau ke mana?” tanya Harry.Saat ini matahari telah terbit. Sinarnya menyebarkan hangat ke segala arah. Rafandra melihat jam di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan jam tujuh lebih dua puluh tiga menit.“Kita ke Sanjaya Hospital, Tuan Harry,” jawab Rafandra.“Sanjaya Hospital?”Harry tampak terkejut mendengar jawaban Rafandra. Sepanjang perjalanan dia tidak menanyakan apa-apa pada Rafandra.“Benar. Aku hendak bertemu Ayahku di sana.”Harry tertegun. Ini pertama kalinya dia mendengar Rafandra membahas tentang keluarganya. S

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status