Share

Bab 4

Author: Afzah Nujati
last update Last Updated: 2025-01-20 06:28:40

“Kau jangan mengada-ada. Kau bahkan tidak bisa mencari uang satu dollar pun jika Alexa tidak memberimu,” ejek Susan.

“Sudah! Cepat buatkan kopi! Tidak ada gunanya juga kau mengetahuinya!” ucap Alexa keras.

“Aku hanya ingin membantu.”

“Heh,” Alan Darmawan menyeringai. “Apa yang bisa dilakukan pengangguran sepertimu?!”

“Pergi sana!” dorong Lena pada Rafandra.

Rafandra terdorong beberapa langkah ke belakang. Dia pun membalikkan tubuhnya dan pergi ke dapur. Wajahnya memerah karena marah, padahal dia hanya ingin membantu.

Setelah kematian Tuan Martin, tidak seorang pun yang memperlakukannya dengan baik. Satu-satunya orang yang tidak pernah menghina, merendahkan dan memerintahnya adalah Nyonya Wendy Satriawan. Meski demikian, dia juga tidak pernah membelanya saat direndahkan dan dipermalukan oleh anak dan cucu-cucunya.

Rafandra berjalan menuju ke dapur rumahnya. Dia berkali-kali menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.

Selama menjalin hubungan dekat dengan Tuan Martin, ada satu hal yang semula dia syukuri, lalu disesalinya, yaitu janjinya untuk menjalin pernikahan dengan Alexa. Rafandra memang menyayangi Alexa sejak pertama kali melihatnya.

Karena itu dia senang menerima perjodohannya dengan Alexa. Dia mengira watak Alexa mirip seperti kakeknya.

Namun, perlahan-lahan semuanya mengarah pada jalan yang salah. Saat Tuan Martin masih hidup, Alexa memperlakukannya dengan sangat lembut dan mesra. Perlakuan itu berlangsung selama lima bulan lamanya.

Saat itu Rafandra hidup sangat bahagia. Dia tidak lagi memikirkan hal lain selain ingin membahagiakan Alexa seumur hidupnya.

Karena itu, saat Tuan Martin berada di ujung usianya, dia meminta Rafandra untuk berjanji agar terus menjalani rumah tangga dengan Alexa sampai tiga tahun. Setelah itu Rafandra bebas untuk memutuskan hidupnya.

Rafandra langsung setuju dengan permintaan Tuan Martin, tanpa berpikir panjang. Saat itu dia bahkan bercita-cita untuk menghabiskan seluruh hidupnya dengan Alexa.

Namun, setelah Tuan Martin meninggal, perlakuan Alexa berubah seratus delapan puluh derajat. Dia mengusir Rafandra dari kamarnya dan tidak pernah lagi tersenyum kepadanya. Bahkan dia pernah mengatakan bahwa selama ini dia menahan rasa jijik yang sangat setiap kali Rafandra menyentuhnya.

“Rafandra!!! Urus anakmu!!!” tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita sangat keras dari depan.

Rafandra mendengar suara tangis anak kecil yang sangat keras di ruang tamu. Dia pun melihat jam tangannya.

“Sudah waktunya Revan pulang. Kenapa aku melupakannya.”

Rafandra bergegas berlari ke depan sembari menggelengkan kepalanya beberapa kali karena menyesal. Di ruang tamu dia melihat anak kecil berusia satu tahun delapan bulan menangis keras.

“Lain kali jangan lupa menjemput anakmu sendiri!” hardik Frida Darmawan, anak tertua Alan Darmawan.

Rafandra duduk setengah berjongkok untuk menggendong anaknya. Setiap hari dia memang bertugas mengantar jemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray. Salah satu sekolah balita terbaik di Kota Loven.

Khusus hari Senin, Rabu dan Jum’at pihak sekolah mengadakan layanan penjemputan. Di hari-hari itu pula Rafandra bisa tidur agak lama karena pihak sekolah melakukan penjemputan sebelum Alexa berangkat bekerja.

“Maaf, aku lupa,” kata Rafandra.

“Kau memang tidak berguna!” ucap Alexa di depan banyak orang.

Semua orang tertawa penuh ejek melihat Alexa merendahkan Rafandra, termasuk Alex. Karena kebiasaan Alexa merendahkan Rafandra di depan muka umum, teman-teman Alexa pun melakukan hal yang sama. Bahkan Alexa sangat senang saat teman-temannya melakukan hal tersebut.

“Bawa Revan masuk. Aku bosan mendengar suara tangisnya,” ujar Frida Darmawan, kakak perempuan Alexa. Dia baru saja datang setelah menjemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray.

Rafandra terlihat sangat marah. Dia langsung berbalik badan agar ekspresi wajahnya tidak terlihat oleh mereka. Dia bisa menahan hinaan apa pun, tapi jika sudah berkenaan dengan anaknya, dia merasa sangat tersinggung.

Rafandra membawa anaknya ke ruang bermain yang sangat besar. Tangis Revan langsung berhenti setelah berada di pelukan Rafandra.

“Revan di sini dulu ya? Papa ke dapur sebentar,” ucap Rafandra dengan berjongkok di depannya.

Revan mengangguk. Dia langsung bermain dengan mainan-mainannya.

Rafandra kembali ke dapur dan mematikan kompor setelah air mendidih. Dia menyeduh empat cangkir kopi. Lalu menaruhnya di atas nampan dan membawanya ke ruang tamu.

Setelah sampai di ruang tamu, dia meletakkan empat cangkir kopi itu di atas meja.

“Silakan diminum,” ucap Alexa kepada Alex.

Alex mengangguk dan menyeruput kopi panas yang berada di depannya.

“Cuihh...”

Alex terlihat melepehkan kopi yang diseruputnya kembali ke dalam cangkir.

Alexa dan keluarganya terkejut melihatnya.

“Kenapa? Apa ada yang salah dengan kopinya?” tanya Alexa.

“Kopi ini terlalu pahit. Aku tidak bisa memakan dan meminum sesuatu yang pahit,” ujar Alex sembari menaruh cangkirnya.

Alexa mendekati Rafandra dan menariknya masuk ke dalam. Alexa membawa Rafandra ke kamarnya. Dia menatap Rafandra dengan penuh kemarahan dan kekecewaan.

“Apa kau belum puas mempermalukanku?! Kau tahu ini adalah hari yang sudah lama kutunggu-tunggu, tapi kau...”

Rafandra menggelengkan kepalanya.

“Aku tahu, karena itu aku terburu-buru datang ke acara pembukaan perusahaan, tapi Lena, Susan dan Ibumu memberiku pakaian pelayan.”

“Kau ini bodoh atau apa?! Aku memang tidak ingin kau datang. Karena itu aku tidak pernah membicarakan hal ini denganmu.”

“Kenapa? Aku ini suamimu.”

“Suami? Apa yang telah kau perbuat sebagai suami?! Kau hanyalah laki-laki tidak berguna yang entah berasal dari mana,” kata Alexa dengan mimik muka merendahkan.

Rafandra terus menatapnya tanpa berkedip.

“Bahkan nama belakang pun kau tak punya. Entah apa yang dilihat Kakekku darimu. Aku tidak mengerti sama sekali.”

Rafandra menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

“Kau merasa malu jika semua orang tahu aku suamimu?” tanya Rafandra dengan menunjuk dirinya sendiri.

“Siapa yang tidak malu?” ucap Alexa kasar. “Semua temanku menikah dengan keluarga terpandang. Orang-orang terkaya di Loven dan sekitarnya. Bagaimana aku tidak malu jika kau hadir di sana?!”

“Kau sangat berbeda dengan Kakek Martin.”

“Ya, semua keluarga kami tidak ada yang menyukai cara-cara Kakek. Apalagi setelah memaksaku menikah denganmu.”

Rafandra kembali menggelengkan kepalanya.

“Kerajaan bisnis kalian akan hancur jika terus seperti ini.”

“Apa kau bilang?!” suara Alexa semakin mengeras setelah mendengar kata-kata Rafandra barusan. “Tahu apa kau soal bisnis? Tahu apa kau soal mengelola perusahaan? Sekarang kau berlagak seperti orang yang tahu segalanya. Dasar laki-laki tidak berguna!”

“Kakek Martin telah berhasil mengubah perusahaan kecil menjadi perusahaan besar seperti sekarang ini. Dan kalian meninggalkan cara-caranya? Sungguh aneh,” ucap Rafandra. “Aku mungkin tidak tahu soal bisnis, tapi aku tahu cara yang digunakan Kakek Martin adalah benar.”

“Jangan berlagak!” kata Alexa sambil mendorong dada Rafandra. “Aku lebih tahu bagaimana mengurus perusahaan. Orang yang tidak punya pekerjaan sepertimu, jangan berani-beraninya menasihatiku.”

“Alexa! Cepat kembali ke ruang tamu,” ucap Alan. Dia tiba-tiba muncul di pintu kamar. “Tuan Max Hendrawan datang mengunjungimu membawa banyak hadiah.”

“Baik, Papa.”

Alexa setengah berlari menuju ruang tamu dengan terus menatap Rafandra tajam. Di sana suasana pasti sangat kikuk. Max dan Alex adalah mantan pacar Alexa. Max berpacaran dengan Alexa saat masih kuliah. Sedangkan Alex berpacaran dengannya sebelum dia dijodohkan dengan Rafandra. Pada acara pembukaan pagi tadi, mereka terlihat berlomba-lomba mengambil hati Alexa.

Alan berjalan mendekati Rafandra.

“Aku dengar semua kata-katamu,” katanya.

Plakk...

Tamparan keras mendarat di pipi Rafandra.

“Orang sepertimu tak pantas mengajari kami!”

Plakk...

Alan menampar Rafandra sekali lagi, lalu pergi meninggalkan kamar Alexa.

Rafandra memegang pipinya yang masih terasa sakit. Dia menghela nafas panjang sembari mengingat Tuan Martin. Tampaknya, sepeninggal Tuan Martin perusahaan keluarga Darmawan tidak akan bertahan lama.

Lima tahun yang lalu Tuan Martin menawarinya jabatan eksekutif di perusahaannya, tapi Rafandra menolak. Lalu Tuan Martin mengganti tawarannya. Dia menawari Rafandra menjadi mitra dan konsultan bisnisnya.

Dengan demikian Rafandra tidak perlu berangkat ke kantor. Malah Tuan Martin yang akan datang mencarinya. Rafandra menerima tawaran tersebut dengan syarat namanya tidak dimunculkan di perusahaan dan Tuan Martin tidak boleh menyelidiki latar belakangnya.

Tuan Martin langsung menyetujui syarat tersebut. Sejak saat itu Rafandra berpindah tempat tinggal ke tempat yang telah disediakan oleh Tuan Martin.

Semakin lama hubungan mereka semakin baik, sampai Rafandra menganggap Tuan Martin sebagai kakeknya sendiri. Begitu juga sebaliknya.

Berkat saran dan roadmap perusahaan yang disusun oleh Rafandra, Grup Darmawan berkembang pesat dalam dua tahun terakhir. Tuan Martin pun menjodohkan Rafandra dengan cucu perempuannya.

Related chapters

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 5

    Karena itu, setiap kali ada keputusan-keputusan salah yang diambil Alan dan keluarganya, Rafandra selalu merasa kasihan pada Tuan Martin. Dia selalu menghela nafas panjang setiap kali hal ini terjadi.Kenangan-kenangan indahnya bersama Tuan Martin selalu muncul saat keluarganya menampilkan perilaku buruk, termasuk yang terjadi kepadanya saat ini.Kringg... kringg...Ponsel Rafandra berdering cukup kencang. Kemudian dia melihat layar ponselnya. Di layar itu tertulis nama Michael Crouch. Dia adalah salah satu pemegang saham yang cukup besar di Grup Darmawan.“Halo, Tuan Rafandra. Aku sudah melaksanakan apa yang Tuan perintahkan. Seluruh jaringan supermarket Leivan akan menampilkan dan mempromosikan produk-produk kecantikan dari perusahaan istri Tuan.”“Terima kasih sudah bekerja keras, Tuan.”“Tidak, Tuan. Bisa mendapatkan perintah dari Tuan adalah pencapaian.”“Tuan Michael terlalu mengada-ngada.”“Hanya saja beberapa produk yang akan dirilis perusahaan istri Tuan belum mendapat izin ed

    Last Updated : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 6

    Mereka bertiga berpelukan bahagia. Itu artinya mereka sudah bisa melaunching dan memasarkan produk mereka secara luas.Rafandra melihat dengan tersenyum, lalu dia mendekati mereka bertiga,“Bukankah kau berjanji akan berlutut di depanku?” ucap Rafandra.Mendengar itu membuat mereka bertiga melepaskan pelukannya masing-masing.Susan dan Lena menatap Rafandra dengan pekat. Mereka sepertinya sedang memikirkan sesuatu.“Aku tidak percaya kau yang melakukannya! Tidak mungkin!” kata Lena.“Pengangguran sepertimu tidak mungkin bisa melakukannya. Aku yakin ini hasil kerja Alex atau Max,” ucap Susan.“Kau benar, Susan. Mereka berjanji akan terus berusaha menyelesaikan hal ini, bukan?” ujar Lena.“Karena itu aku yakin, kau hanya seorang pembual!” kata Susan dengan mendorong dada Rafandra.“Kalian gila jika mempercayainya. Aku sudah bersamanya lebih dari dua tahun. Dia hanyalah pengangguran tak berguna,” sambung Alexa.Rafandra tersenyum.“Aku benar-benar mengenal Tuan Ferdinand,” katanya.“Janga

    Last Updated : 2025-01-28
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 7

    Rafandra menggeleng.“Aku hanya tidak mau banyak orang kehilangan pekerjaan setelah Tuan Martin wafat. Karena itu aku mendirikan perusahaan ini bersama kalian. Aku senang perusahaan ini bisa berkembang pesat.”Saat itu, Alan Darmawan dan anggota keluarga Darmawan lainnya memutuskan untuk menutup pabrik tekstil karena dipandang tidak memberikan keuntungan yang besar.Mereka mengalihkan biaya operasional pabrik tekstil untuk membeli secara langsung kain yang sudah jadi, lalu mereka olah di pabrik garmen milik mereka. Dalam hitungan mereka, hal itu jauh lebih menguntungkan.Saat mendengar keputusan tersebut, dua asisten pribadi Tuan Martin menentang. Mereka adalah Daniel William dan Harry Maruti. Mereka berdebat keras dengan Alan Darmawan hingga membuat mereka dipecat.Mengetahui akan terjadi PHK massal, sekitar lima ribu orang lebih, Rafandra menghubungi Daniel dan Harry satu bulan kemudian. Mereka memang sering bertemu sebelumnya. Harry dan Daniel sering diminta Tuan Martin untuk menem

    Last Updated : 2025-02-01
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 8

    “Awalnya...”Kretek...Terdengar suara pintu depan terbuka. Rafandra dan Anna langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu itu. Terlihat dua orang sedang berjalan masuk dengan senyum mengembang.“Mas Rafandra!” ucap Liam Suryawijaya yang mempercepat jalannya setelah melihat Rafandra, tapi langkahnya tersusul oleh adik perempuannya, Sarah Suryawijaya.Wanita muda itu berlari kencang ke arah Rafandra dan langsung memeluknya.“Ke mana saja kamu, Mas?” tanya Sarah masih memeluknya.“Nanti aku ceritakan.”Liam pun melakukan hal yang sama dengan adiknya. Dia pun memeluk Rafandra dari samping. Mereka bertiga berpelukan cukup lama untuk melampiaskan rasa kangen.Sejak kecil mereka bertiga memang sangat akrab. Mereka lebih mirip saudara kandung daripada saudara sepupu.“Bagaimana kabar kalian?” tanya Rafandra setelah mereka duduk di sampingnya.“Aku baik-baik saja, tapi Mas Liam...”Liam mengusek kepala adiknya.“Aku kurang baik, Mas,” katanya tersenyum.Rafandra melihat ada dua orang lain

    Last Updated : 2025-02-02
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 10

    Tuan Sagal tersenyum kepada semua orang. Dia mengulurkan tangannya menyalami mereka semua.“Perkenalkan aku Luis Sagal. Pengacara Tuan Liam Suryawijaya.”Semua orang masih terperangah, terutama Alexander dan tim legalnya. Bagaimana tidak, mereka semua bekerja di firma hukum milik Tuan Sagal. Pikiran mereka pun melayang ke mana-mana, karena selama ini Luis Sagal tidak pernah menangani kasus lokal secara langsung. Dia hanya menangani kasus internasional.Karena itu mereka bertanya-tanya, siapa orang yang bisa mempekerjakan Luis Sagal sampai menjadi pengacara Liam Suryawijaya. Dia yakin Grup Suryawijaya tidak mungkin mampu membujuk Tuan Sagal untuk menjadi pengacaranya, karena grup-grup yang lebih besar sekalipun tidak pernah berhasil melakukannya.“Eh, aku Alexander dan mereka tim legal kami,” ucap Alexander tergagap-gagap menyambut uluran salam Luis Sagal.“Semoga beruntung,” kata Tuan Sagal dengan meremas tangan Alexander cukup keras sampai membuatnya sedikit meringis.Mereka semua ke

    Last Updated : 2025-02-03
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 11

    Setelah di perjalanan cukup lama, Liam dan Rafandra sampai di rumah. Mereka pun turun dari mobilnya dan masuk ke dalam.Revan tiba-tiba berlari menghampiri Rafandra dan memeluknya. Dia memperlihatkan senyum yang sangat lepas dan senang.“Revan bermain dengan siapa?” tanya Rafandra.Revan mengarahkan jari telunjuknya kepada seorang wanita muda yang sangat cantik. Dia adalah Maria Robetta, sepupu Liam dan Sarah. Ibunya adalah adik mendiang Arnold Suryawijaya.Rafandra tersenyum hangat ke arah Maria. Mereka pun saling berjalan mendekat.“Bagaimana kabarmu, Maria?” tanya Rafandra. “Sudah lama kita tidak bertemu.”“Aku baik. Bagaimana dengan Mas Rafandra?”“Aku juga baik,” jawab Rafandra. “Bagaimana bisa kau bermain-main dengan Anakku?”“Tante Anna yang memanggilku. Dia tahu aku ahli dalam mengurusi anak-anak,” katanya dengan sedikit tertawa.“Semua pengasuh anak profesional aku lihat tidak ada yang bisa mendekati Revan. Karena itu aku memanggil Maria. Kebetulan dia tidak sedang syuting ha

    Last Updated : 2025-02-04
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 12

    “Benar, dia Rafandra, Alexa,” ucap Lena sembari terus menatap Rafandra.Semua orang menatap Rafandra yang sedang berjalan menghampiri Alexa. Dia tersenyum hangat menyapa Alexa, tapi Alexa tetap diam.“Ini untukmu,” kata Rafandra setelah sampai di depan Alexa.Plakk...Dua kantong kertas pemberian Tante Anna jatuh di atas lantai.Rafandra terkejut. Dia menatap Alexa dengan tajam, lalu dia berjongkok untuk mengambil dua kantong kertas tersebut. Dia agak kesusahan melakukannya karena Revan memeluknya dengan kencang.Setelah berhasil mengambilnya, Rafandra memutuskan untuk masuk ke dalam. Dia melakukannya karena mencemaskan Revan yang mulai terlihat ketakutan.Rafandra berjalan tanpa memandang Alexa dan teman-temannya. Lalu tiba-tiba Lena merebut dua kantong kertas dari tangan Rafandra. Dia pun berhenti meminta dua kantong kertas itu dikembalikan, tapi Lena dan Susan tidak mempedulikannya.Tak berselang lama, Annet Wongso, Rose Hart dan Frida Darmawan datang menghampiri Alexa dan teman-te

    Last Updated : 2025-02-05
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 13

    Mereka semua terlihat marah mendengar kata-kata Peter, tapi berusaha menahannya.“Kami tidak menyangka bahwa barang ini asli karena kami mendapatkannya dari seorang pria miskin,” kata Annet.Peter menggeleng.“Aku kira tidak ada orang miskin yang mampu membeli kedua barang mewah ini, bahkan orang kaya seperti kalian pun akan berpikir dua kali untuk membelinya,” ucap Peter.“Sebenarnya keaslian barang bisa dilihat dari kemasannya, Tuan-tuan. Untuk setiap produk kami, kami menggunakan kotak premium agar kalung berlian yang berada di dalam terjaga dengan aman. Para peniru tidak akan mampu menyamai kualitas kemasan produk kami,” sambung tim ahli dari Roberts Diamond.“Kemasan di produk kami juga sama, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya,” giliran tim ahli dari Giorgio Luxury yang berbicara.Alan, Annet dan lainnya terlihat tidak nyaman dengan ucapan Peter dan tim ahli dari dua perusahaan itu. Mereka seakan-akan mengatai mereka tidak mengerti barang mewah, padahal mereka memiliki lini usaha yang b

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 24

    Terjadi kehebohan besar di kediaman Keluarga Darmawan. Alexa menceritakan apa yang dikatakan Rafandra kepadanya.Alan, Annet dan lain sebagainya duduk di ruang tamu kediaman utama, termasuk Wendy Satriawan, nyonya besar Keluarga Darmawan.“Apa yang harus kita lakukan, Pa?” tanya Frida kepada Alan.Alan terdiam tidak mengucapkan apapun.“Sudah kukatakan kalian jangan keterlaluan mengganggunya,” ujar Wendy Satriawan.Alan dan lainnya memandang ke arah wanita yang sudah dipenuhi rambut putih dan keriput.“Apa alasan Mama tidak pernah mengganggunya?” tanya Alan.“Mama menghormati Papamu. Dia sangat memandang tinggi Rafandra, entah karena alasan apa,” jawab Wendy.Alexa menghela nafas.“Sebenarnya apa yang membuat Kakek memandangnya sedemikian tinggi,” ucapnya penasaran.“Yang Nenek tahu, Kakekmu sepanjang hidupnya tidak pernah salah menilai seseorang. Karena itu Nenek tidak pernah merendahkannya seperti kalian, tapi Nenek juga tidak menghalangi kalian melakukannya karena Nenek pun tidak s

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 23

    Daniela dan orang-orangnya terkejut mendengar hal itu.“Kami pemilik baru Golden Acres Corporation,” kata Rafandra.Daniela terus memandang Rafandra. Kepalanya menggeleng kecil setelah mendengar perkataan Rafandra.“Karena itu yang mengajukan penawaran untuk membeli Hotel Golden Acres adalah Golden Acres Corporation, bukan perusahaan lainnya,” ujar Rafandra.“Tuan memang hebat. Dengan menguasai Golden Acres Corporation, andaikan Tuan harus membangun hotel dari awal, tingkat kesuksesannya sangat tinggi,” ucap Daniela. “Meski demikian, kami tidak akan menjual hotel ini dengan harga semurah itu.”Rafandra tersenyum.“Sebenarnya kami belum menyelesaikan tawaran kami. Ada hal lain yang kami masukkan dalam penawaran kami.”“Apa itu?” tanya Daniela.Semua orang menatap Rafandra, termasuk Walter dan Sagal. Rafandra memang sering berimprovisasi saat bernegosiasi dengan perusahaan yang hendak dibelinya.“Kami mengajukan harga tiga ratus juga dollar dan sisa hutang ditanggung bersama, dan kalian

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 22

    Untuk sesaat sempat terjadi kekakuan di antara mereka berdua. Daniela sempat terdiam sembari terus menatap Rafandra.“Silakan duduk, Nona,” kata Rafandra dengan senyum hangat. Dia berusaha mencairkan suasana kembali.Rhonald dan lainnya terkejut melihat kejadian itu.“Apakah kalian saling mengenal?” tanya Rhonald kepada Daniela dan Rafandra.“Kita hanya pernah bertemu,” jawab Daniela cepat.Rafandra mengangguk semberi tersenyum hangat. Mereka duduk berhadapan.“Karena diektur keuangan Grup Santoso sudah hadir, pembicaraan tentang pembelian Hotel Golden Acres sudah bisa dimulai, bukan?” tanya Sagal.“Silakan, Tuan Sagal,” ucap Rhonald.“Klien kami tertarik untuk membeli Hotel Golden Acres dari Grup Santoso. Setelah kami mendapatkan informasi rincinya, Grup Santoso membeli Hotel Golden Acres dengan nilai dua ratus enam puluh juta dollar dengan kesepakatan menanggung hutang-hutang Hotel Golden Acres yang mencapai seratus delapan puluh lima juta dollar. Berdasarkan informasi ini, kami ing

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 21

    Rafandra menganggukkan kepalanya.“Baik,” katanya pelan sembari melihat tangan Daniela yang terus menggenggamnya.“Eh, maaf,” ujar Daniela bergegas melepaskan genggaman tangannya.Dia terlihat malu sampai pipinya memerah.“Halo, Tuan...”“Halo, Tuan Sagal. Aku tidak jadi melaporkannya. Tuan tidak perlu membuat laporan kepada polisi. Tunggu arahanku nanti.”“Baik, Tuan,” jawab Sagal. “Apa yang sebenarnya sedang terjadi, Tuan? Apakah aku harus masuk ke dalam?” tanyanya penasaran.“Tidak perlu. Tuan Sagal tetap di mobil dan tunggu arahanku nanti.”“Baik, Tuan.”Lalu Rafandra memutus teleponnya.“Tolong kalian bawa Revan keluar. Aku tidak mau melihatnya ketakutan,” kata Rafandra pada dua wanita pengasuh anak yang dipekerjakannya. “Revan ikut mereka dulu ya. Papa mau menyelesaikan sesuatu di sini.”Revan pun mengangguk dan menjulurkan tangannya kepada dua wanita itu. Dia pun dibawa pergi keluar dari ruangan itu.“Silakan duduk, Tuan,” ujar Daniela kepada Rafandra.“Apa yang hendak Nona Dan

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 20

    Melihat kehadiran ayahnya, Revan langsung melompat ke pelukan ayahnya.Pasangan suami istri itu kesal mendengar ucapan Rafandra.“Siapa kau?”“Aku Ayahnya.”“Oh, pantas anaknya kurang beradab, ternyata Ayahnya juga sama,” kata sang istri sambil memandang pakaian Rafandra dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.Rafandra memang selalu mengenakan setelan jas yang tidak murah, tapi juga tidak terlalu mahal.“Apa maksudmu?”“Suamiku kau lihat pakaiannya. Dia mengenakan setelan jas Don Blanca,” kata sang istri.“Kau benar. Hahaha...”Sang suami tertawa terbahak-bahak cukup lama.Walter terlihat sangat kesal. Dia tidak terima tuannya diperlakukan seperti ini, tapi Rafandra mencegahnya.“Apa yang salah dengan Don Blanca. Bukankah itu nyaman dan bagus.”“Memang, tapi itu menunjukkan level kekayaanmu belum setara dengan orang-orang yang menyekolahkan anaknya di sini. Jika belum mampu, jangan berlagak!” kata sang istri.“Heh,” Rafandra meringis sambil menggeleng. “Tidak di Loven, tidak di Wollon

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 19

    Rafandra terus menatap Stefan dan Aranda. Dia menatap mereka dengan senyum mengembang ramah.“Aku tidak sedang bercanda. Aku bisa membuat surat pengangkatan sekarang juga, tanpa harus menunggu lama,” ujar Rafandra.Tiba-tiba Stefan memajukan tubuhnya.“Kau pasti menipu kami lagi,” katanya.Rafandra tersenyum.“Tuan Sagal. Buatkan surat pengangkatan Aranda Acres menjadi CEO Golden Acres sekarang juga.”“Baik, Tuan.”Sagal langsung mengeluarkan laptopnya dan mulai mengetik. Tak berselang lama, surat yang dibuat Sagal selesai.“Boleh aku pinjam printer di sini?” tanya Sagal.“Silakan,” jawab Stefan.Sagal menghubungkan laptopnya dengan printer tersebut, lalu mencetak surat pengangkatan yang baru saja dibuatnya.“Ini Tuan.”Sagal menyerahkan selembar kertas dengan logo Safty Enterprise, perusahaan induk milik Rafandra yang membawahi banyak perusahaan.Nama perusahaan ini memang tidak dikenal banyak orang karena tidak pernah menampakkan diri. Setiap kali membuat dan membeli perusahaan lain

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 18

    Waktu berjalan dengan cepat. Rafandra dan Ian sedang berada dalam perjalanan menuju Kota Wollong. Rafandra dan Revan duduk di belakang, sementara Ian dan supirnya duduk di depan.Mereka berangkat dari hotel jam tujuh malam setelah Rafandra bertemu dengan Daniel dan Harry. Rafandra memberikan kunci rumah tempat mereka biasa berkumpul dulu. Dia meminta mereka untuk membersihakan rumah dan mencari pengurus anak profesional yang dapat dipercaya.“Kita sampai di Hotel Golden Acres, Tuan,” kata Ian.“Kita menginap di sini.”“Baik, Tuan.”Ian menyuruh supirnya menepi. Dia pun bergegas turun memasuki hotel untuk menanyakan ketersediaan kamar.Rafandra pun membuka pintu mobilnya dan turun. Dia melihat Ian sedang berbincang-bincang dengan resepsionis hotel.Rafandra sengaja menginap di Hotel Golden Acres untuk melihat potensi yang dimiliki hotel. Dia tahu bahwa hotel ini telah dijual, tapi dia cukup tertarik untuk membeli kembali hotel-hotel yang dikelola Golden Acres.Menurut laporan yang masu

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 17

    “Mengambil alih perusahaan yang akan atau sudah pailit, lalu melakukan misi penyelamatan,” jawab Sagal.“Apa nanti perusahaan tersebut akan dijual?” tanya Ian Fins lagi.“Tidak, karena tujuan Tuan Rafandra melakukannya untuk menyelamatkan para pekerja dari PHK.”Ian terkejut mendengar ucapan Sagal.“Pola seperti itu tidak akan bertahan lama jika tidak menghasilkan keuntungan,” ucap Ian.“Aku tahu, tapi sampai sekarang semua perusahaan yang diambil alih bisa disehatkan dan berkembang semakin besar berkat kemampuan Tuan Rafandra.”Ian memandang Rafandra cukup lama. Dia berharap Rafandra sendiri yang menceritakannya.“Aku memulai proyek ini sekitar lima tahun yang lalu. Tapi dua setengah tahun terakhir aku memutuskan berhenti untuk fokus mengurus anakku. Sekarang aku ingin kembali melakukannya,” ucap Rafandra.“Aku belum bisa memutuskan untuk bergabung atau tidak, karena aku belum melihat bukti nyata dari proyek Tuan Rafandra.”“Selama dua tahunan, aku telah mengambil alih enam perusaha

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 16

    “Apa yang sedang kalian lakukan?!” tanya Ian Fins. “Lepaskan tangan kalian dari tubuh Tuan Rafandra!”Dua orang pengacara yang memegang tubuh Rafandra bergegas melepaskannya.“Mohon maaf, Tuan Ian. Apakah Tuan...”“Benar. Aku kuasa hukum Tuan Rafandra. Apakah Tuan Jeremy punya tuntutan hukum terhadap klienku?”“Benar. Kami sudah menyerahkannya jam delapan malam tadi. Sekarang kami sedang mengantar Nona Pauline untuk memberi keterangan.”“Semuanya sudah beres. Menurut kepala polisi bukti-bukti yang dikumpulkan tidak kuat. Jika boleh tahu, apa Tuan Jeremy membawa bukti materil untuk menuntut klien kami?”“Eh, tentu ada. Tapi aku tidak bisa memperlihatkannya kepada Tuan Ian.”“Apakah bukti itu baru akan diserahkan atau sudah diserahkan?”“Baru akan diserahkan?”Ian Fins menganggukkan kepalanya.“Lalu apa yang menjadi dasar para polisi itu membawa Tuan Rafandra ke kantor polisi jika bukti-buktinya belum mereka terima?”“Kami memang mengajukan hal itu agar tersangka tidak melarikan diri.”

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status