Share

Bab 3

Author: Afzah Nujati
last update Last Updated: 2025-01-20 06:19:00

Rafandra terkejut mendengar suara itu. Dia langsung berdiri mendorong pintu tersebut dan melihat seorang berbadan tegap berjalan menjauh.

“Tuan, Tunggu!” seru Rafandra. “Siapa nama Tuan?!” teriaknya keras.

Pria berbadan tegap itu hanya mengangkat tangannya tanpa membalikkan badannya. Dia terus berjalan menjauh.

Melihat pria tersebut tidak berminat memberikan namanya, Rafandra tersenyum sembari berucap dengan keras:

“Terima kasih, Tuan!”

Setelah keluar dari ruangan itu, Rafandra melihat jam tangannya. Sudah hampir setengah jam dia berada di ruangan tersebut. Lalu dia berjalan ke tempat parkir khusus motor dan mengambil motornya. Dia pun memutuskan untuk pulang ke rumah.

Dalam perjalanan pulang, Rafandra terus memikirkan istrinya, Alexa. Usia pernikahan mereka sudah hampir tiga tahun lamanya, tepatnya dua tahun enam bulan. Tapi hubungan mereka sangat dingin setelah Tuan Martin meninggal.

Tak berselang lama, Rafandra sampai di rumahnya. Rumah yang sangat besar dan megah. Dia dan Alexa tinggal di bagian samping rumah Keluarga Darmawan.

Rumah itu memiliki tiga bagian. Bagian tengah dihuni kepala keluarga Darmawan dan nyonya besar, Wendy Satriawan, istri mendiang Tuan Martin Darmawan.

Setelah Tuan Martin meninggal, ayah Alexa, Alan Darmawan dan istrinya, Anett Wongso menghuni rumah bagian tengah bersama ibunya.

Sementara bagian samping, baik sebelah kanan dan kiri bangunan utama, ditempati oleh anak-anak Alan Darmawan dan keponakannya, termasuk Alexa dan Rafandra.

Rafandra menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Berkali-kali dia menghela nafas dalam-dalam. Wajah kecewa Alexa begitu jelas terekam di kepalanya. Meski hubungan mereka tidak layaknya suami istri, Rafandra menyayangi Alexa dengan tulus.

Kriing... kriing...

Ponsel Rafandra berbunyi cukup keras. Dia mengambil ponselnya dan melihat layarnya. Tidak ada nama, hanya nomor yang tidak dikenalnya. Rafandra meletakkan kembali ponselnya. Dia tidak tertarik untuk mengangkat telepon tersebut.

Krriingg... kriingg...

Ponselnya kembali berbunyi berulang kali. Karena merasa sangat mengganggu, Rafandra mengangkat telepon tersebut.

“Jangan gang...”

“Hallo, Rafandra?” ucap seorang wanita di telepon tersebut.

Rafandra terdiam. Dia berusaha mengenali suara wanita tersebut.

“Hallo, Rafandra? Ini Tante Anna.”

“Tante Anna?”

Rafandra bergegas bangun dari tempat tidurnya dan duduk.

“Betul. Bagaimana kabarmu?”

“Baik, Tante. Tante sendiri bagaimana?”

“Tante baik-baik saja, tapi Papamu tidak. Dia sedang sakit dan terus memanggil-manggil namamu.”

“Papa sakit?!”

Rafandra terkejut. Kabar itu membuatnya berdiri seketika.

“Iya, kau harus segera pulang. Di mana kau sekarang?”

“Aku di Kota Woodpool, Tante,” jawab Rafandra berbohong.

“Kau harus segera kembali!”

“Baik, Tante. Papa dirawat di rumah sakit mana?”

“Pokoknya kau harus segera kembali!”

Lalu Tante Anna menutup teleponnya.

“Tante?! Tante?!”

Rafandra mendesah. Dia teringat pada ayahnya yang sangat menyayanginya.

Lalu dia menekan tombol call untuk menelepon balik Tante Anna. Dia butuh informasi yang lebih jelas, tapi Tante Anna tidak menjawab teleponnya.

“Aku harus pulang,” gumam Rafandra pelan.

Jarak antara Kota Loven dan Kota Blackward cukup jauh, sekitar dua jam menggunakan pesawat.

Sudah empat tahun lebih Rafandra tidak bertemu dengan ayahnya. Dia mengganti nomor ponsel dan lain sebagainya. Karena itu dia heran bagaimana Tante Anna bisa mengetahui nomornya.

Saat ini Rafandra sedang menunggu kepulangan istrinya. Dia ingin meminta izin untuk pergi ke luar kota beberapa hari.

Setelah siang datang, terdengar suara bising pintu mobil yang ditutup keras. Rafandra mengintip dari jendela depan. Dia melihat semua mobil keluarga Darmawan berbaris rapi di depan, termasuk mobil istrinya.

Kretek...

Pintu depan terbuka. Alexa masuk ke dalam dengan memegangi lehernya.

Rafandra mendekati Alexa dengan senyum hangat.

“Maafkan...”

“Ini tasmu. Kau melupakannya di mobilku.”

Tiba-tiba seorang pria tampan masuk ke dalam membawa tas. Dia adalah Alex Gunawan.

Melihat kehadiran Alex di rumahnya, membuat Rafandra menghentikan kata-katanya. Dia sangat terkejut sampai membuatnya diam beribu bahasa.

“Kenapa kau diam? Buatkan teh atau kopi untuk Tuan Alex,” ucap Alexa dengan tatapan tajam.

Rafandra tertegun diam. Dia terus memandang Alexa.

“Apa kau tuli?!”

Tiba-tiba Tuan Alan Darmawan, kepala keluarga Darmawan saat ini masuk ke rumah Alexa.

“Cepat kau buatkan kopi untuk Tuan Alex!” perintah Alan.

Lalu Alan duduk di sofa merah yang panjang sembari tersenyum ke arah Alex Gunawan.

“Silakan duduk,” ucap Alan ramah.

“Terima kasih, Om Alan.”

Alex duduk tidak jauh dari Alan.

“Kau duduk di sini,” kata Alan kepada Alexa.

Dia sengaja mengosongkan sofa tengah di antara dirinya dan Alex.

Alexa berjalan di depan Rafandra untuk duduk di sofa yang disediakan ayahnya. Saat melintasi Rafandra dia berkata dengan mata memicing:

“Cepat kau buatkan kopi. Sudah cukup kau permalukan aku di acara pembukaan perusahaan! Jangan lagi kau permalukan aku di rumahku sendiri!” ucapnya langsung di telinga Rafandra dengan pelan tapi tegas.

Dia pun mendorong tubuh Rafandra dengan tangan kanannya untuk memperlebar ruangnya berjalan menuju sofa itu.

Rafandra membalikkan tubuhnya dan pergi ke dapur. Wajahnya memerah karena marah. Setelah kematian Tuan Martin, tidak seorang pun yang memperlakukannya dengan baik.

Satu-satunya orang yang tidak pernah menghina, merendahkan dan memerintahnya adalah Nyonya Wendy Satriawan. Meski demikian, dia juga tidak pernah membelanya saat direndahkan dan dipermalukan oleh anak dan cucu-cucunya.

Rafandra berjalan menuju ke dapur rumahnya. Dia berkali-kali menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.

Selama menjalin hubungan dekat dengan Tuan Martin, ada satu hal yang semula dia syukuri, lalu disesalinya, yaitu janjinya untuk menjalin pernikahan dengan Alexa. Rafandra memang menyayangi Alexa sejak pertama kali melihatnya.

Karena itu dia senang menerima perjodohannya dengan Alexa. Namun, perlahan-lahan semuanya mengarah pada jalan yang salah.

Saat Tuan Martin masih hidup, Alexa memperlakukannya dengan sangat lembut dan mesra. Perlakuan itu berlangsung selama lima bulan lamanya.

Saat itu Rafandra hidup sangat bahagia. Dia tidak lagi memikirkan hal lain selain ingin membahagiakan Alexa seumur hidupnya.

Karena itu, saat Tuan Martin berada di ujung usianya, dia meminta Rafandra untuk berjanji agar terus menjalani rumah tangga dengan Alexa sampai tiga tahun. Setelah itu Rafandra bebas untuk memutuskan hidupnya.

Rafandra langsung setuju dengan permintaan Tuan Martin, tanpa berpikir panjang. Saat itu dia bahkan bercita-cita untuk menghabiskan seluruh hidupnya dengan Alexa.

Namun, setelah Tuan Martin meninggal, perlakuan Alexa berubah seratus delapan puluh derajat. Dia mengusir Rafandra dari kamarnya dan tidak pernah lagi tersenyum kepadanya. Bahkan dia pernah mengatakan bahwa selama ini dia menahan rasa jijik yang sangat setiap kali Rafandra menyentuhnya.

“Rafandra!!! Urus anakmu!!!” tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita sangat keras dari depan.

Rafandra mendengar suara tangis anak kecil yang sangat keras di ruang tamu. Dia pun melihat jam tangannya.

“Sudah waktunya Revan pulang. Kenapa aku melupakannya.”

Rafandra bergegas berlari ke depan sembari menggelengkan kepalanya beberapa kali karena menyesal. Di ruang tamu dia melihat anak kecil berusia satu tahun delapan bulan menangis keras.

“Lain kali jangan lupa menjemput anakmu sendiri!” hardik Frida Darmawan, anak tertua Alan Darmawan.

Related chapters

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 4

    Rafandra duduk setengah berjongkok untuk menggendong anaknya. Setiap hari dia memang bertugas mengantar jemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray. Salah satu sekolah balita terbaik di Kota Loven.Khusus hari Senin, Rabu dan Jum’at pihak sekolah mengadakan layanan penjemputan. Di hari-hari itu pula Rafandra bisa tidur agak lama karena pihak sekolah melakukan penjemputan sebelum Alexa berangkat bekerja.“Maaf, aku lupa,” kata Rafandra.“Kau memang tidak berguna!” ucap Alan.“Bawa Revan masuk. Aku bosan mendengar suara tangisnya,” ujar Frida.Rafandra terlihat sangat marah. Dia langsung berbalik badan agar ekspresi wajahnya tidak terlihat oleh mereka. Dia bisa menahan hinaan apa pun, tapi jika sudah berkenaan dengan anaknya, dia merasa sangat tersinggung.Rafandra membawa anaknya ke ruang bermain yang sangat besar. Tangis Revan langsung berhenti setelah berada di pelukan Rafandra.“Revan di sini dulu ya? Papa ke dapur sebentar,” ucap Rafandra dengan berjongkok di depannya.Revan mengan

    Last Updated : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 5

    “Eh, Revan.”Rafandra bergegas mendekati anaknya dan menggendongnya dengan senyum lucu.“Revan mencari Papa ya?”Anak laki-laki kecil itu mengangguk dengan polosnya. Inilah salah satu alasan yang membuatnya terus bertahan selain janjinya kepada Tuan Martin.Lalu terdengar suara mobil yang pergi meninggalkan rumah ini. Rafandra pun berjalan ke ruang tamu sambil menggendong Revan. Belum sampai di ruang tamu, dia mendengar perbincangan Alan, Frida dan Alexa.“Enam bulan lagi kau bisa menceraikan laki-laki tidak berguna itu,” kata Frida Darmawan. “Setelah itu kau bebas menikah dengan siapa saja.”Alan mendesah.“Andai Kakekmu tidak memaksaku menandatangani surat perjanjian itu, aku sudah mengusir Rafandra dari rumah ini,” ucapnya.Alexa terlihat menganggukkan kepalanya.“Siapa yang akan kau pilih di antara mereka berdua?” tanya Frida kepada Alexa.“Menurut Papa, Alex jauh lebih kaya dan tampan, tapi jika kau memilih Max, Papa juga tidak keberatan.”“Aku sependapat dengan Papa,” sambung Fr

    Last Updated : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 1

    Hari ini adalah hari pembukaan perusahaan kosmetik milik istrinya, Alexa Darmawan.Rafandra Sanjaya terbangun dari tidurnya dengan terburu-buru. Dia bergegas melihat jamnya, lalu menepuk kepalanya sendiri.“Aku terlambat.”Dia langsung mencuci mukanya dan memakai pakaian seadanya. Karena waktu yang terbatas, dia tidak sempat memilih pakaian terbaik yang dimilikinya.Rafandra Sanjaya menaiki motornya yang terlihat kusam belum dicuci. Berulang kali dia melihat jam di tangannya.Setelah dua puluh menit perjalanan, dia sampai di sebuah gedung yang tidak tinggi, tapi mewah dan elegan. Desain bangunannya menggambarkan dengan jelas bahwa gedung ini adalah perusahaan kosmetik yang dikelola anak muda.Banyak karangan bunga ucapan selamat berukuran besar berbaris di depan perusahaan baru ini. Semuanya menuliskan nama Alexa Darmawan dan nama perusahaannya, Alexa Kreasi Cantika.Perusahaan kosmetik ini didanai oleh PT. Darmawan Cosmetics International, salah satu perusahaan di bawah Grup Darmawan

    Last Updated : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 2

    “Tuan telah menyelamatkan nyawaku. Uang ini bukanlah apa-apa dibandingkan kebaikan Tuan.”Selama dua bulan lebih Rafandra berada di rumah sakit menjalani perawatan intensif dan terapi tulang agar bisa kembali berjalan. Selama itu pula Tuan Martin selalu meluangkan waktu menjenguknya, meski tidak setiap hari.Pada bulan pertama, Rafandra hanya terbaring di atas ranjang rumah sakit tanpa bisa melakukan apa-apa, dan Tuan Martin adalah satu-satunya orang yang terus mendukungnya dan membiayai seluruh pengobatannya. Kebaikan ini yang membuat Rafandra tidak berpikir dua kali untuk memberikan uangnya.Karena Tuan Martin terus menolak, Rafandra menggunakan titik lemah Tuan Martin, yaitu para pekerja. Rafandra mengatakan bahwa uang ini bisa menghindarkan para pekerja dari pemecatan. Jika perusahaan miliknya bangkrut, maka para pekerjalah yang menjadi korban. Baru setelah itu Tuan Martin mau menerimanya, tapi menganggapnya sebagai hutang yang harus dibayar.Ingatan tentang Tuan Martin selalu mun

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 5

    “Eh, Revan.”Rafandra bergegas mendekati anaknya dan menggendongnya dengan senyum lucu.“Revan mencari Papa ya?”Anak laki-laki kecil itu mengangguk dengan polosnya. Inilah salah satu alasan yang membuatnya terus bertahan selain janjinya kepada Tuan Martin.Lalu terdengar suara mobil yang pergi meninggalkan rumah ini. Rafandra pun berjalan ke ruang tamu sambil menggendong Revan. Belum sampai di ruang tamu, dia mendengar perbincangan Alan, Frida dan Alexa.“Enam bulan lagi kau bisa menceraikan laki-laki tidak berguna itu,” kata Frida Darmawan. “Setelah itu kau bebas menikah dengan siapa saja.”Alan mendesah.“Andai Kakekmu tidak memaksaku menandatangani surat perjanjian itu, aku sudah mengusir Rafandra dari rumah ini,” ucapnya.Alexa terlihat menganggukkan kepalanya.“Siapa yang akan kau pilih di antara mereka berdua?” tanya Frida kepada Alexa.“Menurut Papa, Alex jauh lebih kaya dan tampan, tapi jika kau memilih Max, Papa juga tidak keberatan.”“Aku sependapat dengan Papa,” sambung Fr

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 4

    Rafandra duduk setengah berjongkok untuk menggendong anaknya. Setiap hari dia memang bertugas mengantar jemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray. Salah satu sekolah balita terbaik di Kota Loven.Khusus hari Senin, Rabu dan Jum’at pihak sekolah mengadakan layanan penjemputan. Di hari-hari itu pula Rafandra bisa tidur agak lama karena pihak sekolah melakukan penjemputan sebelum Alexa berangkat bekerja.“Maaf, aku lupa,” kata Rafandra.“Kau memang tidak berguna!” ucap Alan.“Bawa Revan masuk. Aku bosan mendengar suara tangisnya,” ujar Frida.Rafandra terlihat sangat marah. Dia langsung berbalik badan agar ekspresi wajahnya tidak terlihat oleh mereka. Dia bisa menahan hinaan apa pun, tapi jika sudah berkenaan dengan anaknya, dia merasa sangat tersinggung.Rafandra membawa anaknya ke ruang bermain yang sangat besar. Tangis Revan langsung berhenti setelah berada di pelukan Rafandra.“Revan di sini dulu ya? Papa ke dapur sebentar,” ucap Rafandra dengan berjongkok di depannya.Revan mengan

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 3

    Rafandra terkejut mendengar suara itu. Dia langsung berdiri mendorong pintu tersebut dan melihat seorang berbadan tegap berjalan menjauh.“Tuan, Tunggu!” seru Rafandra. “Siapa nama Tuan?!” teriaknya keras.Pria berbadan tegap itu hanya mengangkat tangannya tanpa membalikkan badannya. Dia terus berjalan menjauh.Melihat pria tersebut tidak berminat memberikan namanya, Rafandra tersenyum sembari berucap dengan keras:“Terima kasih, Tuan!”Setelah keluar dari ruangan itu, Rafandra melihat jam tangannya. Sudah hampir setengah jam dia berada di ruangan tersebut. Lalu dia berjalan ke tempat parkir khusus motor dan mengambil motornya. Dia pun memutuskan untuk pulang ke rumah.Dalam perjalanan pulang, Rafandra terus memikirkan istrinya, Alexa. Usia pernikahan mereka sudah hampir tiga tahun lamanya, tepatnya dua tahun enam bulan. Tapi hubungan mereka sangat dingin setelah Tuan Martin meninggal.Tak berselang lama, Rafandra sampai di rumahnya. Rumah yang sangat besar dan megah. Dia dan Alexa ti

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 2

    “Tuan telah menyelamatkan nyawaku. Uang ini bukanlah apa-apa dibandingkan kebaikan Tuan.”Selama dua bulan lebih Rafandra berada di rumah sakit menjalani perawatan intensif dan terapi tulang agar bisa kembali berjalan. Selama itu pula Tuan Martin selalu meluangkan waktu menjenguknya, meski tidak setiap hari.Pada bulan pertama, Rafandra hanya terbaring di atas ranjang rumah sakit tanpa bisa melakukan apa-apa, dan Tuan Martin adalah satu-satunya orang yang terus mendukungnya dan membiayai seluruh pengobatannya. Kebaikan ini yang membuat Rafandra tidak berpikir dua kali untuk memberikan uangnya.Karena Tuan Martin terus menolak, Rafandra menggunakan titik lemah Tuan Martin, yaitu para pekerja. Rafandra mengatakan bahwa uang ini bisa menghindarkan para pekerja dari pemecatan. Jika perusahaan miliknya bangkrut, maka para pekerjalah yang menjadi korban. Baru setelah itu Tuan Martin mau menerimanya, tapi menganggapnya sebagai hutang yang harus dibayar.Ingatan tentang Tuan Martin selalu mun

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 1

    Hari ini adalah hari pembukaan perusahaan kosmetik milik istrinya, Alexa Darmawan.Rafandra Sanjaya terbangun dari tidurnya dengan terburu-buru. Dia bergegas melihat jamnya, lalu menepuk kepalanya sendiri.“Aku terlambat.”Dia langsung mencuci mukanya dan memakai pakaian seadanya. Karena waktu yang terbatas, dia tidak sempat memilih pakaian terbaik yang dimilikinya.Rafandra Sanjaya menaiki motornya yang terlihat kusam belum dicuci. Berulang kali dia melihat jam di tangannya.Setelah dua puluh menit perjalanan, dia sampai di sebuah gedung yang tidak tinggi, tapi mewah dan elegan. Desain bangunannya menggambarkan dengan jelas bahwa gedung ini adalah perusahaan kosmetik yang dikelola anak muda.Banyak karangan bunga ucapan selamat berukuran besar berbaris di depan perusahaan baru ini. Semuanya menuliskan nama Alexa Darmawan dan nama perusahaannya, Alexa Kreasi Cantika.Perusahaan kosmetik ini didanai oleh PT. Darmawan Cosmetics International, salah satu perusahaan di bawah Grup Darmawan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status