Share

Bab 3

Penulis: Afzah Nujati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-20 06:19:00

Setelah berucap dengan nada tinggi dan kasar, Anett kembali tersenyum kepada para tamu undangan.

“Maaf atas pemandangan tak mengenakkan ini,” katanya lembut, tapi para tamu undangan masih berbisik-bisik satu sama lain.

Kemudian Alex Gunawan berdiri di samping Anett Wongso.

“Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, acara segera dimulai. Sebaiknya kita kembali ke dalam. Kalian tak perlu memikirkan orang ini, biar satpam yang mengurusnya,” ucapnya dengan lugas. “Aku akan memberikan kartu keanggotaan VIP bagi orang yang tetap tinggal sampai acara pembukaan selesai. Dengan kartu itu, kalian akan diberi akses kemewahan tiada batas di seluruh jaringan hotel nilik Grup Gunawan.”

Mendengar tawaran dari Alex, membuat semua orang kembali masuk ke dalam. Kartu VIP hotel Grup Gunawan memiliki keistimewaan yang luar biasa. Orang yang memilikinya akan mendapatkan pelayanan dan akses kemewahan lebih baik dari pelanggan biasa.

“Terima kasih, Tuan Alex,” ucap Annet dengan tersenyum hangat.

“Tidak apa-apa, Tante. Itu bukan masalah besar bagiku.”

“Sayang kau tidak jadi menantuku,” kata Annet.

Alex tersenyum sembari memegang tangan Annet.

“Peluang selalu ada, Tante. Asalkan Tante memberi restu, aku bisa menjadi menantu Tante.”

Annet tersenyum.

“Itu sudah pasti. Kau tahu sendiri, aku sudah memberi restuku padamu dari dulu. Gara-gara laki-laki sialan ini semuanya kacau,” ucapnya sambil memandang Rafandra yang sedang dipegangi para satpam.

Alex menatap Rafandra yang masih memandang pintu masuk perusahaan. Dia ingin sekali masuk ke dalam untuk menjelaskan semuanya pada istrinya.

“Kenapa kalian masih di sini. Bawa dia pergi sekarang!” perintah Alex.

“Baik, Tuan.”

“Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri,” ucap Rafandra.

Dia berjalan menjauhi pintu masuk perusahaan menuju tempat parkir. Sepanjang jalan dia berkali-kali mendesah dan menghela nafas dalam-dalam.

Beberapa saat kemudian, dia sampai di parkiran motor. Rafandra duduk di atas motornya terdiam. Dia kembali mengingat perlakuan buruk orang-orang Keluarga Darmawan kepadanya. Entah sudah berapa kali dia mengalami hal tidak menyenangkan seperti ini.

Bahkan saat dia mengalami kecelakaan mobil satu tahun yang lalu, tidak ada seorang pun yang menjenguk apalagi mengurusnya, termasuk Alexa. Mereka malah dengan semena-mena menyalahkan Rafandra yang telah menghancurkan mobil keluarga dan menuntut ganti rugi kepadanya.

Saat itu Rafandra harus terbaring di rumah sakit hampir satu minggu lamanya. Dia mengalami patah kaki kiri yang cukup parah. Sejak saat itu, Rafandra tidak diperbolehkan menaiki mobil Keluarga Darmawan lagi, bahkan sebagai penumpang. Dia pun harus membayar seluruh kerusakan mobil yang dikendarainya.

Setelah cukup lama melamun, Rafandra menyalakan motornya. Dia memilih pulang ke rumah daripada tetap berada di sini. Dalam perjalanan pulang, Rafandra terus memikirkan istrinya, Alexa. Usia pernikahan mereka sudah hampir tiga tahun lamanya, tepatnya dua tahun enam bulan. Tapi hubungan mereka sangat dingin setelah Tuan Martin meninggal.

Setelah dua puluh menit perjalanan, Rafandra sampai di rumahnya. Rumah yang sangat besar dan megah. Dia dan Alexa tinggal di bagian samping rumah Keluarga Darmawan.

Rumah itu memiliki tiga bagian. Bagian tengah dihuni kepala keluarga Darmawan dan nyonya besar, Wendy Satriawan, istri mendiang Tuan Martin Darmawan.

Setelah Tuan Martin meninggal, ayah Alexa, Alan Darmawan dan istrinya, Anett Wongso menghuni rumah bagian tengah bersama ibunya.

Sementara bagian samping, baik sebelah kanan dan kiri bangunan utama, ditempati oleh anak-anak Alan Darmawan dan keponakannya, termasuk Alexa dan Rafandra.

Rafandra menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Berkali-kali dia menghela nafas dalam-dalam. Wajah kecewa Alexa begitu jelas terekam di kepalanya. Meski hubungan mereka tidak layaknya suami istri, Rafandra menyayangi Alexa dengan tulus.

Kriing... kriing...

Ponsel Rafandra berbunyi cukup keras. Dia mengambil ponselnya dan melihat layarnya. Tidak ada nama, hanya nomor yang tidak dikenalnya. Rafandra meletakkan kembali ponselnya. Dia tidak tertarik untuk mengangkat telepon tersebut.

Krriingg... kriingg...

Ponselnya kembali berbunyi berulang kali. Karena merasa sangat mengganggu, Rafandra mengangkat telepon tersebut.

“Jangan gang...”

“Halo, Rafandra?” ucap seorang wanita di telepon tersebut.

Rafandra terdiam. Dia berusaha mengenali suara wanita tersebut.

“Halo, Rafandra? Ini Tante Anna.”

“Tante Anna?”

Rafandra bergegas bangun dari tempat tidurnya dan duduk.

“Betul. Bagaimana kabarmu?”

“Baik, Tante. Tante sendiri bagaimana?”

“Tante baik-baik saja, tapi perusahaan Tante tidak.”

“Kenapa, Tante?!” tanya Rafandra terkejut. Kabar itu membuatnya berdiri seketika.

“Di mana kau sekarang? Kurang nyaman menjelaskannya di telepon.”

“Aku di Kota Woodpool, Tante,” jawab Rafandra berbohong.

“Tante butuh bantuanmu, Rafandra. Bisakah kau segera kemari.”

“Baik, Tante. Besok aku segera berangkat ke sana.”

“Kenapa tidak hari ini?”

“Ada sesuatu yang harus aku urus.”

“Baiklah. Kau harus segera kemari. Jika tidak perusahaan Tante akan terkena masalah besar.”

“Baik, Tante. Aku janji.”

“Baik. Tante tunggu kedatanganmu.”

Lalu Tante Anna menutup teleponnya.

Jarak antara Kota Loven dan Kota Blackward cukup jauh, sekitar dua jam menggunakan pesawat. Tante Anna tinggal di Kota Blackward, kota terbesar kedua di Republik Worthen.

Rafandra terus menatap ponselnya. Dia heran bagaimana Tante Anna bisa mendapatkan nomornya. Setelah keluar dari Keluarga Sanjaya, Rafandra mengganti semua nomor teleponnya.

Setelah siang datang, terdengar suara bising pintu mobil yang ditutup keras. Rafandra mengintip dari jendela depan. Dia melihat semua mobil keluarga Darmawan berbaris rapi di depan, termasuk mobil istrinya.

Kretek...

Pintu depan terbuka. Alexa, Susan dan Lena masuk ke dalam dengan wajah murung.

Rafandra mendekati Alexa sambil membawakan minum.

“Maafkan...”

“Ini tasmu. Kau melupakannya di mobilku.”

Tiba-tiba seorang pria tampan masuk ke dalam membawa tas. Dia adalah Alex Gunawan.

Melihat kehadiran Alex di rumahnya, membuat Rafandra menghentikan langkah kakinya. Dia sangat terkejut sampai membuatnya diam beribu bahasa.

“Kenapa kau diam? Buatkan teh atau kopi untuk Tuan Alex,” ucap Alexa setelah mengambil air putih dingin dari tangan Rafandra.

Rafandra tertegun diam. Dia terus memandang Alexa.

“Apa kau tuli?!”

Tiba-tiba Tuan Alan Darmawan, kepala keluarga Darmawan saat ini masuk ke rumah Alexa.

“Cepat kau buatkan kopi untuk Tuan Alex!” perintah Alan.

Lalu Alan duduk di sofa merah yang panjang sembari tersenyum ke arah Alex Gunawan.

“Silakan duduk,” ucap Alan ramah.

“Terima kasih, Om Alan.”

Alex duduk tidak jauh dari Alan.

“Kau duduk di sini,” kata Alan kepada Alexa.

Dia sengaja mengosongkan sofa tengah di antara dirinya dan Alex.

Alexa berjalan di depan Rafandra untuk duduk di sofa yang disediakan ayahnya. Saat melintasi Rafandra dia berkata dengan mata memicing:

“Cepat kau buatkan kopi. Sudah cukup kau permalukan aku di acara pembukaan perusahaan! Jangan lagi kau permalukan aku di rumahku sendiri!” ucapnya langsung di telinga Rafandra. “Kau tidak tahu hari buruk apa yang telah kulalui.”

Dia pun mendorong tubuh Rafandra dengan tangan kanannya untuk memperlebar ruangnya berjalan menuju sofa itu.

“Hari buruk apa yang telah kau lalui?” tanya Rafandra penasaran.

“Tak ada gunanya kau tahu,” ucap Susan.

“Bahkan Tuan Alex tidak bisa menyelesaikannya, apalagi pengangguran sepertimu,” sambung Lena.

“Mungkin aku bisa membantu,” kata Rafandra.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 4

    “Kau jangan mengada-ada. Kau bahkan tidak bisa mencari uang satu dollar pun jika Alexa tidak memberimu,” ejek Susan.“Sudah! Cepat buatkan kopi! Tidak ada gunanya juga kau mengetahuinya!” ucap Alexa keras.“Aku hanya ingin membantu.”“Heh,” Alan Darmawan menyeringai. “Apa yang bisa dilakukan pengangguran sepertimu?!”“Pergi sana!” dorong Lena pada Rafandra.Rafandra terdorong beberapa langkah ke belakang. Dia pun membalikkan tubuhnya dan pergi ke dapur. Wajahnya memerah karena marah, padahal dia hanya ingin membantu.Setelah kematian Tuan Martin, tidak seorang pun yang memperlakukannya dengan baik. Satu-satunya orang yang tidak pernah menghina, merendahkan dan memerintahnya adalah Nyonya Wendy Satriawan. Meski demikian, dia juga tidak pernah membelanya saat direndahkan dan dipermalukan oleh anak dan cucu-cucunya.Rafandra berjalan menuju ke dapur rumahnya. Dia berkali-kali menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.Selama menjalin hubungan dekat dengan Tuan Martin, ada satu hal yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 5

    Karena itu, setiap kali ada keputusan-keputusan salah yang diambil Alan dan keluarganya, Rafandra selalu merasa kasihan pada Tuan Martin. Dia selalu menghela nafas panjang setiap kali hal ini terjadi.Kenangan-kenangan indahnya bersama Tuan Martin selalu muncul saat keluarganya menampilkan perilaku buruk, termasuk yang terjadi kepadanya saat ini.Kringg... kringg...Ponsel Rafandra berdering cukup kencang. Kemudian dia melihat layar ponselnya. Di layar itu tertulis nama Michael Crouch. Dia adalah salah satu pemegang saham yang cukup besar di Grup Darmawan.“Halo, Tuan Rafandra. Aku sudah melaksanakan apa yang Tuan perintahkan. Seluruh jaringan supermarket Leivan akan menampilkan dan mempromosikan produk-produk kecantikan dari perusahaan istri Tuan.”“Terima kasih sudah bekerja keras, Tuan.”“Tidak, Tuan. Bisa mendapatkan perintah dari Tuan adalah pencapaian.”“Tuan Michael terlalu mengada-ngada.”“Hanya saja beberapa produk yang akan dirilis perusahaan istri Tuan belum mendapat izin ed

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 6

    Mereka bertiga berpelukan bahagia. Itu artinya mereka sudah bisa melaunching dan memasarkan produk mereka secara luas.Rafandra melihat dengan tersenyum, lalu dia mendekati mereka bertiga,“Bukankah kau berjanji akan berlutut di depanku?” ucap Rafandra.Mendengar itu membuat mereka bertiga melepaskan pelukannya masing-masing.Susan dan Lena menatap Rafandra dengan pekat. Mereka sepertinya sedang memikirkan sesuatu.“Aku tidak percaya kau yang melakukannya! Tidak mungkin!” kata Lena.“Pengangguran sepertimu tidak mungkin bisa melakukannya. Aku yakin ini hasil kerja Alex atau Max,” ucap Susan.“Kau benar, Susan. Mereka berjanji akan terus berusaha menyelesaikan hal ini, bukan?” ujar Lena.“Karena itu aku yakin, kau hanya seorang pembual!” kata Susan dengan mendorong dada Rafandra.“Kalian gila jika mempercayainya. Aku sudah bersamanya lebih dari dua tahun. Dia hanyalah pengangguran tak berguna,” sambung Alexa.Rafandra tersenyum.“Aku benar-benar mengenal Tuan Ferdinand,” katanya.“Janga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 7

    Rafandra menggeleng.“Aku hanya tidak mau banyak orang kehilangan pekerjaan setelah Tuan Martin wafat. Karena itu aku mendirikan perusahaan ini bersama kalian. Aku senang perusahaan ini bisa berkembang pesat.”Saat itu, Alan Darmawan dan anggota keluarga Darmawan lainnya memutuskan untuk menutup pabrik tekstil karena dipandang tidak memberikan keuntungan yang besar.Mereka mengalihkan biaya operasional pabrik tekstil untuk membeli secara langsung kain yang sudah jadi, lalu mereka olah di pabrik garmen milik mereka. Dalam hitungan mereka, hal itu jauh lebih menguntungkan.Saat mendengar keputusan tersebut, dua asisten pribadi Tuan Martin menentang. Mereka adalah Daniel William dan Harry Maruti. Mereka berdebat keras dengan Alan Darmawan hingga membuat mereka dipecat.Mengetahui akan terjadi PHK massal, sekitar lima ribu orang lebih, Rafandra menghubungi Daniel dan Harry satu bulan kemudian. Mereka memang sering bertemu sebelumnya. Harry dan Daniel sering diminta Tuan Martin untuk menem

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 8

    “Awalnya...”Kretek...Terdengar suara pintu depan terbuka. Rafandra dan Anna langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu itu. Terlihat dua orang sedang berjalan masuk dengan senyum mengembang.“Mas Rafandra!” ucap Liam Suryawijaya yang mempercepat jalannya setelah melihat Rafandra, tapi langkahnya tersusul oleh adik perempuannya, Sarah Suryawijaya.Wanita muda itu berlari kencang ke arah Rafandra dan langsung memeluknya.“Ke mana saja kamu, Mas?” tanya Sarah masih memeluknya.“Nanti aku ceritakan.”Liam pun melakukan hal yang sama dengan adiknya. Dia pun memeluk Rafandra dari samping. Mereka bertiga berpelukan cukup lama untuk melampiaskan rasa kangen.Sejak kecil mereka bertiga memang sangat akrab. Mereka lebih mirip saudara kandung daripada saudara sepupu.“Bagaimana kabar kalian?” tanya Rafandra setelah mereka duduk di sampingnya.“Aku baik-baik saja, tapi Mas Liam...”Liam mengusek kepala adiknya.“Aku kurang baik, Mas,” katanya tersenyum.Rafandra melihat ada dua orang lain

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 10

    Tuan Sagal tersenyum kepada semua orang. Dia mengulurkan tangannya menyalami mereka semua.“Perkenalkan aku Luis Sagal. Pengacara Tuan Liam Suryawijaya.”Semua orang masih terperangah, terutama Alexander dan tim legalnya. Bagaimana tidak, mereka semua bekerja di firma hukum milik Tuan Sagal. Pikiran mereka pun melayang ke mana-mana, karena selama ini Luis Sagal tidak pernah menangani kasus lokal secara langsung. Dia hanya menangani kasus internasional.Karena itu mereka bertanya-tanya, siapa orang yang bisa mempekerjakan Luis Sagal sampai menjadi pengacara Liam Suryawijaya. Dia yakin Grup Suryawijaya tidak mungkin mampu membujuk Tuan Sagal untuk menjadi pengacaranya, karena grup-grup yang lebih besar sekalipun tidak pernah berhasil melakukannya.“Eh, aku Alexander dan mereka tim legal kami,” ucap Alexander tergagap-gagap menyambut uluran salam Luis Sagal.“Semoga beruntung,” kata Tuan Sagal dengan meremas tangan Alexander cukup keras sampai membuatnya sedikit meringis.Mereka semua ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 11

    Setelah di perjalanan cukup lama, Liam dan Rafandra sampai di rumah. Mereka pun turun dari mobilnya dan masuk ke dalam.Revan tiba-tiba berlari menghampiri Rafandra dan memeluknya. Dia memperlihatkan senyum yang sangat lepas dan senang.“Revan bermain dengan siapa?” tanya Rafandra.Revan mengarahkan jari telunjuknya kepada seorang wanita muda yang sangat cantik. Dia adalah Maria Robetta, sepupu Liam dan Sarah. Ibunya adalah adik mendiang Arnold Suryawijaya.Rafandra tersenyum hangat ke arah Maria. Mereka pun saling berjalan mendekat.“Bagaimana kabarmu, Maria?” tanya Rafandra. “Sudah lama kita tidak bertemu.”“Aku baik. Bagaimana dengan Mas Rafandra?”“Aku juga baik,” jawab Rafandra. “Bagaimana bisa kau bermain-main dengan Anakku?”“Tante Anna yang memanggilku. Dia tahu aku ahli dalam mengurusi anak-anak,” katanya dengan sedikit tertawa.“Semua pengasuh anak profesional aku lihat tidak ada yang bisa mendekati Revan. Karena itu aku memanggil Maria. Kebetulan dia tidak sedang syuting ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 12

    “Benar, dia Rafandra, Alexa,” ucap Lena sembari terus menatap Rafandra.Semua orang menatap Rafandra yang sedang berjalan menghampiri Alexa. Dia tersenyum hangat menyapa Alexa, tapi Alexa tetap diam.“Ini untukmu,” kata Rafandra setelah sampai di depan Alexa.Plakk...Dua kantong kertas pemberian Tante Anna jatuh di atas lantai.Rafandra terkejut. Dia menatap Alexa dengan tajam, lalu dia berjongkok untuk mengambil dua kantong kertas tersebut. Dia agak kesusahan melakukannya karena Revan memeluknya dengan kencang.Setelah berhasil mengambilnya, Rafandra memutuskan untuk masuk ke dalam. Dia melakukannya karena mencemaskan Revan yang mulai terlihat ketakutan.Rafandra berjalan tanpa memandang Alexa dan teman-temannya. Lalu tiba-tiba Lena merebut dua kantong kertas dari tangan Rafandra. Dia pun berhenti meminta dua kantong kertas itu dikembalikan, tapi Lena dan Susan tidak mempedulikannya.Tak berselang lama, Annet Wongso, Rose Hart dan Frida Darmawan datang menghampiri Alexa dan teman-te

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 35

    “Tuan Rafandra!” panggil wanita yang bertugas di bagian pemberkasan.Rafandra bergegas masuk ke dalam ruang wawancara. Dia melihat seorang laki-laki paruh baya dan seorang wanita yang berusia tidak jauh darinya. Mereka duduk di balik meja yang cukup panjang.“Silakan duduk!” ucap laki-laki itu.“Terima kasih, Tuan.”“Perkenalkan dirimu sendiri dan pengalaman kerja yang kau miliki,” kata wanita yang berada di samping laki-laki itu.“Namaku Rafandra. Aku tidak memiliki pengalaman kerja yang berarti. Tapi aku memiliki kemampuan menyetir yang cukup baik menurutku.”Kedua orang tersebut mendengarkan ucapan Rafandra sembari membuka-buka map yang berisi berkas-berkas Rafandra. Mereka terlihat sangat terkejut sampai kening mereka mengernyit.“Apa kau benar-benar lulusan jurusan manajemen bisnis Universitas Camford?” tanya wanita tersebut.Dia menatap Rafandra dengan tajam. Begitu juga dengan laki-laki paruh baya di sampingnya.“Benar. Aku lulusan Universitas Camford. Tuan dan Nyonya bisa meng

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 34

    “Aku dengar Papa masih terus mencari-cari Mas Rafandra, Mah. Jika dia pulang, posisi kita akan benar-benar sulit,” kata Darmian Sanjaya.“Benar, Mah. Kita harus melakukan sesuatu,” ujar Valeria Sanjaya.Saat ini semua saudara satu ayah beda ibu Rafandra sedang berkumpul di rumah Kevin Roberts, suami dari Valeria Sanjaya.Tuan Darius memiliki tiga anak dari hasil pernikahannya dengan Mery Holland, yaitu Valeria Sanjaya, Darmian Sanjaya, dan Sandro Sanjaya. Usia mereka hampir berdekatan satu sama lain. Usia Rafandra sendiri sudah mencapai tiga puluh lima tahun, dan semua adik-adiknya secara berurutan masing-masing terpaut dua tahun.“Kalian tenang saja. Anak sialan itu tidak akan pernah kembali,” ucap Mery Holland.“Kenapa Mama begitu yakin?” tanya Sandro Sanjaya.“Dia memiliki hati yang terlalu lembut.”“Maksud Mama?” tanya Kevin Roberts, suami Valeria.“Kalian tahu kenapa dia meninggalkan Keluarga Sanjaya?”Mereka semua menggelengkan kepalanya.“Dia pergi karena Mama ancam hal yang sa

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 33

    “...Wallen Henderson?” ucap Maria.Semua orang yang ada di ruangan itu kembali terkejut. Karena nama yang diucapkan Maria jauh lebih besar dari Maria sendiri. Wallen adalah bintang film internasional. Dia berasal dari Republik Newland, sebuah negeri yang tiga kali lipat lebih besar dari Republik Worthen.“Tidak mungkin, Nona. Kami tidak akan mampu membayarnya,” ujar Tamara.“Kalian tidak perlu membayarnya. Asal Mas Rafandra yang meminta, dia pasti mau,” kata Maria.Semua orang memandang ke arah Rafandra. Mereka kembali dibuat terkejut oleh pemuda satu ini. Di benak mereka berputar-putar banyak pertanyaan, seberapa besar pengaruh yang dimiliki Rafandra di dunia bisnis dan lain sebagainya.“Saran yang bagus, tapi kami masih bermain di pasar dalam negeri, Maria. Jika kami sudah melebarkan pemasaran produk kami ke mancanegara, aku pasti menggunakan jasa Wallen,” kata Rafandra.“Bukankah itu bisa meningkatkan nilai tambah, Mas?” ucap Maria.“Kau benar, tapi segala sesuatu ada waktunya. Jik

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 32

    Mereka berdua gelagapan mendengar pertanyaan Rafandra. Mereka seperti tidak menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini.Rafandra menggelengkan kepalanya beberapa kali melihat dua orang di depannya gelagapan. Dia terus menatap mereka dengan tajam.“Apa jawaban kalian?” tanyanya sekali lagi.Tapi mereka berdua menunduk terdiam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Rafandra mendesah cukup panjang.“Kenapa kalian hanya mengandalkan sistem promosi dan pemasaran konvensional seperti memasukkan produk kita ke departement store, pasar swalayan dan lain sebagainya? Kenapa kalian tidak memilih jalur pemasaran atau promosi lainnya? Padahal sangat banyak hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan brand value atau brand awareness produk kita?” tanyanya cukup panjang.“Eh, dalam pandangan kami model pemasaran seperti itu yang paling tepat, Tuan. Kami telah menganalisa semua penjualan brand-brand lain, dan penjualan tertinggi mereka berasal dari mall, pasar swalayan dan departement store. K

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 31

    Melihat Juan berjalan menuju ruang meeting, semua orang mengikutinya.“Kalian tidak perlu ikut. Cukup Rudi dan Neil!”Tiba-tiba Juan berhenti dan melarang semua orang ikut, hanya Rudi dan Neil.Neil adalah petinggi bagian produksi yang tidak senang dengan Rafandra yang ikut bicara dalam persoalan ini.“Panggil Tamara dan Benny! Aku tunggu mereka di ruang meeting sekarang juga!” perintah Juan pada asisten yang selalu di sampingnya.“Baik, Tuan.”Dia berlari keluar pabrik dengan cepat. Sementara Juan, Harry, Rafandra dan lainnya terus berjalan memasuki ruang meeting yang tidak jauh dari pabrik.Beberapa saat kemudian mereka sampai di ruang meeting. Juan mempersilahkan Harry dan Rafandra untuk duduk.Tak berselang lama, Tamara dan Benny memasuki ruang meeting. Mereka adalah kepala bagian marketing Silken Woven Corporation cabang Kota Newpool.“Perkenalkan, mereka kepala bagian marketing di sini,” ujar Juan kepada Harry dan Rafandra.Dua orang itu memberi salam sembari memperkenalkan diri

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 30

    “Kita ke mana lagi, Tuan?” tanya Harry.“Kita menginap dulu di hotel. Aku harus bertemu dengan seseorang.”“Apa kita tidak menginap di rumah perusahaan saja, Tuan?”Rafandra terdiam untuk sesaat. Dia baru ingat bahwa Harry dan Daniel pernah mengatakan telah membukan kantor cabang Silken Woven Corporation di Kota Newpool. Mereka berdua berhasil mengengbangkan perusahaan ini dengan baik sesuai blueprint yang diberikan Rafandra.“Baik, kita ke rumah perusahaan saja.”“Baik, Tuan,” ucap Harry, tapi dia terlihat masih ingin mengatakan sesuatu.“Sepertinya Tuan Harry masih ada yang ingin dikatakan,” tebak Rafandra setelah melihat gelagat Harry.Harry Maruti tersenyum.“Hanya ingin bertanya, apa Tuan berkenan mengunjungi pabrik perusahaan yang ada di Kota Newpool? Pabrik tekstil di sini salah satu yang terbesar selain di Kota Loven.”“Baik. Kita ke sana sekarang,” ujar Rafandra.Harry terlihat sangat senang dengan jawaban Rafandra. Dia langsung menginjak pedal gasnya lebih dalam.Tak bersela

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 29

    Tiba-tiba ada seseorang yang menarik Rafandra masuk ke dalam sebuah kamar.Rafandra sangat terkejut karena terjadi begitu cepat. Dia tidak bisa menolak apalagi menahannya.“Kau?” ucap Rafandra terkejut melihat wajah orang di depannya.Dia merasa tidak asing dengan wajah orang tersebut.Orang tersebut tersenyum dengan membungkukkan tubuhnya.“Maafkan kelancanganku, Tuan.”“Bukankah kau orang yang sering menemui Tuan Alan Darmawan di rumah,” ujar Rafandra masih diselimuti keterkejutan.Rafandra memang sering melihat orang ini di kediaman Keluarga Darmawan, tapi dia tidak tahu siapa dia dan apa jabatannya. Hanya saja setiap kali berpapasan dengannya, orang tersebut terlihat menampakkan sikap hormat.“Benar, Tuan. Aku Fredy Gailan, kepala keuangan Grup Darmawan.”“Kepala keuangan?”“Benar, Tuan. Tuan Alan mengangkatku secara resmi menjadi bagian Grup Darmawan sekitar enam belas bulan yang lalu.”“Apa kau...”“Apa yang dipikirkan Tuan benar. Aku bekerja untuk Tuan Darius Sanjaya. Aku dimin

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 28

    “Papa selalu mengawasimu, Anakku. Orang-orang Papa selalu ada di sekitarmu, baik di rumah Keluarga Darmawan ataupun di tempat lainnya.”Rafandra terkejut mendengar ucapan ayahnya.“Siapa mereka, Pa?” tanya Rafandra.“Kau tidak perlu tahu. Yang penting sekarang, Papa ingin kau kembali ke Keluarga Sanjaya,” kata Darius.Rafandra menggelengkan kepalanya.“Bukankah Papa tahu alasanku meninggalkan Keluarga Sanjaya?”Darius menganggukkan kepalanya.“Papa tahu, tapi Papa tetap ingin kau kembali.”“Aku tidak ingin terlibat lagi dengan Mama Mery dan adik-adik tiriku, Pa. Aku tidak ingin apa yang menimpa Sanjaya Stell terjadi pada anak perusahaan Grup Sanjaya lainnya. Sampai saat ini bayangan kejadian itu masih menghantuiku, Pa.”“Tapi nyatanya Sanjaya Stell bisa kau selamatkan.”“Tapi tidak bisa mengembalikan orang-orang yang mati karena PHK massal yang terjadi, Pa.”“Lari dari masalah bukanlah solusi, Anakku. Dengan kau terus lari, kau sedang menempatkan seluruh Grup Sanjaya dalam masalah. Ap

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 27

    Berjam-jam telah terlewati. Rafandra juga sudah menitip Revan di kediaman Tante Anna. Perjalanan menuju Kota Newpool memang melewati Kota Blackward. Tante Anna memberinya nomor HP Charles Juana. Dia adalah asisten pribadi Tuan Darius Sanjaya.Beberapa saat lagi Rafandra akan memasuki Kota Newpool. Dia melihat kemajuan yang luar biasa di wilayah perbatasan. Enam tahun lamanya dia tidak pernah menginjakkan kakinya di Newpool.“Kita sudah memasuki Kota Newpool, Tuan. Kita mau ke mana?” tanya Harry.Saat ini matahari telah terbit. Sinarnya menyebarkan hangat ke segala arah. Rafandra melihat jam di ponselnya. Waktu sudah menunjukkan jam tujuh lebih dua puluh tiga menit.“Kita ke Sanjaya Hospital, Tuan Harry,” jawab Rafandra.“Sanjaya Hospital?”Harry tampak terkejut mendengar jawaban Rafandra. Sepanjang perjalanan dia tidak menanyakan apa-apa pada Rafandra.“Benar. Aku hendak bertemu Ayahku di sana.”Harry tertegun. Ini pertama kalinya dia mendengar Rafandra membahas tentang keluarganya. S

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status