Lantaran ibunya Widia ingin menjodohkan kembali mereka berdua, dia tidak berpikir panjang lagi. Seakan-akan tidak ingin menunggu sedetik pun, dia segera melangkah maju dan berkata, "Tobi, Ibu sudah bersalah kepadamu sebelumnya. Apalagi itu kesalahan besar.""Ibu selalu salah paham kepadamu. Kamu boleh pukul atau memarahiku, tapi kamu nggak boleh menyalahkan Widia. Kamu juga tahu Widia dipaksa oleh kami, 'kan?""Ya, ya, Widia menyukaimu. Hanya saja, kami sebagai orang tuanya terlalu banyak berpikir dan selalu salah paham kepadamu. Ayah mau minta maaf kepadamu."Herman juga buru-buru menimpali.Mendengar itu, Tobi tertegun sejenak. Pasangan suami istri sungguh luar biasa. Bisa-bisanya sikap mereka berubah secepat itu. Mereka sekarang malah menyebut diri mereka sendiri sebagai mertuanya. Pemandangan ini sepertinya tidak asing sama sekali.Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tenang, "Pertama, dari awal sampai akhir, aku nggak pernah menyalahkan Widia.""Bagus, baguslah kalau be
Jika ini pertama kalinya, Tobi mungkin tidak mempermasalahkannya. Namun, setelah berulang kali terjadi, dia kini tampak tenang dan berkata dengan datar, "Nggak apa-apa. Lagian aku sudah terbiasa.""Kamu masih menyalahkanku?"Kakek Muhar tersenyum pahit dan berkata, "Kalau begitu, aku akan perlihatkan ketulusan hatiku. Aku bersumpah akan sepenuhnya mendukungmu dan Widia mulai dari sekarang.""Aku juga, aku juga," ucap ibunya Widia.Herman juga ikut menimpali, "Begitu juga aku!"Widia tersenyum pahit, tetapi hatinya merasa bahagia.Karena akhirnya, tidak ada lagi yang bisa menghalanginya bersama dengan Tobi.Tobi diam-diam menggelengkan kepalanya. Tepat di saat itu, ponselnya berdering. Begitu diangkat dan mendengar kata-kata si penelepon, wajahnya berubah muram.Setelah menutup telepon, dia tiba-tiba berseru, "Jessi!"Ternyata Jessi sudah muncul sejak tadi. Dia mengkhawatirkan keselamatan Tobi. Mengandalkan seni bela dirinya, dia pun bersembunyi di sudut dan bersiap untuk membantu pria
Ibunya Widia terpaku di tempat. Dia tampak kebingungan. Bagaimana bisa jadi seperti ini? Apa dia rela menantu yang begitu hebat itu lepas dari genggamannya begitu saja?Apalagi, gadis barusan memiliki fitur wajah yang elok dan sempurna. Aura di seluruh tubuhnya begitu polos dan parasnya juga secantik bidadari. Kecantikan gadis itu bahkan tidak jauh berbeda dengan putrinya sendiri.Pria mana yang bisa menolak pesona yang begitu memikat seperti itu?Selain itu, dia juga putri Keluarga Yusnuwa, keluarga paling kaya di Kota Tawuna. Benar-benar pasangan yang sempurna.Kakek Muhar juga menyadari semua itu. Jika itu gadis lain, mungkin beliau juga tidak begitu peduli. Namun, kualifikasi yang dimiliki oleh Jessi terlalu bagus. Apalagi, kekayaan Keluarga Yusnuwa bukanlah tandingan Keluarga Lianto."Ayah, bagaimana ini?""Bagaimana kalau aku menyusulnya dan minta maaf kepadanya? Aku yakin dia masih menyukai Widia. Dia pasti masih marah kepada kita," kata ibunya Widia dengan cemas.Sekalipun dimi
"Oke, waktunya sudah tiba. Aku tanya sekali lagi, apa kamu mau melakukan semua perintahku? Cepat beri aku jawabannya. Kalau nggak, selamat tinggal!" Orang di seberang sana sepertinya sudah menyadari kalau Tobi sengaja mengulur waktu."Kalau kamu nggak memberitahuku alasannya, aku nggak bisa menyetujuimu begitu saja.""Baiklah. Kalau begitu, selamat tinggal!""Tunggu!"Tobi buru-buru berkata, "Katakanlah, apa hal kedua yang harus kulakukan? Selain itu, apa ini termasuk permintaan terakhir kalian? Kalau bukan, apa gunanya aku terus menurutimu?""Tenang saja. Ini sudah pasti yang terakhir kalinya.""Apa yang harus kulakukan?""Masih ada hubungannya dengan momen penting dalam hidupmu. Menikahlah dengan Jessi, lalu renggut kesuciannya dan adakan acara pernikahan. Tanggalnya juga sudah kupilihkan untukmu, dalam tiga hari kemudian.""Apa kalian sudah gila?" Bukannya Tobi membenci Jessi, tetapi alasan mereka terlalu menjijikkan."Kamu bebas berpikir begitu. Kamu juga bisa menolaknya.""Ganti y
"Membuatku terlibat? Kak Tobi bermaksud melakukan apa yang dia katakan? Kalau begitu, bukankah kita harus ...." Membayangkan hal itu, wajah Jessi memerah. Dia juga menundukkan kepalanya."Sebenarnya kita nggak ....""Kak Tobi, jangan khawatir. Aku nggak keberatan," sela Jessi."Asalkan Kak Tobi butuh sesuatu, aku pasti akan membantumu. Lagi pula, aku sudah buat keputusan sebelumnya. Aku nggak berencana untuk menikah. Palingan, kita lakukan saja sesuai yang mereka katakan.""Setelah selesai membereskan mereka, kita akan bercerai. Saat itu, kamu dan Widia bisa bersama lagi. Aku juga nggak akan menjeratmu."Kata-kata itu seketika membuat Tobi tersenyum pahit.Padahal, yang terjadi tadi malam sudah membuat Tobi merasa sangat bersalah kepada wanita itu. Meski mereka tidak berhubungan badan, kontak fisik keduanya sangatlah intim.Bagi seorang gadis, hal ini sudah termasuk kerugian besar.Sekarang, gadis itu masih harus mengorbankan nama baiknya sepenuhnya. Mereka harus membuat akta nikah, me
Setelah selesai menanyakan situasinya, mereka juga menyiapkan obat agar membuat Tobi bersedia menikah lagi dengan Widia.Namun di saat ini, terdengar suara panik dari luar. Pengawal mereka buru-buru masuk dan berkata dengan suara lantang, "Tuan Besar, ada banyak tokoh hebat di luar. Kepala Keluarga Tandiono juga datang berkunjung, terus masih ada yang lain juga."Kakek Muhar tertegun sejenak. Mereka tidak pernah berhubungan dengan Keluarga Tandiono. Kenapa Keluarga Tandiono bisa mengunjunginya? Hanya saja, karena itu tokoh besar, dia harus segera keluar untuk menyambutnya.Mereka tidak peduli begitu banyak lagi dan langsung berjalan ke arah pintu. Tak lama kemudian, mereka sudah melihat sosok Gandhi, kepala Keluarga Tandiono, yang tengah berjalan mendekati mereka.Setelah membuat Tobi tersinggung sebelumnya, dia sudah ketakutan. Dia khawatir Tobi akan balas dendam kepadanya. Sekarang, begitu tahu identitas menakutkan Tobi dan memiliki kesempatan untuk berkunjung, dia tentunya harus dat
"Haha. Benar juga." Gandhi terlihat bangga. Awalnya, dia sempat merasa tidak rela, tetapi begitu membayangkan manfaat yang akan diterimanya, dia tetap menggertakkan gigi dan memberikan hadiah itu.Tak disangka, semua orang akan begitu royal. Untunglah, hadiah yang dia persiapkan bernilai tinggi. Kalau tidak, dia mungkin akan kehilangan harga dirinya di sini.Jika tidak, dia tidak akan mencuri perhatian begitu banyak orang dan kesan Raja Naga kepadanya juga tidak akan terlalu dalam.Tepat di saat itu, terdengar suara yang lainnya lagi. "Burhan, kepala Keluarga Saswito, datang untuk memberi hormat kepada Raja Naga. Hadiah kecil ini untuk Raja Naga. Mohon Raja Naga menerimanya.""Ini pabrik manufaktur Linus dan Fledo dari perusahaan perhiasan Keluarga Saswito kami. Hadiah ini khusus diberikan kepada Raja Naga.""Wah, Keluarga Saswito begitu royal. Kedua pabrik itu adalah pabrik inti mereka. Setidaknya, itu semua mungkin bernilai 400 miliar.""Ini bukanlah apa-apa. Lagian, ini bukan soal s
Bayangkan, puluhan miliar. Bagaimana mereka bisa memberikan hadiah sebesar itu?Lantaran yang datang terlalu banyak, begitu semuanya masuk, mereka sudah hampir memadati kompleks sepenuhnya.Kakek Muhar dan yang lainnya tercengang. Mereka bahkan kebingungan harus bagaimana menyambut mereka. Terlebih lagi, keluarga kecil seperti Keluarga Lianto tidak sanggup menerima begitu banyak orang.Widia juga berjalan keluar dari kamarnya. Lantaran di luar terlalu bising, apalagi ada begitu banyak orang di luar. Melihat itu, dia langsung terpana.Ternyata, daya tarik Raja Naga begitu kuat.Padahal yang terbongkar hanya identitas Tobi, tetapi dia telah membuat begitu banyak tokoh hebat mendatangi rumahnya. Selain itu, hadiah-hadiah yang diberikan semuanya sungguh berada di luar imajinasi mereka.Khususnya ibunya Widia. Tubuhnya tampak gemetar.Dia tahu identitas Tobi sebagai Raja Naga sangatlah hebat, tetapi dia tidak menyangka akan begitu menakutkan, bahkan membuat begitu banyak orang menjadi heboh