Setelah menghabiskan tiga gelas, Tobi sudah hampir muntah, bahkan tubuhnya juga sedikit limbung. Untungnya, dia tidak disuruh untuk minum lagi.Melihat waktunya sudah tiba, Kakek Muhar langsung memberi isyarat lewat matanya.Martha buru-buru bangkit, mendekati Tobi dan meraih lengan pria itu sambil berkata, "Kak Tobi, sini biar aku papah kamu masuk ke dalam kamar."Tobi memang minum terlalu banyak. Dia juga terlihat mabuk. Dia kemudian berkata, "Nggak usah, aku bisa jalan sendiri.""Nggak apa-apa. Ayo kubantu."Di bawah inisiatif Martha, Tobi terpaksa membiarkan wanita itu memapahnya ke kamar. Hanya saja, makin dipapah, tubuhnya makin menempel pada tubuh Tobi.Terutama tangannya Tobi, yang terus menyentuh beberapa tempat yang tidak seharusnya dia sentuh.Hal ini membuat hormon dalam tubuh Tobi mulai meningkat, apalagi tubuhnya saat ini tak terkendali sepenuhnya, hingga membuatnya sulit berkonsentrasi.Martha juga merasakan ada yang aneh dari tubuh Tobi. Tanpa sadar, wajahnya tersipu ma
Namun, dia tidak akan membiarkan keponakannya jatuh ke pria tak berguna seperti Tobi. Bagaimana kalau dia benar-benar meniduri Martha? Bukankah hal ini akan menguntungkannya? Jadi, ibunya Widia pun berkata, "Dia istirahat di dalam. ""Istirahat?"Widia tertegun sejenak. Dia merasa sepertinya ada yang sesuatu yang tidak beres.Kakek Muhar memelototi ibunya Widia. Bukankah Tobi dan Martha baru saja masuk ke dalam? Kenapa tidak memberi mereka lebih banyak waktu? Bagaimana kalau mereka berdua masih belum apa-apa?Namun, kalau memang tidak terjadi sesuatu, Martha pasti sudah keluar dari kamar.Lantaran sudah sampai di titik ini, Kakek Muhar terpaksa berkata, "Tobi barusan menemaniku minum. Entah kenapa, sepertinya dia nggak sanggup minum banyak hari ini. Padahal baru minum sedikit saja, tapi dia sudah mabuk, kemudian pergi beristirahat.""Ya, ya, jangan khawatir, dia bahkan berinisiatif menyuruh Martha memapahnya masuk ke dalam kamar. Seharusnya dia baik-baik saja," kata ibunya Widia."Apa?
"Tobi, kamu memang pantas mati. Cepat keluar dari situ."Ibunya Widia terlihat emosi. Selesai memarahinya, dia langsung mengejar putrinya.Melihat wajah Widia tampak sedih dan tersiksa, Kakek Muhar langsung bertanya, seolah-olah tidak tahu apa-apa, "Widia, ada apa? Apa yang terjadi?"Ibunya Widia buru-buru berlari mendekatinya, lalu mengumpat dengan marah, "Tobi, dasar berengsek, nggak tahu malu! Padahal Widia begitu baik kepadanya, bagaimana dia tega melakukan hal seperti itu, apalagi kepada adik sepupunya sendiri?""Apa!"Herman terkejut, lalu bertanya dengan kesal, "Apa yang kamu bicarakan? Maksudmu, Tobi dan Martha di dalam?"Ibunya Widia mengangguk dengan cepat."Sialan! Dasar bajingan! Beraninya dia melakukan hal seperti ini kepada putriku! Aku akan membunuhnya!" Herman tampak emosi. Dia bahkan bersiap untuk menghabisi Tobi."Hentikan!"Kakek Muhar menghentikan Herman dan berkata dengan nada tegas, "Buat apa buru-buru? Periksa dulu kebenarannya. Yesa, kamu yakin sudah melihat den
Tak satu pun dari mereka yang bisa mengalahkannya.Namun, setelah melakukan semua ini, apa yang dia peroleh sebagai balasannya?Dia baru saja mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Keluarga Lianto, tetapi sebagai balasannya, dia malah dijebak oleh mereka. Selain itu, wanita yang dia cintai terus menerus tidak memercayainya.Kali ini, Tobi benar-benar merasa lelah.Hatinya lelah!Namun, dia masih menaruh harapan terakhir. Dia mengabaikan Keluarga Lianto yang telah mempermalukannya dan berkata perlahan, "Widia, kalau aku bilang aku diberi obat hari ini, apa kamu percaya?""Diberi obat?"Ibunya Widia tampak panik. "Tobi, apa maksudmu? Apa kamu mau menuduh kami memberimu obat?""Tobi, jangan sembarangan memfitnah orang."Wajah Kakek Muhar berubah dingin, lalu berkata dengan marah, "Aku selalu memperlakukanmu dengan baik, kenapa kamu malah berbalik memfitnah kami?""Widia, kamu rasa Kakek bisa melakukan hal seperti itu?""Ya, Widia, kamu tahu Ibu sangat menyayangi Martha, 'kan? Mana mu
Selain Kakek Muhar yang menanyakan Tobi apa dia membawa kartu keluarga dan surat nikah, tidak ada seorang pun yang mengucapkan sepatah kata kepadanya lagi.Tobi selalu membawa barang-barang penting bersamanya karena dia memiliki ruang yang tidak dimiliki orang lain.Lantaran Widia duduk di samping Kakek Muhar, dia juga tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada Tobi.Ibunya Widia masuk ke dalam kamar untuk menemani Martha. Tak lama kemudian, Martha juga keluar.Martha melirik Tobi sekilas. Tak disangka, pria itu juga tengah menatapnya. Hatinya berdegap kencang. Untungnya, Tobi tidak menanyakan apa pun.Kalau tidak, dia takut dirinya tidak bisa menahan diri dan akan mengatakan hal yang sebenarnya. Padahal, bibinya barusan sudah berkali-kali memperingatkannya.Martha berjalan mendekati Widia dan memanggilnya pelan, "Kak Widia!"Widia meliriknya sekilas. Ekspresinya begitu dingin. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Martha tahu Kak Widia menyalahkan dirinya. Dia merasa malu dan juga me
Setelah menghentikan Tobi, Widia berjalan mendekat dan berkata dengan dingin, "Tobi, kamu nggak ingin menyampaikan sesuatu kepadaku?"Tobi mengangkat akta di tangannya dan bertanya, "Akta cerai sudah keluar, apa lagi yang bisa kukatakan?""Bagus. Mulai sekarang, kamu dan aku nggak hubungan lagi. Kita hanya perlu jalani hidup masing-masing," ucap Widia dengan dingin."Jangan khawatir, aku nggak akan muncul di hadapanmu lagi."Setelah melontarkan kata-kata itu, Tobi pun berjalan pergi, tanpa ragu sedikit pun.Namun, jika diperhatikan secara saksama, langkahnya sedikit berbeda dari biasanya, bahkan tubuhnya juga agak gemetar.Dia tidak menyangka mereka berdua akan mencapai titik ini.Kalau dipikir-pikir, perceraian mungkin termasuk hal yang baik. Bagaimanapun juga, lawan yang akan dia hadapi ke depannya akan makin menakutkan, bahkan mungkin ada Guru Besar tingkat puncak.Apalagi, berdasarkan kekuatannya saat ini, dia akan kewalahan menghadapinya. Selain itu, dia juga masih belum menemukan
Widia yang dipenuhi dengan amarah dan rasa sakit langsung melampiaskannya keluar.Mulai dari Joni, hingga Tuan Darel dari Kota Sawarna dan kali ini Rio dari Keluarga Yudistira di Jatra.Apalagi, latar belakang mereka makin lama makin menakutkan. Begitu pula dengan bahaya yang ditimbulkan, juga akan bertambah mengerikan.Jika kakeknya dan orang tuanya tidak memaksa dirinya, bagaimana mereka bisa mencapai titik ini?Saat Widia kembali hari ini, dia menerima telepon dari Rio. Pria itu menjelaskan bahwa dia berharap Widia bisa muncul di Jatra dalam waktu tiga hari. Jika tidak, Keluarga Lianto pasti akan hancur.Selain itu, Rio juga mengetahui keberadaan Tobi. Dia juga mengancam, kalau Widia tidak menuruti permintaannya, dia pasti akan membuat Tobi mati secara tragis.Padahal, kemarin Kakek Muhar hanya berpura-pura menjadi Rio dan mengancam untuk menipu Widia. Namun, siapa sangka, Widia hari ini sungguh telah diancam oleh Rio.Rio jelas-jelas tidak sabar. Awalnya dia berencana menggunakan p
Selama memungkinkan, dia pasti akan terus mengulur waktu.Andai tidak berhasil, sekalipun harus mengorbankan nyawanya, dia juga tidak akan membiarkan Rio memperoleh keinginannya. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk Tobi adalah menjaga tubuhnya agar tidak dinodai Rio.Dia telah berkorban begitu banyak untuk Keluarga Lianto, jadi dia hanya bisa menyerahkan sisanya kepada takdir.Mendengar tuduhan Widia, wajah Kakek Muhar berubah muram. Dia tidak berkata apa-apa. Dia mendadak ragu dengan dirinya sendiri. Apa tindakannya kali ini sudah benar?Namun, tak berselang lama, dia segera menghibur dirinya sendiri dan mengatakan bahwa keputusannya sudah tepat.Yang salah itu cucunya. Widia masih terlalu muda dan tidak mengerti apa yang dia butuhkan. Setelah menikah dengan Keluarga Yudistira di Jatra, saat itu, dia pasti akan memahami niat hatinya.Kakek Muhar melakukan semua ini demi Widia.Ibunya Widia juga tertegun sejenak, tetapi dia segera berkata dengan marah, "Apa yang kamu bicarakan
Saat ini, semuanya juga seharusnya sudah berakhir.Setelah semua orang bubar, Vamil maju ke depan sambil tertawa, "Tobi, kamu benar-benar memberiku kejutan besar kali ini.""Awalnya, aku kira kamu setidaknya membutuhkan lima tahun untuk menandingi kekuatan mereka. Aku nggak menyangka kekuatannya akan meningkat secepat itu. Benar-benar di luar dugaanku.""Bolehkah kamu beri tahu aku sudah sampai mana kekuatanmu saat ini?"Vamil sangat penasaran.Tobi mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Nggak ada lawan, jadi aku juga nggak begitu jelas.""Aku hanya tahu, kalau aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, aku bisa menghancurkan kota dengan mudah.""...."Semua orang benar-benar tercengang, lalu berkata tak berdaya, "Luar biasa!"Vamil terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Nak, kamu benar-benar mengejutkanku. Oh ya, kapan kalian akan menikah? Jangan terlalu lama. Aku nggak punya banyak waktu lagi."Jelas, dia sangat puas dengan Tobi dan berharap bisa menghadiri pernikahan mereka.Mende
Kata-kata dominan Tobi barusan membuat orang-orang Harlanda makin antusias. Saking bersemangatnya, mereka yang menonton siaran langsung dari rumah pun bersorak kegirangan.Mereka sangat gembira. Jadi, perlu mengekspresikan kegembiraan yang mereka rasakan.Hanya saja kalimat 'siapkan misil' yang diucapkan Tobi membingungkan mereka.Apa yang terjadi? Siapkan misil? Apa maksudnya? Tiba-tiba tanda tanya muncul memenuhi seluruh layar.Semua orang benar-benar tercengang mendengar kata-kata itu.Banyak orang mengungkapkan pertanyaan mereka.Di saat bersamaan, para petugas di pangkalan rudal itu juga tampak berkeringat dingin. Biasanya, dalam situasi apa pun, dia pasti akan melaksanakan perintah dengan tegas. Namun, dia jelas-jelas gugup saat ini dan kembali mengkonfirmasi.Radiya mengangguk. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan, dia bahkan turun tangan memperhatikan masalah ini.Jika bukan karena menyaksikan kekuatan Tobi yang melampaui orang biasa dengan matanya sendiri, dia benar-benar
Negara Harlanda seketika dibanjiri berbagai kata-kata pujian, sorak-sorai, dan kekaguman.Di mata mereka, Tobi sudah termasuk dewa pelindung Harlanda.Sebaliknya di mata dunia luar, mereka mulai takjub terhadap kekuatan Negara Harlanda. Bahkan, juga ada rasa takut.Tobi tidak peduli dengan masalah ini. Dia teringat bahwa selama periode ini, ada banyak orang yang membuat onar. Jadi, dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, akhir-akhir ini, banyak wilayah yang meremehkan seni bela diri Negara Harlanda kita. Bisa-bisanya mereka memandang rendah seni bela diri kita.""Kalau begitu, aku akan perlihatkan pada mereka akan betapa hebatnya seni bela diri Negara Harlanda. Master-master hebat lainnya yang jarang menampakkan diri nggak perlu mengambil tindakan, cukup mereka yang ada di sini yang melakukannya saja.""Pandu, keluarlah!"Tobi tiba-tiba menyebut nama Pandu.Awalnya, Pandu sempat terkejut. Namun, reaksinya cukup cepat. Begitu menerima perintah Tobi, dia segera melompat keluar dan berkat
Tobi perlahan melambaikan tangan kanannya. Tubuh Hirawan seketika terhempas keluar dari lapangan dan mendarat tepat di samping orang-orang Melandia yang tengah membawa rekan mereka yang tak sadarkan diri tadi.Membiarkan mereka membawa Hirawan pergi.Selanjutnya, giliran Luniver.Semua orang yang hadir di sana kini memandang Tobi dengan tatapan penuh kekaguman dan keterkejutan.Vamil dan lainnya yang mendukung Tobi semuanya tampak antusias. Awalnya, mereka mengira krisis besar yang dihadapi kali ini akan mendatangkan ancaman bagi seni bela diri Harlanda. Siapa sangka, hal ini bisa dengan mudah diselesaikan oleh Tobi.Meski Luniver masih belum bertindak, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, sudah pasti tidak akan semudah mengendalikan Hirawan lagi."Luniver, giliranmu sekarang!" seru Tobi dengan nada datar.Begitu Tobi selesai berbicara, semua orang terkejut.Mereka sangat familier dengan kekuatan Luniver. Apalagi, setelah pertarungan kemarin, namanya kini sangatlah populer.Jelas sek
Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi
Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be
"Dia juga idolaku!""Aku juga!""Haha. Masih berpura-pura. Bukankah kalian sangat sombong dan bangga barusan? Ayo lanjutkan lagi.""...."Dalam sekejap, semua orang Harlanda bersorak kegirangan. Baik mereka yang menonton dari internet maupun mereka yang menyaksikan secara langsung. Terutama mereka yang mengenali Tobi dan hubungannya dekat dengannya. Semuanya sangat bersemangat.Sebaliknya, satu per satu dari wajah orang Melandia berubah muram. Mereka sepenuhnya tidak percaya dengan adegan yang terjadi di depan mereka.Di mata mereka, sosok Hirawan sangatlah kuat bagaikan dewa. Jadi, bagaimana Hirawan bisa ditaklukkan secara tiba-tiba. Bahkan, wajahnya bisa ditampar di depan umum?Apalagi, ini juga merupakan tamparan di wajah mereka. Tentu saja mereka sangat marah."Curang! Mereka pasti curang!""Manipulasi. Mereka pasti menggunakan manipulasi!""Hirawan, katakan sejujurnya, apakah kamu sengaja mengalah pada mereka? Kamu ingin mereka senang dulu, kemudian membuat mereka terpuruk nantiny
Melihat Tobi berjalan mendekatinya, Hirawan tampak mengerutkan keningnya. Karena dia menyadari bahwa dirinya tidak bisa merasakan kekuatan apa pun dari tubuh Tobi.Hanya ada dua kemungkinan untuk situasi seperti ini. Pertama, lawan jauh lebih kuat dari dirinya. Jadi, dia tidak bisa merasakan kekuatannya. Namun, Hirawan bahkan masih bisa merasakan kekuatan Vamil dan Luniver.Apa pun alasannya, mustahil kekuatan Tobi akan lebih tinggi dibandingkan mereka berdua, 'kan?Yang kedua, mungkin Tobi telah mempelajari teknik untuk menyembunyikan kekuatan.Jika penilaiannya tidak salah, pasti Tobi telah menyembunyikan kekuatannya.Berpura-pura terlibat hebat. Apa Tobi mengira bisa menakuti dirinya?Bibir Hirawan melengkung. Kemudian, dia berkata dengan nada menghina, "Tobi si pengecut, akhirnya kamu berani menampakkan dirimu? Kupikir kamu akan terus bersembunyi sampai akhir."Tobi tersenyum, tetapi senyumannya tampak sinis, lalu berkata dengan nada datar, "Bersembunyi? Mana mungkin aku bersembuny
"Tapi aku harap kalian bisa lebih kuat hari ini. Setidaknya, biarkan aku melakukan sedikit pemanasan.""Kalau nggak, bukankah akan sangat membosankan?""Selain itu, aku juga nggak akan bermurah hati lagi hari ini. Begitu naik ke atas, hanya ada dua pilihan di depan kalian. Kalau nggak hidup ya mati. Coba aku lihat apa masih ada orang Harlanda yang nggak takut mati?"Begitu kata-kata ini dilontarkan, sekali lagi kolom komentar dibanjiri banyak orang. Apalagi, banyak orang yang teringat dengan Tobi, yang disebut Hirawan sebelumnya itu, masih belum muncul juga.Perkataan Hirawan tentunya mengundang emosi banyak master Harlanda. Semuanya terlihat marah dan bersiap untuk naik ke atas panggung.Efendi juga mengambil langkah ke depan dan hendak naik ke atas panggung.Namun, di saat bersamaan, Tobi lebih dulu memimpin dan berjalan langsung ke atas panggung.Indira yang berada di sebelahnya tertegun sejenak. Bagaimanapun, dia juga termasuk master paling kuat di antara para Pelindung Harlanda. K