"Tuan Rio punya latar belakang yang sangat hebat. Dia juga putra dari Keluarga Yudistira di Jatra. Hanya segelintir anak muda di Harlanda yang bisa menandingi statusnya."Ibunya Widia berkata dengan penuh semangat, "Kalau kakak sepupumu bisa menikah dengan putra Keluarga Yudistira, kelak Keluarga Lianto bukan hanya akan menjadi makmur, tapi kamu juga akan kebagian untungnya.""Ternyata begitu. Pantas kalian nggak menyukai Kak Tobi." Martha baru tahu Keluarga Lianto menganggap Tuan Rio lebih hebat dan itulah sebabnya mereka tidak menyukai Tobi. Hanya saja, mereka belum tahu seberapa hebat sosok Tobi yang sesungguhnya.Kalau memang demikian, daripada membiarkan Kak Tobi jatuh di tangan orang luar, bukankah lebih baik dia ambil untuk dirinya sendiri?Dengan begitu, dia dan Kak Tobi punya kesempatan untuk bersama, 'kan?Dalam sekejap, Martha merasa situasi telah memihak dirinya sepenuhnya.Jika dia bisa menikah dengan pria seperti Kak Tobi, bukankah dia akan sangat bahagia? Mana mungkin di
Begitu Devi mendekati area itu, dia segera memberi perintah agar rekan-rekannya mengeluarkan pistol, lalu berjalan masuk dengan hati-hati.Setelah masuk, mereka melihat ada beberapa orang yang tergeletak di tanah. Jelas-jelas di sana telah terjadi pertempuran habis-habisan. Ekspresinya seketika berubah. Dia juga tidak tahu entah apa yang sedang dia khawatirkan.Kemudian, Devi juga melihat Tobi terduduk di sudut sana. Apalagi, ada darah yang keluar dari sudut mulutnya dan tubuhnya juga penuh dengan bercak darah.Dia buru-buru mengamati sekelilingnya, kemudian segera berkata, "Kalian periksa sekitar sana dulu."Setelah itu, dia bergegas mendekati Tobi. Entah kenapa ada rasa khawatir yang menyusup dalam hatinya. Dia pun bertanya, "Tobi, sudah mati?"Tak disangka, dia akan mengeluarkan pertanyaan seperti itu.Wajah Tobi memperlihatkan senyum kecut. Dia pun menjawab tak berdaya, "Sudah mati! Kenapa? Apa kamu sudah bersiap jadi janda?""Cuih! Jangan bermimpi!""Orang sepertimu pantas menerim
"Mereka melarang kami lapor polisi. Itu Sebabnya, aku datang ke sini bersama Kakek Muhar untuk mentransfer uang sebesar satu triliun itu.""Siapa sangka, sebelum kami mentransfer uang, mereka mulai bertengkar sendiri, mungkin ribut karena pembagian uang tebusan yang nggak merata.""Kemudian, mereka saling membunuh. Bisa dikatakan, aku cukup beruntung kali ini dan bisa menyelamatkan istriku."Alasan ini keluar dengan mulus dari mulut Tobi, tetapi jelas-jelas tidak masuk akal sekali. Sekalipun mereka ingin membagi uang tebusan, setidaknya mereka harus mendapatkan uangnya lebih dulu, 'kan?Padahal uang belum sampai di tangan mereka, tetapi mereka sudah bertengkar?Itu sebabnya, Devi tidak percaya sedikit pun. Dia bertambah marah dan berkata, "Maksudmu, mereka mulai berkelahi sendiri bahkan sebelum mendapatkan uang. Menurutmu, itu masuk akal?""Nggak masuk akal," jawab Tobi dengan serius."Terus, kenapa kamu masih sembarangan bicara?""Aku nggak sembarangan. Meski kedengarannya nggak masuk
"Tapi faktanya bukan seperti itu. Terlebih lagi, mereka berasal dari organisasi pembunuh, kalau masih ada orang lain di belakang mereka, orang biasa sepertiku berani membunuh mereka, bukankah mereka akan balas dendam?"Tobi tampak tak berdaya."Kalau begitu, ikut aku ke kantor polisi dulu. Cepat bawa dia pergi."Devi segera berdiri dan tidak ingin menghabiskan waktu untuk berdebat kepada Tobi lagi.Tepat di saat itu, Pandu juga tiba. Dia datang bersama Sapta, tak ketinggalan Tetua Bahri, ahli bela diri Sekte Suganda yang tengah melatih mereka.Dari nada bicara Tobi, Pandu mendengar sepertinya Tobi dalam masalah serius, jadi dia langsung membawa Sapta dan Bahri. Ditambah dengan permintaan Tobi, dia harus berhati-hati agar masalah ini tidak tersebar ke luar.Jadi, selain mereka bertiga, tidak ada orang lain yang tahu. Lagi pula, berdasarkan kekuatan mereka bertiga, sekalipun kekuatan lawan setingkat Guru Besar, mereka juga tidak perlu takut.Itu sebabnya, dia juga tidak mengajak yang lai
"Melindungi Tuan?""Ada kami di sini, memangnya dia bisa terjadi apa?" Devi mendengus dingin, "Selain itu, kamu sebut pria lemah seperti dia sebagai tuanmu?"Dia sengaja memanas-manasi Pandu. Lantaran dia tidak bisa menemukan kebenaran dari mulut Tobi, siapa tahu Pandu bisa jatuh dalam jebakannya?Benar saja. Melihat Devi berani meremehkan tuannya, Pandu langsung marah dan berkata dengan suara tegas, "Kamu berani memandang rendah kemampuan tuanku ....""Pandu!""Sudahlah!"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Buat apa kamu berdebat dengan seorang wanita?"Pandu begitu patuh dengan perintah Tobi. Dia langsung menutup mulutnya rapat-rapat.Baginya, kata-kata Tobi adalah perintah yang harus dia laksanakan.Hal ini tentunya membuat Devi bertambah marah. Buat apa berdebat dengan seorang wanita? Apa maksudnya? Apa dia mau bilang Devi keterlaluan dan tidak kompeten?Nggak, aku nggak boleh marah. Kalau aku makin marah, dia akan makin senang,' pikir Devi dalam hati. Dia pun berkata dengan
Pak Zainal menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Bukannya aku nggak mau memberitahumu, tapi aku juga nggak tahu siapa dia. Aku hanya tahu, dia punya pengaruh yang sangat hebat.""Seberapa hebat?" tanya Devi dengan penasaran. Paman Zainal pasti punya sedikit informasi tentang Tobi, jadi dia masih berusaha mengorek informasi itu darinya.Pak Zainal bertanya balik, "Seberapa hebat, ya? Hmm, kamu masih ingat Keluarga Hutama, salah satu dari empat keluarga besar di Kota Tawuna?""Tentu saja. Demi menjatuhkan Keluarga Hutama, Paman Zainal sudah membuat rencana dari dulu.""Aku memang sudah merencanakannya dari dulu, tapi Keluarga Hutama bukanlah keluarga yang bisa aku taklukkan dengan mudah, bahkan Pak Hendro sendiri pun nggak bisa mengatasinya. Semua ini berkat bantuan Tuan Tobi.""Masa? Memangnya apa yang telah dia lakukan?""Kamu nggak perlu tahu masalah ini. Pokoknya, ingat saja. Jangankan aku, bahkan kalau Pak Hendro bertemu dengannya, Pak Hendro juga harus bersikap sopan, bahkan hor
"Baiklah kalau begitu!"Devi tidak bertanya lebih lanjut lagi dan langsung melepaskannya.Lantaran dia tahu pria ini sangat pintar bersilat lidah. Dia juga menyembunyikan rahasianya rapat-rapat, jadi jangan harap Devi bisa mengorek informasi darinya.Sesampainya di luar, Pandu sudah menunggunya. Dia pun segera mengantar Tobi pulang."Tuan, sekarang mau ke mana?" tanya Pandu."Vila Distrik Terra 1 saja!"Sembari berbicara, Tobi segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Widia. Seharusnya wanita itu sudah sadar, apalagi setelah ditunda lama oleh Devi di sini.Benar saja. Tak butuh waktu lama, Widia sudah mengangkat teleponnya."Widia, bagaimana kondisimu? Baik-baik saja, 'kan?" tanya Tobi dengan khawatir."Aku baik-baik saja. Kamu nggak perlu khawatir.""Baguslah. Kalau begitu, aku nggak pulang hari ini, ya." Tobi merasa tubuhnya telah terluka parah, jadi dia harus menemukan cara agar bisa pulih secepat mungkin."Kamu nggak datang menjengukkku?" Nada suara Widia dipenuhi dengan
Sebenarnya, Tobi juga menyadari nada bicara Widia yang tidak senang, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Yang paling penting sekarang adalah memulihkan kembali kekuatannya. Jadi, dia tidak punya waktu untuk mengurus hal lain.Pertarungan beberapa kali itu telah berdampak buruk pada tubuhnya.Jika dari awal dia telah beristirahat dan berkultivasi selama beberapa hari, semuanya pasti akan kembali normal. Sekarang, dia bahkan tidak yakin kekuatannya bisa kembali ke tingkat puncak seperti semula.Kecuali dia bisa mendapatkan Energi Sembilan Bulan di dalam tubuh Jessi.Namun, dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu.Entah itu karena kesucian Jessi atau karena dia tidak ingin mengecewakan Widia, pokoknya, dia tidak akan melakukan hal seperti itu.Oleh karena itulah, Tobi tidak boleh menganggap enteng dengan langkah yang akan dia lakukan selanjutnya.Dengan adanya Pandu yang melindunginya, Tobi merasa sangat rileks. Tak lama setelah menutup matanya, dia sudah tertidur pulas di mob
Seakan menyadari dirinya telah menakuti Widia, Maherani segera berkata, "Maaf, aku terlalu impulsif hingga membuatmu ketakutan. Aku, aku tiba-tiba terlalu emosional."Widia langsung menjawab, "Nggak apa-apa!"Ini seharusnya gelang giok ibuku ..." jawab Widia."Apa? Ibumu? Kamu yakin?" Maherani bertambah emosional. Bahkan, tubuhnya juga gemetar.Efendi juga tampak emosional. Dia menatap Widia lekat-lekat. Bibirnya sedikit bergetar. Kemudian, dia buru-buru berkata, "Maherani, kesehatanmu nggak baik. Jangan terlalu emosional."Maherani tidak peduli begitu banyak. Pandangannya tidak lepas dari Widia satu detik pun.Ekspresi Widia sedikit bergetar.Melihat Widia tidak bisa mengendalikan emosinya, Tobi yang berdiri di samping pun bertanya, "Anda Mahera Sewadi, 'kan?"Begitu mendengar itu, Efendi segera menggelengkan kepalanya dan berkata, "Walau hampir sama, tapi bukan!""Ya!""Benar!"Namun, Maherani segera berkata, "Mahera Sewadi, Rumah Sakit Medika di Simeru, 'kan?"Mendengar itu, Widia t
"Master Vamil, mengapa Tobi yang kamu sebut itu masih belum datang?" tanya Efendi dengan cemberut. Setelah mengetahui kejadian ini, dia langsung mendatangi sesepuhnya.Sedangkan istrinya, Maherani Sewadi, kesehatannya kurang baik sejak kejadian waktu itu. Jadi, dia pun membawa istrinya keluar jalan-jalan. Yang paling penting lagi, Maherani sendiri juga harus mengikuti suaminya.Jika terjadi sesuatu pada Efendi, Maherani juga tidak ingin hidup lagi.Kedatangan Efendi dan tetua mereka tentu saja untuk menghadapi Hirawan. Meskipun klan foniks jarang ikut campur dalam dunia luar, mereka juga tidak akan membiarkan orang Melandia mendominasi Harlanda.Sekalipun lawan tidak terkalahkan.Hanya saja, setelah berada di sini, mereka tidak menyangka Tobi, yang seharusnya lebih dulu tiba, malah belum muncul juga sampai sekarang ini.Meski bocah itu sangat berbakat dan kuat, bukankah sikapnya ini terlalu sombong? Selain itu, katanya bocah itu masih sangat muda. Kemungkinan besar, dia masih belum bis
Harita benar-benar tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Lagi pula, menurutnya ini adalah hal yang tidak mungkin terjadi.Tepat di saat ini, terdengar nada datar yang datang dari pintu. "Harita, kamu nggak percaya pada kemampuanku, atau kamu nggak percaya pada perkataan cucumu?"Begitu selesai berbicara, Tobi dan Widia langsung muncul di sana.Semua orang tertegun sejenak. Tidak ada satu pun dari mereka yang sempat bereaksi.Namun, mata Fila tertuju pada Widia. Penampilan wanita ini begitu indah dan sempurna. Sosoknya juga anggun dan keseluruhan tubuhnya memperlihatkan karisma yang tinggi.Membuat mata semua orang tanpa sadar harus menoleh dua kali.Cantik sekali!Kecantikannya benar-benar tiada banding!Sebelumnya, paras Fila mungkin tidak akan kalah dengan Widia, atau bahkan sedikit lebih cantik. Namun, setelah Widia melewati proses terlahir kembali dalam api, sudah pasti kecantikannya lebih unggul.Namun, tentunya keduanya masing-masing punya daya tarik tersendiri.Jika ada pr
Di sisi lain, hati Luniver bergetar. Entah kenapa dia merasa bahwa ada suatu keberadaan yang menggunakan kesadaran spiritualnya untuk menyelidikinya. Namun, dia buru-buru menggelengkan kepalanya. Jika sungguh ada orang yang menggunakan kesadaran spiritualnya untuk menyelidikinya, pasti lawan akan terkena serangan balik.Bagaimanapun juga, dia adalah master hebat yang tiada taranya.Sekalipun Vamil yang kondisinya prima muncul di sini, Luniver yakin dirinya masih bisa mengalahkan lawan dengan mudah.Lantaran teknik yang dia latih memiliki kemampuan untuk menghancurkan. Setelah kembali karena mengalami luka parah, dia malah menyerap energi sejati yang disimpan oleh pemimpin sebelumnya secara kebetulan. Dengan demikian, dia berhasil membuat terobosan hingga mencapai puncak hukum langit dan bumi.Sekarang kekuatannya meningkat dua kali lipat. Dia bahkan bisa menghancurkan Hirawan hanya dengan satu gerakan.Oleh sebab itu, Hirawan menjadi makin takut pada Luniver.Saat ini, Vamil dan Raja N
Mata Leonel membelalak. Wajahnya penuh dengan keterkejutan dan ketidakpercayaan.Semua ini benar-benar berada di luar ekspektasinya.Berdasarkan kekuatannya, bukankah seharusnya dia sudah tidak terkalahkan? Mengapa energi yang dikeluarkan Tobi akan begitu menakutkan? Mengapa dia bahkan tidak bisa menahan satu serangan dari Tobi?Apa yang terjadi sebenarnya?Saat ini, samar-samar terdengar suara raungan. Tak lama kemudian, Leonel juga langsung menghilang.Benar. Pria itu lenyap!Seketika berubah menjadi debu!Lenyap tak bersisa!Tobi menggelengkan kepalanya. Baginya, kultivator Alam Tanah Abadi tingkat puncak hanyalah lawan kecil yang bisa disingkirkan dengan mudah.Jangankan Leonel, bahkan Hirawan juga sama.Di matanya, Hirawan juga tidak jauh berbeda dengan Leonel.Namun, Tobi jelas tidak akan membiarkan Hirawan mati begitu saja.Meski Widia tahu Tobi sangat kuat, masih ada keterkejutan dalam sorot matanya. Dia tahu Tobi sangat kuat sekarang, tetapi dia tidak menyangka akan sehebat it
Leonel berencana untuk memusnahkan Keluarga Yudistira lebih dulu. Setelah itu, dia baru akan mempermainkan wanitanya Tobi dan membuat pria itu tidak berdaya.Selanjutnya, dia akan membunuh Tobi dan membuat masalah ini menggemparkan seluruh Jatra.Terakhir, dia baru akan mengalahkan Hirawan dan mengejutkan seluruh dunia.Hanya dengan membayangkan semua ini saja, Leonel sudah sangat bersemangat. Bahkan, wajahnya juga tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.Tak lama kemudian, Leonel sudah tiba di depan kediaman Yudistira. Saat melihat pria dan wanita di depannya, dia tampak terkejut.Bukankah itu Tobi?Bukankah semua orang mengatakan Tobi bersembunyi? Kenapa dia malah muncul di sini?Apalagi pria itu berdiri di sana, seolah-olah sedang menunggu dirinya?Tidak mungkin. Tobi sedang menunggunya?Bukankah dia cari mati sendiri?Saat melihat Leonel, Tobi juga tertegun sejenak. Tak disangka, ternyata itu Leonel. Hanya saja, pria itu bisa dikatakan telah mengalami perubahan drastis.Tingkah la
Kali ini, dia pasti akan membuat Tobi menderita dan putus asa.Hirawan juga setuju dengan perkataannya dan langsung mengangguk.Orang-orang yang mengikuti mereka juga sangat bersemangat. Kali ini, mereka benar-benar telah mencuri perhatian.Tepat di saat ini, di sebuah gua kuno, seorang pria dengan sosok ramping berdiri. Momentumnya tiba-tiba meledak. Tampak sangat menakutkan dan mengejutkan.Untuk sesaat, segala sesuatu di sekitarnya jelas sangat terpengaruh dan langsung berubah menjadi bubuk."Ckck. Tobi, sepertinya kamu nggak akan menyangka kalau aku, Leonel, akan bertemu dengan keajaiban dan kekuatanku meroket!" Leonel tidak bisa menahan kegembiraannya lagi dan langsung tertawa terbahak-bahak.Dia teringat dirinya dipermalukan oleh Tobi sebelumya, bahkan setelah memohon pengampunan berkali-kali, Tobi masih tidak berniat melepaskannya. Apalagi, pria itu juga mengebirinya.Membuat dirinya putus asa dan hampir ingin mati.Siapa sangka, dia akan punya kesempatan untuk mempraktikkan Kit
Widia mengangguk. Jelas, hatinya juga mengharapkan keajaiban terjadi. Yang dikatakan Tobi memang benar. Ini adalah kesempatan yang sangat baik. Jika ibunya masih tidak bisa ditemukan, mungkin ini juga termasuk takdirnya.Di saat pesawat hendak lepas landas, ponsel Tobi tiba-tiba berdering. Ternyata itu panggilan dari Polisi Devi, yang sudah lama tidak muncul. Ada apa wanita itu meneleponnya?"Halo!""Tobi, ternyata kamu Dewa Medis yang legendaris itu?" tanya Devi. Jika bukan Fila yang memberitahunya, dia juga tidak akan percaya.Tobi bukan hanya kepala Keluarga Yudistira, Raja Naga dari Sekte Naga, tetapi juga Dewa Medis yang legendaris. Semua identitasnya begitu menakjubkan.Jika bukan karena Dewa Perang Harita terluka, Keluarga Handoko juga tidak akan mengetahui tentang keberadaan Dewa Medis. Lantaran Fila tidak memiliki nomor teleponnya Tobi, jadi dia pun bertanya dengan Devi. Apalagi, hubungan Devi dengan Tobi lumayan dekat.Tak disangka, Devi memintanya menyerahkan masalah itu pad
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b