Menyadari tatapan Darel yang terpesona, Kakek Muhar dan lainnya diam-diam tersenyum. Kemungkinan besar, rencana mereka akan berhasil. Dia pun buru-buru berkata, "Tuan Darel, mari kukenalkan dulu, ini cucuku, Widia.""Dialah direktur Grup Lianto saat ini dan bertanggung jawab menangani perusahaan sepenuhnya."Mendengar kata-kata itu, barulah Darel terhenyak. Kali ini, dia tidak lagi sombong seperti sebelumnya. Dia melangkah maju dan menyapa dengan antusias, "Halo, Nona Widia. Tak disangka, Anda cantik sekali, bahkan melebihi kecantikan seorang bidadari."Sembari berbicara, dia mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Widia.Namun, Widia sedikit ragu. Terakhir, dia tidak menerima jabatan tangan Darel.Ibunya Widia segera mengingatkannya, "Kenapa diam saja? Ini Tuan Darel, tuan muda Keluarga Capaldi di Jatra. Cepat beri salam kepadanya."Darel buru-buru menyela, "Nggak masalah. Lagi pula, ini pertemuan pertama kami, Nona Widia mungkin gugup. Ayo duduk sambil ngobrol."Sepe
"Tobi, mentang-mentang ada yang mendukungmu dari belakang, kamu pikir kali ini kamu masih bisa lolos?" Pertanyaan Devi ini jelas sebuah jebakan."Nggak, lagian aku nggak pernah bilang ada yang mendukungku.""Lantas, mengapa kamu begitu yakin ada orang yang bisa menjamin kamu keluar?""Aku juga nggak bilang begitu. Aku bisa begitu yakin karena aku nggak melakukan hal ilegal apa pun, jadi sudah pasti aku bisa keluar," ucap Tobi sambil tersenyum.Mendengar itu, Devi diam-diam mengutuk dalam hati, 'Bocah ini licik. Dia tidak mau membocorkan apa pun.' Setelah itu, dia berkata dengan dingin, "Kamu memang bisa lolos sebelumnya, tapi kali ini, kami punya saksi dan bukti kuat. Aku mau lihat, bagaimana kamu berkelit lagi?"Tobi tersenyum dan berkata, "Bu Devi, kamu mau bertaruh? Andai aku nggak bisa keluar dari kantor polisi hari ini, aku akan menuruti semua perkataanmu mulai sekarang.""Kamu yakin?" ucap Devi sambil tersenyum sinis. Berdasarkan kemampuannya, ditambah dengan bukti yang menunjukk
Yudi meletakkan teleponnya tak berdaya. Ayahnya menatapnya dengan penuh harap, seolah-olah ingin tahu apa yang dikatakan oleh Tobi.Lantaran beberapa panggilan sebelumnya tidak diangkat, kali ini, Yudi tidak menyalakan pengeras suara, akibatnya orang di sebelahnya tidak bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas."Tuan Tobi bilang, hubungi dia begitu Darel datang ke sini."Yudi terlihat tak berdaya."Begitu lagi?"Burhan tersenyum pahit dan berkata pasrah, "Ya sudahlah, kita hanya bisa menuruti kata-kata Tuan Tobi. Lagi pula, setelah Tuan Darel sampai di Kota Tawuna, dia juga masih belum mencari kita. Kelihatannya, dia masih menunggu kita mengalah.""Itu sebabnya, kita punya waktu untuk menunggu bantuan Tuan Tobi.""Tapi aku khawatir Tobi tiba-tiba berubah pikiran. Kalau dia nggak muncul, kita akan mendapat masalah.""Nggak mungkin."Yudi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku percaya Kak Tobi akan menepati janjinya."Sementara itu, Devi juga khawatir kalau Tobi merencanakan ses
Begitu Pak Teguh menutup telepon, dia segera mencari tahu masalah itu. Setelah mendapat informasi bahwa mereka menyinggung Pak Rizal, dia langsung menelepon Rizal.Mendengar Pak Teguh ikut andil dalam masalah itu, Rizal agak kaget. Walau Pak Teguh sudah pensiun sekarang, bagaimanapun juga, dia masih termasuk pejabat yang masih disegani, jadi Rizal harus memberinya muka.Dia pun berjanji akan melepaskan mereka.Lantaran Pak Teguh tidak mengungkit masalah Tobi, sudah pasti Rizal tak akan melepaskannya begitu saja. Dia bahkan telah bersiap untuk menghabisinya.Hanya dengan cara inilah, kebencian di hati putrinya bisa lenyap. Karena Grup Lianto tidak bisa menghukum Tobi, kalau begitu, biarlah dia yang turun tangan menghukum Tobi secara habis-habisan.Darel menutup telepon, kembali duduk, dan berkata, "Widia, tenang saja, aku sudah telepon Pak Teguh, pejabat berkuasa di kota kalian. Dia akan mengurusnya, jadi semuanya akan baik-baik saja.""Benarkah? Syukurlah. Tuan Darel memang punya banya
Devi berusaha menahan diri agar tidak emosi. Setelah bertanya secara singkat, dia pun menambahkan, "Tobi, sebaiknya akui semua kesalahanmu dengan jujur.""Jangan sampai aku tahu kebenaran ini dari mulut orang lain, saat itu kamu akan kehilangan satu-satunya kesempatan untuk meringankan hukumanmu."Tobi tampak tak berdaya, kemudian menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kenapa aku harus mengakui kesalahanku? Lagi pula, aku nggak melakukan hal yang melanggar hukum.""Kamu yakin? Ini satu-satunya kesempatanmu. Asal kamu tahu, tak peduli siapa yang membelamu kali ini, aku pasti nggak akan melepaskanmu begitu saja.""Ya, aku nggak bersalah, jadi nggak ada yang perlu kujelaskan.""Oke, ini permintaanmu sendiri."Devi marah dan langsung memberi perintah, "Bawa mereka masuk!"Mendengar perintah itu, rekannya segera membawa Fahmi dan Hugo. Begitu keduanya memasuki ruangan, tatapan mereka langsung menangkap sosok yang duduk di dalam.Meski tangannya diborgol, ekspresi Tobi yang mulanya masih tena
"Andai yang kukatakan nggak benar, aku pasti akan disambar petir."Fahmi tersentak. Padahal ini semua tidak benar, tetapi Hugo masih berani bersumpah seperti itu. Apa dia tidak takut sumpahnya akan menjadi kenyataan? Namun, hal ini juga menunjukkan betapa takutnya Hugo kepada Tuan Tobi.Devi tampak geram. Untungnya, mereka masih punya saksi lainnya. Dia segera berbalik dan berkata, "Fahmi, bukankah kamu sebelumnya bilang Tobi mengandalkan kemampuannya dan bertindak semena-mena serta sembarangan melukai orang?"Mendengar itu, Fahmi langsung menyangkal, "Nggak, Tuan Tobi itu sangat baik. Tindakan kamilah yang sangat keji, tapi dia sama sekali nggak pernah menyakiti kami. Mana mungkin dia bisa sembarangan melukai orang lain?"Kata-kata itu langsung membuat emosi Devi meledak. "Fahmi, jangan pikir kamu bisa menarik kesaksianmu sebelumnya dan mengubah ceritamu sekarang. Kami masih punya rekaman CCTV."Menyadari di sana ada CCTV, wajah Fahmi langsung berubah. Apa yang harus dia lakukan? Tera
"Kenapa? Baru dibilang begitu, kamu sudah nggak senang?"Melihat tatapan menyedihkan Devi, Pak Zainal sama sekali tidak berhenti menegurnya, lalu lanjut berkata dengan dingin, "Kalau kamu nggak tahan denganku, atau masih ingin bertindak sesuka hati seperti ini, silakan minta dipindahkan saja.""Kantor sekecil ini nggak sanggup menampung orang hebat sepertimu."Atasannya bahkan tega mengucapkan kata-kata kejam seperti itu. Air mata Devi tak terbendung lagi. Sambil terisak, dia pun berkata, "Tapi Tobi memang punya masalah dari awal. Identitas seperti apa yang membuatmu membelanya seperti ini?""Dia punya masalah?""Buktinya mana?""Kamu nggak punya bukti, tapi masih berani bilang dia punya masalah?"Melihat Devi masih belum bertobat, Pak Zainal langsung bertanya, "Jadi, andai aku bilang kamu bermasalah, aku juga bisa menangkapmu untuk diinterogasi?""Aku ...."Devi masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi ternyata dia tidak bisa berkelit lagi."Nggak bisa berkelit lagi?""Kalau kamu masih
"Nggak apa-apa. Andai sikapmu seperti ini dari tadi." Tobi tersenyum ringan dan berkata, "Jangan khawatir, aku bukan orang yang perhitungan. Lantaran kamu begitu tulus, akan kumaafkan kamu.""Terima kasih. Biar aku antar kamu keluar."Ini adalah permintaan Paman Zainal. Devi segera melangkah maju dan membuka borgol Tobi, lalu mengantarnya ke luar.Ternyata, Pak Zainal sudah menunggu di luar. Dia bergegas mendekati mereka dan berkata, "Tuan Tobi, saya benar-benar minta maaf. Bawahan saya nggak tahu dan telah menyinggung Anda. Saya minta maaf kepada Anda.""Nggak masalah, sudah berlalu semuanya," ucap Tobi."Baguslah kalau begitu. Devi, kamu dengar itu? Tuan Tobi begitu murah hati, kelak kamu nggak boleh melakukan kesalahan seperti ini lagi," kata Pak Zainal memperingatkannya."Ya, aku akan mengingatnya!""Bagus. Oh ya, cepat antar Tuan Tobi kembali.""Ini ...."Sebenarnya Devi ingin menolak, tetapi melihat tatapan Paman Zainal, dia terpaksa mengangguk dan berkata, "Baiklah!"Lantaran ad
Sembari berbicara, dia menunjuk ke arah Isander. Yang kepalanya terkulai dan tidak bisa diangkat sama sekali.Wajah Kinan dan adiknya berubah drastis. Mereka baru saja menyaksikan keganasan pria ini. Apalagi, niat membunuh yang terpancar dari tubuh pria lain telah membuat mereka ketakutan.Khususnya, Miya. Dia buru-buru menjelaskan, "Ya, kamilah yang membuat rencana untuk menjebakmu!""Kak Isander menyukai wanita di sampingmu. Jadi, kami berakting di sini untuk merusak reputasimu. Sekaligus memamerkan kekuatan dan ketampanannya di depan mereka. Dengan begitu, mereka pasti akan terpikat dan bersedia untuk menjadi wanitanya Kak Isander."Miya tidak tanggung-tanggung. Dia langsung menceritakan semua rencana mereka.Wajah Isander berubah pucat pasi. Dia ingin mencekik Miya sekarang juga. Sekalipun dipaksa mengatakan yang sebenarnya, dia juga tidak perlu menjelaskan begitu detail seperti itu, 'kan?Apalagi, kata-katanya begitu tidak enak didengar.Miya barusan bilang 'mereka'?Isander berha
Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang kembali terkejut dan juga ketakutan.Tobi ini benar-benar sudah gila.Raut wajah Vara berubah muram. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Kalau dia pergi begitu saja, bukankah akan sangat memalukan?Namun, jika dia tidak pergi, bocah ini mungkin akan memukulnya. Saat itu, akan lebih memalukan lagi.Apalagi saat ini, dua pramugari lainnya juga muncul di sana. Mereka bahkan melihat adegan yang membuatnya malu.Lastri, yang duduk di samping Yaldora juga memperhatikan adegan ini. Dia marah sekali. Dia langsung protes dengan suara kecil, "Nona, kamu lihat itu? Dia mengandalkan kekuatan tingkat Guru Besar-nya untuk menindas orang-orang ini dan bertindak arogan seperti itu.""Dia nggak tahu malu sekali. Nona, apa kamu nggak mau memberinya pelajaran?"Ekspresi Yaldora berubah. Dia berkata dengan nada dingin, "Arogan apanya? Memangnya harus membiarkan orang lain menjebaknya dan nggak melawan?""Apa dia sedang melawan? Kalau ingin melawan, seharusnya di
"Kamu yakin? Apa kamu tahu siapa aku?""Bukankah kamu barusan sudah bilang? Tuan muda Keluarga Yudistira dari Jatra, 'kan?""Benar. Kamu sudah tahu identitasku, tapi masih berani lancang seperti itu? Kamu nggak takut mati mengenaskan?" tanya Isander dengan nada geram.Padahal, dia keluar untuk memamerkan kehebatannya. Namun, siapa sangka, harga dirinya malah diinjak-injak berulang kali. Hal ini tentu membuatnya makin benci kepada Tobi.Namun, bocah ini agak aneh. Miya mengira dia menyerang secara diam-diam, tetapi dia tahu lawan sangat terampil. Setidaknya, gerakannya sangat cepat.Saat bocah itu menyerangnya barusan, kecepatannya sangatlah gesit."Kenapa harus takut?"Ekspresi wajah Tobi tampak datar. "Apa Keluarga Yudistira begitu hebat?""Omong kosong! Tentu saja Keluarga Yudistira hebat."Kinan tidak tahan lagi dan langsung menjawab dengan suara keras, "Keluarga Yudistira adalah salah satu dari empat keluarga paling kuat di Jatra, bahkan di seluruh Harlanda. Hebat, 'kan?""Didengar
Meski perkataan Isander barusan terdengar begitu indah, dia jelas tidak sehebat itu. Namun, di hadapan wanita, dia tentu harus memamerkan kehebatannya. Dengan begitu, mereka akan tergila-gila kepadanya,Berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, Isander merasa menghadapi Tobi bukanlah hal sulit."Oke. Kalau begitu, ayo bertarung."Tobi berkata dengan nada datar, "Tapi aku nggak butuh pengakuan darimu. Setelah kamu kalah nanti, berlututlah di depanku, bersujud tiga kali dan katakan kalau kamu bersalah."Begitu mendengar itu, wajah Isander langsung berubah dingin. "Nggak masalah, tapi kalau kamu kalah, aku akan lumpuhkan kedua kakimu!""Nggak masalah. Ayo, maju," kata Tobi."Apa kamu nggak berdiri?" Isander melihat Tobi masih duduk di sana, tanpa mau bergerak sedikit pun. Apa bocah ini mengira kemampuannya sama seperti Kinan?"Menghadapi pria sepertimu, aku nggak perlu berdiri.""Bagus, bagus sekali. Kamu yang cari masalah sendiri."Isander merasa tertantang. Dia menggunakan teknik mental ya
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de
Karena perkataan Isander, Ivy langsung menjadi gugup.Padahal, jika dilihat dari penampilan, Tobi tidak terlihat seperti orang seperti itu. Sebaliknya, Kinan tampak begitu mendominasi.Tidak peduli benar atau salah, bukankah sebaiknya menyerahkan masalah ini kepada polisi untuk diselidiki dan ditangani?Hanya saja, tuan muda Keluarga Yudistira yang terlihat bermartabat dan sopan ini sepertinya punya latar belakang yang menakutkan. Dia bahkan mengenal Pak Retno dan tampaknya tidak takut dengan atasan mereka.Namun, jika Ivy tidak ikut campur, apa yang akan terjadi pada pria ini? Hati nuraninya pasti tidak akan tenang. Apa yang harus dia lakukan?"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Percayalah, asalkan ada aku di sini, nggak akan terjadi apa-apa. Kalau kamu masih khawatir, kamu bisa simpan nomor Whatsapp-ku. Aku pasti akan melindungimu," ucap Isander dengan cepat.Hari ini dia hanya perlu menaklukkan dua wanita cantik ini dulu. Dia tidak perlu khawatir dengan pramugari ini. Lagi pula, dia
"Nggak bisa. Beraninya dia menyentuh adikku. Aku harus menghadapinya sendiri hari ini," kata Kinan dengan kesal.Mendengar itu, Ivy masih mau berbicara.Isander langsung mendahuluinya dan berkata dengan nada tegas, "Sudahlah. Nona Cantik, kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, jadi buat apa ikut campur dalam urusan orang lain? Selain itu, aku juga kenal Pak Retno dari perusahaan kalian.""Kamu nggak perlu khawatir dengan masalah ini. Nanti aku akan sampaikan masalah ini kepadanya langsung.""Ka ... kamu kenal Pak Retno?" tanya Ivy dengan ekspresi terkejut."Tentu saja. Bagi tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra sepertiku, mengenal CEO maskapai penerbangan bukanlah masalah besar. Sebaliknya, itu seharusnya menjadi kehormatan baginya," kata Isander dengan ekspresi bangga.Dia sengaja mengatakan semua ini dengan suara lantang agar bisa memamerkan statusnya yang luar biasa kepada semua orang, terutama kepada wanita-wanita cantik itu.Jika demikian, tingkat keberhasilan mendapatkan wanita-wa
Mendapati wanita yang mengikuti Yaldora juga ikut mengomentari, Isander segera mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dan memenangkan hati wanita pujaannya.Begitu mendengar itu, Lastri langsung memperlihatkan ekspresi kekaguman dan buru-buru berkata, "Benar, mereka sama-sama bermarga Yudistira, tapi kenapa kesenjangannya begitu besar? Yang satunya preman yang nggak tahu malu. Yang satunya lagi justru pemuda tampan yang punya rasa keadilan!"Isander kegirangan mendengar pujian itu. Dia sangat antusias sampai bergegas berkata, "Nona, kamu terlalu memuji. Tapi wanita memang seharusnya dilindungi pria. Bagaimana mereka bisa diintimidasi seperti ini? Benar-benar parah sekali.""Nona nggak perlu khawatir. Aku pasti akan memberinya hukuman setimpal hari ini agar dia nggak berani melakukan hal nggak tahu malu seperti itu lagi."Wajah Tobi tampak tidak berdaya. Ketiga orang ini jelas tampak seperti satu komplotan. Mereka bertindak seolah-olah itu adalah masalah yang serius.Yaldora, yang duduk
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab