"Andai yang kukatakan nggak benar, aku pasti akan disambar petir."Fahmi tersentak. Padahal ini semua tidak benar, tetapi Hugo masih berani bersumpah seperti itu. Apa dia tidak takut sumpahnya akan menjadi kenyataan? Namun, hal ini juga menunjukkan betapa takutnya Hugo kepada Tuan Tobi.Devi tampak geram. Untungnya, mereka masih punya saksi lainnya. Dia segera berbalik dan berkata, "Fahmi, bukankah kamu sebelumnya bilang Tobi mengandalkan kemampuannya dan bertindak semena-mena serta sembarangan melukai orang?"Mendengar itu, Fahmi langsung menyangkal, "Nggak, Tuan Tobi itu sangat baik. Tindakan kamilah yang sangat keji, tapi dia sama sekali nggak pernah menyakiti kami. Mana mungkin dia bisa sembarangan melukai orang lain?"Kata-kata itu langsung membuat emosi Devi meledak. "Fahmi, jangan pikir kamu bisa menarik kesaksianmu sebelumnya dan mengubah ceritamu sekarang. Kami masih punya rekaman CCTV."Menyadari di sana ada CCTV, wajah Fahmi langsung berubah. Apa yang harus dia lakukan? Tera
"Kenapa? Baru dibilang begitu, kamu sudah nggak senang?"Melihat tatapan menyedihkan Devi, Pak Zainal sama sekali tidak berhenti menegurnya, lalu lanjut berkata dengan dingin, "Kalau kamu nggak tahan denganku, atau masih ingin bertindak sesuka hati seperti ini, silakan minta dipindahkan saja.""Kantor sekecil ini nggak sanggup menampung orang hebat sepertimu."Atasannya bahkan tega mengucapkan kata-kata kejam seperti itu. Air mata Devi tak terbendung lagi. Sambil terisak, dia pun berkata, "Tapi Tobi memang punya masalah dari awal. Identitas seperti apa yang membuatmu membelanya seperti ini?""Dia punya masalah?""Buktinya mana?""Kamu nggak punya bukti, tapi masih berani bilang dia punya masalah?"Melihat Devi masih belum bertobat, Pak Zainal langsung bertanya, "Jadi, andai aku bilang kamu bermasalah, aku juga bisa menangkapmu untuk diinterogasi?""Aku ...."Devi masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi ternyata dia tidak bisa berkelit lagi."Nggak bisa berkelit lagi?""Kalau kamu masih
"Nggak apa-apa. Andai sikapmu seperti ini dari tadi." Tobi tersenyum ringan dan berkata, "Jangan khawatir, aku bukan orang yang perhitungan. Lantaran kamu begitu tulus, akan kumaafkan kamu.""Terima kasih. Biar aku antar kamu keluar."Ini adalah permintaan Paman Zainal. Devi segera melangkah maju dan membuka borgol Tobi, lalu mengantarnya ke luar.Ternyata, Pak Zainal sudah menunggu di luar. Dia bergegas mendekati mereka dan berkata, "Tuan Tobi, saya benar-benar minta maaf. Bawahan saya nggak tahu dan telah menyinggung Anda. Saya minta maaf kepada Anda.""Nggak masalah, sudah berlalu semuanya," ucap Tobi."Baguslah kalau begitu. Devi, kamu dengar itu? Tuan Tobi begitu murah hati, kelak kamu nggak boleh melakukan kesalahan seperti ini lagi," kata Pak Zainal memperingatkannya."Ya, aku akan mengingatnya!""Bagus. Oh ya, cepat antar Tuan Tobi kembali.""Ini ...."Sebenarnya Devi ingin menolak, tetapi melihat tatapan Paman Zainal, dia terpaksa mengangguk dan berkata, "Baiklah!"Lantaran ad
"Yakin sekali," ucap Devi dengan dingin sekaligus tegas.Tobi menggelengkan kepalanya. Kenapa sikap gadis ini tiba-tiba berubah drastis? Pasti ada sesuatu di baliknya. Namun, mana mungkin gadis kecil seperti ini bisa mempermainkan dirinya?Setelah menyetir selama beberapa saat, mereka pun sampai di perusahaan."Sudah sampai. Sayang, mau naik ke atas dan duduk di ruanganku?" tanya Tobi sambil tersenyum.Sebutan "Sayang" itu hampir membuat Devi muntah di tempat. Dia memelototi Tobi. Namun, begitu pria itu keluar dari mobil, dia langsung melangkah maju dan memeluknya.Tobi kebingungan. Apa yang terjadi? Apa gadis ini sudah gila?Devi segera melepaskan tangannya dan berkata dengan bangga, "Oke, aku barusan sudah jadi wanitamu, tapi aku sadar kamu bukan hanya jelek, tapi sifatmu juga buruk, jadi aku mau putus denganmu sekarang.""Putus?"Tobi akhirnya mengerti apa yang sedang direncanakan gadis ini.Mendapati tatapan kaget Tobi, Devi langsung merasa senang.Akhirnya, bajingan ini ditipu ole
"Ya, aku baik-baik saja. Lagi pula, hanya masalah kecil," jawab Tobi."Syukurlah. Kak Tobi, tahu nggak, setelah kamu pergi, Departemen Pajak, Biro Industri Komersial ...." Leo dengan cepat menceritakan masalah yang terjadi barusan.Makin didengar, Tobi makin mengerutkan kening. Wajahnya juga berubah dingin. Tak disangka, telah terjadi begitu banyak hal hanya dalam waktu sesingkat itu. Dia pun buru-buru bertanya, "Lantas, bagaimana kalian menanganinya? Di mana Widia?""Widia?"Leo agak terkejut, barusan Tobi memanggil nama Bu Widia secara langsung?Ternyata benar, hubungan Kak Tobi dengan Bu Widia dekat. Dia pun buru-buru berkata, "Bu Widia juga sudah kami kabari, tapi dia nggak kembali ke perusahaan. Sepertinya Bu Widia mencari orang untuk menyelesaikan masalah itu.""Oke, aku mengerti."Tobi mengeluarkan ponsel dan menelepon Widia lebih dulu.Saat itu, Widia baru saja berpamitan dengan Darel. Bagaimanapun juga, Tuan Darel telah memberi banyak bantuan hari ini, jadi dia tidak mungkin m
Melihat Tobi begitu tegas, Widia tak kuasa menahan senyum dan berkata, "Benar saja, mulutmu itu bagaikan mulut gagak. Entah kenapa, semua orang yang kamu bilang nggak beruntung itu pasti akan berakhir sial.""Kenapa malah disebut mulut gagak? Seharusnya ini ramalan ajaib, dong.""Ya, ya, aku yang salah, seharusnya ramalan ajaib," kata Widia sambil tersenyum, suasana hatinya membaik setelah mendengar candaan Tobi.Meski dia tidak begitu yakin Darel akan tertimpa masalah, entah kenapa, dia mulai percaya dengan omongan Tobi barusan.Setelah menutup telepon, kilatan dingin melintas di matanya. 'Darel, kamu bukan hanya mengganggu Keluarga Saswito saja, tapi kamu juga menggangguku. Benar-benar cari mati.'Namun, yang paling penting sekarang adalah menangani orang itu lebih dulu. Tobi langsung menelepon Hendro."Tuan Tobi!""Jelaskan, apa yang terjadi dengan Grup Lianto hari ini?" tanya Tobi tanpa berbasa-basi, bahkan nada bicaranya juga agak kasar, jelas-jelas mempertanyakan masalah itu.And
Lantaran Rizal sudah ditangkap, dilihat dari kasus sebelumnya, sangat mustahil baginya untuk dibebaskan lagi.Menghadapi kejutan yang mendadak ini, Juneidi pun menyempatkan diri untuk menelepon Tobi dan berterima kasih kepadanya. Dia bahkan menawarkan ingin memberi hadiah kepadanya.Namun, Tobi tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu dan mengabaikannya begitu saja. Dia hanya meminta Juneidi melakukan tugas sebagaimana mestinya dan peduli dengan kepentingan rakyat. Kalau tidak, Tobi juga bisa mencabut posisinya kapan saja.Juneidi berjanji kepadanya. Lagi pula, ini juga harapannya selama ini. Oleh karena alasan inilah, kerja samanya dengan Hendro bisa berjalan dengan lancar.Setelah mendengar kata-kata Tobi, dia makin menganggap pria itu benar-benar orang yang memiliki jiwa mulia.Sebaliknya, Rizal sudah tamat. Dia mulai menebak mengapa kejadian ini bisa menimpa dirinya. Belakangan ini, pasti dia telah melakukan sesuatu, apalagi menyinggung orang yang berkuasa.Khususnya saat menginga
"Tuan Tobi, kamu sudah datang. Duduklah."Meski Lindy sangat gelisah, dia masih buru-buru beranjak dan menyambut pria itu.Inggit juga bergegas berdiri dan menatap Tobi dengan takut-takut. Pertemuan kali ini jelas-jelas berbeda dari pertemuan sebelumnya.Tobi bahkan tidak melihat ke arah Inggit sedikit pun. Dia berjalan ke depan, lalu duduk di kursi dan berkata, "Ada apa?"Mendengar itu, Inggit segera melangkah maju dan berkata, "Tuan Tobi, saya datang ke sini untuk minta maaf kepada Anda.""Lindy dipaksa olehku, jadi tolong jangan salahkan dia."Tobi hanya mendengar, tetapi tidak menjawabnya. Dia duduk di sana sambil memasang ekspresi dingin, menunjukkan bahwa Inggit bisa melanjutkan kata-katanya."Maaf, aku sudah bersalah!""Aku nggak seharusnya menyuruh ayahku menggunakan kekuasaannya untuk mencelakaimu. Aku juga nggak seharusnya menyuruh orang menyelidiki Grup Lianto. Tindakanku ini sudah kelewat batas.""Aku menyesali perbuatanku. Mohon beri aku kesempatan lagi. Asalkan kamu melep
Saat ini, semuanya juga seharusnya sudah berakhir.Setelah semua orang bubar, Vamil maju ke depan sambil tertawa, "Tobi, kamu benar-benar memberiku kejutan besar kali ini.""Awalnya, aku kira kamu setidaknya membutuhkan lima tahun untuk menandingi kekuatan mereka. Aku nggak menyangka kekuatannya akan meningkat secepat itu. Benar-benar di luar dugaanku.""Bolehkah kamu beri tahu aku sudah sampai mana kekuatanmu saat ini?"Vamil sangat penasaran.Tobi mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Nggak ada lawan, jadi aku juga nggak begitu jelas.""Aku hanya tahu, kalau aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, aku bisa menghancurkan kota dengan mudah.""...."Semua orang benar-benar tercengang, lalu berkata tak berdaya, "Luar biasa!"Vamil terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Nak, kamu benar-benar mengejutkanku. Oh ya, kapan kalian akan menikah? Jangan terlalu lama. Aku nggak punya banyak waktu lagi."Jelas, dia sangat puas dengan Tobi dan berharap bisa menghadiri pernikahan mereka.Mende
Kata-kata dominan Tobi barusan membuat orang-orang Harlanda makin antusias. Saking bersemangatnya, mereka yang menonton siaran langsung dari rumah pun bersorak kegirangan.Mereka sangat gembira. Jadi, perlu mengekspresikan kegembiraan yang mereka rasakan.Hanya saja kalimat 'siapkan misil' yang diucapkan Tobi membingungkan mereka.Apa yang terjadi? Siapkan misil? Apa maksudnya? Tiba-tiba tanda tanya muncul memenuhi seluruh layar.Semua orang benar-benar tercengang mendengar kata-kata itu.Banyak orang mengungkapkan pertanyaan mereka.Di saat bersamaan, para petugas di pangkalan rudal itu juga tampak berkeringat dingin. Biasanya, dalam situasi apa pun, dia pasti akan melaksanakan perintah dengan tegas. Namun, dia jelas-jelas gugup saat ini dan kembali mengkonfirmasi.Radiya mengangguk. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan, dia bahkan turun tangan memperhatikan masalah ini.Jika bukan karena menyaksikan kekuatan Tobi yang melampaui orang biasa dengan matanya sendiri, dia benar-benar
Negara Harlanda seketika dibanjiri berbagai kata-kata pujian, sorak-sorai, dan kekaguman.Di mata mereka, Tobi sudah termasuk dewa pelindung Harlanda.Sebaliknya di mata dunia luar, mereka mulai takjub terhadap kekuatan Negara Harlanda. Bahkan, juga ada rasa takut.Tobi tidak peduli dengan masalah ini. Dia teringat bahwa selama periode ini, ada banyak orang yang membuat onar. Jadi, dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, akhir-akhir ini, banyak wilayah yang meremehkan seni bela diri Negara Harlanda kita. Bisa-bisanya mereka memandang rendah seni bela diri kita.""Kalau begitu, aku akan perlihatkan pada mereka akan betapa hebatnya seni bela diri Negara Harlanda. Master-master hebat lainnya yang jarang menampakkan diri nggak perlu mengambil tindakan, cukup mereka yang ada di sini yang melakukannya saja.""Pandu, keluarlah!"Tobi tiba-tiba menyebut nama Pandu.Awalnya, Pandu sempat terkejut. Namun, reaksinya cukup cepat. Begitu menerima perintah Tobi, dia segera melompat keluar dan berkat
Tobi perlahan melambaikan tangan kanannya. Tubuh Hirawan seketika terhempas keluar dari lapangan dan mendarat tepat di samping orang-orang Melandia yang tengah membawa rekan mereka yang tak sadarkan diri tadi.Membiarkan mereka membawa Hirawan pergi.Selanjutnya, giliran Luniver.Semua orang yang hadir di sana kini memandang Tobi dengan tatapan penuh kekaguman dan keterkejutan.Vamil dan lainnya yang mendukung Tobi semuanya tampak antusias. Awalnya, mereka mengira krisis besar yang dihadapi kali ini akan mendatangkan ancaman bagi seni bela diri Harlanda. Siapa sangka, hal ini bisa dengan mudah diselesaikan oleh Tobi.Meski Luniver masih belum bertindak, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, sudah pasti tidak akan semudah mengendalikan Hirawan lagi."Luniver, giliranmu sekarang!" seru Tobi dengan nada datar.Begitu Tobi selesai berbicara, semua orang terkejut.Mereka sangat familier dengan kekuatan Luniver. Apalagi, setelah pertarungan kemarin, namanya kini sangatlah populer.Jelas sek
Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi
Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be
"Dia juga idolaku!""Aku juga!""Haha. Masih berpura-pura. Bukankah kalian sangat sombong dan bangga barusan? Ayo lanjutkan lagi.""...."Dalam sekejap, semua orang Harlanda bersorak kegirangan. Baik mereka yang menonton dari internet maupun mereka yang menyaksikan secara langsung. Terutama mereka yang mengenali Tobi dan hubungannya dekat dengannya. Semuanya sangat bersemangat.Sebaliknya, satu per satu dari wajah orang Melandia berubah muram. Mereka sepenuhnya tidak percaya dengan adegan yang terjadi di depan mereka.Di mata mereka, sosok Hirawan sangatlah kuat bagaikan dewa. Jadi, bagaimana Hirawan bisa ditaklukkan secara tiba-tiba. Bahkan, wajahnya bisa ditampar di depan umum?Apalagi, ini juga merupakan tamparan di wajah mereka. Tentu saja mereka sangat marah."Curang! Mereka pasti curang!""Manipulasi. Mereka pasti menggunakan manipulasi!""Hirawan, katakan sejujurnya, apakah kamu sengaja mengalah pada mereka? Kamu ingin mereka senang dulu, kemudian membuat mereka terpuruk nantiny
Melihat Tobi berjalan mendekatinya, Hirawan tampak mengerutkan keningnya. Karena dia menyadari bahwa dirinya tidak bisa merasakan kekuatan apa pun dari tubuh Tobi.Hanya ada dua kemungkinan untuk situasi seperti ini. Pertama, lawan jauh lebih kuat dari dirinya. Jadi, dia tidak bisa merasakan kekuatannya. Namun, Hirawan bahkan masih bisa merasakan kekuatan Vamil dan Luniver.Apa pun alasannya, mustahil kekuatan Tobi akan lebih tinggi dibandingkan mereka berdua, 'kan?Yang kedua, mungkin Tobi telah mempelajari teknik untuk menyembunyikan kekuatan.Jika penilaiannya tidak salah, pasti Tobi telah menyembunyikan kekuatannya.Berpura-pura terlibat hebat. Apa Tobi mengira bisa menakuti dirinya?Bibir Hirawan melengkung. Kemudian, dia berkata dengan nada menghina, "Tobi si pengecut, akhirnya kamu berani menampakkan dirimu? Kupikir kamu akan terus bersembunyi sampai akhir."Tobi tersenyum, tetapi senyumannya tampak sinis, lalu berkata dengan nada datar, "Bersembunyi? Mana mungkin aku bersembuny
"Tapi aku harap kalian bisa lebih kuat hari ini. Setidaknya, biarkan aku melakukan sedikit pemanasan.""Kalau nggak, bukankah akan sangat membosankan?""Selain itu, aku juga nggak akan bermurah hati lagi hari ini. Begitu naik ke atas, hanya ada dua pilihan di depan kalian. Kalau nggak hidup ya mati. Coba aku lihat apa masih ada orang Harlanda yang nggak takut mati?"Begitu kata-kata ini dilontarkan, sekali lagi kolom komentar dibanjiri banyak orang. Apalagi, banyak orang yang teringat dengan Tobi, yang disebut Hirawan sebelumnya itu, masih belum muncul juga.Perkataan Hirawan tentunya mengundang emosi banyak master Harlanda. Semuanya terlihat marah dan bersiap untuk naik ke atas panggung.Efendi juga mengambil langkah ke depan dan hendak naik ke atas panggung.Namun, di saat bersamaan, Tobi lebih dulu memimpin dan berjalan langsung ke atas panggung.Indira yang berada di sebelahnya tertegun sejenak. Bagaimanapun, dia juga termasuk master paling kuat di antara para Pelindung Harlanda. K