Barusan, Widia sangat senang dengan kinerja Fiona. Dia banyak mempromosikan produk perawatan kulit Dermavita milik perusahaan, sekaligus mengubah citra perusahaan sepenuhnya.Tiba-tiba Tania datang melaporkan bahwa ada orang yang mengirimkan paket kecil tanpa nama. Hanya tertulis nama penerimanya, Bu Widia. Pasti ada kejutan di dalamnya.Awalnya, Tania khawatir ada sesuatu yang berbahaya, jadi dia berinisiatif membantu membukanya. Lagi pula, tidak ada yang tahu apa yang ada di dalam paket itu.Setelah paket dibuka, ternyata ada tumpukan foto di dalamnya.Melihat foto itu, Tania tampak kaget dan terpana, seolah-olah baru saja mengetahuinya.Widia langsung mengambil foto-foto itu. Begitu dilihat, wajahnya menjadi pucatFoto itu jelas-jelas foto mesra Tobi dan Jessi dari berbagai sudut.Jessi mabuk malam itu. Akibatnya, dia berinisiatif menyerahkan tubuhnya kepada Tobi. Jadi, dia terlihat proaktif dan mereka berdua juga sangat dekat.Terutama, foto di mana Tobi menggendong Jessi, yang mem
"Mana mungkin, ini baru permulaan. Hanya saja, kali ini aku merasa lebih baik daripada saat aku berada di puncak dulu. Tentu saja, semua ini berkat Kak Tobi.""Lagi-lagi bicara seperti itu lagi.""Itu kenyataannya. Kalau bukan Kak Tobi, mungkin saat ini aku masih menyembunyikan diri. Singkatnya, apa pun yang diminta Kak Tobi kelak, aku pasti akan melakukannya, sekalipun kamu ingin menjualku.""Gadis bodoh, buat apa aku menjualmu?"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tapi karena kamu, dalang di balik masalah ini pasti akan bernasib nahas. Aku takut mereka akan mencelakaimu, jadi aku sengaja mengutus pengawal untukmu."Sembari berbicara, dia menunjuk ke dua pria di kejauhan. Mereka berdua cukup terampil. Meski tidak mampu melawan ahli bela diri yang kuat, mereka bisa menaklukkan ahli bela diri biasa."Oh!""Aku ikut apa kata Kak Tobi saja."Sebenarnya, Fiona enggan, tetapi dia tidak berani menolak, lalu berkata, "Tapi Kak Tobi harus mengantarku pulang malam ini.""Oke!"Tobi berpi
"Cuma itu saja?""Benar, cuma ini saja." Hanya itu yang dikatakan Tobi, lagi pula semua fotonya telah terlihat jelas.Namun, dari kata-kata itu, Widia merasa Tobi tidak ingin menjelaskan. Itu sebabnya, emosinya makin meledak, "Itu saja, tanpa penjelasan lainnya? Tobi, apa kamu masih pria? Kamu menganggapku sebagai apa?"Tobi agak terkejut dan menghela napas, "Tentu saja kamu istriku. Kalau nggak, mengapa aku selalu berusaha sebaik mungkin untuk membantumu?""Membantuku?""Benar, kamu membantuku, tapi sebenarnya kamu juga sedang membantu dirimu sendiri.""Meski kamu pintar, kamu juga nggak punya kekuatan dan kekuasaan, jadi nggak ada gunanya. Jangan mengira aku nggak bisa menangani semuanya tanpa dirimu," ujar Widia dengan marah."Oh, yang katakan kamu benar," ucap Tobi.Sikap Tobi yang acuh tak acuh itu membuat Widia tidak nyaman. Dia sudah hampir gila.Sebenarnya, dia sangat menyesali apa yang baru saja dia katakan.Lantaran dia sadar ucapan itu sangat menyakitkan.Apalagi, Tobi telah
Namun, suasana hatinya sedang buruk sekarang, apalagi memikirkan hal yang dilakukan Irfan, dia makin kesal, "Dokter Irfan, kamu itu dokter ajaib yang terkenal, aku nggak berani menerima permintaan maaf darimu. Aku takut kamu mempersulitku nantinya.""Bu Widia, jangan bercanda. Anda punya orang hebat yang mendukung dari belakang, saya mana berani.""Jangan khawatir, sebentar lagi saya akan minta maaf secara terbuka di internet. Saya juga akan berusaha mempromosikan produk perusahaan Anda. Mohon Anda berbelas kasihan, maafkan saya kali ini," ujar Irfan buru-buru.Widia tampak tercengang. Ada orang hebat di belakangnya? Tampaknya, Irfan telah diperingatkan oleh orang itu. "Siapa orang hebat yang kamu bicarakan?" tanya Widia dengan cepat.Irfan tampak kaget, "Rektor Universitas Gandar, pemimpin Asosiasi Pengobatan Tradisional. Anda nggak tahu?"Universitas Gandar dan Universitas Harmeda atau dikenal juga dengan Universitas Jatra, merupakan dua universitas terkenal di Harlanda, termasuk sur
Mendengar itu, Widia langsung percaya.Sempat tebersit pemikiran kalau itu mungkin perbuatannya Tobi. Siapa tahu dia menyuruh orang lain membantunya.Kalau bukan karena pertengkaran tadi, dia pasti sudah menanyakannya.Namun, saat ini pemikiran itu mendadak lenyap."Terima kasih atas bantuanmu kali ini, Tuan Gavin," ucap Widia."Sama-sama. Lagian, kita teman, 'kan? Jadi, nggak perlu segan-segan." Gavin berkata sambil tersenyum, "Apalagi, Bu Widia mengingatkanku dengan gadis kecil yang pernah aku jumpa di masa kecil. Kamu kerap membuatku merasa tak asing. Bagiku, membantumu juga termasuk sebuah kebahagian."Widia terkejut dan bertanya, "Tuan Gavin masih mengingat gadis kecil di masa lalu?""Tentu saja!'Gavin terlihat penuh perhatian, begitu juga dengan nada bicaranya. "Sayangnya, aku nggak tahu namanya. Aku hanya ingat aku memanggilnya Gadis Manis dan dia memanggilku Pengemis Kecil.""Mungkin kami nggak akan punya kesempatan untuk bertemu lagi. Kalau nggak, aku pasti akan menikahinya."
"Tak disangka, kamu bisa mengetahui keberadaanku, sepertinya seni bela dirimu memang bagus. Sayangnya, seberapa bagus pun itu, kamu malah bertemu denganku, jadi kamu pasti akan mati hari ini."Tobi tersenyum tipis, "Kamu mau membunuhku?""Ya!""Jangan salahkan aku. Siapa suruh kamu memprovokasi orang yang nggak seharusnya kamu sentuh." Heru juga mengikuti instruksi Gavin. Dia harus mengorek semua informasi dari Tobi lebih dulu, jadi dia tidak akan langsung membunuhnya.Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Berdasarkan kamu? Kamu nggak akan bisa membunuhku!'"Haha. Tobi, kamu sangat percaya diri. Kamu mengira seni bela dirimu yang secuil itu sangat hebat? Kamu hanya belum bertemu dengan ahli bela diri yang benar-benar kuat sepertiku. Saat itu, kamu hanya berakhir tragis.""Tapi kalau kamu bersedia bertukar informasi ataupun kamu punya benda berharga lainnya, aku mungkin bisa menyelamatkan nyawamu," ucap Heru sambil tersenyum sinis.Mereka telah menyelidiki Tobi sebelumnya. Dari lua
Meski Heru kebingungan, dia tetap melancarkan hantamannya. Dia hanya bisa terus meluncur ke depan, bahkan gerakannya bertambah gesit.Hanya berjarak beberapa inci lagi, serangannya hampir tiba di leher Tobi, tetapi dia masih saja tidak bergerak. Heru diam-diam merasa bangga. Tampaknya bocah ini ketakutan. Dia barusan terlalu melebih-lebihkan kemampuan bocah ini.Detik berikutnya, ekspresi Heru berubah drastis.Lantaran di saat itu juga, Tobi mengambil tindakan. Dengan gesit, dia langsung menjulurkan dua jarinya untuk mengapit tenggorokan Heru.Argh!Tidak! Kenapa cepat sekali?Benarkah dia seorang Guru Besar?Krek!Detik berikutnya, mata Heru melebar. Seakan tidak percaya dengan kejadian itu, dia masih membuka matanya mencoba memahami situasinya. Sayangnya, dia merasa tubuhnya perlahan kehilangan tenaga, kemudian ambruk ke bawah.Sampai ajalnya tiba, dia masih tidak paham dengan apa yang menimpa dirinya.Dia tidak percaya, bagaimana dia bisa mati begitu saja?Namun di detik terakhir, d
Jadi, dia memang tidak bertemu dengan orang lain."Oh, begitu. Ya sudah, aku nggak mengganggumu lagi.""Oke!"Tobi pun menutup telepon. Dia sama sekali tidak ambil pusing dengan masalah itu.Bocah kecil seperti Gavin bukanlah tandingannya, jadi dia tidak perlu membuang waktu untuk memikirkan hal ini.Namun, Gavin sangat kesal. Dia merasa masalah ini pasti ada hubungannya dengan Tobi. Hanya saja, dia tidak tahu cara apa yang digunakan oleh Tobi.Sepertinya dia terlalu meremehkan Tobi.Di sisi lain, lantaran banyak urusan yang harus ditangani, Widia tampak sibuk hingga tengah hari, tetapi dia masih tidak menemukan sosok Tobi di perusahaan.'Apa bajingan itu mogok kerja?'Widia akui perkataannya memang terlalu kasar, tetapi bukankah itu karena Tobi selalu mengulangi kesalahan yang sama?Tampaknya dia perlu berterus terang kepada Tobi, sekaligus ingin mengetahui apa yang dipikirkan pria itu.Jika memang tidak cocok, bukanlah lebih baik mereka berpisah?Lagi pula, kinerja Tobi makin lama ma
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp
Indira mengangguk. Dalam hatinya, dia diam-diam bertekad, apa pun yang terjadi, dia pasti akan melindungi satu-satunya harapan mereka ini. Tepat di saat ini, ponselnya berdering.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya. Begitu mendengar apa yang disampaikan orang di seberang sana, wajahnya berubah drastis. Dia berkata dengan kaget, "Apa kamu bilang!"Dia sulit untuk percaya. Bukankah Vamil mengatakan mereka berdua akan membutuhkan waktu lama untuk pulih, jadi bagaimana bisa secepat ini?Dia kemudian menutup telepon dan berkata dengan ekspresi muram, "Entah sejak kapan, Luniver dan Hirawan telah menyelinap ke Negara Harlanda. Apalagi, Hirawan langsung membuat arena pertarungan di area terlarang.""Dia juga menyebarkan rumor bahwa seni bela diri Negara Harlanda diwarisi dari Negara Melandia. Apalagi, kekuatan kita jauh lebih rendah dibandingkan Negara Melandia. Mereka menganggap kita sebagai sampah. Dia bilang dia sendiri bisa dengan mudah menggulingkan semua master Negara Harlanda.
Ekspresi Widia juga berubah. Tindakan ibunya ini seketika membuatnya merasakan firasat buruk. Apa telah terjadi sesuatu?Benar saja. Setelah melirik mereka berdua, Tobi mengangkat tangannya dan menampar Yesa sambil berkata dengan dingin, "Apa kamu pantas dipanggil ibu?"Yesa tertegun sejenak. Ada rasa sakit yang membakar di pipinya.Herman juga tertegun. Namun, dia segera berkata dengan marah, "Tobi, apa yang kamu lakukan!"Plak!Lagi-lagi sebuah tamparan.Tobi berkata dengan dingin, "Kamu juga nggak jauh berbeda!"Herman juga tercengang. Yesa tampak marah. Namun melihat tatapan tajam Tobi, dia tidak berani melakukan apa pun. Dia hanya bertanya dengan hati-hati, "Tobi, apa yang kamu lakukan? Apa kamu masih marah dengan masalah yang terjadi terakhir kali? Itu semua salahku. Aku menyesali perbuatanku.""Sekarang kamu juga sudah menamparku. Kita anggap masalah ini berlalu, ya?"Herman juga marah, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya memandang Widia dan berkata dengan marah, "W
Saat ini, Yesa tampak mengumpat dengan kesal, "Widia itu nggak tahu berterima kasih. Dia malah nggak menghiraukan kita begitu saja.""Bukan hanya nggak menjawab panggilan teleponmu, dia bahkan nggak angkat teleponku. Sia-sia aku begitu peduli padanya."Herman yang mendengar hanya bisa memperlihatkan ekspresi tak berdaya. Saat teringat dengan apa yang telah dia dan istrinya lakukan selama ini, apa mungkin putrinya akan peduli dengan mereka lagi?Mengenai apa yang dikatakan Yesa tentang ingin membongkar kasus yang dilakukan Tobi, dia hanya berpura-pura saja. Karena dia tahu betul, begitu semua terekspos dan Negara Melandia mengejar mereka, sudah pasti mereka akan mati dengan mengenaskan.Yang paling penting lagi, belum tentu Tobi akan ditangkap. Sebaliknya, dia hanya akan menyinggung Widia.Sebenarnya, dalam hati Yesa, dia masih berharap Widia bisa berubah pikiran.Lagi pula, dia telah melakukan banyak hal yang lebih menjijikkan dan tidak tahu malu sebelumnya, bukankah Widia masih berula
Bukankah sudah tidak ada orang yang bisa mengancam mereka lagi? Apa telah terjadi sesuatu?"Widia, ada satu hal yang aku minta orang selidiki selama ini dan sekarang akhirnya hasilnya sudah ketemu," ucap Tobi perlahan."Masalah apa? Ada hubungannya denganku?""Ya, kamu harus persiapkan mentalmu.""Apa yang terjadi sebenarnya?""Ada hubungannya dengan asal-usulmu." Tobi khawatir Widia akan sulit menerima kenyataan ini."Apa!"Ekspresi Widia seketika berubah. Begitu mendengar perkataan Tobi, dia sepertinya sudah bisa menebaknya. Wajahnya memucat. Dia pun bertanya, "Jangan-jangan, aku bukan anak kandung Keluarga Lianto?""Bukan hanya nggak, tapi Yesa menculikmu dari tangan ibumu."Tobi akhirnya menceritakan masalah itu pada Widia.Apa!Wajah Widia bertambah pucat. Tubuhnya gemetar. Fakta dia bukan anak kandung ibunya saja sudah membuatnya sedih. Tak disangka, malah ada hal seperti ini lagi sekarang.Namun, dia sangat kuat dan tegar. Jika tidak, dia juga tidak mungkin bisa menjabat sebagai
"Nggak terkalahkan?"Ekspresi Widia terkejut. Dia berkata dengan nada kaget, "Benarkah? Baguslah kalau begitu. Kita juga nggak perlu takut pada orang-orang jahat itu lagi."Dalam hatinya, yang paling penting adalah keselamatan Tobi.Mengenai hal lainnya, dia merasa semuanya tidak begitu penting."Benar. Kita nggak perlu takut sama mereka lagi."Tobi tersenyum. Namun, ada niat membunuh yang melintas di matanya. Dia ingat apa yang dikatakan Luniver sebelum pergi dan berharap mereka akan segera datang menemukannya.Namun tepat di saat ini, ponselnya berdering. Damar meneleponnya."Halo!""Raja Naga, kami telah menemukan sesuatu," ucap Damar melaporkan. Sebenarnya, dia telah menelepon beberapa kali sebelumnya. Namun, nomor Tobi tidak bisa dihubungi sama sekali.Kali ini, akhirnya Raja Naga mengangkat telepon.Setelah mendengar itu, Tobi segera berdiri dan berjalan ke samping. Dia bahkan menyela pembicaran Damar dan langsung berkata dengan nada tegas, "Katakanlah!"Widia tertegun. Terlihat
Tobi tidak mengetahui semua hal ini. Dia telah menenggelamkan dirinya dalam latihan kultivasi. Pria itu terus-menerus memahami hukum langit dan bumi serta meningkatkan energi yang terkandung di dalamnya.Tak terasa, tiga hari berlalu dengan cepat.Widia membuka matanya. Saat merasakan tubuhnya telah pulih sepenuhnya, dia tampak terkejut. Apa yang telah terjadi?Mungkinkah itu semua hanya mimpi? Bukankah dirinya sudah mati?Dia pun menoleh ke samping. Tampak Tobi duduk di sana. Seluruh tubuh pria itu diselimuti cahaya, seolah-olah orang suci yang turun ke bumi.Widia langsung berdiri. Lukanya telah pulih sepenuhnya. Dia masih hidup dan Tobi juga baik-baik saja. Pria itu menepati janjinya dan benar-benar menyembuhkannya.Saat memandang Tobi, sorot matanya menjadi makin lembut.Setelah Widia bangun, mereka kembali menghabiskan dua belas hari di sana.Selama belasan hari ini, kondisi tubuh Widia juga baik-baik saja. Dia telah berkultivasi sedemikian rupa. Sekalipun tidak makan selama sebul
Mendengar itu, Tobi pun langsung bertanya, "Seberapa besar kesenjangan kami sekarang?"Tobi tentu tidak akan membiarkan terjadi sesuatu pada Negara Harlanda mereka."Bagaimana aku menjelaskannya? Dalam hal pemahaman, kamu sudah memasuki tingkat menengah. Sedangkan dia telah mencapai tingkat tinggi. Meski tingkatannya hanya berbeda sedikit, kekuatannya sangat hebat.""Semuanya ada berapa tingkatan?" tanya Tobi sambil memeluk Widia."Aku kurang tahu pastinya, tapi menurut legenda, tingkat selanjutnya adalah tingkat puncak. Seharusnya tingkatan ini sudah termasuk kekuatan paling unggul di dunia kita," jawab Vamil.Tobi mengangguk. Ternyata, perbedaannya tidak terlalu besar. Dia merasa dirinya akan segera membuat terobosan baru. Namun, saat ini, dia tiba-tiba teringat dengan pria yang mengadangnya barusan. Dia pun bertanya dengan penasaran, "Siapa pria yang menghalangi dan merusak rencana kita tadi?""Dia?""Dia adik sepupuku!"Vamil tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya. "Tapi janga
Alam kultivasi yang sangat luar biasa!Begitu memasuki alam kultivasi ini, baik itu kekuatan fisik atau kekuatan mentalnya, jauh lebih kuat dari sebelumnya. Bahkan, dia bisa memobilisasi energi langit dan bumi sesuka hatinya.Seakan-akan semua energi yang ada tercipta untuknya. Tobi langsung menggenggam dengan tangan kanannya. Tiba-tiba ada kilat dan guntur yang muncul di telapak tangannya. Tampak sangat menakutkan, tetapi tidak ada kekuatan yang bocor sama sekali."Se ... sepertinya telah mencapai tingkat menengah dari hukum langit dan bumi." Vamil terkejut. Padahal, Tobi baru saja memahami hukum langit dan bumi, tetapi kekuatannya kini bahkan tidak jauh berbeda dari dirinya yang telah mencapai tingkat puncak.Raja Naga Tua dan yang lainnya juga merasakan tekanan yang mengerikan. Mereka bahkan hampir berlutut.Setelah itu, Tobi segera menyimpan kembali kekuatannya dan bergegas mendekati Widia. Kekuatan spiritualnya langsung memasuki tubuh Widia untuk memeriksa kondisinya. Tak lama kem