Mendengar itu, Widia langsung percaya.Sempat tebersit pemikiran kalau itu mungkin perbuatannya Tobi. Siapa tahu dia menyuruh orang lain membantunya.Kalau bukan karena pertengkaran tadi, dia pasti sudah menanyakannya.Namun, saat ini pemikiran itu mendadak lenyap."Terima kasih atas bantuanmu kali ini, Tuan Gavin," ucap Widia."Sama-sama. Lagian, kita teman, 'kan? Jadi, nggak perlu segan-segan." Gavin berkata sambil tersenyum, "Apalagi, Bu Widia mengingatkanku dengan gadis kecil yang pernah aku jumpa di masa kecil. Kamu kerap membuatku merasa tak asing. Bagiku, membantumu juga termasuk sebuah kebahagian."Widia terkejut dan bertanya, "Tuan Gavin masih mengingat gadis kecil di masa lalu?""Tentu saja!'Gavin terlihat penuh perhatian, begitu juga dengan nada bicaranya. "Sayangnya, aku nggak tahu namanya. Aku hanya ingat aku memanggilnya Gadis Manis dan dia memanggilku Pengemis Kecil.""Mungkin kami nggak akan punya kesempatan untuk bertemu lagi. Kalau nggak, aku pasti akan menikahinya."
"Tak disangka, kamu bisa mengetahui keberadaanku, sepertinya seni bela dirimu memang bagus. Sayangnya, seberapa bagus pun itu, kamu malah bertemu denganku, jadi kamu pasti akan mati hari ini."Tobi tersenyum tipis, "Kamu mau membunuhku?""Ya!""Jangan salahkan aku. Siapa suruh kamu memprovokasi orang yang nggak seharusnya kamu sentuh." Heru juga mengikuti instruksi Gavin. Dia harus mengorek semua informasi dari Tobi lebih dulu, jadi dia tidak akan langsung membunuhnya.Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Berdasarkan kamu? Kamu nggak akan bisa membunuhku!'"Haha. Tobi, kamu sangat percaya diri. Kamu mengira seni bela dirimu yang secuil itu sangat hebat? Kamu hanya belum bertemu dengan ahli bela diri yang benar-benar kuat sepertiku. Saat itu, kamu hanya berakhir tragis.""Tapi kalau kamu bersedia bertukar informasi ataupun kamu punya benda berharga lainnya, aku mungkin bisa menyelamatkan nyawamu," ucap Heru sambil tersenyum sinis.Mereka telah menyelidiki Tobi sebelumnya. Dari lua
Meski Heru kebingungan, dia tetap melancarkan hantamannya. Dia hanya bisa terus meluncur ke depan, bahkan gerakannya bertambah gesit.Hanya berjarak beberapa inci lagi, serangannya hampir tiba di leher Tobi, tetapi dia masih saja tidak bergerak. Heru diam-diam merasa bangga. Tampaknya bocah ini ketakutan. Dia barusan terlalu melebih-lebihkan kemampuan bocah ini.Detik berikutnya, ekspresi Heru berubah drastis.Lantaran di saat itu juga, Tobi mengambil tindakan. Dengan gesit, dia langsung menjulurkan dua jarinya untuk mengapit tenggorokan Heru.Argh!Tidak! Kenapa cepat sekali?Benarkah dia seorang Guru Besar?Krek!Detik berikutnya, mata Heru melebar. Seakan tidak percaya dengan kejadian itu, dia masih membuka matanya mencoba memahami situasinya. Sayangnya, dia merasa tubuhnya perlahan kehilangan tenaga, kemudian ambruk ke bawah.Sampai ajalnya tiba, dia masih tidak paham dengan apa yang menimpa dirinya.Dia tidak percaya, bagaimana dia bisa mati begitu saja?Namun di detik terakhir, d
Jadi, dia memang tidak bertemu dengan orang lain."Oh, begitu. Ya sudah, aku nggak mengganggumu lagi.""Oke!"Tobi pun menutup telepon. Dia sama sekali tidak ambil pusing dengan masalah itu.Bocah kecil seperti Gavin bukanlah tandingannya, jadi dia tidak perlu membuang waktu untuk memikirkan hal ini.Namun, Gavin sangat kesal. Dia merasa masalah ini pasti ada hubungannya dengan Tobi. Hanya saja, dia tidak tahu cara apa yang digunakan oleh Tobi.Sepertinya dia terlalu meremehkan Tobi.Di sisi lain, lantaran banyak urusan yang harus ditangani, Widia tampak sibuk hingga tengah hari, tetapi dia masih tidak menemukan sosok Tobi di perusahaan.'Apa bajingan itu mogok kerja?'Widia akui perkataannya memang terlalu kasar, tetapi bukankah itu karena Tobi selalu mengulangi kesalahan yang sama?Tampaknya dia perlu berterus terang kepada Tobi, sekaligus ingin mengetahui apa yang dipikirkan pria itu.Jika memang tidak cocok, bukanlah lebih baik mereka berpisah?Lagi pula, kinerja Tobi makin lama ma
Setelah kembali ke kamar, Widia mengeluarkan sebuah kotak dari brankas, lalu membukanya dan mengambil liontin giok yang tersembunyi di dalamnya. Kenangan masa kecil kembali melintas di benaknya.Meski waktu yang mereka habiskan bersama sangat singkat, kesan yang ditinggalkan sangat mendalam. Dia juga selalu menyimpannya jauh di dalam hati, menunggu kemunculan anak laki-laki itu.Meski sudah menanti selama bertahun-tahun lamanya, dia tidak pernah melupakannyaNamun, mengapa hatinya tidak merasa gembira sedikit pun saat mengetahui Gavin adalah si Pengemis Kecil? Sebaliknya, dia malah merasa gelisah.Mungkin ini semua gara-gara Tobi.Setelah menghabiskan banyak waktu bersama, Widia menyadari bahwa sosok Tobi diam-diam telah berpindah ke dalam hatinya, posisinya bahkan tidak lebih rendah dari si Pengemis Kecil.Awalnya, dia masih belum menyadari hal itu, tetapi kejadian akhir-akhir ini membuatnya makin sadar kalau Tobi sudah lama mengisi relung hatinya.Namun, Widia juga merasa dirinya tel
Tobi segera menghubungi nomor telepon Kristin.Setelah beberapa saat, barulah Kristin mengangkatnya, "Halo!""Kristin, ini aku!""Kak Tobi!""Kamu sekarang lagi di mana? Aku akan datang mencarimu," ucap Tobi langsung."Kak Tobi, kenapa kamu tiba-tiba ingin datang mencariku?""Menurutmu? Gadis bodoh, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu kehilangan liontin giok? Memangnya kamu nggak tahu aku sangat hebat dan punya banyak cara?" jawab Tobi.Hanya mendengar suara Tobi saja, hati Kristin merasa jauh lebih nyaman, "Kak Tobi, yang kamu tangani semuanya masalah penting, mana berani aku menganggumu?""Kenapa jadi menggangguku? Kalau aku nggak bisa menjagamu dengan baik, buat apa bahas masalah lainnya? Aku akan menutup telepon sekarang, lalu kirimkan alamatmu ke ponselku secepatnya," ucap Tobi.Setelah pembicaraan mereka berakhir, Kristin termenung sejenak. Memikirkan apa yang barusan dikatakan Tobi, Kristin merasa senang. Ternyata hati Kak Tobi punya tempat untuknya.Hal ini seketika membuat sua
Tobi tercengang, kemudian menatap Bella yang berada di samping itu. Siapa wanita cantik ini? Apa hubungannya dengan Kristin?Mendengar itu, Kristin buru-buru menjelaskan, "Bella, jangan sembarangan. Kak Tobi pasti punya cara.""Oh ya, Kak Tobi, kenalkan ini teman kuliah dan juga teman baikku, Bella.""Bella, ini Kak Tobi.""Tobi, 'kan? Nama yang bagus. Jadi orang itu lebih baik rendah hati saja. Jangan suka membual di hadapan orang lain," ucap Bella dengan sinis."Bella!"Kristin tampak tidak senang dan berkata, "Jangan asal bicara. Kak Tobi sangat baik, apalagi dia memang berkemampuan."Melihat Kristin begitu protektif, Bella pun tidak mempersulitnya lagi, tetapi dia masih tidak berniat melepaskan Tobi, "Oke. Kalau begitu, aku mau tahu bagaimana caranya menemukan liontin giokmu?"Meskipun wanita ini cantik, Tobi tidak tertarik untuk berdebat dengannya, "Kristin, coba ceritakan bagaimana kamu kehilangan liontin giok itu?""Bukankah tadi sudah bilang dia nggak tahu kapan hilangnya?" sel
"Oke, aku pasti bantu kamu menemukannya," ucap Tobi dengan nada tegas.Mendadak muncul kilatan membunuh dari sorot matanya. Entah siapa yang berani mencuri liontin giok milik Kristin. Jika tertangkap olehnya, dia tidak akan melepaskannya begitu saja dan pasti akan memberinya pelajaran."Ya, terima kasih Kak Tobi, jadi bikin repot."Ekspresi wajah Kristin perlahan melembut begitu Tobi berjanji akan membantunya.Hanya saja, masih ada raut sedih dalam ekspresinya, dia masih khawatir liontin itu tidak bisa ditemukan lagi. Bagaimanapun juga, liontin itu telah hilang berhari-hari yang lalu.Melihat Kristin seperti ini, hati Tobi menjadi ragu. Awalnya, dia berencana memberi tahu Kristin mengenai identitasnya, tetapi sekarang dia tidak tahu harus mulai dari mana.Jika Tobi mengatakannya sekarang, apa Kristin akan menyalahkan dirinya?Lupakan. Cari liontin giok dulu.Tobi langsung bertanya kepada Kristin kapan dia sadar dirinya telah kehilangan liontin giok. Setelah memahami situasinya, Tobi se
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp
Indira mengangguk. Dalam hatinya, dia diam-diam bertekad, apa pun yang terjadi, dia pasti akan melindungi satu-satunya harapan mereka ini. Tepat di saat ini, ponselnya berdering.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengangkatnya. Begitu mendengar apa yang disampaikan orang di seberang sana, wajahnya berubah drastis. Dia berkata dengan kaget, "Apa kamu bilang!"Dia sulit untuk percaya. Bukankah Vamil mengatakan mereka berdua akan membutuhkan waktu lama untuk pulih, jadi bagaimana bisa secepat ini?Dia kemudian menutup telepon dan berkata dengan ekspresi muram, "Entah sejak kapan, Luniver dan Hirawan telah menyelinap ke Negara Harlanda. Apalagi, Hirawan langsung membuat arena pertarungan di area terlarang.""Dia juga menyebarkan rumor bahwa seni bela diri Negara Harlanda diwarisi dari Negara Melandia. Apalagi, kekuatan kita jauh lebih rendah dibandingkan Negara Melandia. Mereka menganggap kita sebagai sampah. Dia bilang dia sendiri bisa dengan mudah menggulingkan semua master Negara Harlanda.
Ekspresi Widia juga berubah. Tindakan ibunya ini seketika membuatnya merasakan firasat buruk. Apa telah terjadi sesuatu?Benar saja. Setelah melirik mereka berdua, Tobi mengangkat tangannya dan menampar Yesa sambil berkata dengan dingin, "Apa kamu pantas dipanggil ibu?"Yesa tertegun sejenak. Ada rasa sakit yang membakar di pipinya.Herman juga tertegun. Namun, dia segera berkata dengan marah, "Tobi, apa yang kamu lakukan!"Plak!Lagi-lagi sebuah tamparan.Tobi berkata dengan dingin, "Kamu juga nggak jauh berbeda!"Herman juga tercengang. Yesa tampak marah. Namun melihat tatapan tajam Tobi, dia tidak berani melakukan apa pun. Dia hanya bertanya dengan hati-hati, "Tobi, apa yang kamu lakukan? Apa kamu masih marah dengan masalah yang terjadi terakhir kali? Itu semua salahku. Aku menyesali perbuatanku.""Sekarang kamu juga sudah menamparku. Kita anggap masalah ini berlalu, ya?"Herman juga marah, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya memandang Widia dan berkata dengan marah, "W
Saat ini, Yesa tampak mengumpat dengan kesal, "Widia itu nggak tahu berterima kasih. Dia malah nggak menghiraukan kita begitu saja.""Bukan hanya nggak menjawab panggilan teleponmu, dia bahkan nggak angkat teleponku. Sia-sia aku begitu peduli padanya."Herman yang mendengar hanya bisa memperlihatkan ekspresi tak berdaya. Saat teringat dengan apa yang telah dia dan istrinya lakukan selama ini, apa mungkin putrinya akan peduli dengan mereka lagi?Mengenai apa yang dikatakan Yesa tentang ingin membongkar kasus yang dilakukan Tobi, dia hanya berpura-pura saja. Karena dia tahu betul, begitu semua terekspos dan Negara Melandia mengejar mereka, sudah pasti mereka akan mati dengan mengenaskan.Yang paling penting lagi, belum tentu Tobi akan ditangkap. Sebaliknya, dia hanya akan menyinggung Widia.Sebenarnya, dalam hati Yesa, dia masih berharap Widia bisa berubah pikiran.Lagi pula, dia telah melakukan banyak hal yang lebih menjijikkan dan tidak tahu malu sebelumnya, bukankah Widia masih berula
Bukankah sudah tidak ada orang yang bisa mengancam mereka lagi? Apa telah terjadi sesuatu?"Widia, ada satu hal yang aku minta orang selidiki selama ini dan sekarang akhirnya hasilnya sudah ketemu," ucap Tobi perlahan."Masalah apa? Ada hubungannya denganku?""Ya, kamu harus persiapkan mentalmu.""Apa yang terjadi sebenarnya?""Ada hubungannya dengan asal-usulmu." Tobi khawatir Widia akan sulit menerima kenyataan ini."Apa!"Ekspresi Widia seketika berubah. Begitu mendengar perkataan Tobi, dia sepertinya sudah bisa menebaknya. Wajahnya memucat. Dia pun bertanya, "Jangan-jangan, aku bukan anak kandung Keluarga Lianto?""Bukan hanya nggak, tapi Yesa menculikmu dari tangan ibumu."Tobi akhirnya menceritakan masalah itu pada Widia.Apa!Wajah Widia bertambah pucat. Tubuhnya gemetar. Fakta dia bukan anak kandung ibunya saja sudah membuatnya sedih. Tak disangka, malah ada hal seperti ini lagi sekarang.Namun, dia sangat kuat dan tegar. Jika tidak, dia juga tidak mungkin bisa menjabat sebagai
"Nggak terkalahkan?"Ekspresi Widia terkejut. Dia berkata dengan nada kaget, "Benarkah? Baguslah kalau begitu. Kita juga nggak perlu takut pada orang-orang jahat itu lagi."Dalam hatinya, yang paling penting adalah keselamatan Tobi.Mengenai hal lainnya, dia merasa semuanya tidak begitu penting."Benar. Kita nggak perlu takut sama mereka lagi."Tobi tersenyum. Namun, ada niat membunuh yang melintas di matanya. Dia ingat apa yang dikatakan Luniver sebelum pergi dan berharap mereka akan segera datang menemukannya.Namun tepat di saat ini, ponselnya berdering. Damar meneleponnya."Halo!""Raja Naga, kami telah menemukan sesuatu," ucap Damar melaporkan. Sebenarnya, dia telah menelepon beberapa kali sebelumnya. Namun, nomor Tobi tidak bisa dihubungi sama sekali.Kali ini, akhirnya Raja Naga mengangkat telepon.Setelah mendengar itu, Tobi segera berdiri dan berjalan ke samping. Dia bahkan menyela pembicaran Damar dan langsung berkata dengan nada tegas, "Katakanlah!"Widia tertegun. Terlihat
Tobi tidak mengetahui semua hal ini. Dia telah menenggelamkan dirinya dalam latihan kultivasi. Pria itu terus-menerus memahami hukum langit dan bumi serta meningkatkan energi yang terkandung di dalamnya.Tak terasa, tiga hari berlalu dengan cepat.Widia membuka matanya. Saat merasakan tubuhnya telah pulih sepenuhnya, dia tampak terkejut. Apa yang telah terjadi?Mungkinkah itu semua hanya mimpi? Bukankah dirinya sudah mati?Dia pun menoleh ke samping. Tampak Tobi duduk di sana. Seluruh tubuh pria itu diselimuti cahaya, seolah-olah orang suci yang turun ke bumi.Widia langsung berdiri. Lukanya telah pulih sepenuhnya. Dia masih hidup dan Tobi juga baik-baik saja. Pria itu menepati janjinya dan benar-benar menyembuhkannya.Saat memandang Tobi, sorot matanya menjadi makin lembut.Setelah Widia bangun, mereka kembali menghabiskan dua belas hari di sana.Selama belasan hari ini, kondisi tubuh Widia juga baik-baik saja. Dia telah berkultivasi sedemikian rupa. Sekalipun tidak makan selama sebul
Mendengar itu, Tobi pun langsung bertanya, "Seberapa besar kesenjangan kami sekarang?"Tobi tentu tidak akan membiarkan terjadi sesuatu pada Negara Harlanda mereka."Bagaimana aku menjelaskannya? Dalam hal pemahaman, kamu sudah memasuki tingkat menengah. Sedangkan dia telah mencapai tingkat tinggi. Meski tingkatannya hanya berbeda sedikit, kekuatannya sangat hebat.""Semuanya ada berapa tingkatan?" tanya Tobi sambil memeluk Widia."Aku kurang tahu pastinya, tapi menurut legenda, tingkat selanjutnya adalah tingkat puncak. Seharusnya tingkatan ini sudah termasuk kekuatan paling unggul di dunia kita," jawab Vamil.Tobi mengangguk. Ternyata, perbedaannya tidak terlalu besar. Dia merasa dirinya akan segera membuat terobosan baru. Namun, saat ini, dia tiba-tiba teringat dengan pria yang mengadangnya barusan. Dia pun bertanya dengan penasaran, "Siapa pria yang menghalangi dan merusak rencana kita tadi?""Dia?""Dia adik sepupuku!"Vamil tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya. "Tapi janga
Alam kultivasi yang sangat luar biasa!Begitu memasuki alam kultivasi ini, baik itu kekuatan fisik atau kekuatan mentalnya, jauh lebih kuat dari sebelumnya. Bahkan, dia bisa memobilisasi energi langit dan bumi sesuka hatinya.Seakan-akan semua energi yang ada tercipta untuknya. Tobi langsung menggenggam dengan tangan kanannya. Tiba-tiba ada kilat dan guntur yang muncul di telapak tangannya. Tampak sangat menakutkan, tetapi tidak ada kekuatan yang bocor sama sekali."Se ... sepertinya telah mencapai tingkat menengah dari hukum langit dan bumi." Vamil terkejut. Padahal, Tobi baru saja memahami hukum langit dan bumi, tetapi kekuatannya kini bahkan tidak jauh berbeda dari dirinya yang telah mencapai tingkat puncak.Raja Naga Tua dan yang lainnya juga merasakan tekanan yang mengerikan. Mereka bahkan hampir berlutut.Setelah itu, Tobi segera menyimpan kembali kekuatannya dan bergegas mendekati Widia. Kekuatan spiritualnya langsung memasuki tubuh Widia untuk memeriksa kondisinya. Tak lama kem