Meski Heru kebingungan, dia tetap melancarkan hantamannya. Dia hanya bisa terus meluncur ke depan, bahkan gerakannya bertambah gesit.Hanya berjarak beberapa inci lagi, serangannya hampir tiba di leher Tobi, tetapi dia masih saja tidak bergerak. Heru diam-diam merasa bangga. Tampaknya bocah ini ketakutan. Dia barusan terlalu melebih-lebihkan kemampuan bocah ini.Detik berikutnya, ekspresi Heru berubah drastis.Lantaran di saat itu juga, Tobi mengambil tindakan. Dengan gesit, dia langsung menjulurkan dua jarinya untuk mengapit tenggorokan Heru.Argh!Tidak! Kenapa cepat sekali?Benarkah dia seorang Guru Besar?Krek!Detik berikutnya, mata Heru melebar. Seakan tidak percaya dengan kejadian itu, dia masih membuka matanya mencoba memahami situasinya. Sayangnya, dia merasa tubuhnya perlahan kehilangan tenaga, kemudian ambruk ke bawah.Sampai ajalnya tiba, dia masih tidak paham dengan apa yang menimpa dirinya.Dia tidak percaya, bagaimana dia bisa mati begitu saja?Namun di detik terakhir, d
Jadi, dia memang tidak bertemu dengan orang lain."Oh, begitu. Ya sudah, aku nggak mengganggumu lagi.""Oke!"Tobi pun menutup telepon. Dia sama sekali tidak ambil pusing dengan masalah itu.Bocah kecil seperti Gavin bukanlah tandingannya, jadi dia tidak perlu membuang waktu untuk memikirkan hal ini.Namun, Gavin sangat kesal. Dia merasa masalah ini pasti ada hubungannya dengan Tobi. Hanya saja, dia tidak tahu cara apa yang digunakan oleh Tobi.Sepertinya dia terlalu meremehkan Tobi.Di sisi lain, lantaran banyak urusan yang harus ditangani, Widia tampak sibuk hingga tengah hari, tetapi dia masih tidak menemukan sosok Tobi di perusahaan.'Apa bajingan itu mogok kerja?'Widia akui perkataannya memang terlalu kasar, tetapi bukankah itu karena Tobi selalu mengulangi kesalahan yang sama?Tampaknya dia perlu berterus terang kepada Tobi, sekaligus ingin mengetahui apa yang dipikirkan pria itu.Jika memang tidak cocok, bukanlah lebih baik mereka berpisah?Lagi pula, kinerja Tobi makin lama ma
Setelah kembali ke kamar, Widia mengeluarkan sebuah kotak dari brankas, lalu membukanya dan mengambil liontin giok yang tersembunyi di dalamnya. Kenangan masa kecil kembali melintas di benaknya.Meski waktu yang mereka habiskan bersama sangat singkat, kesan yang ditinggalkan sangat mendalam. Dia juga selalu menyimpannya jauh di dalam hati, menunggu kemunculan anak laki-laki itu.Meski sudah menanti selama bertahun-tahun lamanya, dia tidak pernah melupakannyaNamun, mengapa hatinya tidak merasa gembira sedikit pun saat mengetahui Gavin adalah si Pengemis Kecil? Sebaliknya, dia malah merasa gelisah.Mungkin ini semua gara-gara Tobi.Setelah menghabiskan banyak waktu bersama, Widia menyadari bahwa sosok Tobi diam-diam telah berpindah ke dalam hatinya, posisinya bahkan tidak lebih rendah dari si Pengemis Kecil.Awalnya, dia masih belum menyadari hal itu, tetapi kejadian akhir-akhir ini membuatnya makin sadar kalau Tobi sudah lama mengisi relung hatinya.Namun, Widia juga merasa dirinya tel
Tobi segera menghubungi nomor telepon Kristin.Setelah beberapa saat, barulah Kristin mengangkatnya, "Halo!""Kristin, ini aku!""Kak Tobi!""Kamu sekarang lagi di mana? Aku akan datang mencarimu," ucap Tobi langsung."Kak Tobi, kenapa kamu tiba-tiba ingin datang mencariku?""Menurutmu? Gadis bodoh, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu kehilangan liontin giok? Memangnya kamu nggak tahu aku sangat hebat dan punya banyak cara?" jawab Tobi.Hanya mendengar suara Tobi saja, hati Kristin merasa jauh lebih nyaman, "Kak Tobi, yang kamu tangani semuanya masalah penting, mana berani aku menganggumu?""Kenapa jadi menggangguku? Kalau aku nggak bisa menjagamu dengan baik, buat apa bahas masalah lainnya? Aku akan menutup telepon sekarang, lalu kirimkan alamatmu ke ponselku secepatnya," ucap Tobi.Setelah pembicaraan mereka berakhir, Kristin termenung sejenak. Memikirkan apa yang barusan dikatakan Tobi, Kristin merasa senang. Ternyata hati Kak Tobi punya tempat untuknya.Hal ini seketika membuat sua
Tobi tercengang, kemudian menatap Bella yang berada di samping itu. Siapa wanita cantik ini? Apa hubungannya dengan Kristin?Mendengar itu, Kristin buru-buru menjelaskan, "Bella, jangan sembarangan. Kak Tobi pasti punya cara.""Oh ya, Kak Tobi, kenalkan ini teman kuliah dan juga teman baikku, Bella.""Bella, ini Kak Tobi.""Tobi, 'kan? Nama yang bagus. Jadi orang itu lebih baik rendah hati saja. Jangan suka membual di hadapan orang lain," ucap Bella dengan sinis."Bella!"Kristin tampak tidak senang dan berkata, "Jangan asal bicara. Kak Tobi sangat baik, apalagi dia memang berkemampuan."Melihat Kristin begitu protektif, Bella pun tidak mempersulitnya lagi, tetapi dia masih tidak berniat melepaskan Tobi, "Oke. Kalau begitu, aku mau tahu bagaimana caranya menemukan liontin giokmu?"Meskipun wanita ini cantik, Tobi tidak tertarik untuk berdebat dengannya, "Kristin, coba ceritakan bagaimana kamu kehilangan liontin giok itu?""Bukankah tadi sudah bilang dia nggak tahu kapan hilangnya?" sel
"Oke, aku pasti bantu kamu menemukannya," ucap Tobi dengan nada tegas.Mendadak muncul kilatan membunuh dari sorot matanya. Entah siapa yang berani mencuri liontin giok milik Kristin. Jika tertangkap olehnya, dia tidak akan melepaskannya begitu saja dan pasti akan memberinya pelajaran."Ya, terima kasih Kak Tobi, jadi bikin repot."Ekspresi wajah Kristin perlahan melembut begitu Tobi berjanji akan membantunya.Hanya saja, masih ada raut sedih dalam ekspresinya, dia masih khawatir liontin itu tidak bisa ditemukan lagi. Bagaimanapun juga, liontin itu telah hilang berhari-hari yang lalu.Melihat Kristin seperti ini, hati Tobi menjadi ragu. Awalnya, dia berencana memberi tahu Kristin mengenai identitasnya, tetapi sekarang dia tidak tahu harus mulai dari mana.Jika Tobi mengatakannya sekarang, apa Kristin akan menyalahkan dirinya?Lupakan. Cari liontin giok dulu.Tobi langsung bertanya kepada Kristin kapan dia sadar dirinya telah kehilangan liontin giok. Setelah memahami situasinya, Tobi se
Keesokan paginya, Bella mendatangi Kristin dan bersikeras untuk menemaninya. Dia merasa Tobi itu pembohong dan dia harus melindungi Kristin.Dalam keputusasaan, Kristin menjelaskan bahwa Kak Tobi bukanlah pembohong. Selain itu, Kak Tobi juga mengatakan dia akan memberinya jawaban yang memuaskan hari ini.Setelah mendengar ini, Bella makin menempel pada Kristin. Dia tidak percaya kalau Tobi benar-benar sehebat itu.Sementara itu, Tobi telah sampai di alamat yang diberikan oleh Kristin pada siang harinya.Kristin memandang Tobi dengan penuh harap, tetapi saat melihat tangannya kosong, ada sedikit kekecewaan di matanya, tetapi dia tetap berkata, "Kak Tobi, wajar kalau nggak bisa ketemu, apalagi waktu sesingkat itu."Bella tidak berniat melepaskan Tobi begitu saja, "Wajar apanya? Bukankah ada orang yang bilang mau memberimu jawaban yang memuaskan?"Tobi tidak menghiraukan Bella dan berkata, "Kristin, aku punya masalah penting yang harus kuberitahukan kepadamu. Kamu suruh dia menghindar dul
Setelah memastikan liontin giok itu miliknya, Kristin langsung memegangnya erat-erat dengan kedua tangannya, seakan-akan takut kehilangan lagi. Saking gembiranya, air matanya juga ikut menetes.Tak disangka, setelah melalui banyak usaha, akhirnya dia menemukannya secara tidak sengaja.Bella juga ikut senang melihatnya, tetapi dia juga mengejek Tobi, "Bukankah ada orang yang bilang bisa menemukannya? Tapi pada akhirnya dia malah gagal. Untunglah ada orang yang berbaik hati mengembalikannya.""Yang penting sudah ketemu. Siapa tahu tanpa bantuan Kak Tobi, yang menemukan liontin ini juga nggak akan berinisiatif mengembalikannya?" seru Kristin dengan gembira."Kamu masih saja membelanya!'"Kristin, bukankah kamu bilang dia sudah punya istri? Jangan sampai kamu tertipu olehnya," kata Bella tak berdaya."Aku tahu," jawab Kristin acuh tak acuh. "Kak Tobi, kalian belum sempat makan, pasti sudah lapar, 'kan? Ayo kita makan dulu. Aku yang traktir hari ini."Tobi mengangguk dan hanya tersenyum tip