Kristin senang sekali saat mendengar Tobi berinisiatif menemaninya, apalagi akhir-akhir ini, dia menyadari bahwa dirinya sangat merindukan Kak Tobi.Meski mereka berdua tidak bisa menjadi kekasih, Kristin tetap senang bisa sesekali bersamanya.Namun, Bella tampak tidak setuju, "Tentu saja nggak boleh. Kami sedang mengadakan reuni kelas dan kamu juga bukan teman kuliah kami, mengapa kamu mau ikut?""Kenapa nggak? Mereka juga nggak bilang kita nggak boleh bawa pacar atau suami, 'kan?" balas Kristin."Jadi, dia itu pacarmu atau suamimu?" tanya Bella dengan kesal.Wajah Kristin memerah. Dia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan itu, untungnya Tobi mengambil alih, "Aku bisa berpura-pura.""Huh. Berpura-pura? Kurasa kamu memang berniat jahat kepada Kristin," kata Bella."Bella!"Kristin tidak bisa menahan diri lagi, "Kak Tobi nggak seperti yang kamu pikirkan. Seandainya dia benar-benar berniat jahat kepadaku, dia pasti sudah turun tangan sejak lama, untuk apa dia menunggu sampai sek
"Nggak apa-apa. Dia nggak perlu," ujar Tobi sambil menggelengkan kepalanya.Bella yang mendengar itu langsung berkata, "Hei, apa yang ingin kamu lakukan? Jangan-jangan kamu mau bercerai, lalu mengejar Kristin?"Sebelum Tobi menanggapinya, Kristin telah membentaknya, "Bella!""Oke, aku diam saja." Bella juga takut dengan respons Kristin. Dalam hatinya, dia makin membenci Tobi.'Bukankah hanya seorang pria tampan? Hari ini aku pasti akan mempermalukan Tobi agar dia tahu dirinya sama sekali nggak pantas untuk Kristin.'Sebaliknya, ekspresi Tobi melembut dan berkata, "Kristin, nggak apa-apa! Di mana kalian berkumpul? Ini hampir jam enam, seharusnya sudah waktunya, 'kan?"Kristin melirik Bella dan berkata, "Sepertinya jam setengah tujuh, di Restoran Merdeka."Bella menganggukkan kepala sebagai tanda mengiakan."Oke, kalau begitu, kita ke sana sekarang," ucap Tobi.Dia bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Pahadal, Widia kesal setengah mati. Andai Tobi ada di hadapannya, dia pasti aka
Suasana di Restoran Merdeka sangat ramai.Banyak sekali mobil mewah yang berbaris di tempat parkir pintu masuk. Tampaknya restoran ini sangat berkelas, yang bisa menjamu tamu di sini pastilah berasal dari keluarga terpandang.Saat ini, ada sekumpulan pria dan wanita yang berjumlah sekitar dua puluh orang. Banyak di antara mereka yang mengamati sekeliling dengan penasaran, seolah terpukau dengan segala yang ada di sini.Pemimpin mereka adalah seorang pria berpakaian mewah, wajahnya tampan dan cukup menawan.Namanya Robin. Dia adalah sponsor reuni kali ini.Di sampingnya berdiri seorang wanita cantik.Wanita itu mengenakan gaun hitam panjang, sosoknya anggun dan memiliki pesona unik di balik riasan tipisnya.Ada si ketua kelas, Dilan, yang mengikuti mereka berdua dari belakang, "Tahukah kalian Restoran Merdeka ini termasuk salah satu dari empat restoran terkenal di Kota Tawuna?""Ini bukanlah restoran biasa. Sekali makan bisa menghabiskan puluhan juta. Aku yakin kalian semua belum pernah
Saat itu juga, dia melihat sosok yang membuatnya takut. Dia adalah Tuan Tobi, orang yang diceritakan Damar sebelumnya.Tubuh manajer sedikit gemetar, terutama ketika melihat Tobi juga berada di sekelompok orang ini.Ternyata Tobi dan yang lainnya datang agak terlambat. Begitu masuk, Bella mendapati semua teman-temannya telah berkumpul di sana. Tampaknya tidak ada ruangan VIP lagi.Dia pun melangkah ke depan untuk memahami situasinya.Kristin mengikutinya dari belakang, begitu juga Tobi.Bella bertanya, "Ada apa?""Ruang VIP sudah terisi semuanya. Katanya sekarang nggak ada ruang VIP lagi. Mereka mau kita duduk di aula," jelas salah seorang teman.Robin tampak cemas. Dia tidak ingin kehilangan muka begitu saja, apalagi hari ini dia ingin menunjukkan kehebatan dan kekuatan mendominasi yang dimilikinya. Jika tidak, dia tidak akan memaksa Diana menjadi pacarnya.Awalnya, dia ingin membalas dendam, memamerkan kemampuannya saat ini dan menikmati pujian dari semua orang.Siapa sangka, sebelum
"Kristin, siapa dia?"Selama ini, Robin juga ingin mencari Kristin, tetapi sayangnya dia telah kehilangan kontak. Tak disangka, dia malah muncul di sini. Namun, dia juga menyadari ada Tobi yang berada di sampingnya.Pertanyaan itu sontak membuat Kristin bingung. Dia bahkan belum memikirkan cara yang tepat untuk memperkenalkan Tobi.Namun, Tobi langsung berkata dengan nada datar, "Namaku Tobi Yudistira, pacarnya Kristin!"Begitu kata-kata itu keluar, ekspresi Robin langsung berubah.Meski sudah lama tidak bertemu dengan Kristin, dia selalu mengingat wanita itu. Padahal dia datang ke sini untuk memamerkan kemampuannya, tetapi tak disangka, dia malah bertemu dengan Kristin.Namun, dia tidak memalingkan wajahnya dan menanggapinya dengan senyuman, "Kristin, ini nggak benar, 'kan? Apa seleramu telah berubah menjadi seperti ini sekarang?"Mendengar itu, Tobi menggelengkan kepalanya. 'Dasar kekanak-kanakan.'Kristin diam-diam merasa senang sekaligus malu saat mendengar Tobi memperkenalkan diri
Tampaknya Robin tidak merasa hal ini akan membuatnya kehilangan martabatnya. Dia bahkan menakut-nakuti yang lain dan berkata, "Diana, beri tahu semuanya, apa kamu budakku?"Wajah Diana terlihat kusut. Matanya sembap, penuh dengan air mata, tetapi dia tetap menjawab, "Ya, aku budaknya Kak Robin!""Kak Diana!""Kamu nggak perlu begitu!"Kristin cemas dan berkata, "Apa kamu dalam masalah? Katakan padaku, siapa tahu kami bisa membantumu?"Dia sendiri mungkin tidak punya solusi, tetapi dia yakin Kak Tobi yang serbabisa pasti punya jalan keluar.Baik yang terjadi di restoran terakhir kali ataupun banyak kejadian sebelumnya, dia menyadari Kak Tobi sangat hebat.Diana menatap Kristin dengan ragu dan hanya diam saja. Sewaktu kuliah dulu, Kristin sangat miskin dan tampaknya pacar juga biasa-biasa saja.Apalagi, dirinya kini kekurangan uang dua miliar lebih, jadi apa gunanya dia membicarakannya?"Haha. Kamu mau membantu? Kristin, apa keluargamu sekarang kaya?" tanya Robin dengan nada datar."Buka
Selain Kristin, tidak ada seorang pun yang percaya kepada Tobi.Dia tahu Kak Tobi tidak mungkin bertindak tanpa punya perencanaan.Melihat tatapan mengejek dari semua orang, Tobi tetap tenang dan berkata dengan nada datar, "Bagus sekali. Pacarmu pasti bangga punya pacar sepertimu.""Tentu saja. Aku nggak seperti Kristin, yang punya pacar sepertimu, pecundang yang nggak ada gunanya."Lantaran semua orang tahu Robin sangat kaya, apalagi dia termasuk sponsor acara reuni kali ini. Jadi, dia selalu menjadi pusat perhatian di mata semua orang.Setelah bersusah payah, barulah dia berhasil membuat perhatian semua orang terfokus padanya, jadi Sheila sangat bangga.Dia sama sekali tidak percaya dengan omongan Tobi.Masih berani berpura-pura menelepon direktur mereka? Lucu sekali.Identitas direktur mereka tidaklah sembarangan. Begitu banyak bos besar yang ingin bertemu dengannya, tetapi tidak berhasil,, jadi meneleponnya hanyalah sebuah alasan yang dia buat.Jika dia mengatakan alasan lainnya, m
Bella juga setuju dengan perkataan itu.Namun, Kristin tidak demikian. Dia melemparkan tatapan dingin kepada Robin dan berkata, "Akulah yang berhak memilih pria yang kusukai, jadi jangan ikut campur."Pernyataan ini jelas juga ditujukan kepada Bella."Selain itu, aku percaya Kak Tobi. Aku percaya apa pun yang dia katakan."Mendengar itu, Bella tampak tak berdaya dan berkata, "Kristin, setelah semua ini, kamu masih percaya kepadanya?"Kristin tidak senang dengan ucapan Bella, "Tentu saja! Bella, kalau kamu terus mengincar Kak Tobi lagi, aku rasa pertemanan kita juga akan berakhir di sini."Bella tertegun sejenak. Dia tidak menyangka Kristin akan mengucapkan kata-kata menusuk seperti itu kepadanya hanya karena pria busuk itu. Dia pun berkata dengan marah, "Hanya karena pria bermulut besar ini, kamu ingin mengakhiri pertemanan kita?""Dia nggak membual," balas Kristin."Oke, kamu percaya kepadanya, 'kan? Kalau begitu, ayo kita bertaruh. Seandainya terjadi sesuatu pada pacarnya Sheila beso