"Mana mungkin, ini baru permulaan. Hanya saja, kali ini aku merasa lebih baik daripada saat aku berada di puncak dulu. Tentu saja, semua ini berkat Kak Tobi.""Lagi-lagi bicara seperti itu lagi.""Itu kenyataannya. Kalau bukan Kak Tobi, mungkin saat ini aku masih menyembunyikan diri. Singkatnya, apa pun yang diminta Kak Tobi kelak, aku pasti akan melakukannya, sekalipun kamu ingin menjualku.""Gadis bodoh, buat apa aku menjualmu?"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tapi karena kamu, dalang di balik masalah ini pasti akan bernasib nahas. Aku takut mereka akan mencelakaimu, jadi aku sengaja mengutus pengawal untukmu."Sembari berbicara, dia menunjuk ke dua pria di kejauhan. Mereka berdua cukup terampil. Meski tidak mampu melawan ahli bela diri yang kuat, mereka bisa menaklukkan ahli bela diri biasa."Oh!""Aku ikut apa kata Kak Tobi saja."Sebenarnya, Fiona enggan, tetapi dia tidak berani menolak, lalu berkata, "Tapi Kak Tobi harus mengantarku pulang malam ini.""Oke!"Tobi berpi
"Cuma itu saja?""Benar, cuma ini saja." Hanya itu yang dikatakan Tobi, lagi pula semua fotonya telah terlihat jelas.Namun, dari kata-kata itu, Widia merasa Tobi tidak ingin menjelaskan. Itu sebabnya, emosinya makin meledak, "Itu saja, tanpa penjelasan lainnya? Tobi, apa kamu masih pria? Kamu menganggapku sebagai apa?"Tobi agak terkejut dan menghela napas, "Tentu saja kamu istriku. Kalau nggak, mengapa aku selalu berusaha sebaik mungkin untuk membantumu?""Membantuku?""Benar, kamu membantuku, tapi sebenarnya kamu juga sedang membantu dirimu sendiri.""Meski kamu pintar, kamu juga nggak punya kekuatan dan kekuasaan, jadi nggak ada gunanya. Jangan mengira aku nggak bisa menangani semuanya tanpa dirimu," ujar Widia dengan marah."Oh, yang katakan kamu benar," ucap Tobi.Sikap Tobi yang acuh tak acuh itu membuat Widia tidak nyaman. Dia sudah hampir gila.Sebenarnya, dia sangat menyesali apa yang baru saja dia katakan.Lantaran dia sadar ucapan itu sangat menyakitkan.Apalagi, Tobi telah
Namun, suasana hatinya sedang buruk sekarang, apalagi memikirkan hal yang dilakukan Irfan, dia makin kesal, "Dokter Irfan, kamu itu dokter ajaib yang terkenal, aku nggak berani menerima permintaan maaf darimu. Aku takut kamu mempersulitku nantinya.""Bu Widia, jangan bercanda. Anda punya orang hebat yang mendukung dari belakang, saya mana berani.""Jangan khawatir, sebentar lagi saya akan minta maaf secara terbuka di internet. Saya juga akan berusaha mempromosikan produk perusahaan Anda. Mohon Anda berbelas kasihan, maafkan saya kali ini," ujar Irfan buru-buru.Widia tampak tercengang. Ada orang hebat di belakangnya? Tampaknya, Irfan telah diperingatkan oleh orang itu. "Siapa orang hebat yang kamu bicarakan?" tanya Widia dengan cepat.Irfan tampak kaget, "Rektor Universitas Gandar, pemimpin Asosiasi Pengobatan Tradisional. Anda nggak tahu?"Universitas Gandar dan Universitas Harmeda atau dikenal juga dengan Universitas Jatra, merupakan dua universitas terkenal di Harlanda, termasuk sur
Mendengar itu, Widia langsung percaya.Sempat tebersit pemikiran kalau itu mungkin perbuatannya Tobi. Siapa tahu dia menyuruh orang lain membantunya.Kalau bukan karena pertengkaran tadi, dia pasti sudah menanyakannya.Namun, saat ini pemikiran itu mendadak lenyap."Terima kasih atas bantuanmu kali ini, Tuan Gavin," ucap Widia."Sama-sama. Lagian, kita teman, 'kan? Jadi, nggak perlu segan-segan." Gavin berkata sambil tersenyum, "Apalagi, Bu Widia mengingatkanku dengan gadis kecil yang pernah aku jumpa di masa kecil. Kamu kerap membuatku merasa tak asing. Bagiku, membantumu juga termasuk sebuah kebahagian."Widia terkejut dan bertanya, "Tuan Gavin masih mengingat gadis kecil di masa lalu?""Tentu saja!'Gavin terlihat penuh perhatian, begitu juga dengan nada bicaranya. "Sayangnya, aku nggak tahu namanya. Aku hanya ingat aku memanggilnya Gadis Manis dan dia memanggilku Pengemis Kecil.""Mungkin kami nggak akan punya kesempatan untuk bertemu lagi. Kalau nggak, aku pasti akan menikahinya."
"Tak disangka, kamu bisa mengetahui keberadaanku, sepertinya seni bela dirimu memang bagus. Sayangnya, seberapa bagus pun itu, kamu malah bertemu denganku, jadi kamu pasti akan mati hari ini."Tobi tersenyum tipis, "Kamu mau membunuhku?""Ya!""Jangan salahkan aku. Siapa suruh kamu memprovokasi orang yang nggak seharusnya kamu sentuh." Heru juga mengikuti instruksi Gavin. Dia harus mengorek semua informasi dari Tobi lebih dulu, jadi dia tidak akan langsung membunuhnya.Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Berdasarkan kamu? Kamu nggak akan bisa membunuhku!'"Haha. Tobi, kamu sangat percaya diri. Kamu mengira seni bela dirimu yang secuil itu sangat hebat? Kamu hanya belum bertemu dengan ahli bela diri yang benar-benar kuat sepertiku. Saat itu, kamu hanya berakhir tragis.""Tapi kalau kamu bersedia bertukar informasi ataupun kamu punya benda berharga lainnya, aku mungkin bisa menyelamatkan nyawamu," ucap Heru sambil tersenyum sinis.Mereka telah menyelidiki Tobi sebelumnya. Dari lua
Meski Heru kebingungan, dia tetap melancarkan hantamannya. Dia hanya bisa terus meluncur ke depan, bahkan gerakannya bertambah gesit.Hanya berjarak beberapa inci lagi, serangannya hampir tiba di leher Tobi, tetapi dia masih saja tidak bergerak. Heru diam-diam merasa bangga. Tampaknya bocah ini ketakutan. Dia barusan terlalu melebih-lebihkan kemampuan bocah ini.Detik berikutnya, ekspresi Heru berubah drastis.Lantaran di saat itu juga, Tobi mengambil tindakan. Dengan gesit, dia langsung menjulurkan dua jarinya untuk mengapit tenggorokan Heru.Argh!Tidak! Kenapa cepat sekali?Benarkah dia seorang Guru Besar?Krek!Detik berikutnya, mata Heru melebar. Seakan tidak percaya dengan kejadian itu, dia masih membuka matanya mencoba memahami situasinya. Sayangnya, dia merasa tubuhnya perlahan kehilangan tenaga, kemudian ambruk ke bawah.Sampai ajalnya tiba, dia masih tidak paham dengan apa yang menimpa dirinya.Dia tidak percaya, bagaimana dia bisa mati begitu saja?Namun di detik terakhir, d
Jadi, dia memang tidak bertemu dengan orang lain."Oh, begitu. Ya sudah, aku nggak mengganggumu lagi.""Oke!"Tobi pun menutup telepon. Dia sama sekali tidak ambil pusing dengan masalah itu.Bocah kecil seperti Gavin bukanlah tandingannya, jadi dia tidak perlu membuang waktu untuk memikirkan hal ini.Namun, Gavin sangat kesal. Dia merasa masalah ini pasti ada hubungannya dengan Tobi. Hanya saja, dia tidak tahu cara apa yang digunakan oleh Tobi.Sepertinya dia terlalu meremehkan Tobi.Di sisi lain, lantaran banyak urusan yang harus ditangani, Widia tampak sibuk hingga tengah hari, tetapi dia masih tidak menemukan sosok Tobi di perusahaan.'Apa bajingan itu mogok kerja?'Widia akui perkataannya memang terlalu kasar, tetapi bukankah itu karena Tobi selalu mengulangi kesalahan yang sama?Tampaknya dia perlu berterus terang kepada Tobi, sekaligus ingin mengetahui apa yang dipikirkan pria itu.Jika memang tidak cocok, bukanlah lebih baik mereka berpisah?Lagi pula, kinerja Tobi makin lama ma
Setelah kembali ke kamar, Widia mengeluarkan sebuah kotak dari brankas, lalu membukanya dan mengambil liontin giok yang tersembunyi di dalamnya. Kenangan masa kecil kembali melintas di benaknya.Meski waktu yang mereka habiskan bersama sangat singkat, kesan yang ditinggalkan sangat mendalam. Dia juga selalu menyimpannya jauh di dalam hati, menunggu kemunculan anak laki-laki itu.Meski sudah menanti selama bertahun-tahun lamanya, dia tidak pernah melupakannyaNamun, mengapa hatinya tidak merasa gembira sedikit pun saat mengetahui Gavin adalah si Pengemis Kecil? Sebaliknya, dia malah merasa gelisah.Mungkin ini semua gara-gara Tobi.Setelah menghabiskan banyak waktu bersama, Widia menyadari bahwa sosok Tobi diam-diam telah berpindah ke dalam hatinya, posisinya bahkan tidak lebih rendah dari si Pengemis Kecil.Awalnya, dia masih belum menyadari hal itu, tetapi kejadian akhir-akhir ini membuatnya makin sadar kalau Tobi sudah lama mengisi relung hatinya.Namun, Widia juga merasa dirinya tel
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab
Perkataan itu seketika membuat Yaldora gemetar tanpa alasan.Sebenarnya, sejak pertemuan pertama mereka, Yaldora telah memiliki kesan yang mendalam terhadap Tobi. Apalagi, itu adalah kesan yang sangat nyaman dan baik.Hanya saja, dia mengira mereka tidak mungkin punya kesempatan untuk bertemu lagi. Siapa sangka mereka akan bertemu lagi secepat ini. Apalagi, target dari misi yang diberikan gurunya juga pria itu.Jika bukan karena target kali ini adalah Tobi, Yaldora pasti akan langsung menolak 'jebakan wanita cantik' yang disarankan gurunya. Bahkan, lebih mustahil untuk turun gunung dengan tujuan seperti ini.Meski Yaldora berutang budi kepada gurunya, dia juga tidak bisa memenuhi permintaan seperti ini!Ekspresi wajah Yaldora kembali normal. Dia pun berkata dengan tenang, "Sudah kubilang, aku hanya fokus berkultivasi. Aku nggak tertarik dengan pria.""Aku nggak bisa memaksamu, tapi bukan hanya karena kamu nggak tertarik sama pria, kamu juga akan melarangku menyukaimu, 'kan?" kata Tobi
"Mempermainkanmu?"Tobi tertegun sejenak. Sebenarnya, itu hanya lelucon saja."Memangnya bukan?""Kalau kamu orang seperti itu, nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Yaldora tampak kesal. Sebenarnya, dia menganggap Tobi sebagai orang baik.Jika tidak, mana mungkin dia akan mendatanginya dan masuk ke dalam untuk duduk.Namun, setelah dilihat sekarang, semua perkataan Tobi itu penuh dengan kebohongan. Dia tidak jujur seperti yang tampak dari tampangnya.Tanpa sadar, hal ini malah membuatnya marah. Dia bahkan melupakan tugas gurunya.Kali ini, Tobi benar-benar bingung. Padahal, dia hanya mengatakan yang sebenarnya. Sekalipun dia berbohong, Yaldora juga tidak perlu marah seperti itu, 'kan?Mungkinkah tebakannya salah?Gadis ini mendekatinya tanpa tujuan apa pun? Murni hanya karena memiliki kesan baik terhadap dirinya?Jika bukan demikian, kenapa masalah sepele seperti itu bisa membuatnya marah?Apalagi, dilihat dari ekspresinya, Yaldora tidak terlihat seperti sedang berakting. Tobi se
Yaldora menghampiri Tobi. Dia tidak langsung duduk, tetapi bertanya dengan dingin, "Kamu mencariku?""Ya, duduklah."Tobi mengangguk dan tersenyum. Lantaran Laurin telah mengundangnya kemari, dia tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Yaldora melirik sekilas. Laurin duduk di bagian dalam, sedangkan Tobi tidak berniat berdiri untuk membiarkannya masuk. Setelah ragu-ragu sejenak, dia memutuskan untuk berjalan melewati tempat duduk Tobi, tetapi dengan bokong mengarah kepada pria itu.Karena gurunya telah berpesan kepadanya agar mendekati Tobi. Jika dia bahkan tidak bisa melakukan hal kecil seperti ini, bagaimana dia bisa menyelesaikan tugas gurunya dan mendapatkan liontin giok?Sosok anggun itu melewatinya, apalagi bokong indahnya menghadap ke arahnya. Terutama, Tobi dalam posisi duduk, sedangkan Yaldora berdiri. Dari ketinggian dan jarak seperti itu, sulit untuk tidak melihat langsung.Namun, Yaldora bergegas duduk dan memandang Tobi, seakan bertanya mengapa dia memintanya datan
Kemunculan Laurin langsung menarik perhatian banyak orang, terutama sekelompok anak muda, dua pria dan satu wanita. Pandangan kedua pria itu seakan tidak lepas dari Laurin sedetik pun.Tak lama kemudian, Yaldora dan Lastri juga muncul. Meski paras Lastri masih kalah dari Yaldora, dia juga termasuk wanita cantik. Saat keduanya muncul, juga mencuri perhatian banyak orang.Terutama dua pemuda yang mengenakan pakaian bermerek dan terlihat sombong itu.Saat melihat Tobi, Yaldora sepertinya tidak terkejut sama sekali. Rupanya, dia juga menyadari keberadaan Tobi barusan. Wanita itu pun mengangguk kepada Tobi.Tobi tertegun sejenak. Kemudian, balas mengangguk kepadanya.Namun, pemandangan itu membuat kedua pria tersebut cemburu, terutama pria bernama Isander. Pemuda yang satunya lagi bernama Kinan. Sedangkan, wanita di samping itu adalah adik perempuannya Kinan. Namanya Miya.Sebenarnya, Kinan selalu mengikuti Isander. Sedangkan adiknya, Miya, menyukai Isander. Kinan juga ingin adiknya bersama
Laurin tidak berani terlalu lancang karena takut perkataannya akan mencelakai dirinya sendiri. Dia tidak lagi berbicara sampai Tobi mengantarnya pulang dengan selamat.Dia tidak masuk ke dalam rumah. Meski dia bilang meninggalkan sebuah kamar untuk dirinya, dia tidak pernah tinggal di rumah itu sama sekali.Lantaran dia tahu Tuan Muda tidak ingin orang lain mengusik dunia milik berduanya dengan Kakak Ipar.Laurin memanggil Tobi dengan sebutan Tuan Muda, tetapi tidak memanggil Widia dengan sebutan Nyonya. Meski sebutan itu tidak terlalu tepat dan aneh, dia tidak peduli. Lantaran dia hanya punya satu Nyonya, yaitu Naura.Tobi kembali ke rumah. Dia sempat melakukan komunikasi yang lebih mendalam dengan Widia. Keesokan paginya, dia telah muncul di bandara.Widia juga datang. Meski pekerjaannya sangat sibuk, dia merasa perjalanan Tobi ke Jatra kali ini tidak biasa, jadi dia pun sengaja datang untuk mengantarnya.Begitu tiba di bandara dan menyadari semua ini, Laurin segera bersembunyi. Sete
Tobi berkata dengan jujur, "Apa kamu ingin membuat hati nuraniku merasa nggak tenang?""Bu ... bukan begitu!""Kalau begitu, sudah benar. Kalau kita memang berjodoh, pasti akan ada kesempatan." Selesai berbicara, Tobi memandang Shinta yang telah melepaskan rangkulan tangannya dan berdiri.Mendengar itu, Shinta tidak berani terus memaksakan keinginannya dan hanya berkata tak berdaya, "Baiklah. Aku dengar perkataan Kak Tobi saja."Setelah itu, Tobi buru-buru keluar dari kamar Shinta. Baru saja meninggalkan lobi hotel, siapa sangka ada mobil sport Ferrari yang berhenti di luar sana. Yang duduk di dalam mobil adalah seorang wanita cantik.Banyak pria yang terus memusatkan perhatian pada wanita itu. Karena gadis ini begitu cantik dan menawan. Mereka tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Andai mereka memiliki wanita seperti itu, mereka akan rela menanggung konsekuensi apa pun.Saat gadis itu melihat Tobi keluar, dia langsung berteriak, "Tuan Muda!"Tobi terkejut. Bukankah itu Laurin? Dia
Mendengar itu, Shinta diam-diam merasa sedih. Kak Tobi benar-benar orang yang baik. Dia pun berkata, "Terima kasih, Kak Tobi. Selain minta maaf, aku juga ingin berterima kasih untuk bantuanmu hari ini.""Kalau bukan berkat kamu, meski keluarga kami nggak akan berakhir, hidupku pasti sudah hancur."Membayangkan situasi barusan, jika bukan karena Kak Tobi, dia pasti harus mengikuti Steven dan menjadi wanitanya. Mengikuti orang seperti Steven, sudah pasti hidupnya akan hancur."Hmm, kita berteman. Sudah seharusnya kita saling membantu. Lagian, bukankah kamu juga membantuku sekarang?""Aku membantumu?" Shinta tidak paham."Kamu membantuku menangani Grup Bustan.""Itu namanya bukan membantumu. Kak Tobi-lah yang memberiku kesempatan. Membahas masalah ini, aku juga ingin mengucapkan terima kasih lagi kepada Kak Tobi," ucap Shinta dengan antusias."Oke, aku sudah menerima ucapan terima kasihmu. Kelak, jangan bahas masalah ini lagi," ucap Tobi tidak berdaya. Dia ingin segera mengakhiri obrolan
Padahal, Tobi telah menyusun rencana barusan, tetapi dia malah sulit untuk melakukannya. Sebenarnya, kelakuan ayahnya Shinta barusan sangat tidak sopan dan juga membuat orang merasa jijik.Namun, juga masih belum kelewat batas. Dia murni hanya ingin mencari aman dan menghindari masalah besar.Yang paling penting, Tobi bisa menyadari bahwa Shinta sangat menghormati ayahnya. Pasti karena ayahnya memperlakukannya dengan baik. Jika Tobi mengatakan ingin putus di saat ini juga, takutnya Shinta akan merasa tidak nyaman.Lupakan saja. Biarlah Shinta sendiri yang menjelaskan kepada ayahnya tentang mereka putus nantinya.Jika demikian, segalanya akan jauh lebih leluasa.Lagi pula, Tobi tidak punya waktu untuk datang ke sini dan berpura-pura menjadi pacar lagi.Lantaran masalah Steven telah terselesaikan, mereka sekeluarga pun makan dengan gembira. Apalagi, hidangan yang dipesan Tobi semuanya lezat-lezat. Tidak heran, harganya juga tidak biasa. Karena semuanya dibuat menggunakan bahan premium da