"Terima kasih atas pengertiannya. Oh ya, Tuan Winson, ada keperluan apa datang ke sini hari ini?" tanya Widia buru-buru.Widia merasa ahli waris Keluarga Sunaldi yang baru diangkat itu terlalu sopan kepadanya.Saat ini, dia teringat dengan kata-kata Tobi yang mengatakan bahwa tuan muda kedua dari Keluarga Sunaldi berpura-pura lemah, padahal dia sangat kuat.Tobi juga sempat menyebut ahli waris Grup Sunaldi juga kemungkinan besar akan diganti.Saat itu, Widia tidak percaya sama sekali dan merasa hal itu tidak mungkin terjadi. Lagi pula, tuan muda kedua dari Keluarga Sunaldi dikabarkan sangat tidak berguna, bagaimana dia bisa menggantikan Tuan Haris yang begitu luar biasa?Tak disangka, semuanya terjadi begitu cepat dan berubah dalam sekejap.Lagi-lagi yang dikatakan Tobi benar.Pantas saja, Widia sempat mendapat nada aneh di telepon tadi. Tobi bahkan mengatakan dia tidak yakin. Padahal dia sudah tahu bahwa yang datang bukanlah Haris, melainkan Winson.'Pria jahat ini memang sok misteriu
"Baik, aku akan menunggunya di sini," ucap Winson buru-buru. Dia segera menegakkan postur tubuhnya, seolah-olah Tobi telah tiba.Widia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Tobi. Begitu tersambung, dia langsung bertanya, "Tobi, kamu lagi di kantor?""Ya!"Kebetulan Tobi datang ke kantor hari ini."Datanglah ke ruang konferensi sebentar.""Kenapa?" tanya Tobi."Bukan apa-apa. Kamu datang ke sini saja.""Oke!"Tobi pun berjalan ke ruangan Widia.Begitu melihat Tobi, Winson kembali menegakkan tubuhnya dan buru-buru bangkit, lalu menyapa dengan sopan, "Tuan Tobi!"Widia memandang Winson dengan tatapan heran. 'Apa yang sudah dilakukan oleh Tobi? Mengapa Winson begitu sopan kepadanya?'Tobi tersenyum dan berkata, "Bukankah ini Tuan Winson? Ada urusan apa?"Widia tidak peduli begitu banyak lagi, lalu buru-buru menceritakan pemikirannya.Setelah mendengarnya, Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Untuk apa aku mengambil saham itu? Lebih baik kamu simpan saja. Dengan begitu, bukanka
Dia kebingungan."..."Widia tampak terdiam, tetapi saat mengambil pena untuk menandatangani, dia berkata, "Aku nggak jadi tanda tangan, terlalu merepotkan. Tobi, kamu tangani masalah ini saja, aku masih punya urusan."Setelah mengucapkan kata-kata itu, Widia langsung keluar sendirian.Meninggalkan Winson terpaku di tempat.Tobi tersenyum pahit. Widia sengaja melakukan hal itu agar dirinya yang menerima saham itu. Tobi terpaksa mengambil kontrak, menandatangani namanya, kemudian menjalani prosedur yang relevan dengan bantuan pengacara.Setelah selesai, Winson menyuruh yang lainnya keluar, menyisakan dia bersama Tobi, lalu segera berlutut dan berkata, "Kak Tobi, aku nggak tahu harus bagaimana membalas kebaikanmu.""Tapi selama aku masih hidup, aku nggak akan melupakan kebaikanmu. Kelak, apa pun perintahmu, aku akan melaksanakannya.""Bukankah kamu sudah bilang di telepon?""Ya, tapi perasaanku nggak enak kalau nggak bilang langsung. Kalau bukan karena bantuanmu, mana mungkin aku bisa ja
Widia sengaja meninggalkan Tobi di ruang konferensi dan mencari alasan untuk kabur dari sana. Dengan begitu, Tobi baru berniat menandatangani pemindahan saham itu.Sesuai harapannya, akhirnya Tobi menandatangani kontrak itu dengan patuh dan mengambil alih 20 persen saham.Belakangan ini, hal-hal baik terus datang menghampirinya, yang membuatnya bertambah bahagia.Khususnya, bisa memberikan saham kepada Tobi. Baginya, ini termasuk hal yang paling bahagia selama beberapa hari ini.Ketika Widia termenung memikirkan hal itu, tiba-tiba Helen memasuki ruangannya dengan antusias."Helen, ada apa? Kenapa kamu begitu senang?"Widia bisa membaca dari ekspresi yang tersirat di wajah Helen.Mendengar itu, Helen langsung menjawab dengan antusias, "Kabar baik, Bu Widia, produk kosmetik kita populer sekali dan katanya sudah terjual habis. Distributor minta kita menambah stok."Widia tertegun sejenak, lalu bertanya dengan bingung, "Memangnya kita punya produk kosmetik lain selain Kosmetik Botanika?""
"Santai?""Nggak bisa!"Widia terkekeh dan berkata, "Bersiap-siaplah. Aku akan mengumumkan masalah mutasi jabatan besok pagi.""Ya, aku mengerti."Helen langsung mengangguk dan menyetujuinya.Setelah Helen pergi, Widia kembali sibuk dengan pekerjaannya.Namun, dia tidak tahu bahwa Almer yang masih tidak rela itu sengaja menghasut dua mantan pemegang saham Grup Lianto untuk membuat keributan.Ternyata saat perusahaan terekspos terakhir kali itu, Almer sangatlah senang, karena merasa dirinya seolah-olah keluar dari masalah besar.Dia juga sedang menunggu orang-orang membeberkan wajah asli Tobi. Lagi pula, perusahaan tidak memiliki produk baru sama sekali dan tidak mungkin bisa menghilangkan flek hitam di wajah mereka.Hanya saja, dia tidak menduga bahwa Widia dan Tobi bisa mengundang seorang dokter pengobatan tradisional yang begitu ahli dalam perawatan kulit dan menyembuhkan semua orang.Dari mana Almer tahu mereka menggunakan pengobatan tradisional? Itu karena mereka mencari korban dan
"Mereka bilang apa?" tanya Tobi."Mereka bilang insiden Kosmetik Botanika sengaja dibuat Grup Lianto demi mencari sensasi agar bisa memasarkan dan mempromosikan produk mereka.""Mereka juga bilang Grup Lianto sama sekali nggak punya produk ajaib dan hanya sengaja mengendalikan semua orang di tangan mereka.""Penyebaran seperti ini langsung menarik perlawanan dari banyak orang.""Tampaknya lawan sangat memahami rencana dan perkembangan Kosmetik Botanika. Mereka bilang kita sama sekali nggak punya proyek terkini, apalagi produk baru.""Bahkan ada beberapa tangkapan layar dokumen internal perusahaan. Kalau tebakanku benar, masalah ini ada hubungannya dengan orang dalam Grup Lianto.""Setelah dilihat dari situasinya, aku tiba-tiba teringat dengan seseorang. Saat ini, dialah satu-satunya yang punya kemampuan dan sengaja menyebarkan hal-hal seperti ini.""Almer!" ucap Tobi dengan nada dingin."Benar. Aku telah mengutus anak buah saya untuk terus mengawasinya. Kalau terjadi sesuatu, saya akan
Ibunya Widia langsung menariknya ke samping dan bertanya, "Widia, apa urusan perusahaan sudah terselesaikan?""Ya, sudah nggak ada masalah lagi. Untungnya, ini semua berkat Tobi." Widia juga ingin Tobi meninggalkan kesan yang lebih baik kepada orang tuanya, jadi dia sengaja memberi tahu ibunya.Namun, ibunya Widia tampak meremehkan dan berkata, "Berkat dia? Bukannya dia hanya menuruti perintahmu.""Kalau nggak, dengan kemampuan sekecil itu mana bisa menyelesaikan masalah ini?""Bu, kamu keliru!"Widia menjelaskan, "Sebenarnya semua yang dia lakukan hari itu sama sekali bukan arahanku, melainkan rencananya sendiri. Dia sengaja mengatakan seperti itu karena dia ingin semua orang di perusahaan kagum dan memujiku.""Sembarangan!""Omong kosong!""Widia, apa kamu sengaja membodoh-bodohi ibumu agar bisa menikah dengan pria miskin itu?""Kamu pikir dia malaikat atau apa? Andai pria miskin itu punya prestasi sebagus ini, buat apa dia menyerahkannya kepada orang lain?" balas ibunya Widia dengan
Setelah Tobi menutup telepon, dia segera keluar dan pergi ke Hotel Viva. Sebelum merencanakan langkah selanjutnya, dia harus bertemu dengan Fiona lebih dulu.Mengenai dalang di balik kejadian ini, dia pasti akan membuatnya merasakan keputusasaan.Sementara itu, Fiona dan Prita juga menunggu kedatangan Tobi dengan gugup."Prita, menurutmu, dia bisa menyembuhkanku, nggak?" tanya Fiona. Selama ini, dia sudah terlalu sering kecewa."Lihat betapa hebatnya dia. Seharusnya dia nggak bohong. Menurutku, dia pasti bisa melakukannya."Sebenarnya, Prita juga tidak yakin sepenuhnya.Namun, demi menyemangati Fiona, dia sengaja mengatakan akan berhasil."Baguslah, mudah-mudahan nggak kecewa lagi," gumam Fiona.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Mata Fiona berbinar-binar dan berkata, "Sepertinya dia datang.""Ya, aku buka pintu dulu!"Prita buru-buru berdiri, tetapi begitu dia membuka pintu, terlihat beberapa pria berwajah galak dan seorang wanita di samping mereka.Wanita itu tak lain adalah Ka