Tobi menerima kemarahan Widia sambil tersenyum, "Jangan khawatir, aku nggak akan mempersulitmu.""Sebenarnya, masalah akuisisi yang kukatakan tadi itu benar!""Berita ini kudengar dari Pak Wibowo langsung. Sekalipun kamu nggak percaya kepadaku, kamu juga harus percaya kepada Pak Wibowo, 'kan?" Tobi bisa menyembunyikan hal ini dari orang lain, tetapi dia tidak berniat menyembunyikannya dari Widia.Namun, dia tidak memiliki kredibilitas, jadi dia terpaksa memakai nama Pak Wibowo."Kapan Pak Wibowo mengatakan masalah ini?"Widia tampak kaget. Jika ini dikatakan oleh Pak Wibowo, kemungkinan besar itu benar, tetapi kenapa bisa seperti ini?"Aku pergi memeriksa kondisi cucunya hari ini, jadi dia memberitahuku. Sebenarnya, alasannya sangat sederhana. Grup Karawaci bukan hanya nggak akan bangkrut, tapi juga akan meroket.""Apa? Mana mungkin!"Dibandingkan berita sebelumnya, ini lebih mengejutkannya."Aku juga kaget, tapi Pak Wibowo mengatakan seperti itu. Aku nggak begitu tahu dengan alasan sp
Namun, ini semua karena Tobi si bajingan itu. Lagi-lagi, dia menipu uang dari keluarganya."Kakek Wirya, kamu bisa mengambil keputusan di sini, 'kan?" tanya Widia."Tentu saja!"Semua orang juga mengangguk sebagai tanda mendukungnya."Baguslah. Aku ulangi sekali lagi. Setelah kalian memindahkan saham kepadaku, meski saham itu akan berlipat ganda lagi kelak, jangan cari aku lagi.""Bagaimana?""Nggak masalah. Pasti nggak masalah.""Tadi kami sudah bilang nggak masalah!""Aku hanya ingin memastikan lagi. Aku akan membuat kontraknya malam ini. Besok siang, jangan lupa datang dan mengambil kontrak. Setelah itu, kita akan menandatangani pemindahan saham," ucap Widia."Besok siang? Kenapa nggak hari ini saja?" tanya Kakek Wirya."Sekarang sudah terlalu malam. Banyak prosedur yang nggak sempat diselesaikan,” kata Widia menjelaskan."Lantas, kenapa harus besok siang? Apa kamu ingin menunda waktu dan menunggu Kakek Muhar kembali?" tanya yang lain dengan curiga.Widia mengerutkan kening dan berk
Mendengar ucapan itu, Widia seketika membeku.Tobi juga terkejut. Dia benar-benar mengubah pandangannya terhadap mereka.Bukan hanya Yesa yang berubah pikiran, bahkan Herman juga ikut menimpali, "Ya, menabung bagi Ayah dan Ibu bukanlah hal mudah. Apalagi, semuanya lenyap begitu saja. Widia, kembalikan uang kami sekaligus saja.""Benar. Lagian, kamu sudah menebus orang luar. Masa kamu tega memperlakukan orang tuamu seperti itu?" tambah Yesa lagi.Widia memandang orang tuanya tak berdaya, kemudian menjelaskan, "Sebenarnya, alasan aku memberikan uang kepada mereka karena Grup Karawaci benar-benar akan diakuisisi.""Akuisisi?""Widia, kamu sungguh percaya dengan omongan Tobi?"Sembari berbicara, Yesa melemparkan tatapan tajam kepada Tobi. Dia tahu ini semua pasti ulah bajingan itu."Ibu!""Terserah kamu percaya atau nggak. Yang penting, aku nggak bohong, jadi kamu nggak perlu memintaku menebusnya. Setelah beberapa hari, kamu pasti akan mendapatkan semua uang itu kembali," kata Widia tak be
Widia tersenyum pahit. Beberapa dari mereka selalu tidak yakin kepada kemampuannya. Apalagi, sejak dia menjabat sebagai direktur, posisinya telah memengaruhi penempatan kerabat mereka. Bagaimana mereka bisa menyetujui masalah itu?Selesai mengkritik Widia, Kakek Muhar langsung menelepon semua orang untuk memberi tahu mereka tentang situasinya. Dia juga menjamin Keluarga Lianto akan bertanggung jawab sepenuhnya jika investasi ini terjadi masalah.Dengan adanya jaminan Kakek Muhar dan bersedia bertanggung jawab atas kerugian, semua orang tentu tidak keberatan.Karena semuanya sudah selesai, Widia pun keluar dan menjalani prosedur pemindahan saham seperti yang dijanjikan.Kakek Muhar kembali menekankan bahwa kali ini pemulihan saham di tangan semua orang menggunakan uang perusahaan. Apalagi, Widia sendiri mengambil risiko yang sangat besar.Setelah transaksi selesai, apa pun yang terjadi di kemudian hari, saham-saham ini tidak ada hubungannya lagi dengan mereka. Sekalipun mereka datang me
"Bagaimana mungkin?" Selama ini Hendro bertanggung jawab atas perekonomian Kota Tawuna dan paham dengan Grup Karawaci. Dia tidak habis berpikir bagaimana perusahaan bangkrut seperti itu bisa bangkit kembali?"Ada kemungkinan."Tobi tersenyum dan balik bertanya, "Pak Hendro, apa kamu ingat dua tahun yang lalu, kalian pernah mengajukan rencana pembangunan kota baru ke provinsi?"Hendro tampak terkejut. Dia memang terlibat dalam masalah itu, tetapi saat itu dia masih belum memegang jabatan. Dia pun mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Hanya saja rencananya terlalu besar dan dana yang dibutuhkan sangat besar, jadi proposal itu ditolak.""Walaupun ditolak, tapi kita juga memperoleh banyak manfaatnya. Misalnya, lalu lintas jalan raya di sekitarnya telah meningkat pesat, bahkan cukup untuk menunjang beberapa dekade mendatang.""Dokter Tobi, mengapa kamu tiba-tiba mengungkit masalah ini?""Bagaimana kalau kuberi tahu, rencana ini telah disetujui dan akan segera didistribusikan ke kota?" kata T
"Baguslah. Sepertinya yang dikatakan Pak Wibowo benar.""Ya. Syukurlah!""Tobi, terima kasih!"Mata Widia tampak berbinar-binar. Walaupun belum ada situasi spesifik, tetapi perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi bersama-sama mengadakan konferensi pers. Ini persis sama dengan apa yang dikatakan Tobi.Bisa dikatakan, hal ini sudah pasti. Selanjutnya, mereka tinggal menunggu konferensi pers ham 2.30 nanti."Kalau hal ini benar-benar terjadi, kita harus berterima kasih kepada Pak Wibowo. Terutama kamu. Kalau bukan karena Pak Wibowo, kami mungkin nggak bisa tinggal di Kota Tawuna lagi," kata Widia."Ya, kita harus berterima kasih kepadanya," ujar Tobi menyetujui ucapannya."Kalau begitu, nanti kita pergi bersama.""Oke!"Karena Widia memberitahunya, Kakek Muhar juga mengetahui berita itu dengan cepat. Diam-diam dia merasa lega.Yesa dan suaminya tercengang. Mereka tidak percaya. Mana mungkin mereka mengakuisisinya. Namun, sekalipun diakuisisi, mereka tidak mungkin peduli den
Seharusnya ini adalah kabar baik untuk Keluarga Lianto, tetapi Yesa terlihat tidak terlalu senang dan bergumam, "Bagaimana bisa, bagaimana bisa seperti ini?"Dia bahkan menuduh Tobi dengan kesal, "Tobi, dasar nggak tahu malu! Kamu menipu kami lagi!"Padahal, Tobi yang baru saja menikmati pelukan Widia itu terlihat senang. Dia sama sekali tidak menyangka momen bahagianya akan begitu singkat dan dia tiba-tiba akan difitnah seperti itu.Widia terlihat marah dan berkata, "Bu, kenapa kamu menuduhnya sembarangan?""Aku nggak sembarangan. Kalau Tobi nggak angkat bicara, kamu juga nggak setuju untuk mengembalikan dana investasiku." Wajah Yesa juga terlihat emosi.Seakan-akan dirinya ditindas, dia pun berkata lagi, "Tobi, kembalikan uangku."Kali ini, Herman pun tidak berani berbicara lagi.Widia bertambah kesal dan berkata, "Bu, bisakah Ibu bersikap masuk akal?""Apa maksudmu? Kapan aku nggak masuk akal?""Baik. Setelah punya pacar, kamu melupakan ibumu, 'kan?""Nasibku pahit. Kenapa aku melah
"Baiklah!""Tobi, ini sudah larut. Kamu harusnya sibuk, jadi aku nggak memaksamu tinggal lebih lama lagi." Sikap Kakek Muhar kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya."Oh, kalau begitu, aku pamit dulu!"Tobi menganggukkan kepalanya, lalu beranjak dari tempat duduknya dan pergi.Widia ragu-ragu sejenak, lalu berdiri dan mengikutinya.Kakek Muhar mengerutkan kening. Jangan-jangan gadis ini menyukai Tobi?Tobi memang anak yang baik, tetapi bagaimanapun juga, dia tidak memiliki kekuatan. Tanpa dukungan kekuatan, pria itu tidak bisa melindungi Widia sepanjang hidupnya.Sebaliknya, cucu dari teman lamanya itu tidak hanya tampan, cakap dan memiliki latar belakang yang kuat. Dia akan cocok bersanding dengan Widia."Tobi, suasana hati Kakek mungkin sedang nggak baik. Kamu jangan salahkan dia," ujar Widia menghibur pria itu."Nggak, kok. Asalkan kamu baik padaku, aku nggak peduli sama hal lainnya lagi." Tobi tidak ingin Widia terlalu khawatir. Lagi pula, keluarganya juga tidak terlalu keras