Dalam sekejap, suasana dalam Keluarga Lianto berada dalam kekacauan. Makin lama, ucapan yang mereka keluarkan makin tidak enak didengar.Ekspresi wajah Widia terlihat tidak senang. Kemudian, dia pun berkata dengan marah, "Mengenai masalah Joni, bukankah kalian sendiri yang ingin berinvestasi? Kami sendiri juga ditipu. Kalau uang itu nggak bisa kembali, kami hanya bisa menganggap itu sial."Ucapan itu seketika memicu emosi semua orang. Mereka bahkan ingin mencabik-cabik satu sama lain."Hentikan semuanya!""Apa yang kalian lakukan? Kalian pikir bisa menggulingkan dunia di sini?"Kakek Muhar tampak marah besar dan menambahkan, "Dibandingkan dengan sedikit uang kalian, itu bukanlah apa-apa. Aku beri tahu kalian, perusahaan milik Keluarga Lianto kini akan menghadapi krisis besar dan bahkan mungkin bangkrut. Saat itu, kalian akan kehilangan segalanya."Semua orang langsung ketakutan mendengar perkataan itu, tetapi adik Kakek Muhar, Wirya, segera berkata, "Kak, jika demikian, aku rasa Widia
Tania seketika terpaku, matanya dipenuhi rasa tidak percaya. Sebenarnya, dia ragu Tobi bisa melakukannya atau tidak. Barusan, dia sengaja menguji pria itu.Tak disangka, Tobi justru mengucapkan kata-kata yang mengejutkan.Namun, ada bagusnya juga. Jika sesuatu terjadi pada Bakri, itu menandakan kekuatan Kak Tobi jauh lebih menakutkan dari yang dia bayangkan.Hal itu tentu makin membuatnya diri senang.Begitu Tobi masuk ke dalam mobil dan hendak pergi, sebuah pesan masuk di ponselnya. Ternyata, dia menerima pesan notifikasi transfer sebanyak 10 miliar.Selain itu, masih ada sebuah pesan informasi tiket.Yang paling penting, itu semuanya dari Widia.Mau tak mau, dia agak terkejut. Seingatnya, Keluarga Lianto yang ditipu oleh Joni dan bahkan menggunakan sebagian dana perusahaan itu kini pasti berada dalam kesulitan besar.Namun, di saat kritis seperti ini pun, Widia masih mentransfer 10 miliar untuk dirinya.Kemudian, ponselnya berdering."Tobi, aku baru saja memesankan tiket ke luar nege
Karena Tobi sendiri juga mempraktikkan teknik yang tiada tara ini, dia langsung menggunakan energi sejatinya untuk membimbing Pandu berlatih tiga tingkat pertama dari Teknik Naga Hijau.Setelah lebih dari dua jam berlatih, Pandu tidak hanya familier dengan tiga tingkat pertama, tetapi dia juga merasakan perubahan besar pada seluruh dirinya, seakan-akan tubuhnya dipenuhi dengan kekuatan yang tidak ada habisnya."Berlatihlah dengan giat. Setelah kamu menyempurnakan tiga tingkat pertama dari Teknik Naga Hijau, aku akan mengajarimu tingkat selanjutnya."Tobi tidak hanya mengajari Teknik Naga Hijau kepada Pandu, tetapi dia juga membuka banyak meridian di tubuhnya. Itu sebabnya, Pandu merasa kekuatannya meningkat pesat.Apalagi, Pandu memang terlahir dengan kekuatan supernatural. Hanya saja, selama ini, dia masih belum mengembangkannya. Setelah dilatih oleh Tobi, kekuatannya telah mengalami perubahan yang mengejutkan.Di bawah Guru Besar, dia pasti bisa bertarung menghadapi ahli Kekuatan Tra
Tetua itu merasakan kekuatan internal yang luar biasa menerjang dirinya. Seluruh tubuhnya langsung terhantam dengan keras, dadanya terasa sesak hingga dia terhempas mundur tak terkendali.Tetua yang berada di sebelahnya itu mencoba menangkapnya, tetapi kekuatan yang begitu dahsyat itu membuat gerakannya tidak bisa stabil. Keduanya langsung terhempas mundur ke dinding secara bersamaan, lalu meminjam kekuatan dinding untuk menstabilkan tubuh mereka.Mengabaikan luka dalam tubuhnya, tetua itu menatap Tobi lekat-lekat. Tatapan ngeri muncul di matanya dan wajahnya juga memperlihatkan ekspresi tidak percaya."Kamu, kamu Guru Besar?"Selain Guru Besar, mustahil orang awam bisa memiliki kekuatan sedahsyat itu.Damar juga tidak kalah terkejutnya. Di sisi lain, dia juga merasa bersemangat. Ternyata, Raja Naga baru itu juga seorang Guru Besar. Pantas saja, dia begitu yakin bisa menghadapi Bakri.Guru Besar?Pandu pernah mendengarnya, tetapi seingatnya, banyak orang mengatakan Guru Besar hanya ada
Pandu terlihat bersemangat begitu mengetahui Tobi tidak hanya memberantas kejahatan, tetapi dia juga membiarkan dirinya mengambil alih kekuatan yang begitu hebat.Dia masih belum sadar bahwa gelora di dalam hatinya perlahan-lahan telah dibangkitkan oleh Tobi.Latif makin bergidik saat mendengar Bakri akan dibunuh. Saking takutnya, dia bahkan hampir pingsan.Dulu, Bakri termasuk legenda di Kota Tawuna dan juga penguasa yang tak terkalahkan di hati mereka. Wajar saja dia terkejut saat dia tahu Tobi berniat menyingkirkan orang seperti itu.Dalam perjalanan, ponsel Tobi berdering. Ternyata, itu panggilan dari Widia. Awalnya, dia tidak ingin mengangkatnya, tetapi dia tidak tahan saat wanita itu terus-terusan meneleponnya sebanyak empat kali."Widia!"Begitu panggilan tersambung, Widia langsung membentaknya dengan kesal, "Tobi, dasar bajingan! Apa kamu gila?"Tobi menjawab dengan tak berdaya, "Aku nggak gila.""Kamu!""Kamu mau buat apa lagi? Kenapa kamu nggak naik pesawat? Apa kamu benar-be
"Haha. Tobi, aku benar-benar penasaran kenapa kamu bisa begitu percaya diri dan sombong seperti itu?""Padahal ada jalan mudah, tetapi kamu malah ngotot memilih jalan berisiko! Kamu memang cari mati hari ini. Kalau begitu, aku nggak akan segan lagi."Begitu Bakri selesai berbicara, aura membunuh memancar keluar dari tubuhnya. Dalam sekejap, suhu di seluruh ruang tamu tiba-tiba menjadi dingin.Damar juga tampak terkejut. Dia nyaris melangkahkan kakinya untuk mundur.Di sisi lain, kedua kaki Latif telah terkulai lemas.Hanya sorot mata Pandu yang memperlihatkan semangat juang paling tinggi. Meskipun dia tahu dirinya bukan tandingan lawan, dia masih ingin mencoba bertarung dengannya.Tobi tampak tenang, lalu melirik Pandu di sebelahnya dan berkata sambil tersenyum tipis, "Kalau kamu ingin mencobanya, silakan saja. Selama aku di sini, dia nggak bisa melakukan apa pun kepadamu."Begitu Pandu mendengar ucapan itu, dia langsung menjejak tanah dengan kaki kanannya, lalu melompat dan menyerang
"Tuan Tobi, ayo maju bersama."Walaupun kekuatan Raja Naga setingkat Guru Besar, Damar khawatir dia tidak bisa menaklukkan Bakri. Jika mereka bertiga maju serentak, kemungkinan besar mereka akan berhasil."Maju bersama?""Haha. Meski orang lemah seperti kalian bergabung, pada akhirnya kalian akan tetap akan kalah!"Bakri tampak sombong dan berlagak hebat.Tobi hanya menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada datar, "Karena kamu cari mati, aku akan mengantarmu ke akhirat.""Apa kamu bilang? Di saat seperti ini, kamu masih berani sombong?""Tahukah kamu betapa bodohnya dirimu?"Bakri bahkan sempat mengira pendengarannya bermasalah."Yang bodoh itu kamu!""Kamu hanya belum tahu saja!" ucap Tobi dengan datar."Cari mati!"Bakri benar-benar tidak senang melihat tingkah Tobi yang berlagak itu. Dengan secepat kilat, dia langsung melangkah dan muncul di depan Tobi, lalu mengangkat tangan kanannya hendak menampar wajah Tobi.Apa dia tidak membunuh Tobi?Bakri tidak akan membiarkan Tobi mat
Lintang memandang Tobi dengan cermat, seolah sedang meneliti makhluk aneh. Pria sama sekali tidak marah melihat kematian Bakri.Setelah Damar terhenyak kembali, dia menatap Tobi dengan rasa hormat yang makin dalam.Dia baru menyadari ternyata Raja Naga jauh lebih kuat dari dugaannya. Bahkan Bakri, tokoh yang sulit dia atasi pun bisa ditaklukkan dengan mudah.Mata Pandu tampak berbinar-binar. Dengan adanya Tuan yang begitu hebat, dia pasti berkesempatan untuk memperkuat dirinya hingga mencapai posisi puncak.Tobi sama sekali tidak melihat ke arah Bakri, melainkan melemparkan pandangannya ke arah Lintang dan bertanya, "Kamu Lintang?""Benar!"Lintang tampak gugup, tetapi berusaha tenang dan bertanya, "Tuan Tobi, kamu kenal aku?""Selain keturunan dari Keluarga Hutama, kamu juga sosok nomor satu di Keluarga Hutama, mana mungkin aku nggak tahu?""Tuan Tobi, kamu berlebihan. Sebenarnya, aku tinggal di kediaman Hutama bukan karena ingin membantu mereka, tapi aku ingin membunuh Bakri," kata L
"Apa yang kamu lamunkan?""Ka ... kamu cantik sekali," seru Tobi."Apa-apaan? Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Mulutmu manis sekali. Pintar gombal.""Bagaimana kalau kamu bercermin dulu?" ucap Tobi."Kenapa harus bercermin? Memangnya aku nggak tahu penampilanku sendiri?" Berbicara sampai di sini, Widia tampak ragu-ragu. "Tobi, bisakah kamu membantuku berlatih kultivasi?""Membantumu berlatih kultivasi?"Tobi tertegun sejenak. Apa Widia tahu bahwa fisiknya telah berubah?"Ya, aku nggak ingin melihatmu bertarung sendirian seperti itu lagi. Apa nggak boleh?" Widia agak putus asa. Dia pernah menonton beberapa drama TV sebelumnya. Dikatakan bahwa meridian orang dewasa sudah terbentuk. Sekalipun berkultivasi, juga tidak akan ada hasilnya lagi."Bukan begitu. Kamu bisa berkultivasi. Mungkin kekuatanmu juga akan setara denganku dalam waktu singkat." Tobi tersenyum pahit. Benar saja, membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat marah saja.Tobi berusaha keras selama be
"Nggak akan terjadi masalah, 'kan?" tanya Tobi dengan khawatir. Dia tidak peduli dengan kultivasi atau tidak. Yang paling penting, Widia baik-baik saja."Nggak akan."Yaldora ragu-ragu sejenak. Namun, dia tetap mengatakannya. Jika Tobi bertindak sembarangan, maka hanya akan merusak kebangkitan keturunan Foniks dan mencelakai Widia."Kalau begitu, kita tunggu lagi." Tobi mulanya kurang yakin, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti perkataan Yaldora. Meski Yaldora itu muridnya biarawati tua, kepribadiannya sangat berbeda dari gurunya.Waktu berlalu begitu saja. Tobi terus menjaga Widia. Bahkan, menggunakan kekuatannya untuk mengisolasi segala yang ada di sini.Agar tidak menarik perhatian banyak orang.Sebenarnya, Yaldora yang berada di samping ingin menanyakan masalah gurunya. Namun, saat melihat Tobi begitu fokus pada Widia sepanjang waktu, bahkan mata pria itu tidak pernah berpaling sedetik pun.Dalam keputusasaan, dia terpaksa harus menahan diri kembali.Tak terasa, waktu te
Apa ini?Ekspresi Tobi berubah drastis karena kekuatan itu sangat menakutkan. Jika terjadi pada dirinya, Tobi masih sanggup menerimanya, tetapi bagaimana wanita biasa seperti Widia bisa menanggungnya?"Apa, apa yang terjadi denganku?" Wajah Widia memerah, tetapi kondisinya tidak terlihat baik. Sebaliknya, rasanya seperti terbakar.Tubuhnya juga terus gemetar hebat, bahkan bibirnya juga ikut bergetar, yang menunjukkan betapa tersiksanya dirinya."Nggak apa-apa. Semuanya akan membaik."Sembari menghibur Widia, Tobi juga segera mengedarkan energi sejatinya ke dalam tubuh Widia dan mulai membantunya melenyapkan kekuatan dalam tubuhnya.Efeknya ada, tetapi tidak terlihat jelas.Yaldora, yang tidak tahu kapan tersadar kembali, mendekati mereka berdua. Melihat pemandangan di depannya, terutama saat memperhatikan tanda samar di dahi Widia, dia pun berkata dengan wajah terkejut, "Apa ini kebangkitan garis keturunan Foniks?"Saat ini, Yaldora bahkan lupa bertanya pada Tobi, apa pria itu yang mem
Tobi mengerutkan keningnya. Dia tidak puas dengan jawaban seperti itu. Dia pun kembali bertanya, "Sejauh yang aku tahu, kamu pasti sangat tertarik dengan liontin giok, 'kan?"Vamil terkejut. Dia mengerti bahwa Tobi mungkin tidak memercayainya, jadi dia mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Aku pernah melihat liontin giok itu, tapi setelah mempelajarinya sebentar, aku masih belum menemukan petunjuk apa pun.""Jadi, sekalipun kamu memberikannya padaku sekarang, juga nggak ada gunanya."Berbicara sampai di sini, Vamil melirik Yaldora yang terbaring di tanah. Tampaknya bulu mata gadis itu bergerak. Vamil pun kembali menambahkan. "Aku mengerti. Kamu sepertinya nggak percaya padaku."Tobi tidak membantah. Jika bukan karena masalah Bahtiar, dia mungkin tidak akan meragukannya. Namun, setelah serangkaian masalah ini terjadi, bagaimana dia bisa memercayai Vamil begitu saja?"Sudahlah. Nggak ada salahnya memberitahumu. Ada sebuah tempat warisan di Jatra, yang bisa membantumu memahami hukum langit
Tobi hanya mengujinya, tetapi dia tidak menyangka kalau tebakannya benar.Karena menurut pemahamannya, yang datang pasti salah satu dari empat orang tersebut. Hanya saja, dilihat dari postur dan gerakannya, seharusnya dia juga bukan si Beruang Kutub ataupun pemimpin Takhta Suci Barat.Jadi, yang tersisa hanyalah Tuan Vamil dan Hirawan dari Negara Melandia.Mulanya, Tobi mencurigai lawan adalah Hirawan, tetapi ada berbagai tanda jurus lawan. Apalagi, dia tidak menghentikan Widia dan juga tidak memberikan pukulan keras kepada Yaldora.Lawan juga tidak memiliki niat membunuh yang kuat terhadap dirinya.Jadi, hanya satu kemungkinan yang tersisa, yaitu orang itu adalah Master Vamil.Tobi tidak menjawab, tetapi malah bertanya dengan bingung, "Mengapa?""Sejauh yang aku tahu, saat ayahmu dalam bahaya, dia menerima bantuan dari liontin giok untuk meningkatkan kekuatannya waktu itu. Aku ingin membuatmu terjebak dalam situasi putus asa. Aku ingin tahu apa kamu bisa menggunakan liontin giok yang
Lelaki tua bertopeng itu sepertinya sama sekali tidak peduli dengan kepergian Widia. Dia tidak menghentikannya dan hanya tersenyum sinis. "Bisa memblokir 30 persen energiku hanya dengan satu telapak tangan, kamu hebat juga.""Tapi sebelum memahami hukum langit dan bumi, kamu masih bukan tandinganku."Begitu selesai berbicara, lelaki tua melambaikan tangan kanannya dan menyerang dengan telapak tangan lainnya.Serangan tapak tangan kali ini terlihat sedikit lebih ringan.Namun, Tobi malah merasa ngeri. Bahkan, seolah-olah kematian tengah menghampirinya. Ekspresinya berubah drastis. Dia bersiap untuk menghindar.Namun, dia merasa kakinya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali, seolah-olah ada kekuatan besar yang menekannya.Sialan! Taktik seperti apa ini!Bisa-bisanya membuatnya kesulitan untuk bergerak.Tobi menggertakkan gigi. Tiba-tiba, sebuah pedang panjang muncul dari udara tipis. Itu adalah Pedang Diraya.Dia mengepalkan tangannya dan mengumpulkan seluruh energi sejatinya
Tobi tersenyum pahit. Dia ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian berkata, "Widia, mungkin mereka bukan orang tuamu."Widia tertegun sejenak. Dia mengira Tobi sedang menghiburnya. Dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tobi, aku tahu kamu ingin menghiburku. Jangan khawatir, aku baik-baik saja.""Ya, ayo kita pergi."Terakhir, Tobi memutuskan untuk menunggu hasil penyelidikan lebih dulu. Jika tidak, Widia pasti akan merasa lebih sedih karena ditinggalkan oleh ibu kandungnya sendiri.Dalam dua hari berikutnya, Tobi juga menghabiskan waktu dengan menemani Widia berbelanja, berjalan-jalan, dan juga menyantap berbagai makanan lezat. Keduanya tampak menikmati dunia milik berdua.Pada jam sebelas malam, bulan purnama sudah terlihat di langit.Keduanya berdiri di tepi pantai. Rasanya begitu damai.Lantaran ditemani oleh Tobi, suasana hati Widia juga kian membaik. Dia kini telah merasa jauh lebih tenang.Namun, tepat di saat ini, Tobi tertegun. Wajahnya berubah muram. Dia segera berbalik dan
Begitu mendengar perkataan Yesa, Herman hanya tersenyum pahit dan tidak berbicara lagi.Saat Yesa terlibat dalam masalah terakhir kali, Herman mencari bantuan di mana-mana, tetapi tidak ada seorang pun yang berniat membantunya. Hanya Tobi yang bersedia memberikan bantuan.Di saat itu, Herman merasa bahwa yang dilakukan dirinya dan istrinya sudah salah.Oleh karena itu, kata-kata yang Herman ucapkan pada Widia dalam beberapa hari terakhir ini, semuanya berasal dari lubuk hatinya. Lain halnya dengan Yesa, yang berusaha menyenangkan Widia dengan tujuan tertentu.Hanya saja, di hadapan istrinya, dia selalu menuruti perkataannya dan tidak pernah berani membangkang.Selesai berbicara, tatapan tajam tiba-tiba muncul di mata Yesa. Dia pun berkata, "Karena mereka nggak ingin aku hidup dengan baik, aku juga nggak akan biarkan hidup mereka damai. Aku mau lapor polisi. Aku mau pembunuhan yang terjadi barusan dipublikasikan.""Sudah cukup!"Saat ini, akhirnya Herman angkat bicara."Apa ... apa yang
"Widia, kamu sudah salah paham sama ibumu." Herman juga ikut menimpali. Apa yang terjadi dengan Widia? Kenapa gadis ini tiba-tiba menjadi pintar dan tahu segalanya?"Ayah, Ibu, ini terakhir kalinya aku memanggil kalian! Putri kalian nggak bodoh. Bukannya aku nggak memahami semua ini. Hanya saja, aku nggak ingin menerima kenyataan ini dan lebih memilih terjebak dalam angan-anganku sendiri.""Tapi kalian berulang kali menunjukkan segalanya di hadapanku. Kalian membuatku kecewa lagi dan lagi. Sekarang kalian masih ingin membodohiku?"Yesa menitikkan air mata. Wajahnya masih terlihat sedih.Keduanya tertegun sejenak, terutama suara serak Widia, yang mengungkapkan kesedihan yang terpendam selama ini. Membuat keduanya tidak mampu berkata-kata."Maafkan aku. Kelak aku nggak bisa memenuhi kewajibanku sebagai putri kalian lagi." Nada bicara Widia begitu tegas, tapi mengandung rasa sakit yang mendalam."Mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun dengan kalian lagi.""Tobi, ayo kita pergi!"