Share

Raja Baru untuk Dunia Kegelapan
Raja Baru untuk Dunia Kegelapan
Penulis: Rai Seika

1. Dongeng Istana Es

Penulis: Rai Seika
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-13 23:38:27

Desing suara anak panah menembus angin bersamaan dengan salju yang turun. Para pemanah memburu tiga orang yang diduga memiliki harpa ajaib. Mereka ras yang berbeda di antara para kristal hitam. Ketiganya memiliki rambut seputih salju. Mereka tengah berlari menghindari hujan anak panah.

“Eirlys, jangan menengok ke belakang, teruslah berlari!” teriak seorang pemuda kepada gadis di depannya.

Pemuda yang jauh lebih tinggi dari gadis yang dipanggil Eirlys tersebut berhenti dan berbalik, merapalkan mantra membentuk bunga-bunga es yang menghambat laju anak panah tersebut.

“Terus berlari!” teriak pemuda tersebut kepada dua orang perempuan yang bersamanya.

Napas mereka tersengal-sengal, kepulan uap air seperti asap di setiap napas yang mereka hembuskan karena udara yang begitu dingin. Bernapas saja terasa begitu berat, sementara salju turun perlahan membuat rambut putih mereka semakin putih tertutup salju.

“Kak Lixue!” Gadis yang bernama Eirlys menoleh dan memanggil pemuda tersebut.

“Menuju ke jembatan cepat!” perintah pemuda itu.

Pemuda itu berlari menyusul kedua perempuan yang telah mendahuluinya. Berlari di atas tumpukan salju tidak mudah, setiap langkah kaki mereka melesak ke dalam salju dan perlu tenaga ekstra untuk mengangkatnya.

“Jangan biarkan mereka kabur, tangkap mereka!” seruan dari pihak lawan yang mengejar mereka. Gerombolan pria berpedang mulai melompat dan turun untuk mengejar mereka bertiga. Sementara para pemanah masih tetap di tempatnya, menarik busur mereka untuk menghalangi ketiganya mencapai istana es.

“Ambil harpanya!” seru salah satu dari mereka disertai teriakan balasan tanda setuju dengan ucapan rekannya.

“Serang mereka jangan sampai lolos!”

Desing anak panah kembali terdengar, kali ini jauh lebih sedikit dari sebelumnya. Lixue kembali merapalkan mantra. Dia menghentikan laju anak panah tersebut dengan kekuatan es, satu persatu anak panah jatuh karena membeku di udara. Beberapa dari para pemanah mulai membeku akibat mantra dari Lixue mempengaruhi mereka juga.

Kepulan uap yang keluar dari napasnya berwarna putih seperti asap putih yang terus keluar masuk setiap kali tarikan napas dan hembusannya. Udara semakin dingin. Namun, ketiga orang itu tidak merasakan dingin sama sekali, kondisi yang begitu menegangkan antara hidup dan mati membuat tubuh mereka cukup panas.

“Eirlys!” seru Lixue saat melihat gadis berambut putih itu terjatuh, terjerembab dalam tumpukan salju. Pemuda yang bersamanya langsung membantu gadis itu untuk segera berdiri sementara wanita yang jauh lebih tua diantara keduanya menghadang dan bernyanyi hingga sebuah badai terbentuk. Badai itu menyapu orang-orang yang membawa pedang hingga terdorong dan tidak terlihat lagi karena tertimbun tumpukan salju.

“Cepat, itu hanya akan menghalangi mereka sementara!”

Wanita itu adakah ratu dari istana es, Fey Varsha. Sebuah istana yang berada jauh di sebelah utara dunia bawah. Wilayah yang selalu tertutup salju sepanjang tahun hingga sebuah keajaiban terjadi beberapa tahun yang lalu. Seorang pangeran elf datang dengan harpa ajaib dan membuat wilayah bersalju ini bersemi. Untuk pertama kalinya dataran es ditumbuhi bunga-bunga indah layaknya musim semi.

“Eirlys kau tidak apa-apa?” Lixue memapah Erilys dan membawanya berlari bersamanya. Pemuda itu melepaskan liontin berbentuk harpa dan memberikannya kepada gadis berambut putih seputih salju. “Jaga ini, Eirlys!”

Gadis dengan rambut putih itu menoleh ke arah kakak laki-lakinya. Dia menggelengkan kepala. Firasat buruk tiba-tiba terasa saat menerima liontin itu, sebuah firasat akan perpisahan di antara keduanya.

“Cepat, kita kembali ke istana!” Fey Varsha memimpin dan menarik Eirlys bersamanya sementara Lixue justru terdiam dan memandang keduanya yang berlari menuju ke sebuah danau besar dengan istana es di tengahnya.

“Tunggu, Ibunda, Kak Lixue masih di belakang!” seru Eirlys. Namun, wanita dengan gaun putih seputih rambutnya tidak mengindahkan dan terus menarik tangan anak perempuannya. Dia tidak berhenti dengan semua ucapan Eirlys.

“Maaf, Eirlys, maaf,” batin Fey Varsha. Dia sudah membuat kesepakatan dengan anak laki-lakinya. Jika kondisi memaksa dan mereka tidak bisa selamat, setidaknya harpa tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka menginginkan harpa untuk kepentingan diri sendiri, menginginkan harpa untuk memperkaya diri mereka.

“Selamat tinggal Ibunda, Eirlys,” ucap Lixue dengan lirih seakan hanya berupa desiran angin. Dia berbalik menghadang para pengejarnya. Pangeran es itu kembali menyerukan mantra dan memanggil makhluk setinggi tiga meter yang terbuat dari salju. Monster salju tersebut dikendalikan oleh Lixue. Monster itu meraung dan menyerang para pria berpedang yang telah berhasil keluar dari tumpukan salju.

“Kalian ingin bertarung, ayo lawan aku!” seru Lixue.

Eirlys menoleh dan melihat monster salju yang dipanggil kakaknya. Dari sudut matanya bulir bening mulai mengalir.  Air mata Eirlys jatuh membasahi pipinya.

“Kuatkan dirimu Eirlys,” ucap Fey Varsha di sela-sela derap langkah mereka. Jembatan sudah terlihat, keduanya melewati jembatan, berlari sepanjang jembatan yang melengkung di atas danau dingin sedingin es lalu  mereka masuk ke dalam istana yang terbuat dari kristal es.

“Ibunda, kita tunggu kakak,” pinta Eirlys memohon. Mata gadis itu berkaca-kaca, dia tidak bisa meninggalkan kakaknya di luar bersama dengan musuh mereka.

Fey Varsha menatap anak perempuannya yang sudah sembab karena menangis. Suara teriakan terdengar. Dia melihat sebuah harapan saat makhluk salju itu telah menghentikan para pria berpedang dan tidak ada lagi hujan anak panah yang terlihat.

“Kita tunggu, Lixue.” Fey Varsha yang melihat secerca harapan menghentikan mantra yang akan dia gunakan. “Lixue, cepat masuk!” teriak Fey Varsha.

Eirlys mengangguk dengan senyuman merekah di bibirnya. “Kakak, cepat!” teriak Eirlys.

Lixue yang mendengar suara adiknya berbalik, dia merasa aman setelah para pengguna pedang sudah tertimbun salju. Dia berlari menuju jembatan. Tiba-tiba saat di tengah-tengah jembatan dia mendengar suara. Suara desingan anak panah yang mengarah pada dirinya lalu menembus tubuh remaja pemuda yang tengah berlari ke arah istana es. Anak panah yang lain dengan api membara menancap tepat di atas jembatan es yang kini menjadi pijakannya. Retakan terjadi di atas jembatan tersebut.

“Ibunda ... Eirlys,” ucap Lixue menatap keduanya. Kedua wanita itu sama terkejutnya saat melihat anak panah melesat ke arah Lixue.

“Kakak!” teriak Eirlys yang ingin berlari ke arah kakaknya.

Fey Varsha menarik Eirlys hingga gadis itu terduduk di lantai. Gadis itu hanya bisa memandangi tubuh kakaknya yang kini mulai roboh, ikut terjatuh bersama dengan runtuhnya jembatan es yang membentang dari pinggir danau menuju ke Istana Es.

“Kak Lixue!” teriak Eirlys.

Sebuah lingkaran sihir terbentuk dan menyelubungi tubuh Lixue, lingkaran sihir yang dibuat oleh Ratu Es, Fey Varsha. Sihir itu melindungi Lixue, setidaknya itulah yang diharapkan Fey untuk putranya.

“Masuklah, Eirlys!” perintah Fey Varsha.

Gerbang tertutup, sang ratu mengeluarkan tongkat sihir. Sebuah tongkat yang panjang hingga setinggi manusia dewasa, dia pun mengetukan tongkat tersebut ke lantai dan sebuah lingkaran sihir terbentuk, menyebar ke seluruh penjuru. Getaran seperti gempa bumi terasa, semakin lama semakin kencang. Istana Es mulai bergerak turun, masuk ke dalam danau perlahan-lahan.

Para pemburu yang mengejar mereka bertiga hanya bisa menyaksikan tenggelamnya istana es hingga tidak terlihat lagi. Istana Es masuk ke dalam danau dan tidak menyisakan sedikit pun keberadaannya. Sementara Lixue, tenggelam ke dalam danau yang dingin dan membeku dalam es abadi, diselimuti selubung tipis yang mempertahankan nyawanya.

Sejak hari itu Istana Es tidak ada lagi, mereka mulai melupakan akan adanya ratu penguasa es di bagian utara dunia bawah. Mereka juga melupakan adanya harpa yang pernah menjadi incaran semua makhluk karena kekuatannya. Mereka terlupakan dan hanya meninggalkan cerita yang disebut dalam dongeng. Kisah indah sang Ratu Es yang bertemu dengan Pangeran Elf hingga menjadikan dunia seindah musim semi.

Sebuah buku berwarna biru dengan gambaran istana salju ditutup bersamaan dengan lembaran terakhir cerita yang telah dibacakan. Pemuda dengan rambut hitam pendek dan mata sekelam malam menatap heran kedua anak kembar yang menatapnya. Alisnya mengerut dan mulutnya berdecak.

“Ceritanya sudah selesai,” ucap Rafael seakan mengerti tatapan keduanya.

Yui dengan cekatan menarik buku yang dipegang Rafael seakan tidak percaya dengan apa yang diucapkan pria itu.

“Tapi seharusnya berakhir bahagia, kan,” protes Yui membongkar dan mencari halaman selanjutnya. Nihil, tidak ada lembaran lain selain cerita yang telah selesai dibacakan oleh Rafael.

“Apa harpa itu benar-benar ajaib?” tanya Yuan menatap lurus ke arah Rafael yang tengah bersandar pada kursi.

“Entahlah,” jawaban Rafael seakan menggantung di udara. Pria itu kemudian terdiam lalu bangkit dan memilih tumpukan buku yang ada di meja. “Aku ingat sesuatu,” lanjutnya.

Rafael tesenyum dan memperlihatkan sebuah buku kepada kedua anak kembar di depannya, “Ini dia.”

“Bacakan lagi!” Kedua anak kembar duduk kembali di hadapan Rafael dan bersiap untuk mendengarkan kembali sebuah cerita tentang harpa ajaib seperti dalam judul buku yang dipegang Rafael.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aspasya
Aih Yui maunya happy ending...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   2. Menemukan Lixue

    Angin bertiup lembut membawa udara dingin yang menusuk hingga ke tulang. Para prajurit dengan baju tambahan berupa jubah tebal dari bulu binatang membungkus tubuh mereka. Namun, rasa dingin masih saja berhasil menyentuh kulit yang tak terlindung. Salah satu dari mereka melepaskan jubah tebal yang terbuat dari bulu binatang.“Yang benar saja, danau ini pasti dingin sekali,” protes prajurit yang dipaksa untuk masuk ke dalam danau oleh rekan-rekannya.Mereka melakukan undian untuk memutuskan siapa yang masuk ke dalam danau. Mereka mencari harpa ajaib yang kabarnya ada di sekitar tempat ini. Sebuah kisah dongeng tentang Istana Es yang tenggelam di danau tersebut membuat mereka dipaksa mencari keberadaannya. Mereka harus memeriksa dasar danau untuk melihat istana tersebut benar-benar ada, termasuk mencari keberadaan harpa.Kedua prajurit yang kalah saat melakukan undian dengan terpaksa masuk ke dalam air. Sebelumnya keduanya diberikan barrier pelindung untuk melindungi mereka dari dinginny

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   3. Ragu

    Kedua bocah kembar semakin memperhatikan Rafael yang membacakan cerita hingga keduanya menoleh karena suara dehaman di belakang mereka.“Sudah malam, sebaiknya kalian tidur,” ucap Alden dengan lembut membelai puncak kepala kedua anak kembar itu.“Baik, Kek,” sahut kedunya segera bangkit dan berlari menuju kamarnya.Yui menoleh dan melihat Kakek Alden masih berbincang dengan Rafael. Pria jangkung yang lebih tua itu duduk di sebelah Rafael. Entah apa yang mereka bicarakan, paman dari gadis yang kini sedang memperhatikannya terlihat membuang muka seakan apa yang sedang mereka bicarakan bukanlah hal yang menyenangkan.“Yui, ayo!” ajak Yuan memanggil kembarannya untuk segera ke kamar.“Hei, menurutmu apa cerita itu benar?” tanya Yui menyusul Yuan dan mereka berjalan bersama menuju ke kamar mereka.“Aku tidak tahu, tapi ada yang aneh dengan cerita Istana Es. Kisahnya menggantung dengan akhir yang menimbulkan banyak pertanyaan. Mungkin saja itu kisah nyata atau hanya rekaan,” jawab Yuan.Mer

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   4. Tanah Hitam

    “Kalian sudah siap?” Rafael sudah menunggu keduanya dan membukakan pintu kereta kuda. Sebuah kereta kuda dengan warna hitam pekat disertai ukiran naga berwarna keemasan.“Paman ikut?” sahut Yui menatap pria jangkung di depannya. Sebuah anggukan membuat gadis kecil itu tersenyum senang. Dia memasuki kereta kuda dan membuka sedikit tirai dari dalam, memperhatikan pria yang baru saja membantunya menaiki kereta. Rafael, di mata Yui terlihat begitu tampan. Sementara pemuda di sebelahnya berpikir hal lain. Yuan, dia hanya bisa menghela napas berat dan duduk di sebelah Yui. “Mau sampai kapan dia mencuri pandang seperti itu, kenapa tidak terus terang saja,” batin Yuan. Wajah memerah Yui cukup mengganggu pikirannya.“Yuan, apa Kak Razen tidak berlebihan?” ucap Yui melihat sekelompok orang datang di pimpin oleh Razen.Razen dengan pasukan di belakangnya telah siap mengantar Pangeran Yuan dan Putri Yui ke istana. Dia adalah salah satu jenderal di Kerajaan Kegelapan yang telah mendapatkan posisi

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   5. Kandidat Raja

    “Dan kandidat lain untuk menjadi raja, aku mencalonkan diriku sendiri,” ucap Leiz dengan lantang.Sorakan pendukung Leiz terdengar riuh memenuhi ruangan, hanya sebagian kecil saja yang tetap diam. Mereka diam-diam memihak kubu yang lain.“Tuan Leiz, kita memilih raja bukan berdasarkan suara, tapi kepantasannya,” sela Razen hingga suara sorakan tiba-tiba menjadi hening.“Apa maksudmu, Jenderal Razen?” Mata Leiz menatap Razen seakan ingin menembus jantungnya dan menghakimi pria ini yang telah berani bersuara.Semua mata kini memandang Razen yang sengaja membuat perselisihan dengan Penasehat Kerajaan Leiz Schwarz. Mereka menunggu penjelasan dari Razen.“Pangeran Yuan, dia pantas menjadi raja, bukan Anda, Tuan Leiz Schwarz,” ucap Razen dengan berani mendekat ke arah podium supaya terlihat jelas oleh seluruh tamu undangan. “Karena dia memiliki kemampuan yang sudah kita tunggu selama ini, kekuatan pemurnian,” lanjut Razen dengan lantang sehingga semua orang mendengar dengan jelas ucapannya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   6. Kesalahpahaman

    “Apa kau ingin menipu kami?” Razen menatap Leiz, sudut bibirnya tertarik sedikit seakan dia sedang mendapatkan sesuatu yang menarik.Sementara pria dengan jubah menjuntai dan rambut yang sudah mulai berubah warna tersenyum ramah menatap Razen penuh arti. “Apa yang kau pikirkan, Jenderal Razen?” Leiz nampak santai dengan ucapan Razen.“Bunga itu, yang kau lakukan bukan pemurnian!” ucap lantang Razen hingga terdengar ke jelas. Aula menjadi riuh oleh suara-suara bisikan para tamu undangan.“Kalau begitu seperti apa pemurnian yang benar? Sudah 200 tahun dunia ini tidak tersentuh kekuatan raja,” balas Leiz. Pria ini sengaja, dia sengaja ingin menjebak Yuan untuk menunjukkan kekuatannya. Dia tahu kontaminasi di sekitar istana tidak akan bisa dimurnikan dengan kekuatan Yuan saat ini. Pekatnya kontaminasi bahkan membuat udara di sekitar istana terasa berat.Razen menatap Yuan, dia merasa salah langkah dan terlihat gugup dengan ucapan Leiz. Sorot matanya mengisyaratkan permintaan maaf dan d

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   7. Sesuatu yang Tersembunyi

    Rafael menoleh sekilas dan melihat Razen bersama dengan Xavier. Mereka berdua bekerjasama untuk membantunya kabur dari istana. Serangan pasukan istana ternyata tak berhenti begitu saja. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng pertahanan istana mengarahkan anak panahnya kembali. Meskipun Xavier membantu, beberapa anak panah masih lolos dan melesat ke arah Fury, terutama beberapa pemanah berbakat yang memiliki kemampuan panah energi.“Fury menghindar!” teriak Rafael yang merasakan panah energi menyerang. Naga hitam itu bermanuver menghindari panah tersebut. Sayangnya satu anak panah mengenai sayap Fury sehingga terbang tidak seimbang.Angin terasa begitu kencang saat naga hitam itu kehilangan keseimbangan dan meluncur karena tarikan gravitasi yang kuat. Yui berpegang pada leher Fury, sementara Yuan berada di belakangnya memeluk erat. Rafael berusaha melindungi kedua anak kembar tersebut.“Ugh,” erang Rafael merasakan sakit pada lukanya. Dia merasa pandangannya mulai kabur dan tubuhn

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   8. Pantulan Cermin

    Sinar matahari menerobos kamar Rafael. Pria jangkung dengan rambut hitam itu menutup wajahnya dengan bantal karena diusik oleh hangatnya cahaya mentari. Sengatan panas sinar sang surya membuat pria yang masih ingin terlelap dalam buaian mimpi menjadi kesal. Kesal dengan perlindungan yang ternyata tidak mempan, dia pun terpaksa bangun. Saat matanya sudah terbiasa dengan cahaya terang kamar, pria ini menatap benda yang baru saja terpasang di dinding kamarnya tadi malam.“Cermin, apa harus membaca mantra seperti ratu jahat. Cermin-cermin di dinding siapakah yang paling cantik di dunia ini ....”Rafael tiba-tiba tertawa sendiri dengan pemikirannya. Dia pun menyibakkan selimut dan mendekati cermin tersebut. Berdiri di depan cermin lalu menyugar rambutnya yang berantakan.“Dilihat dari mana pun aku ini ganteng, lihat saja, sempurna,” ucap Rafael pada cermin di depannya. Bayangan yang menunjukkan dirinya terpantul dengan jelas. Sosok yang dikagumi kaum hawa, hanya saja dirinya sendiri yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   9. Tamu di Pagi Hari

    Yuan menghentikan aktivitasnya setelah mendengar suara derap langkah kaki kuda. Dia mendongak untuk melihat siapa yang datang sepagi ini. Matanya tertuju pada panji-panji yang berkibar. Di bagian paling depan, dua pria berpakaian kontras hitam dan kehijauan. Yuan mengenali keduanya sebagai Jenderal Razen dan Xavier.“Siapa mereka?” Yui yang berada di samping Yuan ikut penasaran. Kereta kuda tersebut melaju dengan kecepatan sedang di kawal dengan pengawal yang mengenakan seragam senada dengan warna panji-panji mereka.“Bukankah itu lambang Pertanian Besar?” Yuan menunjuk salah satu panji yang dia kenal.Keduanya berlari menuju ke gerbang Kediaman Blackdragon. Mereka berdua berhenti dan bergabung dengan Rafael yang sudah berdiri di dekat gerbang. Mereka bertiga menyambut tamu yang datang terlalu pagi. Jenderal Razen dan Xavier turun dari kudanya kemudian memberi salam. Selanjutnya mereka yang berada di dalam kereta kuda turun kemudian memberi salam bersama dengan para pengikutnya. Pelay

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05

Bab terbaru

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   183. Waktu yang Tepat

    Yuasa dengan hati-hati mengeluarkan kunci rune, ukiran kuno yang berdenyut dengan energi mistis, dan mengarahkannya ke ruang kosong di depannya. Udara berdesir dan bergelombang, seperti kain sutra yang ditiup angin, membentuk pusaran energi yang semakin lama semakin pekat. Gerbang dimensi ke dunia bawah, sebuah portal yang menghubungkan dunia kristal dengan alam kegelapan mulai terbuka. Aurum, dengan wujud manusianya yang gagah, berdiri di samping Yuasa, siap untuk melangkah melintasi gerbang dimensi. Sementara itu, Rosaline dengan cekatan menciptakan lapisan-lapisan barrier pelindung di sekitar Yuasa. Tangannya bergerak lincah, menenun barrier pelindung yang tampak seperti kubah transparan dengan rona kemerahan, melindungi Yuasa dari bahaya yang mungkin mengintai.“Cukup Rosaline,” ucap Yuasa dengan lembut. Dia menyentuh tangan Rosaline untuk menghentikan pekerjaannya. “Ini gerbang dimensi, bukan celah dimensi. Kita sudah pernah memasukinya, meskipun ada tekanan, tetapi barrier yan

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   183. Berita Tentang Yuasa

    Rasa syukur dan kekaguman memancar dari wajah-wajah mereka yang telah disembuhkan Yuasa. Mereka menatap sang raja dengan tatapan penuh hormat, seolah melihat dewa yang turun dari langit. Para tabib dan tenaga medis pun tercengang, kekuatan ajaib Yuasa telah melampaui batas pengetahuan mereka, membuka cakrawala baru dalam dunia pengobatan.“Rosaline tidak perlu memapahku, aku tidak apa-apa,” ucap lembut Yuasa melepaskan tangan Rosaline yang mencoba membantunya berjalan. Dia sedikit tidak nyaman dengan penilaian berlebih dari orang-orang di sekitarnya. “Mulai sekarang kau tidak bisa lagi mengenakan gaun, aku akan selalu memerlukanmu untuk menjadi pelindungku.”Rosaline tersenyum, sebuah senyuman yang mengisyaratkan kesetiaan dan kebahagiaan. Ia tidak lagi memapahYuasa, tetapi melingkarkan tangannya dengan mesra di lengan sang raja. “Tidak masalah, Yang Mulia,” jawab Rosaline riang. “Saya akan senang bisa menjadi pengawal Anda lagi.” Balai Pengobatan kini dipenuhi oleh lautan manusia ya

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   182. Kekuatan Penyembuh

    Langkah kaki Yuasa, sang raja, memasuki Balai Pengobatan dengan tegap, seolah lantai marmer pun tunduk di bawahnya.. Semua mata di balai itu, yang tadinya sibuk dengan hiruk pikuk kepanikan dan kesedihan, serempak beralih padanya. Sejenak, waktu seakan berhenti, lalu kembali berdetak. kehidupan di balai kembali berdenyut. Mereka kembali menjalankan aktivitas, mungkin menduga sang raja hanya datang untuk menyampaikan belasungkawa, sebuah tindakan diplomatis yang biasa dilakukan para petinggi kerajaan. Tak ada sorak-sorai, tak ada sambutan meriah, hanya tatapan kosong dan bisu yang menyambut kedatangannya, seolah hati mereka telah membeku, tertutup bagi raja mereka.“Siapa penanggung jawab Balai Pengobatan?” tanya Yuasa, suaranya bergema bagai dentang lonceng di tengah keheningan.Segera seseorang dengan tubuh ramping dan wajah dipenuhi peluh berlari dan membungkuk dalam-dalam di hadapan Yuasa. “Sa … saya, Yang Mulia,” jawab pria tersebut dengan suara bergetar karena takut.“Pisahkan ko

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   181. Keputusan Yuasa

    Aurum terbang membelah langit menuju Balai Pengobatan. Gedung itu menggeliat dipenuhi sesak manusia hingga ke serambi dan selasar. Pasien terlalu banyak sementara tenaga medis tidak sesuai jumlahnya. Aroma darah anyir menyeruak di udara, bercampur dengan bau obat-obatan yang menusuk hidung. Di mana-mana, terlihat para penyembuh sibuk membalut luka-luka menganga, bak sayatan pedang tak kasat mata, yang diderita para korban akibat munculnya celah dimensi.“Yang Mulia?” Rosaline menyentuh lengan Yuasa, wajahnya dibayangi kecemasan saat melihat wajah pucat sang Raja. Dia tahu betul pemuda yang dicintainya itu memiliki hati selembut sutra. Melihat rakyatnya terluka parah, hatinya pasti tercabik-cabik, remuk redam bagai dihantam palu godam. “Yang Mulia, Anda harus kuat.”“Rosaline, andai saja,” ucap Yuasa tercekat, tertahan di ujung kerongkongan bagai duri yang menusuk. Kedua tangannya bergetar hebat, menahan gejolak rasa tidak berdaya yang menyesakkan dada. Kehilangan kemampuan penyembuhny

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   180. Serangan Mayat Hidup di Ibukota

    Ibukota Kerajaan Cahaya.Langit bagaikan terbelah, suara retakan terdengar bagaikan suara gaung raksasa. Semua mata menyaksikan bagaimana celah dimensi perlahan-lahan terbuka semakin besar.“Demi dewa, apa yang terjadi?”“Langit! Langit terbelah!”Jeritan panik bercampur dengan hirul pikuk langkah kaki yang kalang kabut. Retakan tersebut perlahan mencapai tanah, seakan membelah langit hingga ke tanahi. Kepanikan melihat fenomena tidak biasa itu terjadi, Ibukota Kerajaan Cahaya yang ramai kini menjadi sepi seketika.Di dalam istana, Raja Yuasa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Kabar tentang retakan dimensi terdengar ke telinganya, membawa angin dingin yang menusuk tulang.“Kerahkan pasukan, lindungi rakyatku!” titah sang raja suaranya bergema di aula istana. Yuasa berjalan keluar dan melihat dari dalam istana, langit terbelah dengan ratakan besar. “Celah dimensi,” gumamnya, hatinya dipenuhi firasat buruk.Seekor naga dengan sisik keemasan mendarat di halaman ist

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   179. Desa di Pinggir Hutan

    Langit sudah gelap saat Yuan mencapai batas terluar wilayah Blackdragon. Tenaganya bagai lilin yang hampir padam, nyaris tak tersisai. Sepasang sayap yang selama ini membawanya terbang kini lenyap tanpa jejak, begitu pula dengan tanduk hitam di kepalanya yang menghilang bagai ditelan bumi. Kegelapan menelan kesadaran Yuan. Dia jatuh bebas dari ketinggian, meluncur bagai batu yang terlempar dari langit, ditarik paksa oleh cengkraman gravitasi. Suara dentuman keras terdengar, tubuh Yuan dan Yui menghantam tanah di pinggir hutan perbatasan Blackdragon. Mereka berguling-guling beberapa kali sebelum terhenti tak jauh dari sebuah desa kecil. Keduanya terkapar tak berdaya, tubuh mereka dihiasi luka-luka yang menganga. Seorang kakek tua yang sedang mencari kayu bakar, dikejutkan oleh pemandangan dua remaja yang terbaring tak sadarkan diri di pinggir hutan. Dengan langkah gontai, ia memeriksa mereka, memeriksa denyut nadi keduanya dengan hati-hati. “Mereka masih hidup!”. Kakek itu berlari ke

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   178. Merebut Kristal Hitam (3)

    Seiryu hitam menyadari kedatangan Yui. Asap dan debu tidak mengganngunya sedikitpun. Seiryu hitam dengan kegesitannya yang mengerikan menyambar Yui dengan ekornya. Tubuh Yui terpental bagai boneka kain, menghantam dinding aula istana dengan dentuman keras. “Yui!” teriak Yuan, jantungnya mencelos menyaksikan kembarannya terkapar tak berdaya. Dalam kepanikan, Yuan lengah. Cakar Seiryu menembus tubuhnya, meninggalkan luka menganga yang meneteskan darah. Tubuh ramping Yuan terlempar ke samping Yui, meringkuk kesakitan. Leiz, dengan kesombongannya yang memuakkan, berjalan mendekati kedua anak kembar tersebut. Dia menendang tubuh Yuan yang penuh luka-luka dengan kasar. “Ternyata mudah menghancurkan kalian,” ucap Leiz dengan nada penuh ejekan, “Terima kasih sudah menghilangkan pelindung tongkat kristalku!”Leiz merampas tongkat kristal dari tangan Yuan. Dia mengumpulkan kekuatan untuk membuka kembali celah dimensi. Dia menyimpan Seiryu dan Byakko hitam, yakin bahwa kedua anak kembar itu t

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   177. Merebut Kristal Hitam (2)

    Yuan tidak tinggal diam melihat Yui kesakitan. Dia memanggil pedang es abadi dan menebas tanaman rambat tersebut. Aula istana menjadi dingin sedingin kutub.“Yui, kau tidak apa-apa?” tanya Yuan dengan cemas, suaranya bergetar.Darah terlihat mengalir dari luka di kaki Yui, meninggalkan jejak merah di lantai aula yang dingin. “Tidak apa-apa,” ucap Yui dengan suara tertahan,”Cepat pergi! Selamatkan dirimu!”Leiz yang gagal menghentikan Yui murka. Dia kembali memanggil kekuatan Seiryu hitam. Makhluk itu muncul dengan mengerikan, sisiknya sehitam malam, matanya menyala-nyala bagaikan bara api, menebarkan aura kekuatan yang menggetarkan aula.“Kalian pikir bisa kabur dariku!” Suara Leiz bergema di seluruh ruangan.Dengan gerakan tangan yang cepat, Leiz, yang mengenakan baju kebesaran seorang raja menutup semua pintu keluar dengan tanaman rambat berduri. Tidak ada lagi celah untuk mereka kabur saat ini.“Yuan, kau harus pergi dari sini, bawa kristalnya!” seru Yui memaksakan diri berdiri. Ia

  • Raja Baru untuk Dunia Kegelapan   176. Merebut Kristal Hitam (1)

    Persiapan yang dilakukan untuk menggabungkan pasukan memakan waktu lama. Satu minggu berlalu sejak hari pertama mereka memutuskan melakukan penyerangan. Rafael sudah terlihat frustrasi melihat percekcokan yang sering terjadi. Hal-hal kecil menjadi perdebatan serius. “Demi apapun, apa kalian tidak bisa lebih cepat! Tidak bisa kah abaikan saja hal remeh seperti itu!” gerutu Rafael kesal dengan perdebatan pasukan.Yui berjalan dengan riang, berjingkat-jingkat seperti kelinci. Tiba-tiba ia berhenti hanya untuk melihat Rafael. Dia sengaja memperhatikan pria itu kemudian tertawa lepas melihat pria tinggi dengan rambut hitam cepak itu mengusap kasar wajahnya. “Lama-lama wajah Paman akan seperti kura-kura seribu tahun yang dipenuhi kerutan,” sindir Yui.Rafael menoleh dan menatap Yui. Matanya melotot ke arah gadis itu. Diam-diam gadis kecil itu mundur dan berlari menyisakan suara nyaring tawanya yang bergema. Ia kabur sebelum Rafael sempat membuka mulut untuk memberinya kuliah pagi.Yui yan

DMCA.com Protection Status