“Dan kandidat lain untuk menjadi raja, aku mencalonkan diriku sendiri,” ucap Leiz dengan lantang.
Sorakan pendukung Leiz terdengar riuh memenuhi ruangan, hanya sebagian kecil saja yang tetap diam. Mereka diam-diam memihak kubu yang lain.
“Tuan Leiz, kita memilih raja bukan berdasarkan suara, tapi kepantasannya,” sela Razen hingga suara sorakan tiba-tiba menjadi hening.
“Apa maksudmu, Jenderal Razen?” Mata Leiz menatap Razen seakan ingin menembus jantungnya dan menghakimi pria ini yang telah berani bersuara.
Semua mata kini memandang Razen yang sengaja membuat perselisihan dengan Penasehat Kerajaan Leiz Schwarz. Mereka menunggu penjelasan dari Razen.
“Pangeran Yuan, dia pantas menjadi raja, bukan Anda, Tuan Leiz Schwarz,” ucap Razen dengan berani mendekat ke arah podium supaya terlihat jelas oleh seluruh tamu undangan. “Karena dia memiliki kemampuan yang sudah kita tunggu selama ini, kekuatan pemurnian,” lanjut Razen dengan lantang sehingga semua orang mendengar dengan jelas ucapannya.
“Lalu bagaimana dengan statusnya, Jenderal Razen?” balas Leiz dengan sinis. Kali ini Leiz memiliki kartu as untuk menjatuhkan Yuan. Statusnya sebagai pangeran dari dunia atas pasti tidak akan diterima oleh penghuni dunia bawah.
Razen terdiam, tubuhnya sedikit bergetar, mau tidak mau dia harus mengatakan yang sebenarnya. “Dia memang anak yang berasal dari dunia atas,” ucap razen dengan napas memburu dan berharap suaranya tidak ikut bergetar.
Leiz tersenyum penuh kemenangan, dia sudah tahu bagaimana akhir dari pemilihan hari ini. Dia yakin kedudukannya kali ini sudah pasti diperoleh ditambah dirinya berpura-pura saat peperangan berlangsung. Dia merasa menjadi korban Raja Kegelapan yang begitu bengis, dia bersandiwara jika dirinya diperalat oleh sang raja.
Sementara itu perdebatan kecil terjadi. Mereka yang terlahir di dunia atas akan mendapatkan kebencian dari semua makhluk dunia bawah. Kejadian ratusan tahun yang lalu karena seorang anak yang terlahir di dunia atas dan juga kepergian Raja Veer yang memilih meninggalkan rakyatnya demi seorang wanita dunia atas membuat mereka semakin membenci makhluk yang berkaitan dengan dunia atas.
“Suruh dia kembali ke dunianya!”
“Turun!” teriak salah satu dari tamu undangan.
“Makhluk dunia atas tidak pantas menjadi raja kami!”
“Ya benar!” Serempak mereka membuat paduan suara menolak keberadaan Yuan.
Teriakan demi teriakan mulai riuh dan keributan pun terjadi. Semua orang menolak Yuan sebagai kandidat raja baru. Alasannya sangat jelas karena dia berasal dari dunia atas. Razen yang berusaha memberitahukan fakta tentang kekuatan Yuan tidak didengar sama sekali.
“Dengar, kalian lihatlah, aku dulu terkintaminasi hingga berubah menjadi monster, apa kalian lupa?!” teriak Razen. Suaranya mulai serak menyuarakan pendapatnya yang terus dibantah oleh yang lain.
“Cukup!” teriak Yuan. Dia turun dari podium dan berlari keluar. Dia sudah tahu akan ada penolakan, tetapi ternyata dirinya tidak cukup kuat menerima penolakan tersebut. Hari-hari di Silverstone tanpa sang kakak terbayang kembali. Negeri yang bahkan rakyatnya pun tidak mengenal dirinya.
Rafael mengejar Yuan. Berusaha meraih tangannya dan menghentikan pemuda berambut hitam itu.
“Yuan!”
“Cukup, paman, mereka tidak menyukaiku. Aku juga tidak ingin menjadi raja,” balas Yuan. Bulir bening mengalir dari sudut matanya tanpa perintah. Seketika dia seka dengan punggung tangannta.
Sementara itu Razen berlari dan berdiri di podium hingga semua suara berhenti. Tatapan mata para tamu undangan kini berpusat pada Razen.
“Pangeran Yuan merupakan harapan kita satu-satunya untuk mengembalikan kerajaan. Jika kalian memilih Tuan Leiz, lalu apa artinya singgasana di sana?” ucap Razen berapi-api dan menunjuk ke arah sebuah kursi singgasana yang hanya bisa diduduki oleh seorang raja.
“Kenapa kalian tidak meminta Tuan Leiz untuk duduk di sana dan membuktikan bahwa dia juga pantas!” seru Razen menatap Leiz dan mengibarkan bendera pertentangan di antara mereka.
Leiz Schwarz tersenyum dengan senang saat Razen mengatakan hal itu. Dia berjalan ke arah singgasana.
“Apa kau serius ingin aku membuktikannya? Aku juga memiliki kemampuan pemurnian setelah mengalahkan Raja Kegelapan dalam perang kemaren,” balas Leiz menantang ucapan Razen. Senyuman terkembang semakin lebar saat pengikut dan pendukungnya bersorak.
“Tuan Leiz buktikan bahwa Anda adalah raja yang tepat!”
Yuan sudah kembali ke Aula setelah dibujuk oleh Rafael, mereka berjalan mendekati Razen dan kini memperhatikan Leiz yang akan membuktikan dirinya pantas.
“Takhta kerajaan, dulu kami melakukan tes kecil dengan mendudukkan anak-anak di atas singgasana untuk mencari raja kami. Tak satupun bereaksi. Hingga Raja Veer waktu itu menunjukkan kemampuannya. Saat dia duduk di singgasana, kristal hitam kami bersinar. Setelah ratusan tahun akhirnya ada lagi raja untuk kerajaan ini. Tapi cerita yang sebenarnya aku juga tidak tahu. Banyak yang menyalahkan Raja Veer karena jatuh cinta dengan ....”
“Dengan nenekku,” sela Yuan sebelum Leiz sempat menyelesaikan ucapannya yang hanya berupa bisikan kecil.
“Apa kau bilang?” bisik Rafael tidak mengerti.
“Raja Veer jatuh cinta dengan Putri Yuen, dia adalah nenekku,” balas Yuan.
“Ya, yang artinya keduanya adalah orangtua ayahanda,” sambung Yui menimpali.
“Kenapa kalian tidak bilang sejak awal!” seru Rafael.
Rafael menoleh bersamaan dengan perubahan pada kristal hitam yang terlihat bersinar terang saat Leiz menduduki singgasana. Wajah Rafael maupun Razen terlihat pucat dan terus saja bergumam, “Itu tidak mungkin.”
“Beri hormat kepada Raja Leiz!”
“Salam, Raja Leiz!”
Semua orang membungkuk dan memberikan penghormatan kepada Leiz yang saat ini menjadi raja karena membuktikan diri dia pantas. Leiz memiliki kekuatan pemurnian seperti yang mereka harapkan. Sementara Yui, Yuan, Rafael dan Razen masih berdiri tercengang dengan apa yang baru saja terjadi.
“Itu tidak mungkin!” gumam Razen merasa bingung dan mulai limbung melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.
“Bukankah sudah jelas, Raja Leiz telah membuktikan dirinya,” balas salah satu dari para tamu undangan dan salah satu pendukung Leiz.
Leiz tersenyum senang, semua rencananya berhasil. Di balik takhta kerajaan ada seseorang pemuda yang duduk di sana.
“Terima kasih Lixue, kau akan tahu sebentar lagi siapa yang menginginkan harpamu,” bisik Leiz dan pemuda dibalik kursi singgasana itu mengangguk tanpa kata.
Dalam hati, Leiz tertawa, dengan kekuatan dari Lixue dia memanipulasi kristas hitam hingga terlihat bersinar saat dia duduk di singgasana sehingga semua orang mengira dirinya memiliki kemampuan yang diakui oleh kristal hitam.
“Hidup Yang Mulia Leiz!”
Serempak mereka mengucapkan kata yang sama dan sekali lagi memberikan penghormatan serta dukungannya.
“Yang Mulia, melihat kemampuan Anda, sudikah kiranya Yang Mulia menghilangkan kontaminasi di wilayah kami,” ucap salah satu dari tamu undangan yang membungkuk penuh harap.
Raja yang mereka panggil hanya tersenyum dan mengibaskan rambutnya yang mulai berubah warna karena usia. Dia berbisik kepada Lixue, “Apa kau bisa membuat bunga di sebelah membeku lalu mencairkannya saat aku menyentuh bunga tersebut?”
“Bisa,” jawab Lixue tanpa tambahan kata apapun. Dia membuat bunga di yang dimaksud Leiz membeku saat itu juga.
Leiz berdiri dari singgasannya lalu mengambil bunga yang telah beku.
“Rakyatku, akan kubuktikan kekuatanku memang benar. Lihatlah bunga yang telah terkontaminasi ini,” ucap Leiz memperlihatkan bunga beku yang terlihat kaku seperti bunga dan tanaman lain yang telah terkontaminasi. Dengan sentuhannya bunga itu kembali segar. Semua mata menganga melihatnya, melihat bukti nyata jika Raja Leiz mereka memang benar-benar memiliki kemampuan khusus yang menjadikannya layak sebagai raja.
“Jangan memperdaya mereka!” seru Razen yang tahu bunga itu beku dan bukan terkontaminasi.
“Sial, kenapa aku lupa masih ada Razen di sini, dia elemen tanaman tentu saja bisa merasakan tanaman ini tidak terkontaminasi,” batin Leiz yang merutuki kesalahan fatalnya.
“Apa kau ingin menipu kami?” Razen menatap Leiz, sudut bibirnya tertarik sedikit seakan dia sedang mendapatkan sesuatu yang menarik.Sementara pria dengan jubah menjuntai dan rambut yang sudah mulai berubah warna tersenyum ramah menatap Razen penuh arti. “Apa yang kau pikirkan, Jenderal Razen?” Leiz nampak santai dengan ucapan Razen.“Bunga itu, yang kau lakukan bukan pemurnian!” ucap lantang Razen hingga terdengar ke jelas. Aula menjadi riuh oleh suara-suara bisikan para tamu undangan.“Kalau begitu seperti apa pemurnian yang benar? Sudah 200 tahun dunia ini tidak tersentuh kekuatan raja,” balas Leiz. Pria ini sengaja, dia sengaja ingin menjebak Yuan untuk menunjukkan kekuatannya. Dia tahu kontaminasi di sekitar istana tidak akan bisa dimurnikan dengan kekuatan Yuan saat ini. Pekatnya kontaminasi bahkan membuat udara di sekitar istana terasa berat.Razen menatap Yuan, dia merasa salah langkah dan terlihat gugup dengan ucapan Leiz. Sorot matanya mengisyaratkan permintaan maaf dan d
Rafael menoleh sekilas dan melihat Razen bersama dengan Xavier. Mereka berdua bekerjasama untuk membantunya kabur dari istana. Serangan pasukan istana ternyata tak berhenti begitu saja. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng pertahanan istana mengarahkan anak panahnya kembali. Meskipun Xavier membantu, beberapa anak panah masih lolos dan melesat ke arah Fury, terutama beberapa pemanah berbakat yang memiliki kemampuan panah energi.“Fury menghindar!” teriak Rafael yang merasakan panah energi menyerang. Naga hitam itu bermanuver menghindari panah tersebut. Sayangnya satu anak panah mengenai sayap Fury sehingga terbang tidak seimbang.Angin terasa begitu kencang saat naga hitam itu kehilangan keseimbangan dan meluncur karena tarikan gravitasi yang kuat. Yui berpegang pada leher Fury, sementara Yuan berada di belakangnya memeluk erat. Rafael berusaha melindungi kedua anak kembar tersebut.“Ugh,” erang Rafael merasakan sakit pada lukanya. Dia merasa pandangannya mulai kabur dan tubuhn
Sinar matahari menerobos kamar Rafael. Pria jangkung dengan rambut hitam itu menutup wajahnya dengan bantal karena diusik oleh hangatnya cahaya mentari. Sengatan panas sinar sang surya membuat pria yang masih ingin terlelap dalam buaian mimpi menjadi kesal. Kesal dengan perlindungan yang ternyata tidak mempan, dia pun terpaksa bangun. Saat matanya sudah terbiasa dengan cahaya terang kamar, pria ini menatap benda yang baru saja terpasang di dinding kamarnya tadi malam.“Cermin, apa harus membaca mantra seperti ratu jahat. Cermin-cermin di dinding siapakah yang paling cantik di dunia ini ....”Rafael tiba-tiba tertawa sendiri dengan pemikirannya. Dia pun menyibakkan selimut dan mendekati cermin tersebut. Berdiri di depan cermin lalu menyugar rambutnya yang berantakan.“Dilihat dari mana pun aku ini ganteng, lihat saja, sempurna,” ucap Rafael pada cermin di depannya. Bayangan yang menunjukkan dirinya terpantul dengan jelas. Sosok yang dikagumi kaum hawa, hanya saja dirinya sendiri yang m
Yuan menghentikan aktivitasnya setelah mendengar suara derap langkah kaki kuda. Dia mendongak untuk melihat siapa yang datang sepagi ini. Matanya tertuju pada panji-panji yang berkibar. Di bagian paling depan, dua pria berpakaian kontras hitam dan kehijauan. Yuan mengenali keduanya sebagai Jenderal Razen dan Xavier.“Siapa mereka?” Yui yang berada di samping Yuan ikut penasaran. Kereta kuda tersebut melaju dengan kecepatan sedang di kawal dengan pengawal yang mengenakan seragam senada dengan warna panji-panji mereka.“Bukankah itu lambang Pertanian Besar?” Yuan menunjuk salah satu panji yang dia kenal.Keduanya berlari menuju ke gerbang Kediaman Blackdragon. Mereka berdua berhenti dan bergabung dengan Rafael yang sudah berdiri di dekat gerbang. Mereka bertiga menyambut tamu yang datang terlalu pagi. Jenderal Razen dan Xavier turun dari kudanya kemudian memberi salam. Selanjutnya mereka yang berada di dalam kereta kuda turun kemudian memberi salam bersama dengan para pengikutnya. Pelay
“Kalian berdua suka membaca buku ‘kan, pergilah ke perpustakaan,” ucap Alden sembari mengulurkan sebuah token ke arah Yuan. Mereka membawa Rafael dan meninggalkan dua anak kembar yang tidak diperbolehkan ikut.“Lagi-lagi,” gerutu Yui setelah tidak melihat ketiganya di depan mata.“Yui, ayo ke perpustakaan,” ajak Yuan menarik lengan gadis manis di sebelahnya.“Untuk apa? Lihat mereka! Hanya karena kita belum dewasa lalu ....”Yuan menarik Yui dengan paksa dan sedikit menyeret gadis itu, dia tidak peduli dengan kembarannya yang meronta dan berusaha melepaskan pegangan tangannya. Seakan sudah dipersiapkan, seorang pelayan membukakan pintu kereta kuda. Dua orang pengawal berada di sisi kanan dan kiri kereta kuda tersebut.“Silakan, Pangeran dan Putri,” ucap ramah pelayan tersebut.Mata gadis manis itu menatap tajam kemudian memalingkan muka dan mendengkus.“Ke perpustakaan kota,” pinta Yuan dan kusir kereta tersebut menjalankan kereta.“Yuan!” teriak Yui dengan kesal.“Aku tahu kau ingin
Suasana hening, baik Yui maupun Yuan terdiam. Mereka mendengar langkah kaki mendekat dan penjaga perpustakaan mendekat. “Kalian masih punya waktu setengah jam lagi,” ucap penjaga perpustakaan yang langsung pergi kembali setelah memberikan peringatan tersebut. Yuan membuka lembar terakhir buku yang dia baca lalu menyobek kertasnya. “Apa yang kamu lakukan!” protes Yui melihat tindakan Yuan yang tidak bisa dibenarkan. “Aku tidak akan ingat, Yui ini penting,” balas Yuan melipat kertas tersebut lalu menyelipkannya di saku baju. “Yuan, kembalikan!” Yui mencoba mengambil kertas yang diambil Yuan, keduanya saling mempertahankan kehendaknya. “Kembalikan!” seru Yui meminta Yuan mengembalikan kertas tersebut. “Yui, disalin pun aku mungkin tidak bisa menulisnya dengan benar, akan kuceritakan nanti. Lagipula penjaga bilang jangan membawa keluar buku, bukan lembarannya,” ucap Yuan mencari pembenaran atas apa yang dia lakukan. “Yuan!” seru Yui geram. “Kita harus cari tahu tentang paman,” ba
Sebuah tangan kekar menyambut Yui saat menuruni kereta kuda. Gadis itu mengerjap beberapa kali memastikan yang ada di depannya bukanlah bayangan semata.“Paman, kau baik-baik saja?” Yui menatap pria dengan rambut hitam cepak di depannya. Tanpa perlu menjawab pria itu hanya tersenyum.“Kalian berdua pergilah duluan ke tempat latihan, tunggu paman di sana,” ucap Rafael saat salah satu pengawal mereka terlihat memberi kode.“Baik!” balas serempak kedua anak kembar yang langsung berlari ke tempat yang disebutkan Rafael.Tanah lapang dengan rumput hijau tipis, sebuah pohon besar dan aliran sungai kecil yang terlihat jernih. Tempat mereka berlatih merupakan bukit kecil yang berada di belakang kediaman Blackdragon. Kedua anak itu tertarik dengan aliran sungai dan bermain di sana karena bosan menunggu Rafael yang tidak kunjung datang.“Yuan, airnya jernih, apa kau menghilangkan kontaminasinya?” Yui memainkan air dengan kakinya, berjalan perlahan merasakan aliran air yang menggelitik ujung-uj
Angin kencang berhembus, menghempaskan segala yang diterjangnya. Lixue menyugar rambut putih saljunya untuk melihat pemandangan yang tak asing di depan mata. Danau yang dulu menemani hari-harinya kini tak lebih dari hamparan es tipis yang menandakan perairan beku.Pemuda itu menyentuh permukaan danau yang telah beku. Sekelabat bayangan kebersamaan bersama dengan Eirlys kembali muncul. Adik kesayangannya itu terus saja tersenyum dan mengikutinya hingga akhir, hingga dia terpaksa melepaskannya pada hari itu. Hari dimana semua berakhir tragis.“Eirlys,” gumam Lixue menyentuh air danau yang kini semakin tebal lapisan esnya akibat kekuatan es.Seorang pria mendekati pemuda yang kini terdiam mengamati danau beku di depannya. Dia memiliki rambut hitam yang kontras dengan rambut Lixue. Tanpa kata, dia hanya berdiri di sebelah pemuda itu.“Mau apa, kau Blackdragon?” tanya Lixue yang mengenali pria di sebelahnya. Wajahnya sama dengan Rafael, hanya berbeda pada kerutan tipis dan juga kumis tipis
Jalanan di depan Yuan terlihat asing. Jalan dengan bebatuan hitam, meskipun itu batu, tetapi tidak terasa seperti batu biasa. Dia mengamati orang-orang yang berjalan menuju ke satu arah yang sama, sebuah gerbang besar di ujung jalan, gerbang yang tidak terlihat jelas tulisan namanya. Yuan masih sangat jauh dari gerbang itu. “Akhirnya perjalanan terakhir,” gumam Yuan yang tahu di mana dia sekarang. Dunia orang mati. Kaki Yuan berhenti melangkah saat seorang wanita dengan jubah putih berdiri di hadapannya, muncul begitu saja hingga dia hampir jatuh tersungkur karena kaget. “Lenora!”“Pangeran Yuan, apa yang Anda lakukan di sini!” Suara Lenora terdengar penuh kekesalan dan amarah seakan dia sedang memarahi seorang anak nakal. “Hah?” Reaksi Yuan mendengar ucapan Lenora. Dia tidak tahu harus menjawab apa, tentu saja dia di sini karena nyawanya sudah terpisah dari tubuhnya. “Kuulangi, Pangeran, ah tidak, Yang Mulia Raja Yuan, kembalilah sekarang juga!” Lenora berkata dengan nada lebih
“Apa aliran air ini sudah dimantrai?” tanya pria yang menampilkan lengan hitamnya. Dia mengambil air dan menyiramkannya ke tangan hitamnya. “Mantra Genbu dari Putri Yui. Dengan adanya mantra ini tidak akan ada pencurian air untuk kepentingan pribadi yang ingin menjual air ini.” Penjaga itu kemudian terlihat menghela napas panjang sebelum kembali berbicara. “Sayangnya, kabar buruk terdengar di istana. Kabarnya Yang mulia saat ini dalam kondisi kritis.” Mendengar penuturan penjaga tersebut, pria yang sepanjang jalan selalu memberikan argumen tidak menyukai raja yang sekarang terlihat marah. “Apa katamu! Lalu kenapa mengundang kami jika dia sendiri dalam keadaan kritis, bukankah dia tidak akan bisa menyembuhkan kami!” suara pria itu terdengar begitu keras hingga mengundang perhatian orang-orang di sekitar. “Tuan tenang saja, di istana semua sudah dipersiapkan.” Penjaga gerbang berusaha menekan amarah pria itu, tetapi tidak berhasil. “Lebih baik kita pulang saja!” Pria dengan lengan
Dunia bawah lebih berwarna. Langit yang biru membawa semangat baru. Kepala desa dan para pemimpin wilayah lainnya menjalankan perintah yang diberikan Yuan, raja mereka untuk mendata dan membawa penduduk dengan tingkat kontaminasi 80 %. Mereka yang telah mengalami kontaminasi bertahun-tahun dipilah dan dibawa ke ibukota untuk bertemu langsung dengan sang raja. “Apa benar kontaminasi ini bisa hilang? Rasanya aku sudah pasrah dengan kondisi ini seumur hidupku.” Pria dengan tangan dan kaki yang sudah menghitam karena kontaminasi terlihat pesimis. Meskipun begitu, setelah menatap langit biru ada secercah harapan di hatinya. “Kalau sang raja bisa menghilangkan kontaminasi di dunia bawah, kurasa bisa juga menghilangkan kontaminasi di tubuhku.” Semua penduduk dengan tingkat kontaminasi parah sudah mulai berangkat menuju ibukota. Mereka menaruh harapan yang sangat besar kepada sang raja, harapan kesembuhan dari kontaminasi yang selama ini menyiksa diri mereka.“Kudengar sang raja masih belia
Hujan semalaman membuat seluruh penduduk di dunia bawah menutup pintu rumah mereka. Tidak ada yang keluar hingga pagi tiba. Mereka terperangah saat membuka jendela dan melihat fenomena alam luar biasa, langit biru. “Langitnya!” Mata mereka tidak henti memandang ke atas. Sudah lebih dari seabad dunia bawah selalu dalam kondisi langit gelap, mendung dengan kilatan petir. Lama mereka menatap langit hingga keluar rumah dan melihat tanah basah dengan warna kecoklatan, bukan hitam. Kontaminasi sudah menghilang dari tanah dunia bawah. “Apa ini kekuatan raja yang baru? Sudah sangat lama kita hidup dengan kontaminasi dan kini semua hilang.” Mereka menyentuh tanah basah yang begitu dirindukan. Tanah yang murni tanpa kontaminasi. Meskipun tak semua terucap, penduduk dunia bawah tahu siapa yang melakukan semua ini. Sejak penobatan hingga hari ini sang raja berusaha menghilangkan kontaminasi. Seluruh negeri saat ini bergembira, bersuka cita dengan hilangnya kontaminasi dan langit biru pertama
Yuan masih mencoba membersihkan kontaminasi. Seperti perkiraannya, semua roh alam yang digunakan menguras energinya dengan cepat. Dia bahkan tidak berani menggunakan Salamander. “Yang Mulia, istirahatlah. Hampir satu minggu Anda terus di aula membersihkan kontaminasi tanpa henti.” Xavier mengantarkan makanan serta beberapa obat dari Razen. “Kontaminasi belum hilang, mana mungkin aku istirahat,” balas Yuan, wajahnya sudah terlihat pucat dan tubuhnya lelah. Eirlys dan Lixue yang ingin berpamitan pun mengurungkan niatnya. “Kak, aku tidak bisa meninggalkan Raja Yuan saat ini, tanpa spirit dia akan langsung kehilangan energinya. Meskipun hanya membantu sedikit, setidaknya bisa membantu,” bisik Eirlys masuk ke dalam aula dan duduk di dekat Yuan. Dia mulai memainkan harpanya. “Eirlys, kau memang tidak bisa berpisah dengan Yuan,” batin Lixue. Meskipun ingin kembali ke Benua Utara secepatnya, tetapi dia harus menunggu Eirlys. “Yang Mulia, bagaimana kalau meminjam kekuatanku. Elemen esku
Gerbang Kota Naga saat ini terlihat megah. Penjaga yang melihat Rafael langsung memberikan akses masuk tanpa perlu pemeriksaan. Pengendara naga memiliki hak istimewa di kota ini. Fury terbang menukik ke arah bangunan terbesar Kota Naga, sebuah tempat yang sangat luas untuk mendarat seekor naga. “Kalian berkunjung?” Suara Yuichi terdengar riang. Rambut hijaunya berkibar akibat hempasan angin dari pendaratan Fury. “Ayahanda!” teriak Yui melompat tanpa persetujuan Rafael. Gadis itu menghambur dalam pelukan hangat ayahnya.“Yui, kau semakin cantik putri kecilku!” Yuichi memeluk erat Yui mengecup keningnya dengan lembut. Berbeda dengan Yui yang terlihat riang, Rafael justru membeku di atas Fury. Diam bagai patung yang melekat kuat.Genji turun setelah Yui. Dia sedikit limbung dengan kecepatan Fury terbang. Seekor penyu lebih nyaman berenang daripada melayang di atas langit.Yuichi yang melihat Rafael memanggilnya. “Mau sampai kapan di sana? Cepat turun!”Rafael turun dan memberikan seny
Yui berlarian di sebuah pasar, pasar induk yang berisi bermacam-macam toko, berbagai jenis barang hingga benda langka ada di sini. Kota Blue Amethyst, kota satu-satunya yang terbuka untuk semua orang, baik untuk manusia maupun bangsa kristal. Bukan hanya mereka, unhuman atau setengah manusia pun terlihat di sini.“Lihat paman, cantik sekali!” seru Yui memperhatikan setiap toko yang memiliki benda unik yang menarik perhatiannya.Genji berjalan dengan anggun, sesekali membuka kipasnya. Aura seorang bangsawan terlihat jelas dari pria ini. Karena kekuatan Yui yang belum stabil, dia tidak bisa langsung mengembalikan Genji ke dunianya.“Tuan Rafael, apa kau cukup membawa uang?” bisik Genji yang berjalan di samping Rafael.“Aku juga sedang menghitung uang yang ada di kantongku, kuharap cukup,” balas Rafael datar, ada sedikit ketakutan jika tidak bisa membayar semua belanjaan yang akan dilakukan Yui.“Apa ada benda yang bisa dijual? Kusarankan jual secepatnya. Tuan Putri tidak akan berhenti b
Aula kerajaan sudah kembali sunyi. Yuan menyandarkan kepalanya pada kursi singgasana, lelah dengan pekerjaan raja yang baru dua hari ia lakukan. Dia kembali memeriksa catatan yang dibuat Razen. “Yang Mulia.” Eirlys yang masuk ke dalam aula seakan tidak terdengar hingga dia memanggil namanya.“Eirlys, maaf, aku tidak tahu kau sudah di sini.” Yuan menekan tengah dahinya yang sedikit berdenyut. Banyaknya laporan hari ini membuat kepalanya sedikit pusing.“Melelahkan menjadi raja?” tebak Eirlys yang duduk di sebelah Yuan. Dia mengeluarkan harpa kemudian memainkannya.Lantunan melodi yang begitu indah membuat Yuan merasa tenang. Dia memejamkan mata menikmati suara yang begitu indah. “Eirlys ajari aku memainkan harpa,” pinta Yuan yang membuka matanya dan bangkit dari kursi singgasana lalu duduk di sebelah Eirlys.“Tentu,” balas Eirlys. Gadis cantik itu masih memainkan harpanya. Seperti biasa para spirit mulai berkumpul dan mengelilingi Yuan.Mata mereka beradu, ada magnet yang menggerakka
Rafael melihat Yui yang masih ceria. senyumnya terlihat sangat manis. Dia bersama dengan Genji sedang menyiapkan makan malam mereka. Genji menangkap beberapa ikan di sungai, cukup untuk mereka makan hari ini. Seakan tanpa beban, Yui meminta Rafael menyalakan api pada tumpukan kayu yang sudah mereka susun.“Apa? Kau memintaku menyalakan api? Api hitam bukan untuk mainan,” sahut Rafael menolak.“Api Suzaku tidak ada, dia menghilang dan entah kapan bangkit lagi,” balas Yui. Matanya beralih ke arah Genji.“Aku memiliki elemen air, sama sekali tidak punya api,” jawab Genji cepat, seakan tahu maksud dari Yui.“Paman,” rengek Yui mengguncang tangan Rafael. “Sedikit saja, hanya kau yang punya api.”“Ya, ya, baiklah,” balas Rafael. Dia menyalakan api dengan kekuatan api hitamnya. “Baru kali ini akau memakai api hitam bukan untuk menyerang musuh tetapi memanggang,” gumam Rafael, dia menutup wajahnya merasa sangat malu menggunakan kekuatan yang begitu besar hanya untuk memanggang ikan.“Tidak