“Kalian sudah siap?” Rafael sudah menunggu keduanya dan membukakan pintu kereta kuda. Sebuah kereta kuda dengan warna hitam pekat disertai ukiran naga berwarna keemasan.
“Paman ikut?” sahut Yui menatap pria jangkung di depannya. Sebuah anggukan membuat gadis kecil itu tersenyum senang. Dia memasuki kereta kuda dan membuka sedikit tirai dari dalam, memperhatikan pria yang baru saja membantunya menaiki kereta. Rafael, di mata Yui terlihat begitu tampan.
Sementara pemuda di sebelahnya berpikir hal lain. Yuan, dia hanya bisa menghela napas berat dan duduk di sebelah Yui. “Mau sampai kapan dia mencuri pandang seperti itu, kenapa tidak terus terang saja,” batin Yuan. Wajah memerah Yui cukup mengganggu pikirannya.
“Yuan, apa Kak Razen tidak berlebihan?” ucap Yui melihat sekelompok orang datang di pimpin oleh Razen.
Razen dengan pasukan di belakangnya telah siap mengantar Pangeran Yuan dan Putri Yui ke istana. Dia adalah salah satu jenderal di Kerajaan Kegelapan yang telah mendapatkan posisinya kembali setelah menghilang selama bertahun-tahun. Peranannya dalam peperangan waktu itu mengembalikan posisinya. Namun, dia dengan terang-terangan memihak Pangeran Yuan dan mengusulkannya menjadi raja yang baru menentang usulan para jenderal dan petinggi kerajaan yang memilih Penasehat Leiz sebagai pelaksana raja. Usulannya inilah yang membuat perpecahan hingga mereka menginginkan Pangeran Yuan dihadirkan malam ini. Mereka ingin melihat langsung seperti apa raja yang diusulkan oleh Razen.
Perjalanan dari kediaman Blackdragon ke Istana Kegelapan memakan waktu setengah hari hingga mereka akan sampai di sana sore hari. Mereka tidak mau terlambat sehingga memutuskan berangkat pagi ini dan sampai di sana sebelum malam tiba.
“Razen, untuk apa pasukanmu?” Rafael mengamati pasukan berkuda yang dibawa Razen. Pasukan elite kavaleri yang dibawa Razen bukanlah pasukan biasa. Aura mereka menunjukkan kemampuan tingkat tinggi. Menurut Rafael semua ini terlalu berlebihan, membawa pasukan untuk menghadiri undangan perjamuan jelas memperlihatkan permusuhan.
“Kau tidak kenal Tuan Leiz, dia licik,” jawab Razen.
Rafael melompat menaiki kuda, sebenarnya dia lebih suka berada di atas Fury, naga hitamnya. Namun, kali ini dia harus bersabar dengan tunggangan berkaki empat yang tidak bisa terbang ini.
Melihat Rafael menaiki kuda, Yui membuka jendela kereta kudanya lalu berteriak, “Paman, boleh ikut denganmu?”
Yuan yang mendengar Yui mengatakan hal itu hanya bisa menganga. Dia tidak mengerti jalan pikiran saudarinya.
“Kau mengenakan gaun, Yui, akan sulit menaiki kuda,” balas Rafael tersenyum ke arah gadis cantik di dalam kereta kuda.
Yui menggembungkan pipinya, gadis ini melipat tangan di atas dada dan menggerutu atas penolakan Rafael.
“Dia benar, bagaimana bisa kau naik kuda dengan gaun menjuntai seperti itu,” imbuh Yuan. Dia berusaha tersenyum, tetapi itu semua sia-sia. Yui tidak mempedulikan senyuman maupun kata-katanya. Dia sedang kesal dan membuang muka, menatap pemandangan dibalik jendela kereta kuda.
Perjalanan dimulai, derap langkah kaki-kaki kuat kuda berderap menggetarkan jalanan. Mereka terlihat mencolok dengan kereta kuda khusus dari keluarga Blackdragon serta pasukan Razen yang berpakaian lengkap. Setiap melewati pemukiman, mereka menoleh ke arah rombongan ini sejenak.
Selain mencoloknya penampilan luar suara yang terdengar merdu dari dalam kereta kuda diikuti spirit yang berkumpul mengundang rasa penasaran. Yuan sedang bernyanyi. Nyanyiannya selalu mengundang para spirit. Sepanjang perjalanan dia menumbuhkan dan menghilangkan kontaminasi yang ada dengan bantuan para spirit. Tak ayal, mereka yang melihat mengucapkan rasa syukur dan terima kasih.
“Kau akan kehabisan energi.” Yui membantu mengumpulkan kristal hitam hasil pemurnian yang dilakukan Yuan sepanjang perjalanan. Kristal hitam itu berjatuhan seiring pemurnian yang berhasil dilakukan Yuan.
“Bukankah ini menyenangkan,” balas Yuan tersenyum melihat hamparan hijau yang dia tinggalkan. Sesaat ada yang mengganjal dalam hatinya, beberapa bagian tanah masih tetap hitam, semakin mendekati wilayah istana semakin sulit dilakukan pemurnian.
“Yui, lihat,” ucap Yuan menunjukkan ke arah Yui tanah yang tidak berubah.
“Kau tidak bisa memurnikannya?” Yui memperhatikan tanah tersebut lalu mencoba menganasisis tanah dengan bantuan kekuatan Seiryu. “Tanah itu memiliki tingkat kontaminasi tinggi, Yuan,” lanjut Yui setelah merasakan ada yang janggal dengan tanah-tanah tersebut. Tanah yang kelam dan menyimpan sesuatu yang begitu pekat dan dalam. Sesuatu yang bahkan tidak bisa dijabarkannya. Yui masih belum mengetahui kekuatan apa yang membuat tanah itu tidak bisa dimurnikan dengan kekuatan Yuan.
Perhatian Yui teralihkan saat melihat Rafael menguap lagi dan lagi. Pria itu terlihat tidak cukup tidur. Padahal semalam dia yakin Kakek Alden pasti menyuruh Rafael tidur saat itu juga. Rafael tidak pernah terlihat lelah maupun mengantuk selama ini. Namun, satu minggu belakangan ini, pria yang merupakan pelatih dan pamannya itu terlihat sering tertidur.
“Ada apa dengan paman,” gumam Yui.
Yuan melihat ke arah mana mata Yui tertuju. Dia hanya bisa diam mengamati. Jantungnya berdegup lebih lambat seiring helaan napasnya. Dia merasakan apa yang saat ini dirasakan Yui. “Dia baik-baik saja. Percayalah, Paman Rafael pasti tahu kondisi tubuhnya,” imbuh Yuan.
Yui menoleh ke arah Yuan dan menghela napas, “Kalau saja ada kakak di sini, dia bisa memeriksa Paman.”
Suara roda dan derap langkah kaki kuda semakin melemah, kereta kuda berjalan lebih pelan, Yui memeriksa keadaan dengan membuka jendela kereta kudanya. Sebuah banguan menyerupai kastil hitam menjulang tinggi. Mereka sudah mendekati wilayah istana.
“Yui, di sini bahkan tanah tidak bisa kumurnikan, ada apa di istana?” bisik Yuan yang terlihat khawatir.
“Yuan, ada sesuatu di istana, ada kekuatan aneh, tetapi aku tidak tahu apa itu,” sahut Yui. Dia mengumpulkan kedua tangannya seakan sedang memeluk tubuhnya, Yui merasakan sesuatu yang ganjil. Sesuatu yang membuatnya merasa takut.
Gerbang dibuka saat rombongan Rafael memasuki istana. Kereta kuda melewati gerbang diikuti oleh Razen dan Rafael yang mengawalnya serta pasukan di belakang mereka. Seperti sedang bersiaga dengan serangan, ada banyak prajurit di istana. Mata mereka tertuju pada kereta kuda yang baru saja melintas.
“Lihat, mereka bahkan berjaga-jaga,” ucap Razen dan Rafael tersenyum saat melihat begitu banyak prajurit dengan pakaian tempur seakan mereka siap berperang.
Kereta kuda lain juga datang dan beberapa petinggi kerajaan hadir di hari ini. Para jenderal serta beberapa tamu undangan lain telah memenuhi aula. Pangeran Yuan bersama Putri Yui masuk ke aula didampingi Razen dan juga Rafael.
Semua mata tertuju ke arah anak kembar yang mencuri perhatian seluruh tamu undangan. Bisik-bisik mulai terjadi, mereka membicarakan tentang desas-desus yang pernah terdengar. Salah satunya tentang usulan kandidat raja baru.
Yuan dan Yui saling pandang saat mereka menyadari menjadi pusat perhatian. Yui mulai tidak nyaman dan mendekat ke arah Rafael begitu pula dengan Yuan yang menempel di sisi yang lain.
“Sepertinya mereka berdua menyukaimu,” ucap Razen melihat tingkah kedua anak tersebut. Dia tertawa melihat raut wajah Rafael yang cemberut.
Rafael hanya tersenyum kecut menanggapi ucapan Razen. Dia menggandeng kedua anak itu dan berjalan melewati orang-orang yang terus menatap ketiganya sambil berbisik. Mereka merasakan aura ganjil pada diri kedua anak kembar tersebut, aura yang berbeda dari bangsa kristal hitam.
“Apa aku terlihat aneh?” bisik Yui.
“Kau tampil cantik hari ini, Yui,” balas Rafael menoleh ke arah gadis di sebelahnya yang kini telah merona karena kata-katanya. Rafael yang terpesona sesaat saat melihat gadis kecil yang setiap hari dia lihat menjelma menjadi putri cantik. Dia segera memalingkan wajahnya, berharap tidak terlihat rona di wajahnya.
Sementara itu Yuan melepaskan tangannya dan membiarkan Rafael berjalan bersama dengan Yui. Dia berhenti sejenak dan kembali berjalan di belakang Yui dan Rafael.
“Ada apa, Tuan Muda?” tanya Razen.
“Tidak ada,” jawab Yuan yang melihat Yui dan Rafael berjalan bersama, sebuah senyuman kecil menghias wajahnya. “Kurasa karena kami kembar mereka tertarik memperhatikan kami, bukankah lebih baik berjalan sendiri-sendiri supaya tidak menarik perhatian,” lanjut Yuan menutupi apa yang sebenarnya terjadi. Dia hanya ingin memberikan ruang dan waktu untuk Yui dan Rafael.
Semua tamu menghentikan aktifitasnya termasuk Yui dan Yuan. Seorang pria dengan jubah yang menyapu lantai berjalan menaiki podium. Dia memberikan sambutan kepada seluruh tamu undangan serta menyampaikan acara malam ini.
“Kita memiliki kandidat raja yang baru, perkenalkan Pangeran Ryuichi Yuan,” ucap pria itu menunjuk ke arah Yuan. Dia juga memberi isyarat kepada Yuan untuk naik ke podium.
“Paman,” bisik Yuan ragu. Namun, Rafael mendorongnya supaya naik ke podium. Akhirnya dengan menguatkan hati, Yuan naik ke podium dan berdiri di sebelah Leiz Schwarz.
Leiz pun berbisik tepat di telinga Yuan, “Apa kau yakin bisa mengalahkanku?”
“Dan kandidat lain untuk menjadi raja, aku mencalonkan diriku sendiri,” ucap Leiz dengan lantang.Sorakan pendukung Leiz terdengar riuh memenuhi ruangan, hanya sebagian kecil saja yang tetap diam. Mereka diam-diam memihak kubu yang lain.“Tuan Leiz, kita memilih raja bukan berdasarkan suara, tapi kepantasannya,” sela Razen hingga suara sorakan tiba-tiba menjadi hening.“Apa maksudmu, Jenderal Razen?” Mata Leiz menatap Razen seakan ingin menembus jantungnya dan menghakimi pria ini yang telah berani bersuara.Semua mata kini memandang Razen yang sengaja membuat perselisihan dengan Penasehat Kerajaan Leiz Schwarz. Mereka menunggu penjelasan dari Razen.“Pangeran Yuan, dia pantas menjadi raja, bukan Anda, Tuan Leiz Schwarz,” ucap Razen dengan berani mendekat ke arah podium supaya terlihat jelas oleh seluruh tamu undangan. “Karena dia memiliki kemampuan yang sudah kita tunggu selama ini, kekuatan pemurnian,” lanjut Razen dengan lantang sehingga semua orang mendengar dengan jelas ucapannya.
“Apa kau ingin menipu kami?” Razen menatap Leiz, sudut bibirnya tertarik sedikit seakan dia sedang mendapatkan sesuatu yang menarik.Sementara pria dengan jubah menjuntai dan rambut yang sudah mulai berubah warna tersenyum ramah menatap Razen penuh arti. “Apa yang kau pikirkan, Jenderal Razen?” Leiz nampak santai dengan ucapan Razen.“Bunga itu, yang kau lakukan bukan pemurnian!” ucap lantang Razen hingga terdengar ke jelas. Aula menjadi riuh oleh suara-suara bisikan para tamu undangan.“Kalau begitu seperti apa pemurnian yang benar? Sudah 200 tahun dunia ini tidak tersentuh kekuatan raja,” balas Leiz. Pria ini sengaja, dia sengaja ingin menjebak Yuan untuk menunjukkan kekuatannya. Dia tahu kontaminasi di sekitar istana tidak akan bisa dimurnikan dengan kekuatan Yuan saat ini. Pekatnya kontaminasi bahkan membuat udara di sekitar istana terasa berat.Razen menatap Yuan, dia merasa salah langkah dan terlihat gugup dengan ucapan Leiz. Sorot matanya mengisyaratkan permintaan maaf dan d
Rafael menoleh sekilas dan melihat Razen bersama dengan Xavier. Mereka berdua bekerjasama untuk membantunya kabur dari istana. Serangan pasukan istana ternyata tak berhenti begitu saja. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng pertahanan istana mengarahkan anak panahnya kembali. Meskipun Xavier membantu, beberapa anak panah masih lolos dan melesat ke arah Fury, terutama beberapa pemanah berbakat yang memiliki kemampuan panah energi.“Fury menghindar!” teriak Rafael yang merasakan panah energi menyerang. Naga hitam itu bermanuver menghindari panah tersebut. Sayangnya satu anak panah mengenai sayap Fury sehingga terbang tidak seimbang.Angin terasa begitu kencang saat naga hitam itu kehilangan keseimbangan dan meluncur karena tarikan gravitasi yang kuat. Yui berpegang pada leher Fury, sementara Yuan berada di belakangnya memeluk erat. Rafael berusaha melindungi kedua anak kembar tersebut.“Ugh,” erang Rafael merasakan sakit pada lukanya. Dia merasa pandangannya mulai kabur dan tubuhn
Sinar matahari menerobos kamar Rafael. Pria jangkung dengan rambut hitam itu menutup wajahnya dengan bantal karena diusik oleh hangatnya cahaya mentari. Sengatan panas sinar sang surya membuat pria yang masih ingin terlelap dalam buaian mimpi menjadi kesal. Kesal dengan perlindungan yang ternyata tidak mempan, dia pun terpaksa bangun. Saat matanya sudah terbiasa dengan cahaya terang kamar, pria ini menatap benda yang baru saja terpasang di dinding kamarnya tadi malam.“Cermin, apa harus membaca mantra seperti ratu jahat. Cermin-cermin di dinding siapakah yang paling cantik di dunia ini ....”Rafael tiba-tiba tertawa sendiri dengan pemikirannya. Dia pun menyibakkan selimut dan mendekati cermin tersebut. Berdiri di depan cermin lalu menyugar rambutnya yang berantakan.“Dilihat dari mana pun aku ini ganteng, lihat saja, sempurna,” ucap Rafael pada cermin di depannya. Bayangan yang menunjukkan dirinya terpantul dengan jelas. Sosok yang dikagumi kaum hawa, hanya saja dirinya sendiri yang m
Yuan menghentikan aktivitasnya setelah mendengar suara derap langkah kaki kuda. Dia mendongak untuk melihat siapa yang datang sepagi ini. Matanya tertuju pada panji-panji yang berkibar. Di bagian paling depan, dua pria berpakaian kontras hitam dan kehijauan. Yuan mengenali keduanya sebagai Jenderal Razen dan Xavier.“Siapa mereka?” Yui yang berada di samping Yuan ikut penasaran. Kereta kuda tersebut melaju dengan kecepatan sedang di kawal dengan pengawal yang mengenakan seragam senada dengan warna panji-panji mereka.“Bukankah itu lambang Pertanian Besar?” Yuan menunjuk salah satu panji yang dia kenal.Keduanya berlari menuju ke gerbang Kediaman Blackdragon. Mereka berdua berhenti dan bergabung dengan Rafael yang sudah berdiri di dekat gerbang. Mereka bertiga menyambut tamu yang datang terlalu pagi. Jenderal Razen dan Xavier turun dari kudanya kemudian memberi salam. Selanjutnya mereka yang berada di dalam kereta kuda turun kemudian memberi salam bersama dengan para pengikutnya. Pelay
“Kalian berdua suka membaca buku ‘kan, pergilah ke perpustakaan,” ucap Alden sembari mengulurkan sebuah token ke arah Yuan. Mereka membawa Rafael dan meninggalkan dua anak kembar yang tidak diperbolehkan ikut.“Lagi-lagi,” gerutu Yui setelah tidak melihat ketiganya di depan mata.“Yui, ayo ke perpustakaan,” ajak Yuan menarik lengan gadis manis di sebelahnya.“Untuk apa? Lihat mereka! Hanya karena kita belum dewasa lalu ....”Yuan menarik Yui dengan paksa dan sedikit menyeret gadis itu, dia tidak peduli dengan kembarannya yang meronta dan berusaha melepaskan pegangan tangannya. Seakan sudah dipersiapkan, seorang pelayan membukakan pintu kereta kuda. Dua orang pengawal berada di sisi kanan dan kiri kereta kuda tersebut.“Silakan, Pangeran dan Putri,” ucap ramah pelayan tersebut.Mata gadis manis itu menatap tajam kemudian memalingkan muka dan mendengkus.“Ke perpustakaan kota,” pinta Yuan dan kusir kereta tersebut menjalankan kereta.“Yuan!” teriak Yui dengan kesal.“Aku tahu kau ingin
Suasana hening, baik Yui maupun Yuan terdiam. Mereka mendengar langkah kaki mendekat dan penjaga perpustakaan mendekat. “Kalian masih punya waktu setengah jam lagi,” ucap penjaga perpustakaan yang langsung pergi kembali setelah memberikan peringatan tersebut. Yuan membuka lembar terakhir buku yang dia baca lalu menyobek kertasnya. “Apa yang kamu lakukan!” protes Yui melihat tindakan Yuan yang tidak bisa dibenarkan. “Aku tidak akan ingat, Yui ini penting,” balas Yuan melipat kertas tersebut lalu menyelipkannya di saku baju. “Yuan, kembalikan!” Yui mencoba mengambil kertas yang diambil Yuan, keduanya saling mempertahankan kehendaknya. “Kembalikan!” seru Yui meminta Yuan mengembalikan kertas tersebut. “Yui, disalin pun aku mungkin tidak bisa menulisnya dengan benar, akan kuceritakan nanti. Lagipula penjaga bilang jangan membawa keluar buku, bukan lembarannya,” ucap Yuan mencari pembenaran atas apa yang dia lakukan. “Yuan!” seru Yui geram. “Kita harus cari tahu tentang paman,” ba
Sebuah tangan kekar menyambut Yui saat menuruni kereta kuda. Gadis itu mengerjap beberapa kali memastikan yang ada di depannya bukanlah bayangan semata.“Paman, kau baik-baik saja?” Yui menatap pria dengan rambut hitam cepak di depannya. Tanpa perlu menjawab pria itu hanya tersenyum.“Kalian berdua pergilah duluan ke tempat latihan, tunggu paman di sana,” ucap Rafael saat salah satu pengawal mereka terlihat memberi kode.“Baik!” balas serempak kedua anak kembar yang langsung berlari ke tempat yang disebutkan Rafael.Tanah lapang dengan rumput hijau tipis, sebuah pohon besar dan aliran sungai kecil yang terlihat jernih. Tempat mereka berlatih merupakan bukit kecil yang berada di belakang kediaman Blackdragon. Kedua anak itu tertarik dengan aliran sungai dan bermain di sana karena bosan menunggu Rafael yang tidak kunjung datang.“Yuan, airnya jernih, apa kau menghilangkan kontaminasinya?” Yui memainkan air dengan kakinya, berjalan perlahan merasakan aliran air yang menggelitik ujung-uj
Tanah bergetar dengan kuat, bagaikan gempa yang kembali terjadi. Dari tempat mereka berpijak mulai terbentuk jalan yang membentang hingga ke depan gerbang istana. Jalan yang terbuat dari tanah, tetapi bukan tanah biasa. Tanah itu sudah lebih keras seakan terbuat dari batuan mengkilap seperti marmer. Jalan itu terus terbentuk hingga gerbang kota seakan mereka berdua sedang membuat jalan utama ibukota menuju ke istana.“Mereka memperbaiki ibukota?!” Antara percaya dan tidak, mereka yang ada di sana tercengang dengan apa yang dilakukan kedua anak kembar tersebut. Yui memiliki gerakan berbeda dan diikuti oleh Yuan. Mereka seperti menari di udara, para spirit masih mengikuti Yuan kemana pun dia melangkah. Memberikan energi yang besar kepada sang pangeran.Kali ini tunas-tunas muncul di pinggir jalan membentuk sebuah garis yang ditumbuhi rerumputan dan setiap dua meter terdapat pohon yang kini mulai menggeliat di atas tanah, menjulang dan mengembangkan daun-daunnya yang rimbun.Mereka berd
Mata itu masih menatap lurus ke arah gerbang dimensi, seakan tidak berkedip ke arah itu. Hingga dia dikegetkan dengan tepukan lembut di pundaknya.“Yuan, Ayahanda tidak akan datang,” bisik Yui memeluk Yuan dengan lembut. “Kenapa?” gumam Yuan yang samar-samar terdengar di telinga Yui.“Jubah yang kau berikan saat ini dipakai Kak Yuasa, kurasa itu alasannya. Kau harus membuat dunia ini bebas kontaminasi lalu ajak Ayahanda ke sini,” saran Yui. Dia menepuk lembut punggung Yuan sebelum melepaskannya.“Kau benar, Yui. Ayo kita selesaikan masalah dunia bawah.” Yuan kembali bersemangat, untuk terakhir kalinya dia menoleh ke arah gerbang dimensi.“Eirlys dan yang lain sudah menunggu,” lanjut Yui menarik tangan Yuan. Mereka berlari menuju ke arah kereta kuda yang sudah dilengkapi dengan semua persiapan. Yui melihat Rafael juga ada di sana. “Paman ikut?” tanya Yui dengan manja menarik tangan Rafael dan bergelayut manja di sana. Yuan yang melihat Yui seperti itu mulai berpikir apakah benar Raf
“Tunggu Lenora!” Yoru mulai ragu dengan penawaran Lenora, meskipun dia tidak mengganggu hubungan Rafael dan Yui masa depan yang dia lihat tetap tidak berakhir bahagia. “Ada apa? Bukankah kau sudah setuju.” Lenora menyeringai seakan dia sudah tahu gambaran masa depan yang baru saja dilihat Yoru. “Yui dan Rafael tidak berakhir bahagia, itu tidak sebanding dengan pengorbanan apapun yang akan kuberikan, jika dia tidak pasti bahagia, aku tidak akan tinggal diam.” Yoru menarik kembali persetujuannya, dia tidak akan menuruti apapun keinginan Lenora jika Yui tidak bahagia. “Jadi, apa maumu? Putri Yui memang bukan berasal dari dunia bawah, itu tidak bisa diubah. Kenyataan yang sama dengan identitas Pangeran Yuan.” Lenora memainkan tangannya, dia terlihat sedang berpikir. Wajah anggunnya terlihat berubah seperti seorang yang sedang mempermainkan takdir. “Kalau kau mau memberinya identitas lain, dia bisa menjadi pemilik kristal hitam.” Mendengar hal itu, mata Yoru menyipit menatap lurus ke
Yoru melihat dirinya sendiri, dirinya saat masih anak-anak, lebih tepatnya sosok Nacht saat masih anak-anak. Dia masih begitu polos dengan dunia ini. Ada keinginan kecil dalam hatinya untuk memeluk Nacht kecil saat ini. Belum sempat tangannya menggapai anak itu tubuhnya berpindah. Saat itu adalah pertemuan pertamanya dengan Yui, gadis yang begitu menarik perhatiannya. “Putri Yui,” gumam Yoru. Di saat yang sama, dari sudut pandangnya saat ini dia bisa melihat yang tidak pernah dia lihat selama ini. “Jadi selama ini Nacht juga melihat Yui,” batin Yoru. Selama ini hanya dia saja yang mengira tertarik dengan Yui. Yoru baru menyadari Nacht tertarik karena dia adalah pemilik kristal tanpa warna. “Kau sudah melihatnya?” Yoru terkejut dengan kemunculan Lenora yang tiba-tiba. “Apa maksudmu?” tanya Yoru dan wanita dengan gaun dan jubah bulu binatang itu hanya menyeringai. Yoru kembali berpindah tempat, tempat itu begitu sunyi. Hanya ada kegelapan tak berujung. Lalu suara-suara terdengar.
Suasana di bawah Pohon Kehidupan terasa mencekam. Dua makhluk yang tidak pernah berada di dunia atas muncul. Naga hitam yang terlihat bengis dengan sisik kemilau berwarna hitam pekat. Matanya merah seakan bisa menelan semua elf yang ada dihadapannya. Satu lagi seekor harimau hitam besar dengan loreng putih dan mata merah menyala. Keduanya berada di belakang pria itu, pria yang baru saja bangkit kembali setelah terbakar dan berubah menjadi abu.“Aku? Kau bertanya siapa aku?” ucap pria itu mengulangi pertanyaan Raja Arlen seakan memastikan dirinya tidak salah.“Ya, siapa Anda?” Raja Arlen mundur satu langkah setelah kemunculan dua makhluk yang begitu menakutkan itu, Sangat jelas jika keduanya merupakan makhluk milih anak pembawa petaka atau Raja kegelapan yang pernah mengamuk waktu itu.Pria itu mengamati kedua tangannya, alisnya berkerut, dia kemudian meletakkan tangan di wajahnya seakan memeriksa wajahnya. “Apa kalian memiliki cermin?” tanyanya.Raja Arlen memberikan cermin yang terbua
Di Ergions, Raja Arlen meletakkan Penjara Daun di Pohon Kehidupan. Udara berembus dingin, membawa aroma tanah dan getah pohon yang khas.“Moura, kau harus memastikan daun ini tidak pernah gugur,” pesan Raja Arlen, suaranya berat, diiringi desiran angin yang berbisik di antara dedaunan Pohon Kehidupan yang menjulang tinggi.Moura, dengan kekuatan jiwa pohon yang mengalir dalam dirinya, mengangkat daun itu hingga ke ranting tertinggi. Namun, saat daun itu menyentuh ranting, seolah-olah disentuh api neraka, daun tersebut terbakar dengan cepat. Api itu menari-nari seperti ular ganas, melahap daun tersebut dalam sekejap mata.Raja Arlen dan Moura tersentak kaget. Mereka berusaha memadamkan api, namun sia-sia. Hanya abu yang tersisa di tangan Moura, abu yang dingin dan terasa seperti debu waktu.“Yang Mulia, bagaimana ini?” tanya Moura, suaranya bergetar, seperti dedaunan yang diterpa angin ribut.“Aku tidak tahu, Moura,” balas Raja Arlen, matanya menyipit, gelap seperti langit sebelum bada
Rafael, Xavier, dan Razen meninggalkan kamar Yuan, langkah kaki mereka senyap di lorong. Mereka tak ingin mengganggu Yuasa yang sedang fokus memulihkan Yuan. Lixue dan Eirlys turut serta begitu pula dengan Yui yang memilih mengikuti Eirlys. Di dalam kamar, hanya Yuasa yang tersisa di sisi Yuan, sementara Rosaline menunggu dengan sabar di luar, sesekali melirik ke dalam.“Bukankah aneh jika Paman jatuh cinta pada Yui? Apa dia terkena mantra?” bisik Yuan, suaranya lemah, namun penuh kecurigaan.Yuasa menatap Yuan, alisnya terangkat sebelah. Tangannya yang lembut dan terampil masih bekerja, mengatur aliran energi untuk menstabilkan peredaran darah Yuan dan meredakan rasa sakitnya. Dia berdecak pelan mendengar ucapan Yuan. Adiknya yang satu ini memang sedikit kurang peka soal cinta. “Menurutmu, bagaimana dengan Eirlys?” tanya Yuasa, menguji Yuan.“Dia cantik, aku suka,” jawab Yuan polos, senyum merekah di wajahnya, tak mampu menyembunyikan perasaannya. Rona merah muda menghiasi pipinya, s
“Tenang, Paman, itu tidak melukai Yui,” ucap Yuasa. Dia tahu dari raut wajah Rafael yang terlihat cemas.Angin itu seakan menarik elemen air, bukan hanya angin, kini Yui berada di dalam pusaran angin dan air secara bersamaan dan dalam waktu singkat keduanya seakan menguap menjadi kabut tebal. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas, seluruh ruangan dipenuhi kabut. Lalu cahaya mulai terlihat, api yang begitu besar menyala. Sepasang sayap api berada di punggung Yui, mata hitam Yui berubah menjadi jingga, kilatannya terlihat menyala bagai api. Di saat yang bersamaan tubuh Yuan terangkat oleh kekuatan yang begitu besar.Rafael tiba-tiba merasakan dorongan luar biasa hingga aliran kekuatan yang dihisap Yuan terputus dengan sendirinya. Mereka bertiga terdorong hingga jatuh ke lantai.Yuan membuka matanya perlahan, mata itu tidak terlihat memiliki kesadaran. Mata perak Yuan kini berkilat seperti Yui, dalam lingkaran api yang sangat kuat tubuh Yuan terbakar.“Yuan!” teriak mereka semua.Yuasa p
“Yui!” teriak Rafael, dia terlihat menarik tangannya, “Panggil Xavier atau Razen, siapa pun yang bisa menolong. Yuan menyerap kekuatanku!” Rafael berusaha menahan dirinya, menarik aliran kekuatan yang dia berikan. Namun, semakin dia menarik diri, dia seperti terus terhisap dalam lumpur yang semakin dalam.“Paman!” seru Yui, dia mencoba sekali lagi menggunakan kekuatannya. Nihil, tidak ada lingkaran sihir yang keluar. “Kenapa? Kenapa begini?”Eirlys yang juga panik berusaha mengendalikan diri, dia harus berpikir jernih dengan kondisi saat ini. “Biar aku yang memanggil bantuan,” usul Eirlys segera keluar dari kamar tersebut, berlari ke kamar kakaknya, Lixue.Rafael semakin melemah, dia tidak mengerti kenapa Yuan justru berbalik menyerap kekuatannya. Tubuhnya mulai kehilangan setengah dari energinya dan masih belum bisa memutuskan aliran energi tersebut.“Serangan balik, seharusnya aku dan Yuan yang melakukan mengorbanan, karena hanya aku sendiri, kekuatanku tidak kembali dan Yuan mengala