“Kalian sudah siap?” Rafael sudah menunggu keduanya dan membukakan pintu kereta kuda. Sebuah kereta kuda dengan warna hitam pekat disertai ukiran naga berwarna keemasan.
“Paman ikut?” sahut Yui menatap pria jangkung di depannya. Sebuah anggukan membuat gadis kecil itu tersenyum senang. Dia memasuki kereta kuda dan membuka sedikit tirai dari dalam, memperhatikan pria yang baru saja membantunya menaiki kereta. Rafael, di mata Yui terlihat begitu tampan.
Sementara pemuda di sebelahnya berpikir hal lain. Yuan, dia hanya bisa menghela napas berat dan duduk di sebelah Yui. “Mau sampai kapan dia mencuri pandang seperti itu, kenapa tidak terus terang saja,” batin Yuan. Wajah memerah Yui cukup mengganggu pikirannya.
“Yuan, apa Kak Razen tidak berlebihan?” ucap Yui melihat sekelompok orang datang di pimpin oleh Razen.
Razen dengan pasukan di belakangnya telah siap mengantar Pangeran Yuan dan Putri Yui ke istana. Dia adalah salah satu jenderal di Kerajaan Kegelapan yang telah mendapatkan posisinya kembali setelah menghilang selama bertahun-tahun. Peranannya dalam peperangan waktu itu mengembalikan posisinya. Namun, dia dengan terang-terangan memihak Pangeran Yuan dan mengusulkannya menjadi raja yang baru menentang usulan para jenderal dan petinggi kerajaan yang memilih Penasehat Leiz sebagai pelaksana raja. Usulannya inilah yang membuat perpecahan hingga mereka menginginkan Pangeran Yuan dihadirkan malam ini. Mereka ingin melihat langsung seperti apa raja yang diusulkan oleh Razen.
Perjalanan dari kediaman Blackdragon ke Istana Kegelapan memakan waktu setengah hari hingga mereka akan sampai di sana sore hari. Mereka tidak mau terlambat sehingga memutuskan berangkat pagi ini dan sampai di sana sebelum malam tiba.
“Razen, untuk apa pasukanmu?” Rafael mengamati pasukan berkuda yang dibawa Razen. Pasukan elite kavaleri yang dibawa Razen bukanlah pasukan biasa. Aura mereka menunjukkan kemampuan tingkat tinggi. Menurut Rafael semua ini terlalu berlebihan, membawa pasukan untuk menghadiri undangan perjamuan jelas memperlihatkan permusuhan.
“Kau tidak kenal Tuan Leiz, dia licik,” jawab Razen.
Rafael melompat menaiki kuda, sebenarnya dia lebih suka berada di atas Fury, naga hitamnya. Namun, kali ini dia harus bersabar dengan tunggangan berkaki empat yang tidak bisa terbang ini.
Melihat Rafael menaiki kuda, Yui membuka jendela kereta kudanya lalu berteriak, “Paman, boleh ikut denganmu?”
Yuan yang mendengar Yui mengatakan hal itu hanya bisa menganga. Dia tidak mengerti jalan pikiran saudarinya.
“Kau mengenakan gaun, Yui, akan sulit menaiki kuda,” balas Rafael tersenyum ke arah gadis cantik di dalam kereta kuda.
Yui menggembungkan pipinya, gadis ini melipat tangan di atas dada dan menggerutu atas penolakan Rafael.
“Dia benar, bagaimana bisa kau naik kuda dengan gaun menjuntai seperti itu,” imbuh Yuan. Dia berusaha tersenyum, tetapi itu semua sia-sia. Yui tidak mempedulikan senyuman maupun kata-katanya. Dia sedang kesal dan membuang muka, menatap pemandangan dibalik jendela kereta kuda.
Perjalanan dimulai, derap langkah kaki-kaki kuat kuda berderap menggetarkan jalanan. Mereka terlihat mencolok dengan kereta kuda khusus dari keluarga Blackdragon serta pasukan Razen yang berpakaian lengkap. Setiap melewati pemukiman, mereka menoleh ke arah rombongan ini sejenak.
Selain mencoloknya penampilan luar suara yang terdengar merdu dari dalam kereta kuda diikuti spirit yang berkumpul mengundang rasa penasaran. Yuan sedang bernyanyi. Nyanyiannya selalu mengundang para spirit. Sepanjang perjalanan dia menumbuhkan dan menghilangkan kontaminasi yang ada dengan bantuan para spirit. Tak ayal, mereka yang melihat mengucapkan rasa syukur dan terima kasih.
“Kau akan kehabisan energi.” Yui membantu mengumpulkan kristal hitam hasil pemurnian yang dilakukan Yuan sepanjang perjalanan. Kristal hitam itu berjatuhan seiring pemurnian yang berhasil dilakukan Yuan.
“Bukankah ini menyenangkan,” balas Yuan tersenyum melihat hamparan hijau yang dia tinggalkan. Sesaat ada yang mengganjal dalam hatinya, beberapa bagian tanah masih tetap hitam, semakin mendekati wilayah istana semakin sulit dilakukan pemurnian.
“Yui, lihat,” ucap Yuan menunjukkan ke arah Yui tanah yang tidak berubah.
“Kau tidak bisa memurnikannya?” Yui memperhatikan tanah tersebut lalu mencoba menganasisis tanah dengan bantuan kekuatan Seiryu. “Tanah itu memiliki tingkat kontaminasi tinggi, Yuan,” lanjut Yui setelah merasakan ada yang janggal dengan tanah-tanah tersebut. Tanah yang kelam dan menyimpan sesuatu yang begitu pekat dan dalam. Sesuatu yang bahkan tidak bisa dijabarkannya. Yui masih belum mengetahui kekuatan apa yang membuat tanah itu tidak bisa dimurnikan dengan kekuatan Yuan.
Perhatian Yui teralihkan saat melihat Rafael menguap lagi dan lagi. Pria itu terlihat tidak cukup tidur. Padahal semalam dia yakin Kakek Alden pasti menyuruh Rafael tidur saat itu juga. Rafael tidak pernah terlihat lelah maupun mengantuk selama ini. Namun, satu minggu belakangan ini, pria yang merupakan pelatih dan pamannya itu terlihat sering tertidur.
“Ada apa dengan paman,” gumam Yui.
Yuan melihat ke arah mana mata Yui tertuju. Dia hanya bisa diam mengamati. Jantungnya berdegup lebih lambat seiring helaan napasnya. Dia merasakan apa yang saat ini dirasakan Yui. “Dia baik-baik saja. Percayalah, Paman Rafael pasti tahu kondisi tubuhnya,” imbuh Yuan.
Yui menoleh ke arah Yuan dan menghela napas, “Kalau saja ada kakak di sini, dia bisa memeriksa Paman.”
Suara roda dan derap langkah kaki kuda semakin melemah, kereta kuda berjalan lebih pelan, Yui memeriksa keadaan dengan membuka jendela kereta kudanya. Sebuah banguan menyerupai kastil hitam menjulang tinggi. Mereka sudah mendekati wilayah istana.
“Yui, di sini bahkan tanah tidak bisa kumurnikan, ada apa di istana?” bisik Yuan yang terlihat khawatir.
“Yuan, ada sesuatu di istana, ada kekuatan aneh, tetapi aku tidak tahu apa itu,” sahut Yui. Dia mengumpulkan kedua tangannya seakan sedang memeluk tubuhnya, Yui merasakan sesuatu yang ganjil. Sesuatu yang membuatnya merasa takut.
Gerbang dibuka saat rombongan Rafael memasuki istana. Kereta kuda melewati gerbang diikuti oleh Razen dan Rafael yang mengawalnya serta pasukan di belakang mereka. Seperti sedang bersiaga dengan serangan, ada banyak prajurit di istana. Mata mereka tertuju pada kereta kuda yang baru saja melintas.
“Lihat, mereka bahkan berjaga-jaga,” ucap Razen dan Rafael tersenyum saat melihat begitu banyak prajurit dengan pakaian tempur seakan mereka siap berperang.
Kereta kuda lain juga datang dan beberapa petinggi kerajaan hadir di hari ini. Para jenderal serta beberapa tamu undangan lain telah memenuhi aula. Pangeran Yuan bersama Putri Yui masuk ke aula didampingi Razen dan juga Rafael.
Semua mata tertuju ke arah anak kembar yang mencuri perhatian seluruh tamu undangan. Bisik-bisik mulai terjadi, mereka membicarakan tentang desas-desus yang pernah terdengar. Salah satunya tentang usulan kandidat raja baru.
Yuan dan Yui saling pandang saat mereka menyadari menjadi pusat perhatian. Yui mulai tidak nyaman dan mendekat ke arah Rafael begitu pula dengan Yuan yang menempel di sisi yang lain.
“Sepertinya mereka berdua menyukaimu,” ucap Razen melihat tingkah kedua anak tersebut. Dia tertawa melihat raut wajah Rafael yang cemberut.
Rafael hanya tersenyum kecut menanggapi ucapan Razen. Dia menggandeng kedua anak itu dan berjalan melewati orang-orang yang terus menatap ketiganya sambil berbisik. Mereka merasakan aura ganjil pada diri kedua anak kembar tersebut, aura yang berbeda dari bangsa kristal hitam.
“Apa aku terlihat aneh?” bisik Yui.
“Kau tampil cantik hari ini, Yui,” balas Rafael menoleh ke arah gadis di sebelahnya yang kini telah merona karena kata-katanya. Rafael yang terpesona sesaat saat melihat gadis kecil yang setiap hari dia lihat menjelma menjadi putri cantik. Dia segera memalingkan wajahnya, berharap tidak terlihat rona di wajahnya.
Sementara itu Yuan melepaskan tangannya dan membiarkan Rafael berjalan bersama dengan Yui. Dia berhenti sejenak dan kembali berjalan di belakang Yui dan Rafael.
“Ada apa, Tuan Muda?” tanya Razen.
“Tidak ada,” jawab Yuan yang melihat Yui dan Rafael berjalan bersama, sebuah senyuman kecil menghias wajahnya. “Kurasa karena kami kembar mereka tertarik memperhatikan kami, bukankah lebih baik berjalan sendiri-sendiri supaya tidak menarik perhatian,” lanjut Yuan menutupi apa yang sebenarnya terjadi. Dia hanya ingin memberikan ruang dan waktu untuk Yui dan Rafael.
Semua tamu menghentikan aktifitasnya termasuk Yui dan Yuan. Seorang pria dengan jubah yang menyapu lantai berjalan menaiki podium. Dia memberikan sambutan kepada seluruh tamu undangan serta menyampaikan acara malam ini.
“Kita memiliki kandidat raja yang baru, perkenalkan Pangeran Ryuichi Yuan,” ucap pria itu menunjuk ke arah Yuan. Dia juga memberi isyarat kepada Yuan untuk naik ke podium.
“Paman,” bisik Yuan ragu. Namun, Rafael mendorongnya supaya naik ke podium. Akhirnya dengan menguatkan hati, Yuan naik ke podium dan berdiri di sebelah Leiz Schwarz.
Leiz pun berbisik tepat di telinga Yuan, “Apa kau yakin bisa mengalahkanku?”
“Dan kandidat lain untuk menjadi raja, aku mencalonkan diriku sendiri,” ucap Leiz dengan lantang.Sorakan pendukung Leiz terdengar riuh memenuhi ruangan, hanya sebagian kecil saja yang tetap diam. Mereka diam-diam memihak kubu yang lain.“Tuan Leiz, kita memilih raja bukan berdasarkan suara, tapi kepantasannya,” sela Razen hingga suara sorakan tiba-tiba menjadi hening.“Apa maksudmu, Jenderal Razen?” Mata Leiz menatap Razen seakan ingin menembus jantungnya dan menghakimi pria ini yang telah berani bersuara.Semua mata kini memandang Razen yang sengaja membuat perselisihan dengan Penasehat Kerajaan Leiz Schwarz. Mereka menunggu penjelasan dari Razen.“Pangeran Yuan, dia pantas menjadi raja, bukan Anda, Tuan Leiz Schwarz,” ucap Razen dengan berani mendekat ke arah podium supaya terlihat jelas oleh seluruh tamu undangan. “Karena dia memiliki kemampuan yang sudah kita tunggu selama ini, kekuatan pemurnian,” lanjut Razen dengan lantang sehingga semua orang mendengar dengan jelas ucapannya.
“Apa kau ingin menipu kami?” Razen menatap Leiz, sudut bibirnya tertarik sedikit seakan dia sedang mendapatkan sesuatu yang menarik.Sementara pria dengan jubah menjuntai dan rambut yang sudah mulai berubah warna tersenyum ramah menatap Razen penuh arti. “Apa yang kau pikirkan, Jenderal Razen?” Leiz nampak santai dengan ucapan Razen.“Bunga itu, yang kau lakukan bukan pemurnian!” ucap lantang Razen hingga terdengar ke jelas. Aula menjadi riuh oleh suara-suara bisikan para tamu undangan.“Kalau begitu seperti apa pemurnian yang benar? Sudah 200 tahun dunia ini tidak tersentuh kekuatan raja,” balas Leiz. Pria ini sengaja, dia sengaja ingin menjebak Yuan untuk menunjukkan kekuatannya. Dia tahu kontaminasi di sekitar istana tidak akan bisa dimurnikan dengan kekuatan Yuan saat ini. Pekatnya kontaminasi bahkan membuat udara di sekitar istana terasa berat.Razen menatap Yuan, dia merasa salah langkah dan terlihat gugup dengan ucapan Leiz. Sorot matanya mengisyaratkan permintaan maaf dan d
Rafael menoleh sekilas dan melihat Razen bersama dengan Xavier. Mereka berdua bekerjasama untuk membantunya kabur dari istana. Serangan pasukan istana ternyata tak berhenti begitu saja. Pasukan pemanah yang berada di atas benteng pertahanan istana mengarahkan anak panahnya kembali. Meskipun Xavier membantu, beberapa anak panah masih lolos dan melesat ke arah Fury, terutama beberapa pemanah berbakat yang memiliki kemampuan panah energi.“Fury menghindar!” teriak Rafael yang merasakan panah energi menyerang. Naga hitam itu bermanuver menghindari panah tersebut. Sayangnya satu anak panah mengenai sayap Fury sehingga terbang tidak seimbang.Angin terasa begitu kencang saat naga hitam itu kehilangan keseimbangan dan meluncur karena tarikan gravitasi yang kuat. Yui berpegang pada leher Fury, sementara Yuan berada di belakangnya memeluk erat. Rafael berusaha melindungi kedua anak kembar tersebut.“Ugh,” erang Rafael merasakan sakit pada lukanya. Dia merasa pandangannya mulai kabur dan tubuhn
Sinar matahari menerobos kamar Rafael. Pria jangkung dengan rambut hitam itu menutup wajahnya dengan bantal karena diusik oleh hangatnya cahaya mentari. Sengatan panas sinar sang surya membuat pria yang masih ingin terlelap dalam buaian mimpi menjadi kesal. Kesal dengan perlindungan yang ternyata tidak mempan, dia pun terpaksa bangun. Saat matanya sudah terbiasa dengan cahaya terang kamar, pria ini menatap benda yang baru saja terpasang di dinding kamarnya tadi malam.“Cermin, apa harus membaca mantra seperti ratu jahat. Cermin-cermin di dinding siapakah yang paling cantik di dunia ini ....”Rafael tiba-tiba tertawa sendiri dengan pemikirannya. Dia pun menyibakkan selimut dan mendekati cermin tersebut. Berdiri di depan cermin lalu menyugar rambutnya yang berantakan.“Dilihat dari mana pun aku ini ganteng, lihat saja, sempurna,” ucap Rafael pada cermin di depannya. Bayangan yang menunjukkan dirinya terpantul dengan jelas. Sosok yang dikagumi kaum hawa, hanya saja dirinya sendiri yang m
Yuan menghentikan aktivitasnya setelah mendengar suara derap langkah kaki kuda. Dia mendongak untuk melihat siapa yang datang sepagi ini. Matanya tertuju pada panji-panji yang berkibar. Di bagian paling depan, dua pria berpakaian kontras hitam dan kehijauan. Yuan mengenali keduanya sebagai Jenderal Razen dan Xavier.“Siapa mereka?” Yui yang berada di samping Yuan ikut penasaran. Kereta kuda tersebut melaju dengan kecepatan sedang di kawal dengan pengawal yang mengenakan seragam senada dengan warna panji-panji mereka.“Bukankah itu lambang Pertanian Besar?” Yuan menunjuk salah satu panji yang dia kenal.Keduanya berlari menuju ke gerbang Kediaman Blackdragon. Mereka berdua berhenti dan bergabung dengan Rafael yang sudah berdiri di dekat gerbang. Mereka bertiga menyambut tamu yang datang terlalu pagi. Jenderal Razen dan Xavier turun dari kudanya kemudian memberi salam. Selanjutnya mereka yang berada di dalam kereta kuda turun kemudian memberi salam bersama dengan para pengikutnya. Pelay
“Kalian berdua suka membaca buku ‘kan, pergilah ke perpustakaan,” ucap Alden sembari mengulurkan sebuah token ke arah Yuan. Mereka membawa Rafael dan meninggalkan dua anak kembar yang tidak diperbolehkan ikut.“Lagi-lagi,” gerutu Yui setelah tidak melihat ketiganya di depan mata.“Yui, ayo ke perpustakaan,” ajak Yuan menarik lengan gadis manis di sebelahnya.“Untuk apa? Lihat mereka! Hanya karena kita belum dewasa lalu ....”Yuan menarik Yui dengan paksa dan sedikit menyeret gadis itu, dia tidak peduli dengan kembarannya yang meronta dan berusaha melepaskan pegangan tangannya. Seakan sudah dipersiapkan, seorang pelayan membukakan pintu kereta kuda. Dua orang pengawal berada di sisi kanan dan kiri kereta kuda tersebut.“Silakan, Pangeran dan Putri,” ucap ramah pelayan tersebut.Mata gadis manis itu menatap tajam kemudian memalingkan muka dan mendengkus.“Ke perpustakaan kota,” pinta Yuan dan kusir kereta tersebut menjalankan kereta.“Yuan!” teriak Yui dengan kesal.“Aku tahu kau ingin
Suasana hening, baik Yui maupun Yuan terdiam. Mereka mendengar langkah kaki mendekat dan penjaga perpustakaan mendekat. “Kalian masih punya waktu setengah jam lagi,” ucap penjaga perpustakaan yang langsung pergi kembali setelah memberikan peringatan tersebut. Yuan membuka lembar terakhir buku yang dia baca lalu menyobek kertasnya. “Apa yang kamu lakukan!” protes Yui melihat tindakan Yuan yang tidak bisa dibenarkan. “Aku tidak akan ingat, Yui ini penting,” balas Yuan melipat kertas tersebut lalu menyelipkannya di saku baju. “Yuan, kembalikan!” Yui mencoba mengambil kertas yang diambil Yuan, keduanya saling mempertahankan kehendaknya. “Kembalikan!” seru Yui meminta Yuan mengembalikan kertas tersebut. “Yui, disalin pun aku mungkin tidak bisa menulisnya dengan benar, akan kuceritakan nanti. Lagipula penjaga bilang jangan membawa keluar buku, bukan lembarannya,” ucap Yuan mencari pembenaran atas apa yang dia lakukan. “Yuan!” seru Yui geram. “Kita harus cari tahu tentang paman,” ba
Sebuah tangan kekar menyambut Yui saat menuruni kereta kuda. Gadis itu mengerjap beberapa kali memastikan yang ada di depannya bukanlah bayangan semata.“Paman, kau baik-baik saja?” Yui menatap pria dengan rambut hitam cepak di depannya. Tanpa perlu menjawab pria itu hanya tersenyum.“Kalian berdua pergilah duluan ke tempat latihan, tunggu paman di sana,” ucap Rafael saat salah satu pengawal mereka terlihat memberi kode.“Baik!” balas serempak kedua anak kembar yang langsung berlari ke tempat yang disebutkan Rafael.Tanah lapang dengan rumput hijau tipis, sebuah pohon besar dan aliran sungai kecil yang terlihat jernih. Tempat mereka berlatih merupakan bukit kecil yang berada di belakang kediaman Blackdragon. Kedua anak itu tertarik dengan aliran sungai dan bermain di sana karena bosan menunggu Rafael yang tidak kunjung datang.“Yuan, airnya jernih, apa kau menghilangkan kontaminasinya?” Yui memainkan air dengan kakinya, berjalan perlahan merasakan aliran air yang menggelitik ujung-uj
Aula menjadi hening saat Erina masuk. Kedua ayah dan anak hanya memandang sosok yang baru saja melewati pintu aula.“Berikan undangan itu padaku!”Suara wanita itu terdengar jelas dan penuh penekanan. “Permaisuri Erina, Rains bilang dia setuju dengan perjodohan ini,” ucap Raja Edward saat wanita itu masih berjalan ke arahnya. “Benar, Ibunda, saya tidak menolaknya jadi….” Belum sempat Rainsword menyelesaikan ucapannya, wanita itu menatap tajam ke arahnya sehingga nyalinya menciut. “Berikan undangannya!” Erina mengulurkan tangan meminta undangan yang ada di dalam surat tersebut. “Ibunda?” Rainsword merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan ekspresi ibunya. Dia tidak terlihat senang. “Rains, apa kau bisa membuat Putri Fiona menjadi permaisuri dan tinggal di Silverstone? Kau lupa dia putri satu-satunya Ratu Esmeralda? Dia calon ratu berikutnya.” Mata biru shapire itu menatap Rainsword begitu dalam. “Bukankah tidak masalah, Ibunda? Fiona bisa menjadi ratu meskipun sudah menikah
Kerajaan Silverstone. “Yang Mulia, ada surat untuk Anda.” Seorang pengawal masuk dan menyerahkan gulungan perkamen dengan segel di atasnya. “Terima kasih.” Raja Edward memperhatikan gulungan tersebut. Segel yang menutup surat tersebut terlihat tidak biasa. “Lambang Kota Avari!” Mata Raja Edward membelalak dan berseru keras hingga pengawal yang baru saja berbalik menoleh kembali. Sementara seorang pengawal lain baru saja datang memberi salam hormat dan melapor, “Lapor Yang Mulia, Pangeran Rainsword telah tiba di istana bersama dengan Penjaga Dunia Bawah Rafael Blackdragon dan Putri Yui.”Raja Edward kembali duduk dengan tenang. Dia berusaha terlihat biasa meskipun tangannya gemetar dengan surat dari Kota Avari. “Biarkan mereka masuk.” “Siap, Yang Mulia!” Pengawal itu memberi hormat dan berbalik kembali untuk menjemput Pangeran Rainsword dan yang lain. Aula kerajaan kembali sepi, Raja Edward membuka surat tersebut secara perlahan. Dia membaca isi surat tersebut dengan hati-hati. S
Ratu Esmeralda menopang dagu dengan satu tangan. Tangannya yang lain membolak-balik berkas yang tertumpuk rapi di depannya. Dia mendongak saat pintu ruang kerjanya diketuk. “Masuk dan tutup kembali pintunya!”Fiona berjalan perlahan setelah menutup pintu. Tamu mereka sudah pergi dua hari yang lalu. Mereka pergi setelah Pangeran Yuan siuman.“Salam, Ibunda Ratu,” ucap Fiona dengan penuh rasa hormat. “Duduklah Fiona,” perintah Ratu Esmeralda. Dia membalik berkas yang ada di depannya ke arah Fiona. “Pilih satu di antara mereka untuk menjadi calon pendampingmu.”Fiona terdiam di kursinya. Dia hanya menatap tumpukan berkas yang sudah terlihat dari sampul atasnya. Berkas biodata para pria bangsawan terbaik di Kota Avari. “Ibunda Ratu, bolehkah saya memilih pendamping sendiri.” Suara Fiona bergetar, dia sudah pernah bersitegang dengan ratu karena tidak mau berpaling dari Rafael.“Lupakan Rafael, aku tidak pernah mempermasalahkan siapa pilihanmu selama dia juga bersedia. Rafael tidak mengi
“Krisan, kumpulkan semua debu peri di sekitar sini!” perintah Yuan. Makhluk kecil dengan sayap berbentuk bulan sabit melayang dan berputar hingga membentuk pusaran angin. Angin yang berputar menghempaskan semua debu peri yang menempel pada dedaunan. Debu peri keemasan melayang-layang dan berkumpul dalam satu titik. Yuan mengambil sebuah kantong kecil dari cincin permata penyimpanan dimensinya. Krisan pun memasukkan debu peri ke dalam kantong tersebut. Yuan menutup kantong dan memasukkan kembali kantong yang berisi debu peri ke dalam cincin permata penyimpanan dimensi. Eirlys yang memperhatikan Yuan menghela napas dan terlihat murung. Dia begitu iri setiap kali melihat penyimpanan dimensi. Kota Naga memiliki semua benda yang dia inginkan, sayangnya dia sendiri tidak memiliki uang untuk membelinya. Status putri hanyalah status. Dia bahkan tidak memiliki benda berharga. Yuan melihat Eirlys yang murung mengambil inisiatif memperlihatkan kegunaan debu per untuk menghiburnya. “Eirlys,
Malam semakin larut, tidak ada tanda-tanda Yuan akan siuman. Eirlys merasa matanya sudah semakin berat. Dia mengeratkan jubah Lixue dan bersandar pada akar pohon peri yang menyembul ke permukaan tanah. Menarik tubuh Yuan supaya terlindung dari angin malam, setidaknya ceruk di antara akar pohon cukup nyaman untuk bermalam beratapkan bintang. “Selamat malam, Yuan.” Eirlys memejamkan matanya. Dunia peri terasa begitu damai. Semilir angin malam yang dingin pun terasa menentramkan hati. Perlahan-lahan debu peri bertebaran di sekitar mereka seakan memberikan perlindungan. Debu peri masuk ke dalam tubuh Yuan, memberinya energi hingga penuh. Tak hanya Yuan, debu peri juga masuk ke dalam tubuh Eirlys mengisi energinya yang habis. “Eirlys … Eirlys ….”Kedua mata Eirlys seperti diberi perekat, susah sekali terbuka meskipun ingin. “Eirlys bangunlah!” Suara lembut dan juga terasa sentuhan di bahu Eirlys, mengguncangnya perlahan. Eirlys menggunakan tangannya untuk mengusap kedua mata yang sulit
Eirlys dan Lixue sudah berada di sebelah Xavier. Pria jangkung itu menggendong Pangeran Yuan yang belum sadarkan diri. Sementara Ratu Esmeralda membubarkan semua peri yang ada di sana, hanya tersisa Fiona seorang. “Bagaimana kondisi Pangeran?” Sang ratu berjalan dengan anggun dan berhenti tepat di depan Xavier. Dia memeriksa pergelangan tangan Pangeran Yuan. “Yang Mulia, Pangeran hanya kelelahan. Energinya habis sehingga dia pingsan,” jawab Xavier dengan suara lembut penuh hormat. “Ibunda Ratu, bagaimana kalau Pangeran Yuan beristirahat di ranjang es, bukankah dia akan cepat sembuh?” Fiona teringat dengan Rafael saat itu, untuk mempertahankan hidupnya Rafael dibaringkan di ranjang es. Xavier menyela, “Putri Fiona, itu tidak perlu. Pangeran hanya butuh istirahat sejenak untuk memulihkan energinya.” “Kalau begitu biar ku mainkan harpa.” Eirlys mengeluarkan harpanya. Belum sempat tangannya menyentuh senar, tubuhnya limbung. “Eirlys!” Lixue dengan sigap menopang Eirlys yang hamp
Ratu Esmeralda berdiri dengan anggun di bawah pohon peri. Langit terlihat masih biru dengan semburat jingga dari sang surya yang mulai bersembunyi ke peraduan. Angin yang bertiup membawa suara alunan harpa, menyentuh kesadaran hingga menjernihkan pikiran.“Apa yang ingin Pangeran katakan?” Yuan membungkuk memberi hormat sebelum kembali berdiri tegak. Dia menatap awan di langit. “Yang Mulia pasti sudah merasakannya, kekuatan harpa tersebut bukan harpa biasa.”Yuan terdiam, menunggu reaksi dari sang ratu peri.Wanita itu menoleh ke arah Yuan, mengibaskan jubahnya dengan anggun lalu mulai duduk di atas rumput. “Ya, kekuatan harpa ajaib, aku pernah mendengar harpa itu dimainkan oleh seorang elf yang sempat mampir ke istanaku. Kejadian itu sudah sangat lama, tak kusangka kudengar kembali dentingan senar dari harpa itu. Sayangnya, ilusi yang dia berikan terlalu kuat.”“Namanya Roya Ashlyn, dia bukan manusia juga bukan bangsa kristal. Saya belum tahu pasti makhluk seperti apa wanita ini seb
Eirlys menatap Xavier juga kakaknya yang terlihat canggung dengan aksesoris barunya. Kedua telinga yang berhias dandelion terlihat begitu manis, tidak cocok dengan tampang keduanya. Gadis itu berusaha tidak melihat dan menahan tawa, akan sangat memalukan bagi mereka jika sampai ditertawakan. Sementara Fiona telah sampai di depan celah dimensi bersama Eirlys. Di hadapan mereka berdiri seorang wanita cantik dengan rambut kemerahan panjang hingga menyentuh tanah. Gaun dan jubahnya berwarna hijau dengan bordir dan salur warna merah muda. Sebuah mahkota besar menghiasi puncak kepalanya. “Fiona, siapa dia?” Suaranya terdengar mendominasi ada tekanan kuat dan menuntut jawaban saat itu juga. Tatapan wanita itu tajam, menatap dengan memicingkan mata. Tongkat di tangannya masih tegak berdiri dengan tekanan kekuatan yang tak biasa. Dia mengendalikan tanaman dan mengurung beberapa orang di depan celah dimensi. Wanita ini sedang mengendalikan orang-orang yang berusaha mendekati celah dimensi. “
Pohon besar itu seakan memicingkan matanya, menatap Yuan lekat-lekat. “Kau mirip dengan seseorang,” ucap peri pohon perlahan.“Kurasa yang kau temui itu Yui, saudara kembarku. Aroma kami sama,” jawab Yuan. Yuan menebak jika peri pohon lebih mengandalkan indra penciuman daripada penglihatannya.“Yui? Ya, aku ingat nama itu. Dia gadis kecil dengan aroma khas, seperti dirimu.” balas peri pohon dengan seutas senyum yang terlihat aneh di wajah pohonnya. Dia kemudian mengangkat Yuan ke atas pohon. “Berpeganglah erat, akan kuantar ke Avari.” “Tunggu!” seru Yuan dengan suara lantang. “Aku tidak sendiri, bisakah Anda juga mengantar teman-temanku?” Yuan menunjuk Eirlys dan yang lain. Peri pohon terdiam, tampak berpikir keras. “Aku akan bernyanyi untukmu jika Anda bersedia membawa mereka bersamaku,” tawar Yuan. Peri dikenal menyukai nyanyian.“Baiklah, bernyanyilah sampai batas terluar desa, kalau suaramu bagus baru akan kupertimbangankan membawa kalian ke Avari,” balas peri pohon tersebut.