“Eungh.” Suara lenguhan seorang gadis membuat orang - orang yang sedang sibuk di ruangan itu menghentikan kegiatannya. Mereka mengamati gadis di atas ranjang king size yang perlahan - lahan membuka kelopak matanya itu. Dengan mata sayunya ia melihat sekitar dan tampak mengernyitkan dahinya.
“Dimana aku?” Tanpa sadar gadis itu berucap dengan lirih dan mengundang seorang gadis muda mendekatinya. Dengan membawa kemoceng, ia duduk bersimpuh tepat di samping ranjang. “Nona sudah siuman? Apa Nona merasa pusing?” Walau dengan wajah bingung gadis yang baru saja terbangun itu menjawab pertanyaan gadis kemoceng dengan menggelengkan kepalanya ragu. “Kalau begitu apa Nona Ashyana ingin minum?” Gadis yang dipanggil Ashyana itu menganggukkan kepalanya dengan ragu lagi. Dengan segera gadis kemoceng itu mengambilkan segelas air putih di atas nakas dan membantu Ashyana untuk meminumnya. Sempat ragu untuk meminumnya, akhirnya Ashyana harus menyerah pada rasa kering di tenggorokannya. Sementara gadis dengan kemoceng itu mengurusi Ashyana, orang lain yang masih berada disana mulai sibuk dengan kegiatan mereka lagi. Selesai meminum segelas air, Ashyana mengedarkan pandangannya. Ia mencoba menggali ingatan terakhirnya tapi nihil. Ia hanya mengingat bahwa ia sempat pergi dengan sahabatnya Luci ke toko buku terdekat dengan rumahnya. Setelah itu ia tidak mengingat sama sekali apa yang terjadi padanya hingga terdampar di sebuah kamar mewah seperti ini. Pikiran konyolnya mengatakan bahwa ini hanyalah khayalannya saja makanya ia mencubit lengannya. “Argh.” Ia sedikit merintih tatkala kulitnya terasa sakit akibat cubitan tangannya sendiri. Ia jadi sadar sesadar - sadarnya bahwa ini bukanlah mimpi atau khayalannya. “Apa yang sakit Nona?” Lagi - lagi gadis dengan kemoceng itu bertanya padanya dan dengan sigap mendekat. “Ehh tidak ada, emm bolehkah saya bertanya?” Dengan canggung Ashyana menatap gadis muda itu. Baru ia sadari bahwa semua orang yang berada di kamarnya memakai pakaian maid atau pelayan seperti di film - film. Ia jadi berpikir apakah ia diculik dan akan dijadikan pelayan seperti mereka juga? Memikirkan itu membuat Ashyana bergidik. “Maaf Nona, kami disini hanya diminta melayani Anda. Informasi apapun hanya bisa Anda tanyakan pada Nyonya besar.” Gadis di depannya itu malah menunduk dengan hormat sebelum beranjak dari posisinya. Gadis cantik dengan gaun putih itupun temanggu. Ia mulai menerka - nerka kira - kira siapa orang yang membawanya kesini? Untuk apa dia dibawa ke rumah mewah ini? Dan apakah ia benar - benar diculik? Semua pertanyaan itu kini berputar di kepalanya. Ashyana mengedarkan pandangannya sekali lagi untuk mencari petunjuk. Tapi tidak ada hal yang dapat memberinya petunjuk karena hanya ada sebuah patung wanita yang sedang menari di ujung ruangan juga sebuah lukisan tepat di atas ranjang. Menilik dari kamar ini saja, pasti pemiliknya sangatlah kaya raya. Tiba - tiba saja ia kepikiran bisa saja ia dijadikan sugar baby dan itu membuatnya tambah bergidik. Untung saja ia ingat ucapan pelayang tadi yang memanggil majikannya dengan sebutan nyonya bukan tuan. Jadi pemikiran konyolnya pun tidak akan terjadi. Tiba - tiba saja ia kepikiran untuk menyusun rencana. Maka dari itu, ia memanggil pelayan tadi. “Aku ingin je toilet, dimana letaknya?” Ashyana bertanya dengan wajah seperti menahan hajat. Padahal ia hanya akting saja. “Mari saya antar Nona, di sebelah sini.” Pelayan tadi mengantarkan Ashyana tepat di depan pintu kamar mandi. Begitu membuka pintu, rahang Ashyana langsung menganga dengan sendirinya. Ia dibuat takjub dengan kamar mandi yang mungkin ukurannya sama seperti kamarnya di rumah. Belum lagi bathtub yang terlihat begitu nyaman jika digunakan untuk berendam. Untuk siapapun yang telah membawanya kesini, ia ingin mengumpat sekaligus berterima kasih. Mengumpat karena berani - beraninya menculiknya dan mungkin membuat orang tuanya khawatir. Sekaligus berterima kasih karena ia benar - benar bisa melihat rumah orang kaya yang sesungguhnya disini. Ashyana menggelengkan kepalanya guna menyadarkan diri bahwa yang harus ia pikirkan adalah kabur dari sini. Ia pun naik ke atas toilet duduk untuk melihat sekitarnya siapa tau ada lubang untuknya kabur. Tapi sejauh mata memandang, nyatanya tidak ada lubang sekecil apapun kecuali lubang angin yang tidak akan muat untuk tubuhnya. Ia pun memutar otaknya dengan masih di posisi yang sama. Hingga pintu tiba - tiba saja terbuka dari luar. “Kyaaaa!” DEBUGGG “Aduh sakitnya.” refleks Ashyana memegangi pantatnya sebagai tempat pendaratan pertamanya juga sikunya yang tadi sempat menyenggol tembok setelah terjatuh. “Aduh maaf Nona, saya khawatir Nona kenapa - napa makanya saya tengok. Mari saya bantu.” Pelayan yang tadi mengantarnya itu lekas membantu Ashyana berdiri. Wajahnya terlihat takut sekali melihat Ashyana yang sampai terjatuh seperti itu. Karena merasa kasihan, Ashyana pun menggelengkan kepalanya. “Tidak, tidak apa - apa, tapi lain kali jangan menerobos begitu.” Ucap Ashyana seraya menjauhkan diri. Melihat begitu khawatirnya pelayan itu malah membuat Ashyana mendapat pikiran lain. “Apa aku sebenarnya putri keluarga ini?” Gumam Ashyana yang jelas terdengar di telinga pelayan itu. “Apakah iya?” Ashyana menatap pelayan itu yang tampak menghela nafasnya berat. Sepertinya Ashyana terlalu berkhayal karena sering membaca novel. “Sayangnya tidak Nona, ayo segera keluar.” Pelayan itu pun membuka pintu lebar dan mempersilahkan Ashyana keluar dari kamar mandi itu. Arsyana jadi malu sendiri sudah menanyakan hal tidak masuk akal itu. “Tunggu-” “Nyonya besar datang!” Seruan seseorang membuat para pelayan itu berjejer di dekat pintu. Ashyana yang kebingungan pun ikut mendekati para pelayan yang sudah berjajar termasuk gadis kemoceng. “Madam Soraya.” Wajah kaget Ashyana tidak bisa ditutupi lagi begitu tepat di depannya ada sesosok wanita paruh baya yang tidak asing baginya. ‘Bagaimana bisa aku disini? Di rumah Madam Soraya?!’ batin Ashyana bergejolak. Baru beberapa hari lalu ia diajak bertemu dengan perempuan berpakaian glamour itu oleh ibunya. Dan sekarang kenapa Ashyana tiba - tiba saja bangun di kamar mewah ini dan pelayan tadi menyebut Madam Soraya dengan nyonya besar. Kalau sampai ia diculik Madam Soraya, bukankah itu masalah besar baginya. ‘apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Madam Soraya menculikku?’ Ashyana bertanya - tanya dalam benaknya. Ia masih mencerna semua yang terjadi dalam beberapa jam atau menit ini. “Selamat datang di mansion keluarga Iskandar Nona Naraya Ashyana Arbaha.” Ashyana yang pikirannya masih berperang kini pun jadi tau bahwa benar ia berada di kediaman wanita itu. Wanita yang ia datangi dengan ibunya di cafe tempo hari tanpa ia tahu alasan ibunya itu mengajaknya. Padahal bertemu dengan siapapun Ibunya itu pasti sendiri dan kenapa saat bertemu dengan Madam Soraya harus dengan dirinya? Semua itu berputar - putar di otaknya tanpa bisa dicegah. “A-pa apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Ashyana dengan gagap. Baru kali ini ia benar - benar kehilangan rasa percaya dirinya berhadapan dengan seseorang. Selain karena berbeda kasta, Ashyana tau bahwa ada yang tidak beres dengan semua ini. “Duduklah dulu Nona, akan saya jelaskan semuanya.” Madam Soraya menunjuk sofa di kamar itu tapi Ashyana masih mematung. “Tidak, saya bisa berdiri. Jadi bagaimana bisa saya berakhir di sini?” Tanya Ashyana yang hanya disambut senyum menawan Madam Soraya. “Anda yang menculik saya?” Ashyana menelisik wajah Madam Soraya. Biarlah ia dinilai tidak sopan, karena ia pun dibawa secara tidak terhormat ke kediaman ini. “Ternyata cukup keras kepala juga kamu, tapi baguslah.” Madam Soraya mengangguk - anggukkan kepalanya. “Jadi darimana aku harus memulainya?” Gumam Madam Soraya dengan menopang dagunya. Ashyana yang melihatnya pun mendengus sebal. “Dari saat Madam Soraya menculik saya?” Ashyana menatap Madam Soraya dengan tatapan menantangnya. “No, bukan menculik, aku hanya mengambilmu.” Ashyana dibuat kesal dengan penjelasan Madam Soraya yang terkesan bertele - tele. “Maksud Madam apa?!” Arsyana tanpa sadar menaikkan nada bicaranya karena merasa dipermainkan. “Aku telah membuat kesepakatan dengan ibumu.” Ashyana menatap Madam Soraya dengan wajah bingung. “Malang sekali nasibmu, Ibumu itu telah menjual rahimmu padaku nona manis.” Madam Soraya mencoba menyentuh pipi Ashyana tapi gadis itu dengan cepat menghindar. Ashyana masih diam karena kaget mendengar pengakuan Madam Soraya. Mau tidak percaya tapi susah rasanya karena Ia tahu sepak terjang wanita paruh baya di hadapannya ini. “Bohong!” Ashyana menolak fakta itu. Ia tahu seberapa sayang ibunya, jadi tidak mungkin ia dijual seperti ini. “Tapi itulah faktanya, mulai sekarang kamu akan tinggal disini, mungkin dalam beberapa tahun kedepan karena aku butuh cucu dari rahimmu itu.” Madam Soraya tidak berekspresi apapun ketika mengatakan itu. “Cukup persiapkan dirimu Nona Abraha,” bisik Madam Soraya. “Jaga gadis itu jangan sampai dia kabur!” titah Madam Soraya dengan tegas dan langsung meninggalkan kamar itu. Sementara Ashyana menatap kosong lantai yang ia pijak.Pria dengan kemeja yang digulung sampai siku itu tampak serius di balik meja kerjanya. Sekretaris pria itu dengan setia di sampingnya dan dengan sigap menjawab ketika ditanya oleh atasan nya itu. Bahkan sekretarisnya rela menahan punggungnya yang pegal dan harus selalu fokus karena atasannya itu terlihat begitu menyeramkan ketika sedang serius seperti ini. Keduanya larut dalam pekerjaan sampai dering ponsel sang sekretaris menghentikan kegiatan mereka.“Angkatlah.” titah sang tuan tanpa menengok sama sekali.“Baik tuan.” Laki - laki dengan jas rapi itu tanpa disuruh dua kali segera mengangkat teleponnya.“Emm tuan, Nyonya sepertinya bergerak kembali.” Dengan wajah ragunya sang sekretaris mengatakan informasi yang baru saja ia dapat dari si penelpon.“Apa?! Apa lagi sekarang?” tanya pria yang kini sudah mengalihkan atensi sepenuhnya.“Nyonya menyewa seorang gadis untuk mengandung anak Tuan Ken.” ucap sang sekretaris dengan suara lantang.Kenan, sang tuan pun segera bangkit dari kursiny
Riko bingung dengan bos nya pagi ini. Sejak menginjakkan kaki di kantor, tak henti - hentinya lelaki 28 tahun itu bertanya jam. Pria itu seperti tidak sabar menunggu sesuatu tapi Riko tentu tidak berani bertanya.“Rik batalkan semua jadwal setelah makan siang nanti, saya tidak akan kembali ke kantor lagi.” Ucap Kenan.“Emm alasannya apa ya Tuan?” “Saya bosnya disini, suka - suka saya lah.”Riko jadi menyesal bertanya seperti itu. Tapi laki - laki itu sudah biasa makan hati kalau berbicara dengan bosnya satu ini. Untung saja bosnya itu royal, jadi ia betah - betah saja bekerja dengan Kenan.“Sudah jam makan siang, saya pergi.” Kenan terlihat semangat sekali meninggalkan ruangannya. Riko sebagai sekretaris saja sampai heran sendiri karena Kenan adalah workholic yang tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya tanpa alasan. Jadi alasan apa yang membuat Kenan sampai berubah?“Mau apa kamu?” Kenan dan Riko sling tatap saat keduanya sama - sama akan membuka pintu mobil.“Mau mengantar Tuan.” J
Ashyana memalingkan wajahnya terlebih dahulu karena tidak kuat melihat wajah tampan Kenan. Bisa - bisa ia pingsan sungguhan jika terus menatapnya. Pipinya saja sampai terasa panas karena kini tersipu.“Apa yang ingin anda bicarakan dengan saya tuan?” Tanya Ashyana dengan suara pelan bahkan nyaris tidak jelas terdengar. Untung Kenan memiliki pendengaran yang tajam.“Apa kamu tau saya?” Tanya Kenan dengan gamang. “Emm anak Madam Soraya mungkin.” Ucap Ashyana dengan ragu. Ia ragu sebab baru saja membuat masalah di rumah ini, ia takut dihukum. Lebih menyeramkannya lagi sekarang ia hanya ditinggal berdua dengan laki - laki di kamar ini. Kalau sampai Ashyana membuat marah dan dia diapa - apakan disini, pasti tidak akan ada yang tau. Itulah yang membuat nyalinya kini menciut.Sementara Kenan, laki - laki itu mengerutkan dahinya. Ia seperti menelisik wajah gadis di depannya dan menghembuskan nafas dengan kasar.“Lalu apa alasanmu menerima tawaran ibu saya?” Tanya Kenan masih dengan tatapan m
Ashyana kini tau kenapa ibunya tega menjualnya pada Madam Soraya. Nyatanya uang memang segalanya di dunia ini. Tapi bukan berarti ia membenarkan perbuatan ibunya itu. Ia bahkan selalu mengutuk perbuatan ibunya itu. Namun melihat sendiri bagaimana uang bekerja di rumah ini, benar - benar membuat Ashyana takjub. Ruang tamu megah di rumah ini kini sudah di dekor sedemikian rupa hanya untuk acara akad nikah Ashyana dan Kenan. Pikir gadis itu karena hanya formalitas saja, Ashyana kira hanya akan mengundang penghulu dan mengadakan akad saja. Tapi Ashyana salah, dirinya benar - benar merasakan menjadi pengantin bahkan ia juga mengenakan gaun cantik. Semuanya seperti sudah dipersiapkan jauh - jauh hari sehingga acara ini terlihat sempurna. Padahal, ini cuma disiapkan semalam saja. “Kenapa semewah ini?” Ucap Ashyana saat dirinya dituntun beberapa pelayan untuk menemui Kenan setelah akad selesai diucapkan laki - laki itu. Tidak ada adegan mengharu biru, tapi Ashyana cukup gugup menghadapi
Ashyana terbangun pagi ini karena mendengar suara ribut - ribut tepat di depan kamarnya. Ia yang memang baru bangun dan kaget, refleks menuju sumber keributan itu. Tambah kaget lagi melihat orang yang sedang beradu argumen tepat di depan pintu. "Ayo kita pulang Na, pasti kamu dicari Ibu." Lucy, sang sahabat langsung menarik tangannya tapi gagal karena dihadang bosyguard Madam Soraya. Ashyana yang baru saja bangun tidur tentu linglung melihat orang - orang disekitarnya. "Dia sudah menjadi istri kakakmu sayang," ucap Madam Soraya dengan suara selembut sutra. Agaknya baru pertama kali ini Ashyana mendengarnya selama ia tinggal disini. "Bohong! kalau pun mereka menikah kenapa Lucy tidak diundang?! ini pasti akal - akalan Mami. Aku tau pasti Mami mau berbuat macam - macam pada Ashyana!" ucap Lucy, dengan wajah memerah. Baru kali ini Ashyana melihat sang sahabat begitu termakan amarahnya. Biasanya wanita cantik nan anggun itu hanya akan menjalankan trik liciknya ketika marah. "Luc
Setelah sepagian ini ia dibuat kaget dengan kedatangan sang sahabat, sekarang Ashyana dibuat tercengan dengan pernyataan kakak kandung sahabatnya itu. Tiba - tiba saja is diberitahu bahwa mereka akan melakukan perjalanan ke Italia malam ini juga. Bukan hanya Kenan, tapi juga dirinya. "Kenapa ke Italia?" tanya Ashyana dengan tampang cengonya. "Nanti juga tau." jawab Kenan datar yang membuat Ashyana menghembuskan nafas secara kasar. Sampai di mension pun tidak ada yang membuka percakapan kembali. Kenan yang enggan diganggu dan Ashyana yang sudah malas bertanya kembali membuat percakapan hanya sampai disitu saja. "Nanti jam 9 malam keberangkatan kita Nona, Anda jangan sampai lupa ya?" pesan Riko setelah sang tuan masuk ke mension. "Baik tuan." jawab Ashyana dengan senyum canggungnya. "Panggil saja Riko, saya hanya asisten Tuan Kenan jadi jangan panggil saya Tuan." ucap Riko dengan senyum ramahnya. Ashyana pun terkesan jadinya. Selama hampir seminggu di mension ini jujur h
"NANA!" Baru saja keluar dari mobil, pekikan serta terjangan Lucy membuat Ashyana kaget. Tubuhny sampai limbung dan hampir saja terjatuh jika tidak ada Kenan yang memegangi pundaknya. "Bisa hati - hati Cy?" sarkas Kenan yang membuat Lucy mengeluarkan cengirannya. "Maaf, habisnya aku kangen sama Nana. Ayo kita masuk!" ucap Lucy merasa bersalah. "Tapi, cie udah mulai di bucinin nih." ledek Lucy dengan begitu bersemangat menyeret lengan Ashyana untuk segera masuk ke rumah berlantai dua itu. Ashyana hanya memutar bola matany malas. Lucy tidak tahu saja apa yang sebenarnya terjadi. Jika tau mungkin dia sudah marah pada ibu dan kakaknya, mungkin juga padanya karena telah berbohong. Setelah di dalam rumah, Lucy mengajak Ashyana duduk di sofa ruang tamu. Ashyana sampai heran dengan sahabatnya itu yang tidak terlihat kecapekan sama sekali padahal baru saja melakukan perjalanan jauh. Bahkan gadis itu sudah berceloteh menceritakan perjuangannya agar bisa diizinkan ibunya alias Madam
Huekk Kenan sudah pasrah saat baju depannya sudah penuh dengan cairan kental yang berasal dari mulut Ashyana. Sementara di pelaku kini menatap Kenan dengan wajah polosnya. "RIKO! MUSNAHKAN SELURUH ALKOHOL DI RUMAH INI!!" teriakan kencang Kenan bersamaan dengan datangnya Riko juga limbungnya tubuh Ashyana. "Tuan, apa yang terjadi? kenapa dengan Nona Ashyana?" tanya Riko dengan kebingungan. "Tuli kamu?!" hardik Kenan yang membuat Riko menunduk patuh. "Aku tidak mau ada satu minumanpun di rumah ini besok pagi." ucap Kenan sebelum membawa tubuh Ashyana masuk kedalam kamarnya. Riko hanya mengangguk patuh dan segera melakukan perintah tuannya itu. Kacung sepertinya bisa apa memangnya selain menuruti perintah sang tuan. Sementara di kamar, Kenan langsung melepas kaos yang ia pakai. Ia bilas tubuhnya di kamar mandi guna menghilangkan rasa lengket akibat ulah Ashyana itu. Setelah selesai, ia menatap Ashyana yang tadi ia tinggalkan di sofa kamarnya dalam keadaan setengah sadar. De