Riko bingung dengan bos nya pagi ini. Sejak menginjakkan kaki di kantor, tak henti - hentinya lelaki 28 tahun itu bertanya jam. Pria itu seperti tidak sabar menunggu sesuatu tapi Riko tentu tidak berani bertanya.
“Rik batalkan semua jadwal setelah makan siang nanti, saya tidak akan kembali ke kantor lagi.” Ucap Kenan. “Emm alasannya apa ya Tuan?” “Saya bosnya disini, suka - suka saya lah.” Riko jadi menyesal bertanya seperti itu. Tapi laki - laki itu sudah biasa makan hati kalau berbicara dengan bosnya satu ini. Untung saja bosnya itu royal, jadi ia betah - betah saja bekerja dengan Kenan. “Sudah jam makan siang, saya pergi.” Kenan terlihat semangat sekali meninggalkan ruangannya. Riko sebagai sekretaris saja sampai heran sendiri karena Kenan adalah workholic yang tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya tanpa alasan. Jadi alasan apa yang membuat Kenan sampai berubah? “Mau apa kamu?” Kenan dan Riko sling tatap saat keduanya sama - sama akan membuka pintu mobil. “Mau mengantar Tuan.” Jawab Riko dengan wajah polos. “Tidak perlu, kamu di kantor saja urus sisa pekerjaan saya dan nanti kirim lewat email. Saya pergi sendiri.” Ucap Kenan dengan cepat. Bahkan ia menyingkirkan tangan Riko dan masuk begitu saja kedalam mobil. Sampai - sampai Riko masih terbengong - bengong di tempatnya memperhatikan mobil Kenan melesat pergi. Tak henti - hentinya Kenan memamerkan senyumannya sepanjang jalan. Ia bahkan berkali - kali menatap spion tengah demi memastikan penampilannya tetap oke. Intinya hari ini Kenan memang sangat berbeda jadi tidak salah jika Riko sampai bertanya - tanya perubahan tuannya itu. Sampai di kediaman utama keluarga Iskandar, Kenan yang sudah mengubah raut wajahnya menjadi sedingin es itu masuk ke rumah. Ia langsung ke ruang makan sebagai tujuan utamanya datang ke rumah ini. Tapi ia harus menelan sedikit kekecewaan karena tidak seorangpun yang duduk di kursi ruang makan itu. “Kemana Mami?” Tanya Kenan pada salah satu pelayan terdekat. “Nyonya sedang mencari Nona Ashyana Tuan.” Ucap pelayan itu yang membuat Kenan mengernyitkan dahinya. “Maksudnya?” “Nona Ashyana kabur teat sebelum jam makan siang ini. Makanya Nyonya sedang mengerahkan orangnya untuk mencari.” Ucap pelayan itu dengan kepala menunduk. Duk Pelayan yang tadi ditanya sampai meringis melihat tangan tuannya yang digunakan untuk menonjok meja. Tanpa berani bertanya ia biarkan saja tuannya itu meninggalkan area meja makan. Sementara beberapa jam yang lalu, Ashyana sebenarnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Memakai dress dari brand ternama, perhiasan juga sepatu yang tentu jika ditotal akan membuat mata Ashyana melotot saking mahalnya. Ia juga sudah didandani sedemikian rupa hingga penampilannya kini berubah seperti perempuan old money yang sering ia lihat di majalah bisnis papanya. Meski penampilan ini yang diidam - idamkannya sejak zaman dulu, tapi ia tidak merasa senang sama sekali. Ashyana merasa menjadi pelacur yang akan bertemu dengan pelanggannya. Maka dari itu, ketika semua pelayan sedang sibuk dan suasana menjadi lengah, Ashyana tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Gadis itu menyelinap keluar dari rumah megah itu. Tentu tidak mudah bagi Ashyana. Banyak pelayan maupun penjaga yang berkeliaran di rumah. Tapi dengan taktiknya, ia akhirnya bisa keluar dari rumah megah itu meski ia masih tertahan di dalam pagar. Ia kini sedang menempelkan tubuhnya di dinding dengan sesekali melihat sekitar. “Gimana keluarnya coba? Penjaganya aja selusin.” Keluh Ashyana dengan wajah melasnya. Sudah hampir lima belas menit ia nempel di tembok. Kakinya sudah mulai kesemutan karena terlalu lama berdiri. “Gimana ini?” Rengek Ashyana dengan mata berkaca - kaca. Ia kesal pada otaknya yang buntu juga penjaga yang masih saja berkumpul di depan gerbang. “AAAA!” Ashyana tak sengaja berteriak dengan mata melotot karena ada ulat menempel di kakinya. Ia menghentak - hentakkan kakinya dengan ketakutan. Paling takut ia dengan hewan berbulu itu meski kecil. Tantu dengan teriakannya, para penjaga mulai mendekat ke tempat persembunyiannya. Ashyana sudah ketar ketir sendiri takut ketahuan. Ia dengan segera mengendap - endap untuk berpindah tempat. Tapi tepat saat melewati sebuah jendela, Ashyana dibuat kaget dengan penampakan laki - laki tampan berwajah dingin di dalam jendela itu. "Hust, jangan ganggu aku ya, aku nggak ganggu kamu kok." ucap Ashyana dengan menempelkan jarinya di depan bibirnya. Sedangkan Kenan yang kini bertatapan langsung dengan Ashyana menatap gadis itu dari bawah sampai atas. dahinya dibuat mengernyit mendengar ucapan gadis di depannya itu. Tanpa aba - aba, laki - laki itu membuka jendela. "Masuk sendiri apa butuh paksaan Nona?" Ahsyana kaget mendengar suara Kenan. Bahkan wajahnya sampai syok berat. "Han- hantunya ngomong." ucap Ashyana dengan mata melotot. Bruk Ashyana berakhir pingsan di tempat. Kenan lalu menyuruh para pelayan wanita untuk mengangkat gadis itu dan membawanya ke kamar. Kenan yang tadinya berpakaian rapi saja kini jadi berantakan hanya karena ikut mencari Ashyana. "Penjagaan Mami gimana sih kok bisa - bisanya dia mau kabur." Ucap Kenan memprotes ibunya. "Udah Mami potong gaji mereka. Lagipula bukannya kamu senang kalau dia kabur? Kenapa malah ikut mencarinya?" Madam Soraya menatap anaknya itu sangsi. Tapi Kenan tidak menjawabnya sama sekali. Laki - laki itu hanya mengendikkan bahunya. Madam Soraya yang malas bertanya lagi pun ikut mengendikkan bahunya. "Yasudah, Mami mau panggil dokter dulu." Setelah kepergian ibunya, Kenan mendekati ranjang dimana Ashyana kini berada. Laki - laki itu mengamati wajah Ashyana dengan smirk tersungging di bibirnya. "Bangunlah Nona." ucap Kenan tapi tidak ada reaksi sama sekali dari Ashyana. "Bangun Nona, atau-" "Atau apa?" Ashyana langsung terduduk mendengar bisikan Kenan. Ya laki - laki itu berbisik tepat disebelah telinganya yang jelas membuat Ashyana risih. Apalagi mendengar ucapan laki - laki itu yang terdengar sedikit mengancam. "Hehehe mau sekali ditipu." ucap Kenan dengan kekehannya. Ashyana sungguh tersihir dengan senyum laki - laki disebelahnya itu. Benar - benar tampan dan berkarisma. Saking terpesonanya bahkan Ashyana tidak mengalihkan tatapannya. "Ekhm," Kenan yang tersadar langsung menjaga imagenya kembali. Laki - laki itu menatap Ashyana dengan tatapan tajamnya. Ashyana yang juga menatap Kenan merasa merinding seketika. Bagaimana mungkin ia tidak menganggap kenan seperti hantu jika melihat tatapan pria itu saja suasana menjadi horor seketika. "Ada yang ingin saya bahas denganmu, Nona Arbaha." Ucap Kenan dengan wajah seriusnya yang entah mengapa malah menarik Ashyana pada tatapan dalam laki - laki itu.Ashyana memalingkan wajahnya terlebih dahulu karena tidak kuat melihat wajah tampan Kenan. Bisa - bisa ia pingsan sungguhan jika terus menatapnya. Pipinya saja sampai terasa panas karena kini tersipu.“Apa yang ingin anda bicarakan dengan saya tuan?” Tanya Ashyana dengan suara pelan bahkan nyaris tidak jelas terdengar. Untung Kenan memiliki pendengaran yang tajam.“Apa kamu tau saya?” Tanya Kenan dengan gamang. “Emm anak Madam Soraya mungkin.” Ucap Ashyana dengan ragu. Ia ragu sebab baru saja membuat masalah di rumah ini, ia takut dihukum. Lebih menyeramkannya lagi sekarang ia hanya ditinggal berdua dengan laki - laki di kamar ini. Kalau sampai Ashyana membuat marah dan dia diapa - apakan disini, pasti tidak akan ada yang tau. Itulah yang membuat nyalinya kini menciut.Sementara Kenan, laki - laki itu mengerutkan dahinya. Ia seperti menelisik wajah gadis di depannya dan menghembuskan nafas dengan kasar.“Lalu apa alasanmu menerima tawaran ibu saya?” Tanya Kenan masih dengan tatapan m
Ashyana kini tau kenapa ibunya tega menjualnya pada Madam Soraya. Nyatanya uang memang segalanya di dunia ini. Tapi bukan berarti ia membenarkan perbuatan ibunya itu. Ia bahkan selalu mengutuk perbuatan ibunya itu. Namun melihat sendiri bagaimana uang bekerja di rumah ini, benar - benar membuat Ashyana takjub. Ruang tamu megah di rumah ini kini sudah di dekor sedemikian rupa hanya untuk acara akad nikah Ashyana dan Kenan. Pikir gadis itu karena hanya formalitas saja, Ashyana kira hanya akan mengundang penghulu dan mengadakan akad saja. Tapi Ashyana salah, dirinya benar - benar merasakan menjadi pengantin bahkan ia juga mengenakan gaun cantik. Semuanya seperti sudah dipersiapkan jauh - jauh hari sehingga acara ini terlihat sempurna. Padahal, ini cuma disiapkan semalam saja. “Kenapa semewah ini?” Ucap Ashyana saat dirinya dituntun beberapa pelayan untuk menemui Kenan setelah akad selesai diucapkan laki - laki itu. Tidak ada adegan mengharu biru, tapi Ashyana cukup gugup menghadapi
Ashyana terbangun pagi ini karena mendengar suara ribut - ribut tepat di depan kamarnya. Ia yang memang baru bangun dan kaget, refleks menuju sumber keributan itu. Tambah kaget lagi melihat orang yang sedang beradu argumen tepat di depan pintu. "Ayo kita pulang Na, pasti kamu dicari Ibu." Lucy, sang sahabat langsung menarik tangannya tapi gagal karena dihadang bosyguard Madam Soraya. Ashyana yang baru saja bangun tidur tentu linglung melihat orang - orang disekitarnya. "Dia sudah menjadi istri kakakmu sayang," ucap Madam Soraya dengan suara selembut sutra. Agaknya baru pertama kali ini Ashyana mendengarnya selama ia tinggal disini. "Bohong! kalau pun mereka menikah kenapa Lucy tidak diundang?! ini pasti akal - akalan Mami. Aku tau pasti Mami mau berbuat macam - macam pada Ashyana!" ucap Lucy, dengan wajah memerah. Baru kali ini Ashyana melihat sang sahabat begitu termakan amarahnya. Biasanya wanita cantik nan anggun itu hanya akan menjalankan trik liciknya ketika marah. "Luc
Setelah sepagian ini ia dibuat kaget dengan kedatangan sang sahabat, sekarang Ashyana dibuat tercengan dengan pernyataan kakak kandung sahabatnya itu. Tiba - tiba saja is diberitahu bahwa mereka akan melakukan perjalanan ke Italia malam ini juga. Bukan hanya Kenan, tapi juga dirinya. "Kenapa ke Italia?" tanya Ashyana dengan tampang cengonya. "Nanti juga tau." jawab Kenan datar yang membuat Ashyana menghembuskan nafas secara kasar. Sampai di mension pun tidak ada yang membuka percakapan kembali. Kenan yang enggan diganggu dan Ashyana yang sudah malas bertanya kembali membuat percakapan hanya sampai disitu saja. "Nanti jam 9 malam keberangkatan kita Nona, Anda jangan sampai lupa ya?" pesan Riko setelah sang tuan masuk ke mension. "Baik tuan." jawab Ashyana dengan senyum canggungnya. "Panggil saja Riko, saya hanya asisten Tuan Kenan jadi jangan panggil saya Tuan." ucap Riko dengan senyum ramahnya. Ashyana pun terkesan jadinya. Selama hampir seminggu di mension ini jujur h
"NANA!" Baru saja keluar dari mobil, pekikan serta terjangan Lucy membuat Ashyana kaget. Tubuhny sampai limbung dan hampir saja terjatuh jika tidak ada Kenan yang memegangi pundaknya. "Bisa hati - hati Cy?" sarkas Kenan yang membuat Lucy mengeluarkan cengirannya. "Maaf, habisnya aku kangen sama Nana. Ayo kita masuk!" ucap Lucy merasa bersalah. "Tapi, cie udah mulai di bucinin nih." ledek Lucy dengan begitu bersemangat menyeret lengan Ashyana untuk segera masuk ke rumah berlantai dua itu. Ashyana hanya memutar bola matany malas. Lucy tidak tahu saja apa yang sebenarnya terjadi. Jika tau mungkin dia sudah marah pada ibu dan kakaknya, mungkin juga padanya karena telah berbohong. Setelah di dalam rumah, Lucy mengajak Ashyana duduk di sofa ruang tamu. Ashyana sampai heran dengan sahabatnya itu yang tidak terlihat kecapekan sama sekali padahal baru saja melakukan perjalanan jauh. Bahkan gadis itu sudah berceloteh menceritakan perjuangannya agar bisa diizinkan ibunya alias Madam
Huekk Kenan sudah pasrah saat baju depannya sudah penuh dengan cairan kental yang berasal dari mulut Ashyana. Sementara di pelaku kini menatap Kenan dengan wajah polosnya. "RIKO! MUSNAHKAN SELURUH ALKOHOL DI RUMAH INI!!" teriakan kencang Kenan bersamaan dengan datangnya Riko juga limbungnya tubuh Ashyana. "Tuan, apa yang terjadi? kenapa dengan Nona Ashyana?" tanya Riko dengan kebingungan. "Tuli kamu?!" hardik Kenan yang membuat Riko menunduk patuh. "Aku tidak mau ada satu minumanpun di rumah ini besok pagi." ucap Kenan sebelum membawa tubuh Ashyana masuk kedalam kamarnya. Riko hanya mengangguk patuh dan segera melakukan perintah tuannya itu. Kacung sepertinya bisa apa memangnya selain menuruti perintah sang tuan. Sementara di kamar, Kenan langsung melepas kaos yang ia pakai. Ia bilas tubuhnya di kamar mandi guna menghilangkan rasa lengket akibat ulah Ashyana itu. Setelah selesai, ia menatap Ashyana yang tadi ia tinggalkan di sofa kamarnya dalam keadaan setengah sadar. De
Ashyana masih tenggelam dalm lautan mimpinya saat sebuah tangan besar mengusik tidur nyenyaknya. "Cy jangan menggangguku, aku beneran pusing ih." gumam Ashyana tanpa repot - repot membuka matanya. Ia balikkan tubuhnya dari posisi semula sehingga kini ia memunggungi si pengganggu tidurnya itu. "Langsung periksa saja Steve." Dan tidurnya itu menjadi semakin terusik saat lamat - lamat ia mendengar suara pria yang akhir - akhir ini begitu familiar ditelinganya. Tak lama setelah itu, dapat Ashyana rasakan benda yang ia yakini sebagai stetoskop itu menyentuh dadanya. Karena semakin mengganggu tidurnya, akhirnya Ashyana membuka mata dan langsung dihadapkan pada dua wajah tampan yang sama - sama memasang wajah seriusnya. "Nyonya Ashyana masih merasa pusing?" tanya dokter Steve yang diangguki oleh Ashyana. "Selain itu apa yang dirasakan?" "Udah itu aja Dok." Setelah itu dokter Steve tidak bertanya lagi dan sibuk memilah obat. Ashyana sendiri memilih untuk memejamkan matany
“Eungh.” Suara lenguhan seorang gadis membuat orang - orang yang sedang sibuk di ruangan itu menghentikan kegiatannya. Mereka mengamati gadis di atas ranjang king size yang perlahan - lahan membuka kelopak matanya itu. Dengan mata sayunya ia melihat sekitar dan tampak mengernyitkan dahinya.“Dimana aku?” Tanpa sadar gadis itu berucap dengan lirih dan mengundang seorang gadis muda mendekatinya. Dengan membawa kemoceng, ia duduk bersimpuh tepat di samping ranjang.“Nona sudah siuman? Apa Nona merasa pusing?” Walau dengan wajah bingung gadis yang baru saja terbangun itu menjawab pertanyaan gadis kemoceng dengan menggelengkan kepalanya ragu. “Kalau begitu apa Nona Ashyana ingin minum?” Gadis yang dipanggil Ashyana itu menganggukkan kepalanya dengan ragu lagi.Dengan segera gadis kemoceng itu mengambilkan segelas air putih di atas nakas dan membantu Ashyana untuk meminumnya. Sempat ragu untuk meminumnya, akhirnya Ashyana harus menyerah pada rasa kering di tenggorokannya. Sementara gadis de