Share

Persetujuan Kenan dan Permintaan Ashyana

Ashyana memalingkan wajahnya terlebih dahulu karena tidak kuat melihat wajah tampan Kenan. Bisa - bisa ia pingsan sungguhan jika terus menatapnya. Pipinya saja sampai terasa panas karena kini tersipu.

“Apa yang ingin anda bicarakan dengan saya tuan?” Tanya Ashyana dengan suara pelan bahkan nyaris tidak jelas terdengar. Untung Kenan memiliki pendengaran yang tajam.

“Apa kamu tau saya?” Tanya Kenan dengan gamang.

“Emm anak Madam Soraya mungkin.” Ucap Ashyana dengan ragu. Ia ragu sebab baru saja membuat masalah di rumah ini, ia takut dihukum. Lebih menyeramkannya lagi sekarang ia hanya ditinggal berdua dengan laki - laki di kamar ini. Kalau sampai Ashyana membuat marah dan dia diapa - apakan disini, pasti tidak akan ada yang tau. Itulah yang membuat nyalinya kini menciut.

Sementara Kenan, laki - laki itu mengerutkan dahinya. Ia seperti menelisik wajah gadis di depannya dan menghembuskan nafas dengan kasar.

“Lalu apa alasanmu menerima tawaran ibu saya?” Tanya Kenan masih dengan tatapan menelisik. Benar - benar membuat Ashyana tidak nyaman saja.

“Saya tidak pernah ditawari,” ucap Ashyana yang membuat Kenan bingung.

“Maksudnya?”

“Saya dijual ibu saya katanya, saya saja nggak tau apa yang terjadi sebelumnya dan tiba - tiba sudah berada disini.” ucap Ashyana dengan mengedikkan bahunya.

Kenan jadi berpikir bahwa ibu itu ternyata menyeramkan. Ibunya saja suka memaksa - maksa dirinya dan kini ibu gadis di depannya ini malah menjual anaknya sendiri. Kenan sampai menggeleng tidak percaya.

“Sudahlah, ayo turun ibu saya pasti menunggu di bawah.” Ucap Kenan yang langsung diangguki oleh Ashyana.

Ashyana turun dari ranjang dan mengikuti langkah lebar dan cepat Kenan. Gadis itu merutuki kaki panjang Kenan yang bergerak begitu cepat. Karena itu, kaki Ashyana yang mungil jadi harus bekerja ekstra untuk menyamakan langkah kaki Kenan. Bayangkan saja Ashyana yang tingginya hanya 150 cm harus mengejar Kenan yang mungkin memiliki tinggi 180 cm. Jelas sangat susah dan melelahkan bukan.

“Oh udah bangun.”

Ashyana tidak berani menatap Madam Soraya karena ulahnya. Meski selama disini ia tidak pernah diperlakukan buruk, tapi siapa yang tau jika orang sedang marah. Apalagi Madam Soraya yang biasa saja sudah sangat menyeramkan bagi Ashyana.

“Mam, aku udah putusin buat terima tawaran Mami.” Ucap Kenan dengan santai.

“Tawaran yang mana? Lanjutin rencana Mami atau menikah?” Tanya Madam Soraya.

“Buat lanjutin rencana Mami, jadi kapan kita periksa ke dokternya?” Jawab Kenan yang mendapat tatapan aneh dari ibunya.

“Kenapa kamu yang ngebet gini Ken? Akhirnya kamu sadar juga kan kalau punya keturunan itu penting. Udah, siang ini juga Mami panggil dokter Stef kemari.” jawab Madam Soraya dengan entengnya.

Ashyana menghembuskan nafas berat. Mendengar pembicaraan ibu dan anak itu sungguh membuat Ashyana tidak nyaman.

‘Ini aku beneran dijadiin simpenan?’ batin Ashyana. Tidak habis pikir dengan jalan hidupnya yang tiba - tiba jadi begini. Plot twist dunia yang membuatnya syok.

“Madam saya tau disini saya tidak berhak untuk menyuarakan isi hati saya, tapi kali ini saja bolehkah saya berpendapat?”

Ashyana sudah memikirkan matang - matang sebelum berbicara. Ini saja ia menatap wanita paruh baya di depannya dengan takut - takut. Tapi untuk terakhir kalinya ia ingin memperjuangkan hidupnya yang sudah bukan miliknya ini.

“Kamu sudah tau tapi kamu tetap bertanya?” Madam Soraya terlihat lebih judes dari kemarin. Mungkin wanita paruh baya itu kesal dengan perbuatan Ashyana yang mencoba untuk kabur.

“Mam, biarkan dia berbicara.” Ucap Kenan. Jika berpikir kenan mengatakannya dengan nada lembut, jawabannya salah. Laki - laki itu berbicara dengan nada datar.

“Hm, apa yang mau kamu bicarakan Nona Ashyana?” Tanya Madam Soraya yang kini menaruh seluruh atensinya pada gadis itu. Ashyana diserang panic attack jika begini keadaannya. Tidak ibu tidak anak sama - sama menyeramkan menurutnya.

“Jika saya dan tuan tidak menikah, bukannya anak itu sama saja anak diluar nikah meski didapatkan dengan cara bayi tabung sekalipun.” ucap Ashyana yang membuat Kenan berpikir tapi tidak dengan ibunya. Madam Soraya langsung menatap nyalang Ashyana dan tentu membuat gadis itu menciut seketika.

“Lancang ya kamu! Kamu itu disini dijual jadi semua keputusan terserah pada saya yang membeli kamu.” Ucap Madam Soraya yang membuat Ashyana tersenyum getir.

Hatinya tersentil mendengar ucapan Madam Soraya. Sampai saat ini sebenarnya Ashyana masih bertanya - tanya sebenarnya apa yang membuat ibunya tega berbuat demikian. Kira - kira berapa uang yang diterima ibunya itu? Dan untuk apa uang itu? Ashyana sampai tidak habis pikir.

“Mami!” Geram Kenan dengan tatapan peringatannya. Tapi ibunya itu terlihat tidak mau tau. “Benar apa yang dia katakan Mi.” Ucap Kenan yang membuat ibunya memutar bola matanya.

“Kalau kamu cuma mau beralasan lagi dan membatalkan rencana Mami, kamu ingat ancaman Mami semalam kan Ken?” Ancam Madam Soraya.

Kenan cuek - cuek saja. Ia kini malah mengedikkan bahunya tidak peduli. Laki - laki itu malah mengalihkan atensinya pada Ashyana.

“Memangnya apa yang Nona inginkan dengan berkata demikian?” Tanya Kenan dengan wajah datarnya.

Ashyana menatap Kenan lalu menatap Madam Soraya. Ingin mengatakannya tapi berat tapi paling tidak untuk harga dirinya. Dengan mata terpejam, Ashyana mengatakan keinginannya.

“Aku akan merelakan rahimku ditanam benihmu asalkan nikahi aku dulu.” Tekan Ashyana dengan menatap kedua mata Kenan.

“Lancang!” Bentak Madam Soraya yang membuat jantung Ashyana berdegup kencang. Tangan gadis itu saling meremas saking kaget dan takutnya mendengar bentakan itu.

“Baiklah kita akan menikah besok.” ucap Kenan dengan seringaian di sudut bibirnya.

“Kenan!” Madam Soraya menatap anak semata wayangnya itu dengan tatapan tajam.

“Mam, ini kan yang Mami mau. Bahkan Kenan mewujudkan dua permintaan Mami tadi menikah sekaligus memberikan Mami cucu.” Ucap Kenan dengan cepat.

“Tapi Ken-” Madam Soraya memijit pelipisnya. Pusing memikirkan anak lelakinya itu.

“Coba Mami pikir, apa Mami rela cucu Mami lahir diluar nikah? Enggakkan?” Ucap Kenan yang membuat Madam Soraya menggelengkan kepalanya lemah.

“Terserah kamulah Ken, yang penting ada penerus di keluarga ini.” Madam Soraya akhirnya angkat tangan. Wanita paruh baya itu meninggalkan ruang makan dan menyisakan Ashyana dan Kenan saja.

Setelah kepergian ibunya, Kenan ikut bangkit dari duduknya. Laki - laki itu menghampiri tempat duduk Ashyana dan berbicara dengan setengah berbisik.

“Aku sangat menantikan malam pertama kita.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status