Ashyana kini tau kenapa ibunya tega menjualnya pada Madam Soraya. Nyatanya uang memang segalanya di dunia ini. Tapi bukan berarti ia membenarkan perbuatan ibunya itu. Ia bahkan selalu mengutuk perbuatan ibunya itu.
Namun melihat sendiri bagaimana uang bekerja di rumah ini, benar - benar membuat Ashyana takjub. Ruang tamu megah di rumah ini kini sudah di dekor sedemikian rupa hanya untuk acara akad nikah Ashyana dan Kenan. Pikir gadis itu karena hanya formalitas saja, Ashyana kira hanya akan mengundang penghulu dan mengadakan akad saja. Tapi Ashyana salah, dirinya benar - benar merasakan menjadi pengantin bahkan ia juga mengenakan gaun cantik. Semuanya seperti sudah dipersiapkan jauh - jauh hari sehingga acara ini terlihat sempurna. Padahal, ini cuma disiapkan semalam saja. “Kenapa semewah ini?” Ucap Ashyana saat dirinya dituntun beberapa pelayan untuk menemui Kenan setelah akad selesai diucapkan laki - laki itu. Tidak ada adegan mengharu biru, tapi Ashyana cukup gugup menghadapi pernikahan ini. Bahkan saat fotografer memotret dirinya dan Kenan pun Ashyana merasa sangat canggung. Dadanya sangat berdentum apalagi lelaki yang kini menjadi suaminya itu tampak sangat tampan hari ini. “Bagaimana menurutmu Nona?” Bisik Kenan saat mereka berfoto. “Untuk apa mengadakan acara sampai semewah ini? Yang pentingkan kita mengesahkan hubungan saja.” Tanya Ashyana yang sangat ingin bertanya sedari tadi. “Tentu sangat penting Nona, bagaimana saat anak - anakku nanti menanyakan pernikahan orang tuanya? Harus kujawab apa nanti? Kalau begini kan aku tinggal menunjukkan foto ini.” Jawab Kenan. Ashyana hanya menganggukkan kepalanya saja. 'Tunggu anak - anak? berarti lebih dari satu?!' Ashyana langsung melotot. "Kok anak - anak? bukannya hanya satu anak saja yang harus saya kandung?!" tanya Ashyana yang kini melepaskan genggaman tangan Kenan. Sang fotografer sampai kaget karena Ashyana langsung memisahkan diri. "Siapa yang bilang seperti itu? Bukannya Mami bilangnya minimal tiga ya?" Kenan mengatakannya dengan polos. "Apa?!" Ashyana melotot kaget mendengar ucapan Kenan. "Ada apa ini? fotonya sudah selesai?" Ashyana yang tadinya masih melotot kini menciut seketika saat Madam Soraya datang. Gadis itu semakin memundurkan dirinya dan agak bersembunyi dibelakang Kenan. "Belum," jawab Kenan singkat. "Yasudah selesaikan cepat, ada yang mau bertemu Nona Ashyana." ucap Madam Soraya dan langsung pergi begitu saja. Ashyana memikirkan kira - kira siapa yang mau bertemu dengannya. Tapi dengan otaknya itu ia tidak punya bayangan sama sekali. Maka jalan satu - satunya ia harus menyelesaikan foto ini dengan cepat agar tau siapa orang yang ingin menemuinya. Ia yang tadinya agak risih saat Kenan melakukan skinship kini tidak lagi karena begitu penasaran akan orang itu. Maka setelah selesai, tanpa berganti pakaian terlebih dahulu Ashyana menemui orang yang dikatakan oleh Madam Soraya. Hatinya yang tadi penuh harapan musnah seketika saat menemukan bahwa ibunyalah yang kini ada di depannya. "Ashyana." Gadis yang dipanggil namanya itu memalingkan wajah. Gadis itu tidak ingin terbawa emosi dengan wanita paruh baya itu. "Ashyana," "Kenapa? Mama mau apain aku lagi?" Tanya Ashyana dengan wajah datar. Nada suaranya pun terasa dingin menusuk. "Mama terpaksa, ini buat biaya kuliah adik kamu keluar negeri." ucap sang Mama yang membuat Ashyana terkekeh. "Kenapa nggak bilang?" Tanya Ashyana dengan tidak terima. "Kalaupun Mama bilang apa kamu sanggup mencari uang banyak dalam waktu dekat? enggakkan. Apalagi semenjak papamu meninggal, perusahaan juga ikut bangkrut. Dimana kamu mau mencari uang yang tidak main - main itu?" Ucap sang Mama dengan menggebu. "Kan bisa kuliah disini saja, ngapain haru keluar negeri kalau nggak mampu?!" Ashyana yang terlampau jengkel pun sedikit meninggikan nada bicaranya. Tapi rupanya Mamanya itu memilih bungkam dan tidak menanngapai ucapan Ashyana. "Berapa?" Ashyana menatap sang Mama tepat di bola matanya. "Maksudnya?" "Aku dibeli berapa?" tanya Ashyana terlihat begitu menahan amarahnya. "Satu Miliar." jawab Ana, sang Mama. "Jadi hanya seharga satu miliar ya untuk membeli harga diri aku?" Ashyana menatap nyalang ibunya. "Jangan pernah temui aku lagi, cukup sampai disinikan hubungan kita? Aku pastikan Mama menyesal udah menjual aku disini." "Ashyana." panggilan Ana tidak membuat anak gadisnya menghentikan langkahnya. Bahkan Ashyana tidak menengok sama sekali. Ashyana terlampau kecewa dengan keputusan sepihak sang Mama. Memang kehidupannya berubah semenjak ia punya adik laki - laki. Mamanya itu terlampau sayang dan akan menuruti semua keinginan anak laki - lakinya yang kadang membuat Ashyana iri karena keinginannya menjadi tersampingkan. Namun yang tidak Ashyana duga, ibunya tega menjualnya hanya untuk biaya kuliah sang adik. Kini Ashyana duduk di sudut kamarnya dengan keadaan yang sudah berantakan. Make upnya sudah tidak berbentuk lagi karena gadis itu menangis. Gadis itu bahkan sampai tidak sadar bahwa ada orang lain di kamarnya itu. "Apa nangis seperti itu menyelesaikan masalah?" sebuah suara membiat Ashyana berjingkat karena kaget. Ashyana langsung melotot melihat Kenan yang duduk di sofa kamar itu. Menyebalkannya lagi Ashyana merasa diperolok oleh Kenan karena melohat wajah songong Kenan. "Memang tidak menyelesaikan masalah, tapi aku puas." jawab Ashyana ngasal. Puas apanya yang ada kini mata Ashyana sembab juga kepalanya sedikit pusing efek menangis kelamaan. "Kamu belum puas kalau hanya menangis begitu. Harusnya kamu tunjukkam bahwa kamu bisa hidup lebih baik lagi pada mereka yang melukaimu." ucapan Kenan dicerna dengan baik oleh Ashyana. Tapi gadis itu heran bagaimana Kenan tau bahwa ia sedang terluka? "Hidup lebih baik apanya? aku saja disini hanya jadi simpananmu." gumam Ashyana yang mampu Kenan dengar. "Apa kamu akan siap jika sewaktu - waktu jadi istri sahku?" Kenan ikut bergumam. "Apa tuan?" tanya Ashyana karena tidak mendengar ucapan Kenan barusan. "Lupakan, yang perlu kamu ingat walaupun kamu seolah - olah simpanan disini tapi Mami tidak main - main dalam menyiapkan fasilitas untukmu. Jadi pergunakan itu dengan baik, kamu bisa pamerkan itu semua pada mereka supaya mereka tidak menginjak - injakmu lagi." ucap Kenan tapi tidak masuk menurut Ashyana. "Buat apa? mereka juga tau aku simpanan. Aku hanya perlu berdamai dengan keadaanku kini dan mencoba untuk bisa melaluinya sendiri." Ashyana langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Gadis itu merasa tidak enak karena dengan sok akrabnya curhat dengan Kenan. "Kenapa?" tanya Kenan saat menyadari Ashyana yang tiba - tiba saja diam. "Hubungan kita tidak dekat untuk saling membicarakan kehidupan pribadi kita tuan." ucap Ashyana. "Mungkin setelah melewati malam pertama kita hubungan kita akan dekat Nona." Kenan dengan enteng berbicara demikian yang menbuat Ashyana melotot lagiAshyana terbangun pagi ini karena mendengar suara ribut - ribut tepat di depan kamarnya. Ia yang memang baru bangun dan kaget, refleks menuju sumber keributan itu. Tambah kaget lagi melihat orang yang sedang beradu argumen tepat di depan pintu. "Ayo kita pulang Na, pasti kamu dicari Ibu." Lucy, sang sahabat langsung menarik tangannya tapi gagal karena dihadang bosyguard Madam Soraya. Ashyana yang baru saja bangun tidur tentu linglung melihat orang - orang disekitarnya. "Dia sudah menjadi istri kakakmu sayang," ucap Madam Soraya dengan suara selembut sutra. Agaknya baru pertama kali ini Ashyana mendengarnya selama ia tinggal disini. "Bohong! kalau pun mereka menikah kenapa Lucy tidak diundang?! ini pasti akal - akalan Mami. Aku tau pasti Mami mau berbuat macam - macam pada Ashyana!" ucap Lucy, dengan wajah memerah. Baru kali ini Ashyana melihat sang sahabat begitu termakan amarahnya. Biasanya wanita cantik nan anggun itu hanya akan menjalankan trik liciknya ketika marah. "Luc
Setelah sepagian ini ia dibuat kaget dengan kedatangan sang sahabat, sekarang Ashyana dibuat tercengan dengan pernyataan kakak kandung sahabatnya itu. Tiba - tiba saja is diberitahu bahwa mereka akan melakukan perjalanan ke Italia malam ini juga. Bukan hanya Kenan, tapi juga dirinya. "Kenapa ke Italia?" tanya Ashyana dengan tampang cengonya. "Nanti juga tau." jawab Kenan datar yang membuat Ashyana menghembuskan nafas secara kasar. Sampai di mension pun tidak ada yang membuka percakapan kembali. Kenan yang enggan diganggu dan Ashyana yang sudah malas bertanya kembali membuat percakapan hanya sampai disitu saja. "Nanti jam 9 malam keberangkatan kita Nona, Anda jangan sampai lupa ya?" pesan Riko setelah sang tuan masuk ke mension. "Baik tuan." jawab Ashyana dengan senyum canggungnya. "Panggil saja Riko, saya hanya asisten Tuan Kenan jadi jangan panggil saya Tuan." ucap Riko dengan senyum ramahnya. Ashyana pun terkesan jadinya. Selama hampir seminggu di mension ini jujur h
"NANA!" Baru saja keluar dari mobil, pekikan serta terjangan Lucy membuat Ashyana kaget. Tubuhny sampai limbung dan hampir saja terjatuh jika tidak ada Kenan yang memegangi pundaknya. "Bisa hati - hati Cy?" sarkas Kenan yang membuat Lucy mengeluarkan cengirannya. "Maaf, habisnya aku kangen sama Nana. Ayo kita masuk!" ucap Lucy merasa bersalah. "Tapi, cie udah mulai di bucinin nih." ledek Lucy dengan begitu bersemangat menyeret lengan Ashyana untuk segera masuk ke rumah berlantai dua itu. Ashyana hanya memutar bola matany malas. Lucy tidak tahu saja apa yang sebenarnya terjadi. Jika tau mungkin dia sudah marah pada ibu dan kakaknya, mungkin juga padanya karena telah berbohong. Setelah di dalam rumah, Lucy mengajak Ashyana duduk di sofa ruang tamu. Ashyana sampai heran dengan sahabatnya itu yang tidak terlihat kecapekan sama sekali padahal baru saja melakukan perjalanan jauh. Bahkan gadis itu sudah berceloteh menceritakan perjuangannya agar bisa diizinkan ibunya alias Madam
Huekk Kenan sudah pasrah saat baju depannya sudah penuh dengan cairan kental yang berasal dari mulut Ashyana. Sementara di pelaku kini menatap Kenan dengan wajah polosnya. "RIKO! MUSNAHKAN SELURUH ALKOHOL DI RUMAH INI!!" teriakan kencang Kenan bersamaan dengan datangnya Riko juga limbungnya tubuh Ashyana. "Tuan, apa yang terjadi? kenapa dengan Nona Ashyana?" tanya Riko dengan kebingungan. "Tuli kamu?!" hardik Kenan yang membuat Riko menunduk patuh. "Aku tidak mau ada satu minumanpun di rumah ini besok pagi." ucap Kenan sebelum membawa tubuh Ashyana masuk kedalam kamarnya. Riko hanya mengangguk patuh dan segera melakukan perintah tuannya itu. Kacung sepertinya bisa apa memangnya selain menuruti perintah sang tuan. Sementara di kamar, Kenan langsung melepas kaos yang ia pakai. Ia bilas tubuhnya di kamar mandi guna menghilangkan rasa lengket akibat ulah Ashyana itu. Setelah selesai, ia menatap Ashyana yang tadi ia tinggalkan di sofa kamarnya dalam keadaan setengah sadar. De
Ashyana masih tenggelam dalm lautan mimpinya saat sebuah tangan besar mengusik tidur nyenyaknya. "Cy jangan menggangguku, aku beneran pusing ih." gumam Ashyana tanpa repot - repot membuka matanya. Ia balikkan tubuhnya dari posisi semula sehingga kini ia memunggungi si pengganggu tidurnya itu. "Langsung periksa saja Steve." Dan tidurnya itu menjadi semakin terusik saat lamat - lamat ia mendengar suara pria yang akhir - akhir ini begitu familiar ditelinganya. Tak lama setelah itu, dapat Ashyana rasakan benda yang ia yakini sebagai stetoskop itu menyentuh dadanya. Karena semakin mengganggu tidurnya, akhirnya Ashyana membuka mata dan langsung dihadapkan pada dua wajah tampan yang sama - sama memasang wajah seriusnya. "Nyonya Ashyana masih merasa pusing?" tanya dokter Steve yang diangguki oleh Ashyana. "Selain itu apa yang dirasakan?" "Udah itu aja Dok." Setelah itu dokter Steve tidak bertanya lagi dan sibuk memilah obat. Ashyana sendiri memilih untuk memejamkan matany
“Eungh.” Suara lenguhan seorang gadis membuat orang - orang yang sedang sibuk di ruangan itu menghentikan kegiatannya. Mereka mengamati gadis di atas ranjang king size yang perlahan - lahan membuka kelopak matanya itu. Dengan mata sayunya ia melihat sekitar dan tampak mengernyitkan dahinya.“Dimana aku?” Tanpa sadar gadis itu berucap dengan lirih dan mengundang seorang gadis muda mendekatinya. Dengan membawa kemoceng, ia duduk bersimpuh tepat di samping ranjang.“Nona sudah siuman? Apa Nona merasa pusing?” Walau dengan wajah bingung gadis yang baru saja terbangun itu menjawab pertanyaan gadis kemoceng dengan menggelengkan kepalanya ragu. “Kalau begitu apa Nona Ashyana ingin minum?” Gadis yang dipanggil Ashyana itu menganggukkan kepalanya dengan ragu lagi.Dengan segera gadis kemoceng itu mengambilkan segelas air putih di atas nakas dan membantu Ashyana untuk meminumnya. Sempat ragu untuk meminumnya, akhirnya Ashyana harus menyerah pada rasa kering di tenggorokannya. Sementara gadis de
Pria dengan kemeja yang digulung sampai siku itu tampak serius di balik meja kerjanya. Sekretaris pria itu dengan setia di sampingnya dan dengan sigap menjawab ketika ditanya oleh atasan nya itu. Bahkan sekretarisnya rela menahan punggungnya yang pegal dan harus selalu fokus karena atasannya itu terlihat begitu menyeramkan ketika sedang serius seperti ini. Keduanya larut dalam pekerjaan sampai dering ponsel sang sekretaris menghentikan kegiatan mereka.“Angkatlah.” titah sang tuan tanpa menengok sama sekali.“Baik tuan.” Laki - laki dengan jas rapi itu tanpa disuruh dua kali segera mengangkat teleponnya.“Emm tuan, Nyonya sepertinya bergerak kembali.” Dengan wajah ragunya sang sekretaris mengatakan informasi yang baru saja ia dapat dari si penelpon.“Apa?! Apa lagi sekarang?” tanya pria yang kini sudah mengalihkan atensi sepenuhnya.“Nyonya menyewa seorang gadis untuk mengandung anak Tuan Ken.” ucap sang sekretaris dengan suara lantang.Kenan, sang tuan pun segera bangkit dari kursiny
Riko bingung dengan bos nya pagi ini. Sejak menginjakkan kaki di kantor, tak henti - hentinya lelaki 28 tahun itu bertanya jam. Pria itu seperti tidak sabar menunggu sesuatu tapi Riko tentu tidak berani bertanya.“Rik batalkan semua jadwal setelah makan siang nanti, saya tidak akan kembali ke kantor lagi.” Ucap Kenan.“Emm alasannya apa ya Tuan?” “Saya bosnya disini, suka - suka saya lah.”Riko jadi menyesal bertanya seperti itu. Tapi laki - laki itu sudah biasa makan hati kalau berbicara dengan bosnya satu ini. Untung saja bosnya itu royal, jadi ia betah - betah saja bekerja dengan Kenan.“Sudah jam makan siang, saya pergi.” Kenan terlihat semangat sekali meninggalkan ruangannya. Riko sebagai sekretaris saja sampai heran sendiri karena Kenan adalah workholic yang tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya tanpa alasan. Jadi alasan apa yang membuat Kenan sampai berubah?“Mau apa kamu?” Kenan dan Riko sling tatap saat keduanya sama - sama akan membuka pintu mobil.“Mau mengantar Tuan.” J