“Setelah apa yang terjadi barusan, akan lebih baik kalau kau menikah saja dengan Benjamin. Walaupun kakak agak tidak rela karena kau akan menjadi istrinya orang, kakak akan mencoba untuk menerimanya.” ucap Helios, pria itu mewakili Tuan besar Beauvoir berbicara.
Helena terdiam, ada banyak sekali yang dia pikirkan saat ini. “Hecel, kau setuju dengan rencana ini, kan?” tanya Helios, berharap segera mendapatkan tanggapan dari Helena. Tertunduk sejenak, Helena pun pada akhirnya menjawab, “Kak, Benjamin memiliki wajah yang tampan, berpendidikan, memiliki latar belakang yang bagus, dia juga cukup baik. Lantas, bagaimana mungkin pria seperti itu justru menikahi wanita seperti ku?” Helios mengernyit, tidak memahami mengapa Helena harus mengatakan hal semacam itu. “Tidak ada yang kurang dariku, Nak. Jangan meremehkan diri sendiri, apa lagi merendahkan dirimu.1 Minggu setelah hari itu, Alexander memutuskan kembali ke negara asalnya karena ada rapat yang harus dia hadiri. Di kediaman Beauvoir, Helena juga menjalani harinya seperti biasanya. Tidak ada yang mengungkit hari dimana Helena diculik Alexander, semua orang tengah menjaga perasaan Helena. Begitu sampai di negaranya, Alexander pun langsung menjalankan aktivitas seolah tubuhnya tak kenal lelah. “Han, setelah pekerjaan ini selesai, pastikan dapatkan jadwal khusus untukku. Mulai dari sekarang, aku akan sering datang ke negara itu untuk mengunjungi Helena.” ucap Alexander, pria itu sambil melangkahkan kaki menuju ruang rapat. Mendengar itu, Han pun mengerutkan dahinya bingung. “Tapi, apa anda yakin, Tuan? Kalau anda kembali dengan luka seperti ini, Saya pun akan sulit menahan diri.” “Yang penting nyawaku masih ada. Jangan khawa
Helena terus menjerit panik, tangannya gemetar saat ia mencoba menopang tubuh Ayahnya yang tampak semakin lemah. “Ya ampun, kak. Kenapa dia seperti ini lagi? Dia terus memburuk keadaannya belakangan ini,” ucap wanita paruh baya yang nyatanya adalah adik tiri Tuan Beauvoir. Helena enggan menanggapi orang tersebut, fokus dengan Ayahnya saja. “Pelayan!!” panggil Helena dengan suara yang keras, seorang pelayan pun segera datang dengan terburu-buru. “Segera siapkan mobil! Kita harus bawa Ayahku ke rumah sakit!” teriaknya pada pelayan yang mana membuat pelayan lain langsung berlari keluar ruangan. Air mata Helena mengalir deras, tak kuasa menahan rasa takut yang menggelayuti hatinya. Dengan susah payah, ia membantu Tuan Beauvoir tetap duduk dengan benar di sofa, sambil tangan lainnya sibuk memencet nomor kedua Tuan muda Beauvoir yang belum juga pulang. Pelaya
Tuan Beauvoir kini berada di dalam ruangan rawat khusus, Hendrick menemani tanpa meninggalkan Ayahnya. Helios, pria itu tengah sibuk dengan beberapa hal utamanya kesehatan sang Ayah dan juga pekerjaan. Helena, wanita itu memilih untuk membagi fokusnya dengan Angel, kesehatan Tuan Beauvoir, dan kantor juga karena Hendrick tidak bisa ke sana langsung. Bukan tanpa alasan, mereka memiliki kekhawatiran mereka sendiri. “Hecel, ada banyak orang yang uang berstatus keluarga tapi Nyatanya adalah singa ganas yang siap menerkam kapanpun. Selain kita berempat, Tolong jangan percaya siapapun.” Itulah pesan yang diberikan Helios kepada Helena. “Baiklah. Aku sedikit mengerti situasinya, aku akan berhati-hati.” jawab Helena. Sejak hari itu, Helena mulai diam-diam mencari tahu bany
Hendrick dan Helios terlihat sangat kesal, namun memilih untuk menahan dalam diam. Mereka tidak ingin membuat Ayah mereka khawatir dan terganggu. Helena sudah memberitahukan tentang bunga tulip pemberian Dokter keluarga. “Pria itu, padahal dia benar-benar dipercaya oleh Ayah.” gumam Hendrick. Helios mengusap wajahnya dengan kasar. “Memancing ikan yang lebih besar, maka kita harus menggunakan ikan kecilnya, kan?” Helena menganggukkan kepalanya, Hendrick pun paham. “Pelayan rumah, aku yakin sebagian pasti patut dicurigai.” ucap Helena. Hendrick mengepalkan tangannya. “Ini pasti ada hubungannya dengan Bibi Jesicca, kan?” Helena terdiam, pikirannya mulai menerawang jauh. Setelah apa yang terjadi dengan Ayahnya kemar
Hendrick mendorong pintu rumah dokter dengan kekuatan penuh, Helena mengikuti di belakangnya dengan raut wajah yang pucat. Dokter keluarga sempat mengelak, enggan untuk keluar karena tahu apa yang akan terjadi. Namun, pada akhirnya pria itu pun tidak memilki pilihan lain. Keluar dengan lesu, Dokter keluarga kini berada di hadapan Helena dan Hendrick, berseberangan meja dengannya. “Dokter, Anda harus menjelaskan ini, pastikan tidak ada kebohongan!” seru Hendrick sambil menggebrak meja di depan dokter yang tampak terkejut. Dokter keluarga itu, dengan kemeja rumah yang kusut, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. “Tolong tenang, Tuan muda Hendrick. Saya benar-benar tidak dalam keadaan baik,” ucap dokter itu, suaranya bergetar. Namun, Hendrick tidak peduli, dia melemparkan amplop coklat besar ke meja. “Ini semua bukti bahwa Anda telah meracuni Aya
“Ayah, bukankah akan lebih baik untuk tidak memaksakan diri?” pinta Helena. Tuan Beauvoir menggenggam tangan Helena, menatapnya dengan hangat dan lembut. “Sayang, Dokter sudah mengatakan bahwa keadaan Ayah sudah membaik, kok. Meskipun untuk pulih sempurna membutuhkan waktu yang cukup panjang, Ayah bisa beraktivitas seperti sebelumnya.” Helena menghela napasnya, sudah tidak tahu lagi bagaimana akan melarang Ayahnya itu. Lusa pesta besar akan diadakan untuk anggota keluarga Beauvoir, pada peringatan tahunan. Sudah akan tiga kali Helena akan ikut serta, namun kali ini yakin benar akan berbeda karena adanya Jessica. Sebelumya, wanita itu memutuskan untuk tinggal di luar negeri. Tapi, entah mengapa memutuskan untuk kembali dan semua yang terjadi ini selalu berkaitan dengannya. Hendrick dan Helios yang ada di sana pun hanya bisa terdiam, namun sorot mata mereka menunjukkan betapa dalamnya pemiki
“Hecel, kami akan ke Ayah dulu, ya.” ucap Hendrick. Helena menganggukkan kepalanya, “Baik, Kak.” Hendrick dan Helios dengan sigap bergerak mendekati Ayanya, yang berada di sudut ruangan, menjaga dengan seksama agar tidak ada yang mengganggunya. Sementara itu, Helena dan Benjamin masih bersama di tempat semula, kini tengah bersiap untuk menikmati pesta dansa yang akan dimulai. Dengan senyum yang mengembang di wajahnya, Benjamin mengulurkan tangannya, mengajak Helena untuk berdansa. “Hei, cantik, ulurkan tanganmu dan kita harus berdansa!” Helena, dengan mata berbinar, hampir saja menyentuhkan tangannya pada tangan Benjamin ketika tiba-tiba Alexander muncul dan menyambar tangan Helena. Grep! Helena dan Benjamin terpaku, mata mereka terbuka lebar karena keterkejutan. Alexander, dengan tatapan tajam dan penuh keberanian
“Jangan harap, aku tidak akan pernah tersenyum di saat situasinya tidak mendukung!” tegas Helena. Alexander tersenyum tipis, “Baguslah... Tentu saja akan lebih bagus kalau kau tidak tersenyum, kumpulkan tenagamu dari sekarang karena aku juga memiliki simpanan tenaga yang sangat besar.” Mendengar itu, Helena pun semakin menunjukkan kekesalannya tanpa kata. Alexander jelas menikmati ekspresi itu, kejujuran Helena dalam perasaannya. Helena dan Alexander terus berputar di tengah lantai dansa, mengikuti irama orkestra yang memenuhi ruangan besar itu. Cahaya kristal menghiasi ruangan, memberi efek gemerlap pada wajah para tamu yang hadir. Namun, tatapan penuh tanya dari kerabat dan orang-orang yang mereka tak kenal seolah menjadi bayangan gelap yang mengintai. Helena, dalam gaun malamnya yang mewah, terlihat anggun namun matanya