Dengan hati-hati Helios membopong Helena, Hendrick berjaga di dekat mereka berdua seolah takut kalau nanti Helena jatuh.
Mereka berdua tersenyum bahagia, namun Helena masih dalam keadaan bingung. Tercengang, ternyata mereka datang dengan helikopter. Mengingat kembali saat mendengar suara berisik, Helena pikir itu adalah kendaraan yang lewat. Tidak ingin menanyakan apa-apa, dia akan mencoba tenang apapun yang terjadi sekarang. “Duduklah dengan nyaman, Heceline.” ucap Helios memperingatkan. Helena terpaku, ini kali pertama dia duduk di helikopter. “Ampun! Akhh!” pekik dua pria itu, kesakitan. Helena sempat lupa dengan dua penjahat yang sebelumnya, ternyata mereka sedang dipukuli oleh orang-orangnya Helios dan Hendrick. “Kami hanya mengikuti perintah.... Kami, Tuan Alexander, Akhhh ugh!”Helena dan anggota keluarga Beauvoir lainnya tengah berada di ruang keluarga. Mereka kompak berdiri sambil menatap foto keluarga lengkap mereka saat Helena masih bayi. Tuan besar Beauvoir itu menghela napas beratnya. “Setelah melihat wajah Ibu kandungmu, kau tidak akan meragukan lagi siapa dirimu kan, Heceline?” Hanya bisa terus memandangi foto Ibu kandungnya, rupa wanita itu benar-benar mirip sekali dengan Helena. Sebelumya, Helena juga sudah melihat foto saat ia bayi bersama dengan Ralin atau Freya yang bekerja sebagai pengasuh untuk Helena. Helios merangkul Helena. “Ibu kita meninggal 4 tahun yang lalu. Sejak keberadaan mu tidak dapat dilacak, Ibu selalu menangis dan menyebut namamu disepanjang waktu. Ayah dan Ibu kita sudah berusaha dengan keras, tapi Bibi Freya menyembunyikan mu dengan sangat hebat karena dia mengkhawatir
Dengan jantungnya yang berdegup kencang, tubuhnya gemetaran, Alexander membuka penutup pada mayat wanita itu. Dugdug! Alexander memegangi dadanya, teriris perih melihat kondisi mayat tersebut. Wajahnya rusak parah hingga tak dapat dikenali. “Tidak, dia bukan Helena!” ucap Alexander, tegas. Tubuh Alexander melemah, kehilangan energi dan kekuatan. Hampir saja dia terjatuh, namun keberadaan Han cukup membantunya. Menahan tubuh Alexander agar tak terjatuh, Han membantu pria itu untuk berdiri dengan benar. “Tuan, pakaian yang digunakan oleh mayat itu sama persis dengan pakaian Nona Helena. Dokter akan melakukan autopsi untuk lebih meyakinkan, sekaligus mengenali DNA-nya.” ucap Han. Alexander menggelengkan kepalanya, “Tidak, mana mungkin
Helena melangkah cepat, hampir berlari, segera setelah kaki kanannya menyentuh trotoar rumah. Helios, yang sejak tadi mendampingi dari samping mobil, mengikuti dengan langkah besar, tangannya siap menyokong jika adiknya itu terpeleset atau tersandung. “Heceline, jangan seperti ini, nanti kau jatuh!” peringat Helios. Tak diindahkan, Helena benar-benar ingin segera sampai ke kamar Ayahnya. Di depan pintu kamar, Hendrick tampak lesu, pucat, seperti terbawa angin. “Kalian sudah pulang?” ujar Hendrick, memaksa tersenyum tapi itu tak mampu membuat Helena merasa tenang. Tanpa berbicara, Helena menerobos masuk ke dalam kamar. Ayah mereka terbaring lemah namun sadar, matanya terbuka saat Helena memasuki ruangan. Dengan langkah gontai, Helena mendekati ranjang dan langsung memeluk Ayahnya dengan erat, isak tangisnya pecah
“Tidak, aku tidak mau memiliki hubungan apapun. Pria itu hanya mencintai tahta dan uang. Tidak akan ada cinta untuk pasangan, atau bahkan sesama manusia. Jika menyodorkan diri, aku hanya akan menjadi yang kedua setelah tahta dan uangnya.” ucap Helena, pilu. Tuan besar Beauvoir mengembuskan napasnya, membawa Helena kembali kedalam pelukannya. Mengusap punggung Helena dengan lembut. “Baguslah. Ayah dan kedua kakakmu bisa memastikan pria itu tidak akan bisa menemuimu.” Helena terdiam, hatinya ngilu mendengar itu. Anehnya, meski mulut mengucapkan kata-kata kebencian terhadap Alexander, hatinya seolah turut mengkhianati dengan sukarela. Bagaimana bisa di saat seperti sekarang dan apa yang sudah terjadi, nyatanya Helena masih terus bertanya di dalam hatinya, bagaimana keadaan pria itu sekarang. ‘Sadarlah Helena, hanya ada kesakitan yang disodorkan pria itu, jangan pernah mengharapkan apapun bahkan jika itu terj
Alexander menatap Sarah tajam, ucapan sebelumnya seolah tak cukup untuk menggambarkan kekesalannya terhadap wanita itu. “Apa kau tahu betapa memuakannya wanita-wanita sepertimu, Sarah?” Mendengar itu, Sarah pun mengepalkan tangannya, ada rasa kecewa dan marah yang luar biasa dirasakannya. Padahal, dia sendiri enggan sekali merendahkan dirinya sampai seperti itu. Namun, Sarah harus menjadi unggul dalam segala hal. Menjadi pewaris utama keluarga Wijaya, menjadi desainer ternama, dan menjadi istri dari pria yang menonjol dalam segala aspek. Sarah mengepalkan tangannya, berusaha untuk tetap menguasai dirinya dalam ketenangan. “Kak Alexander, bukankah cukup menguntungkan jika menjadikan aku istrimu?” Senyum penuh rasa muak tergambar je
“Odette Angeline Beauvoir, bagaimana dengan nama itu?” tanya Tuan besar Beauvoir, meminta pendapat tentang nama yang diberikan untuk cucu pertamanya. Helena tersenyum lemah, nama Odette adalah milik Ibunya, tentu tidak ada rasa keberatan sama sekali. “Baiklah, mari kita panggil dia Angel!” seru Helena. Helios dan Hendrick menganggukkan kepalanya, setuju. Akhirnya, nama Angel digunakan untuk memanggil bayi kecil yang sangat cantik itu. Selama dua hari berada di rumah sakit, Tuan Beauvoir tidak pernah meninggalkan Helena. Helios dan Hendrick akan bergantian datang untuk bantu menjaga Helena dan Angel. Dengan cara itulah mereka pun tidak perlu mengabaikan pekerjaan mereka. Pulang dari rumah sakit, Helena dibuat terkejut, penuh kebahagiaan. Kepulangannya disambut oleh para pelayan rumah. Kamar khusus untuk Angel sudah didesain serba merah muda, dan sangat cantik
Alexander terpaksa menahan amarahnya, seperti yang diinginkan Han. Setelah memikirkannya kembali, semua rencana yang sudah dia susun bersama dengan Han selama bertahun-tahun jelas akan menjadi hancur jika Alexander kehilangan kesabaran dan juga konsentrasinya. Mencari keberadaan Helena akan terus ia lakukan tidak peduli berapa lama waktu yang diperlukan. Namun, tetap mempertahankan posisi dan juga menguasai keluarga Smith adalah tujuan yang juga sangat penting untuk Alexander. Seperti Helena yang sedang berjuang dengan caranya sendiri, melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan demi kebahagiaannya dan orang-orang yang dia sayangi. 2 tahun pun berlalu, keluarga Beauvoir kini tengah berbahagia karena ulang tahun Angel tengah di gelar. Helena dengan hati yang meluap-luap memperhatikan setiap detail untuk perayaan ulang tahun keduan
Makan malam keluarga Beauvoir tidak seperti biasanya, ada sosok baru yang datang khusus untuk Helena. “Hecel, pria ini namanya Benjamin.” ucap Tuan besar Beauvoir sambil memegang lengan pria itu. “Dia adalah anak dari teman baik Ayah, meskipun kami tidak sedekat itu, Ayah yakin dia pria yang berkomitmen dan setia.” Helena berusaha untuk tersenyum, menganggukkan kepalanya. “Hai, aku Heceline, senang bertemu dengan mu, Tuan Benjamin.” Pria itu pun tersenyum, mereka berjabat tangan. Makan malam dimulai, beberapa kali Benjamin mencuri pandang kepada Helena. Pria itu tersenyum, merasa senang karena ternyata Helena jauh lebih cantik dibanding foto yang ditunjukkan padanya. Helios dan Hendrick menatap dingin, merasa terancam karena bisa saja pria itu akan merebut Helena dari mereka. Denting sendok dan garpu sudah tak lagi terdengar, makan malam te