Home / Romansa / Rahasia sang Pewaris / Bab 9. Kebenaran yang tersembunyi

Share

Bab 9. Kebenaran yang tersembunyi

last update Last Updated: 2024-12-04 08:09:06

Kehidupan Aria semakin tidak menentu setelah pertemuannya dengan Tante Nadya. Setiap langkah yang ia ambil kini terasa lebih berat, seolah-olah ia berada di tengah medan perang yang penuh dengan jebakan. Tapi, Aria sudah bertekad. Ia tak bisa mundur. Terlebih setelah menemukan jurnal ibunya yang mengungkapkan banyak hal yang tak pernah ia duga.

Namun, satu hal yang masih menghantuinya—Adrian. Meski ia sudah berjanji untuk membantu Aria mengungkap kebenaran, semakin lama, semakin banyak hal yang tak sesuai dengan yang Aria harapkan. Ada sesuatu dalam sikap Adrian yang mulai terasa berbeda. Ada yang disembunyikan darinya.

Malam itu, setelah makan malam bersama keluarga besar yang penuh ketegangan, Aria memutuskan untuk berbicara dengan Adrian. Ia tidak bisa lagi menahan rasa curiga yang terus menggerogoti hatinya. Adrian, yang dulu tampak begitu tulus membantunya, kini terasa seperti bayangan gelap yang mengintai.

Aria: (berbicara dengan suara tegas) "Adrian, ada sesuatu yang tidak beres. Kamu... Kamu mulai menjauh dariku. Aku merasa seperti aku sedang berada di ujung jurang, dan kamu hanya menonton tanpa melakukan apa-apa. Apa yang sebenarnya kamu inginkan?"

Adrian yang semula tampak tenang, kini sedikit terkejut mendengar pertanyaan Aria. Ia tahu ini saat yang tidak bisa lagi dihindari. Pandangannya berubah, tidak lagi sehangat dan tulus seperti biasanya. Ada sesuatu yang tersembunyi di matanya—sesuatu yang Aria belum mampu ungkapkan.

Adrian: (dengan nada rendah) "Aria, aku tidak ingin kamu merasa seperti itu. Tapi ada banyak hal yang lebih rumit daripada yang kamu bayangkan. Kamu harus memahami bahwa ini bukan hanya soal kita. Ada banyak orang yang terlibat, banyak kepentingan yang harus dipertimbangkan."

Aria mendekatkan dirinya, tatapannya penuh dengan kecurigaan. Ia sudah memutuskan untuk tidak lagi percaya pada perkataan manis Adrian.

Aria: (dengan nada sedikit menekan) "Apa maksudmu? Apa yang kamu sembunyikan, Adrian? Aku sudah cukup sabar. Aku sudah cukup mempercayaimu, tetapi sekarang aku merasa seperti aku sedang terjebak dalam permainan yang tidak aku mengerti."

Adrian terdiam. Ia mengalihkan pandangannya, seolah mencari kata-kata yang tepat. Namun, Aria sudah tahu. Sesuatu yang buruk sedang terjadi. Sesuatu yang melibatkan dirinya, dan bukan hanya sekadar pertarungan warisan.

Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa seperti berjam-jam, Adrian menghela napas panjang. Ia tahu tidak ada lagi jalan untuk mundur.

Adrian: (dengan suara pelan) "Aku... aku terlibat dalam rencana ini, Aria. Tapi bukan seperti yang kamu pikirkan."

Aria terkejut. Semua yang ada dalam pikirannya seolah runtuh dalam sekejap.

Aria: (dengan nada tertahan) "Rencana? Apa maksudmu, Adrian? Kamu bekerja sama dengan mereka?"

Adrian mengangguk perlahan, matanya tidak berani menatap langsung pada Aria.

Adrian: "Aku bukan hanya seorang pembantu. Aku juga bagian dari keluarga ini, Aria. Aku bekerja untuk mereka, dan aku punya misi yang harus aku selesaikan. Aku... aku harus melindungi warisan ini. Itu sudah tugas aku."

Aria merasa seolah dunia berputar begitu cepat. Hatinya hancur, terbelah oleh kenyataan yang tidak pernah ia bayangkan. Adrian, yang selama ini ia anggap teman dan pelindung, ternyata adalah bagian dari permainan yang sama sekali berbeda. Selama ini, ia hanya terjebak dalam ilusi bahwa Adrian benar-benar ada untuk membantunya.

Aria: (suara bergetar) "Kamu... kamu tidak pernah memberitahuku yang sebenarnya. Kamu tahu apa yang mereka lakukan padaku, dan kamu tetap diam. Kamu tahu semua ini, Adrian, dan tetap berpura-pura? Sejak kapan kamu mulai bekerja dengan mereka?"

Adrian: (dengan suara rendah dan penuh penyesalan) "Aku tidak ingin ini terjadi, Aria. Aku tidak ingin melukai kamu. Tetapi, saat itu aku tidak punya pilihan. Mereka memaksa aku untuk memilih. Aku harus menjaga posisiku dalam keluarga ini. Keluarga ini... Mereka akan menghancurkan semuanya jika aku tidak mengikuti aturan mereka."

Aria terdiam, berusaha mencerna semuanya. Ada banyak emosi yang bercampur—kecewa, marah, dan rasa pengkhianatan yang mendalam. Ia tidak tahu apa yang lebih menyakitkan: kenyataan bahwa Adrian adalah bagian dari keluarga itu, atau kenyataan bahwa ia telah digunakan sebagai alat dalam permainan mereka.

Aria: (dengan air mata yang mulai menetes) "Jadi, selama ini aku hanya dimanfaatkan? Semua bantuan yang kamu berikan... Semua kata-kata manis yang kamu ucapkan... Itu hanya bagian dari rencana?"

Adrian menundukkan kepala, tidak mampu menjawab. Aria merasa hatinya semakin hancur. Semua yang ia percayai selama ini ternyata adalah kebohongan besar. Dalam dunia ini, tidak ada yang bisa ia percayai. Bahkan orang yang paling ia cintai dan percayai pun bisa berkhianat.

Adrian: (dengan suara berat) "Aria, aku tahu aku telah mengecewakanmu. Aku akan membantumu keluar dari semua ini, jika itu yang kamu inginkan. Aku akan melakukan apa saja untuk menebus kesalahan ini. Tapi kamu harus tahu satu hal—aku tidak bisa melawan keluargaku. Tidak dalam hal ini. Aku hanya bisa membantu dari dalam."

Aria berdiri dengan cepat, mengambil langkah mundur. Ia merasa sesak di dadanya. "Keluargamu..." gumamnya, hampir tak terdengar.

Aria: (dengan suara tegas) "Aku tidak membutuhkan bantuan dari orang seperti kamu. Aku akan menyelesaikan ini sendiri."

Dengan satu langkah terakhir, Aria pergi meninggalkan Adrian, yang berdiri di sana dengan rasa bersalah yang menyelimuti hatinya. Ia tahu, kini Aria sudah mengetahui semuanya. Tidak ada lagi yang bisa ditutupi.

Aria tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dunia yang ia kenal sekarang begitu berbeda—penuh dengan rahasia, kebohongan, dan intrik yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan. Namun, satu hal yang pasti: ia tidak akan menyerah. Kini, lebih dari sebelumnya, Aria harus mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik keluarga ini, dan ia akan melakukannya tanpa bantuan siapa pun—termasuk Adrian.

Setelah semua pengkhianatan dan kebohongan yang terungkap, Aria mencoba menjauhkan dirinya dari Adrian. Namun, sesuatu di dalam dirinya terus memanggil, membuatnya tidak bisa sepenuhnya mengabaikan pria itu. Ada momen-momen kecil, tatapan tajam Adrian yang tampak tulus, atau caranya berbicara dengan nada yang mengandung penyesalan mendalam. Aria membenci dirinya sendiri karena merasa sedikit simpati—atau mungkin sesuatu yang lebih dalam.

Suatu malam, ketika bulan menggantung penuh di langit, Aria duduk di taman kecil di halaman belakang mansion keluarga itu. Ia mencoba menenangkan pikirannya yang kalut dengan membaca ulang jurnal ibunya. Setiap kata dalam jurnal itu seperti memanggilnya untuk menemukan kebenaran lebih jauh, tetapi pikirannya terus kembali ke satu orang: Adrian.

Langkah kaki yang perlahan terdengar dari arah belakang membuat Aria mendongak. Adrian berdiri di sana, membawa secangkir teh hangat.

Adrian: (dengan suara lembut) "Kamu belum tidur. Aku pikir mungkin kamu butuh ini."

Aria menatapnya dengan tatapan curiga, tetapi tidak bisa mengabaikan secangkir teh yang tampak menenangkan di tangannya. Ia mengulurkan tangan dan menerimanya tanpa berkata apa-apa. Adrian duduk di bangku sebelahnya, menjaga jarak tetapi cukup dekat untuk merasakan kehadirannya.

Adrian: (pelan) "Aku tahu sulit bagimu untuk percaya padaku sekarang. Aku tidak menyalahkanmu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar ingin membantu."

Aria mendesah, menatap cairan dalam cangkir itu seolah mencari jawaban di sana.

Aria: (sinis) "Membantu? Sejauh ini, setiap bantuan yang kamu tawarkan hanya membawaku pada lebih banyak masalah. Kenapa aku harus percaya kali ini?"

Adrian terdiam sejenak. Tatapannya tertuju pada bulan, seolah-olah sedang mencari keberanian untuk berbicara.

Adrian: "Karena aku tidak ingin kehilanganmu, Aria. Aku tahu aku sudah membuat kesalahan besar, tapi aku... aku peduli padamu. Lebih dari yang bisa aku akui."

Aria merasakan dadanya berdesir. Kata-kata itu, meskipun terdengar tulus, sulit untuk ia percayai. Tapi matanya menangkap ekspresi Adrian yang penuh dengan rasa sakit dan kejujuran.

Aria: (tersenyum kecil, tapi getir) "Peduli padaku? Itu terdengar seperti kebohongan lain, Adrian. Kamu bagian dari keluarga ini. Bagaimana aku bisa yakin bahwa kamu tidak hanya memainkan peran untuk menjatuhkanku?"

Adrian menggeleng, memutar tubuhnya untuk menatap langsung ke mata Aria. Ada intensitas di sana yang membuatnya sulit berpaling.

Adrian: "Aku mungkin bagian dari keluarga ini, tapi aku tidak seperti mereka. Aku tidak peduli dengan warisan atau kekuasaan. Aku peduli dengan kamu, Aria. Sejak pertama kali aku melihatmu di hotel, aku tahu kamu berbeda. Kamu punya sesuatu yang tidak dimiliki orang lain di keluarga ini—integritas, keberanian, hati yang tulus. Itu sesuatu yang aku... kagumi."

Aria merasa panas di wajahnya. Ia ingin menolak ucapan Adrian, tetapi suara di dalam hatinya mengatakan bahwa mungkin, hanya mungkin, Adrian berkata jujur.

Aria: (berbisik) "Aku ingin percaya padamu, Adrian. Tapi semuanya begitu rumit. Setiap kali aku berpikir semuanya mulai jelas, ada saja rahasia baru yang muncul."

Adrian menundukkan kepalanya, terlihat menyesal.

Adrian: "Aku tahu aku tidak pantas untuk dimaafkan. Tapi aku akan membuktikan pada kamu bahwa aku ada di pihakmu. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungi kamu, Aria."

Kata-kata itu membuat Aria terdiam. Ia tidak tahu harus merasa apa. Sebagian dari dirinya ingin mempercayai Adrian, tapi bagian lain berteriak untuk tetap waspada. Hubungan mereka terlalu penuh dengan luka dan kebohongan untuk dianggap sederhana.

Malam itu, percakapan mereka berakhir dengan keheningan. Adrian meninggalkan Aria dengan pikirannya yang semakin rumit. Namun, untuk pertama kalinya, Aria mulai membuka sedikit celah di hatinya—celah yang memungkinkan rasa percaya, atau mungkin cinta, untuk masuk.

Keesokan harinya, situasi kembali menjadi tegang. Salah satu anggota keluarga, Tante Nadya, dengan sengaja mengabaikan Aria di meja makan. Suasananya penuh dengan ketegangan, tetapi Adrian, yang biasanya tenang, justru mulai berbicara dengan nada lebih tegas.

Tante Nadya: (sinis) "Saya rasa anak seperti kamu tidak pantas duduk di meja ini. Kita semua tahu kenapa kamu di sini. Jangan terlalu berharap bisa menjadi bagian dari keluarga ini sepenuhnya."

Aria menundukkan pandangan, mencoba menahan emosinya. Tapi sebelum ia sempat membalas, Adrian angkat bicara.

Adrian: (tegas) "Cukup, Tante. Kita semua tahu bahwa Aria adalah bagian dari keluarga ini, apakah kita suka atau tidak. Jika ada yang tidak bisa menerima itu, mungkin mereka yang harus pergi dari meja ini."

Semua orang terdiam, termasuk Tante Nadya. Aria menatap Adrian dengan campuran rasa terkejut dan bingung. Ia tidak menyangka Adrian akan membelanya dengan begitu terang-terangan.

Setelah makan malam, Aria mendekati Adrian di lorong.

Aria: (berbisik) "Kenapa kamu membelaku tadi? Itu hanya akan membuat semuanya lebih sulit untukmu."

Adrian tersenyum kecil, matanya menatap Aria dengan lembut.

Adrian: "Karena aku tahu apa yang benar, Aria. Dan aku tahu kamu pantas mendapatkan lebih dari perlakuan mereka."

Kali ini, Aria tidak bisa menahan senyumnya. Meskipun masih banyak hal yang tidak ia percayai, untuk sesaat, ia merasa bahwa Adrian mungkin adalah satu-satunya orang di keluarga ini yang benar-benar ada untuknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 10. Perebutan Warisan dan Pengkhianatan

    Malam itu, ruang rapat keluarga yang megah diubah menjadi medan perang kata-kata. Semua anggota keluarga Ardian berkumpul, masing-masing dengan agenda tersembunyi di balik senyum palsu dan penampilan sopan mereka. Pembicaraan yang awalnya tampak formal tentang masa depan perusahaan dengan cepat berubah menjadi argumen penuh intrik dan saling tuduh.Aria duduk di ujung meja, matanya menyapu wajah-wajah yang tampak berapi-api. Ia tahu bahwa kehadirannya sebagai pewaris sah yang baru ditemukan menjadi ancaman besar bagi banyak orang di ruangan itu.Paman Edwin: (berdiri dengan nada keras) "Kita harus realistis! Perusahaan ini butuh pemimpin yang berpengalaman, bukan seorang gadis muda yang tidak tahu apa-apa tentang bisnis!"Tante Nadya: (mengangguk setuju) "Aku setuju! Bagaimana mungkin kita menyerahkan warisan keluarga pada seseorang yang bahkan baru saja masuk ke dalam keluarga ini? Dia tidak tahu apa yang dia lakukan!"Aria menggenggam lengan kur

    Last Updated : 2024-12-05
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 11. Langkah Berbahaya

    Beberapa hari kemudian, sebuah pertemuan besar keluarga diadakan untuk membahas masa depan perusahaan. Aria tahu, ini adalah saat di mana setiap pihak akan menunjukkan taring mereka. Ia juga tahu bahwa Paman Edwin tidak akan berhenti mencoba menjatuhkannya. Di ruang rapat, suasana tegang terasa seperti udara panas yang sulit dihirup. Aria duduk di tengah, dikelilingi oleh anggota keluarga yang memandangnya seperti musuh. Tante Nadya: "Aku dengar ada kabar bahwa salah satu proyek perusahaan mengalami kerugian besar. Apakah itu karena kurangnya pengalamanmu, Aria?" Aria mengepalkan tangan di bawah meja, berusaha keras untuk tetap tenang. Aria: "Kerugian itu disebabkan oleh kontrak lama yang ditandatangani sebelum aku masuk ke perusahaan. Aku sedang berusaha menanganinya." Paman Edwin: (menyela) "Ah, alasan klasik. Selalu menyalahkan keputusan masa lalu. Mungkin kamu tidak cocok untuk posisi ini."

    Last Updated : 2024-12-24
  • Rahasia sang Pewaris    Bab.13 Jejak Luka dan Kebangkitan

    Malam telah larut ketika Aria duduk di balkon kamarnya, memandangi langit penuh bintang. Angin malam yang sejuk tidak mampu menghalau perasaan berat yang menyesakkan dadanya. Konflik di keluarganya semakin memanas, dan kini setiap langkahnya dipenuhi bahaya. Namun, ada sesuatu yang membuatnya bertahan—keinginan untuk membela nama ibunya dan menemukan keadilan di tengah intrik ini. Ketika ia tenggelam dalam pikirannya, Adrian datang menghampiri. Wajahnya tegang, matanya penuh kekhawatiran. Adrian: "Aria, aku baru saja mendapat kabar bahwa Edwin akan mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa anggota dewan besok malam. Mereka mungkin akan mengambil langkah untuk menyingkirkanmu secara permanen." Aria menatap Adrian dengan penuh pertanyaan. Aria: "Permanen? Apa maksudmu?" Adrian: (menghela napas) "Bukan hanya posisimu di keluarga ini yang mereka incar, tapi juga keselamatanmu. Aku mendengar bahwa Edwin tidak akan berhenti sampai kamu benar-benar hilang dari kehidupannya." Wajah A

    Last Updated : 2024-12-24
  • Rahasia sang Pewaris    Bab.12 Rencana Balasan

    Malam semakin larut, tetapi Aria tidak bisa memejamkan mata. Ruang kerjanya yang kecil di mansion keluarga itu dipenuhi dengan dokumen dan catatan. Setelah serangan yang hampir merenggut nyawanya, ia menyadari bahwa pertarungan ini tidak hanya tentang perebutan warisan ini adalah perang untuk membuktikan dirinya. Dengan jurnal ibunya yang terbuka di meja, ia mulai menyusun rencana untuk melawan musuh-musuhnya. Adrian duduk di sofa di sudut ruangan, mengamati Aria yang sibuk. Setelah sekian lama, ia akhirnya berbicara. Adrian: "Kamu tidak bisa melawan Edwin sendirian, Aria. Dia licik, dan dia punya koneksi yang jauh lebih kuat dari yang kamu bayangkan." Aria mengangkat pandangan dari dokumen-dokumennya dan menatap Adrian dengan tajam. Aria: "Aku tahu itu. Tapi aku tidak akan mundur. Jika aku menyerah sekarang, maka aku membiarkan ibuku mati sia-sia. Semua perjuangan ini akan percuma." Adrian: (menghela napas) "Aku tidak mengatakan kamu harus mundur. Tapi

    Last Updated : 2024-12-25
  • Rahasia sang Pewaris    Bab.14 Kebenaran yang membakar

    Sementara itu, hubungan Aria dengan Adrian semakin rumit. Adrian terus mendampinginya, memberikan dukungan dalam urusan perusahaan. Namun, hati kecil Aria terus mempertanyakan kejujuran Adrian, terutama setelah ia mengetahui hubungan Adrian dengan salah satu anggota keluarga.Suatu malam, Aria memutuskan untuk menghadapinya.Aria: "Adrian, aku butuh jawaban jujur darimu. Apa sebenarnya yang kau lakukan di sini? Apa benar kau bekerja untuk keluargaku, atau ada sesuatu yang lain?"Adrian menatap Aria dengan raut wajah campuran antara rasa bersalah dan tekad.Adrian: "Aria, aku tidak akan membohongimu. Awalnya, aku memang dikirim oleh salah satu anggota keluargamu untuk mengawasi langkahmu. Tapi semakin aku mengenalmu, aku tahu bahwa kau berbeda. Aku memilih berada di sisimu karena aku ingin melindungimu."Aria merasa marah sekaligus bingung.Aria: "Bagaimana aku tahu bahwa ini bukan bagian dari rencanamu? Adrian, aku tidak bisa ter

    Last Updated : 2024-12-26
  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 15 Langkah Menuju Balas Dendam

    Ruang rapat dipenuhi oleh suasana tegang yang hampir terasa di udara. Semua anggota keluarga, direktur perusahaan, dan beberapa penasihat kepercayaan telah hadir, duduk di sekitar meja besar dengan tatapan penuh kecurigaan dan ambisi. Aria berdiri di ujung meja, wajahnya tenang, tetapi mata tajamnya menunjukkan bahwa ia telah siap untuk konfrontasi besar ini.Aria: "Terima kasih atas kehadiran kalian di sini. Saya memanggil kalian semua karena ada sesuatu yang harus diselesaikan sekali untuk selamanya."Tatapan Aria menyapu ruangan. Beberapa anggota keluarga, termasuk paman Edwin, duduk dengan ekspresi sinis. Adrian, yang berdiri di belakang Aria, terlihat tenang, tetapi matanya menunjukkan kewaspadaan.Aria: "Selama ini, saya diam menghadapi semua serangan yang ditujukan pada saya baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, saya tidak akan lagi membiarkan siapa pun bermain-main dengan saya, perusahaan ini, atau warisan keluarga saya."Ia m

    Last Updated : 2024-12-27
  • Rahasia sang Pewaris    Bab 16 . Langkah Awal Balas Dendam

    Keesokan harinya, Aria mengadakan pertemuan rahasia dengan Leonard dan beberapa sekutu tepercayanya.Aria: "Kita sudah terlalu lama bertahan. Sekarang waktunya untuk menyerang."Leonard mengangguk, menyodorkan laporan hasil penyelidikannya.Leonard: "Kami menemukan sesuatu yang menarik, Nona. Beberapa aset perusahaan telah dialihkan ke rekening luar negeri. Dan nama yang muncul dalam transaksi itu adalah Adrian."Darah Aria mendidih.Aria: "Jadi, Olivia benar. Dia bermain di dua sisi."Leonard melanjutkan dengan hati-hati.Leonard: "Tapi ada kemungkinan dia dipaksa untuk melakukannya. Adrian punya jejak yang menunjukkan bahwa dia mungkin terjebak dalam permainan Edwin sejak awal."Aria terdiam sejenak.Aria: "Aku tidak peduli apa alasannya. Jika dia terlibat, dia akan merasakan akibatnya."Konfrontasi AdrianMalam itu, Aria memutuskan untuk menghadapi Adrian. Ia memanggilnya ke ruang keluar

    Last Updated : 2024-12-28
  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 17 Babak Baru

    Aria memandang Edwin dengan tatapan dingin, meskipun jantungnya berdegup kencang. Ia tahu, inilah titik balik yang akan menentukan nasibnya. Dengan dokumen di tangannya, ia takkan mundur.Edwin: "Kau pikir kau bisa melawan keluarga ini, Aria? Kau hanya anak yang tersesat, bukan siapa-siapa."Adrian berdiri di sisi Aria, sorot matanya tajam.Adrian: "Jangan remehkan dia, Edwin. Dia lebih kuat daripada yang kau pikirkan."Aria menatap Adrian sekilas, mencoba mencari kejujuran di matanya. Tetapi rasa curiga masih menghantui pikirannya, terutama setelah semua yang terjadi.Aria: "Kebenaran selalu menemukan jalannya, Edwin. Kau boleh mencoba menghentikanku, tapi aku tidak akan menyerah."Edwin menyeringai dingin.Edwin: "Kalau begitu, kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan."Pelarian DramatisSaat Edwin memberi isyarat pada para penjaga untuk menangkap mereka, Adrian bergerak cepat. Ia mendorong salah satu pe

    Last Updated : 2024-12-28

Latest chapter

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.53 Langkah setelah peperangan

    Matahari merangkak naik di cakrawala, menyinari medan perang yang kini dipenuhi dengan sisa-sisa pertempuran yang sengit. Asap masih mengepul dari reruntuhan, dan aroma besi bercampur darah memenuhi udara. Aria berdiri di atas bukit, mengawasi pasukannya yang tersisa. Kemenangan telah mereka raih, tetapi tidak tanpa pengorbanan. Ia melangkah perlahan melewati medan pertempuran yang penuh dengan para prajurit yang terluka dan gugur. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena beban di hatinya. Ia telah memimpin pasukannya menuju kemenangan, namun harga yang harus dibayar sangat tinggi. Jenderal Adira mendekat, wajahnya penuh debu dan luka, tetapi matanya masih menyala dengan semangat. "Kita menang, Aria. Musuh telah mundur sepenuhnya. Kerajaan kita selamat." Aria mengangguk, tetapi hatinya tidak sepenuhnya lega. Ia tahu bahwa perang ini bukanlah akhir, melainkan awal dari per

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.52 Malam sebelum perang

    Aria berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding, matanya menyusuri jalur-jalur yang terhubung dengan kekuatan-kekuatan musuh yang kini mengancam kerajaan mereka. Tangannya sesekali meluncur di atas peta, menandai titik-titik strategis yang harus diamankan. Namun, dalam hatinya, perang ini jauh lebih besar dari sekadar taktik dan strategi. Ini adalah ujian bagi semua yang ia perjuangkan, sebuah pertempuran antara harapan dan keputusasaan."Kepercayaan kita akan diuji," katanya dengan suara berat, menatap wajah-wajah yang hadir di ruangan itu. "Bukan hanya pasukan kita yang akan bergerak, tetapi setiap langkah yang kita ambil akan menentukan nasib kita semua."Di sekeliling meja, para jenderal dan penasihatnya mendengarkan dengan seksama. Mereka tahu betul bahwa Aria tidak hanya berbicara tentang kemenangan. Aria berbicara tentang mempertahankan segala yang telah dibangun, mempertahankan yang benar, dan mempertahankan cahaya di tengah kegelapan yang datan

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.51 Persiapan peperangan

    Aria berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding, matanya menyusuri jalur-jalur yang terhubung dengan kekuatan-kekuatan musuh yang kini mengancam kerajaan mereka. Tangannya sesekali meluncur di atas peta, menandai titik-titik strategis yang harus diamankan. Namun, dalam hatinya, perang ini jauh lebih besar dari sekadar taktik dan strategi. Ini adalah ujian bagi semua yang ia perjuangkan, sebuah pertempuran antara harapan dan keputusasaan."Kepercayaan kita akan diuji," katanya dengan suara berat, menatap wajah-wajah yang hadir di ruangan itu. "Bukan hanya pasukan kita yang akan bergerak, tetapi setiap langkah yang kita ambil akan menentukan nasib kita semua."Di sekeliling meja, para jenderal dan penasihatnya mendengarkan dengan seksama. Mereka tahu betul bahwa Aria tidak hanya berbicara tentang kemenangan. Aria berbicara tentang mempertahankan segala yang telah dibangun, mempertahankan yang benar, dan mempertahankan cahaya di tengah kegelapan yang datan

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.50 Bayangan terakhir

    Aria berdiri di tengah ruangan yang remang-remang, menatap peta besar yang terbentang di mejanya. Setiap garis dan tanda merah menandakan pertempuran yang telah ia lewati dan strategi yang harus ia jalankan selanjutnya. Kemenangan atas Ezekiel adalah langkah besar, tapi ia tahu perang belum berakhir.Di luar, hujan turun deras, seolah mencerminkan gejolak dalam hatinya. Telepon di mejanya bergetar, menampilkan nama yang tak asing Lina."Aria, kita punya masalah baru. Ada seseorang yang menggerakkan sisa pasukan Ezekiel di balik layar. Aku baru saja mendapat laporan bahwa kelompok bayangan ini lebih berbahaya dari yang kita duga."Aria mengepalkan tangan. "Siapa mereka?""Kami belum tahu. Tapi mereka disebut 'Ordo Kegelapan'. Mereka bukan hanya sekadar organisasi kriminal biasa. Mereka punya akses ke sistem pemerintahan, hukum, dan bahkan dunia bisnis. Jika kita tidak hati-hati, kemenangan kita bisa berubah menjadi awal dari perang yang lebih besar

  • Rahasia sang Pewaris    Bab. 49 Bayangan masa depan

    💥 DUNIA PASCA-PERANG 💥Setelah kehancuran Aquila, dunia perlahan kembali stabil. Tapi harga yang harus dibayar sangat besar. Kota-kota hancur, pemerintahan kacau, dan banyak orang kehilangan harapan.Aria, Cassian, Nathan, dan Liora kini menjadi simbol kebangkitan, tetapi mereka tahu… musuh baru bisa muncul kapan saja.Suatu malam, Aria duduk di balkon markas mereka yang baru. Angin malam bertiup lembut, membawa aroma hujan yang masih tersisa. Cassian berjalan mendekat, membawa dua cangkir kopi.☕ “Sulit tidur?” tanyanya, menyerahkan secangkir pada Aria.Aria tersenyum tipis. “Kau juga.”Cassian duduk di sampingnya, menatap langit berbintang. “Kita berhasil… tapi rasanya masih belum selesai.”Aria mengangguk. “Aku juga merasa begitu. Seperti… ada sesuatu yang belum beres.”💡 ROMANTIS, TAPI PENUH TEKANAN 💡Cassian menoleh, mata birunya tajam namun lembut.“Kalau semuanya sudah benar-benar se

  • Rahasia sang Pewaris    48. Bayangan yang Kembali

    Meskipun Stasiun Omega telah hancur dan Ezekiel dikira tewas dalam ledakan itu, dunia masih jauh dari damai. Aria tahu, perang tidak pernah benar-benar berakhir selalu ada seseorang di balik layar, menunggu saat yang tepat untuk mengambil kendali.Suatu malam, saat Aria sedang berada di tempat persembunyian rahasia mereka, sebuah pesan misterius muncul di perangkat komunikasinya."Kau pikir ini sudah selesai? Aku selalu selangkah di depanmu, Aria. Kita akan bertemu lagi. E."Napas Aria tercekat. Tangannya mengepal.Ezekiel masih hidup.Ancaman BaruCassian segera menghubungkan semua sistem keamanan mereka untuk melacak sumber pesan itu. “Ini dikirim dari lokasi terenkripsi. Dia sengaja meninggalkan jejak.”Nathan bersandar di dinding, wajahnya penuh kekhawatiran. “Kalau dia masih hidup, berarti dia punya rencana cadangan.”Aria menatap layar dengan rahang mengeras. “Dia ingin kita tahu. Ini bukan hanya tentang balas

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.47 Jejak dikota Tua

    Malam menyelimuti kota tua Venosa saat Aria, Liora, dan Nathan menyusuri jalanan sempit yang diterangi lampu jalan yang temaram. Koordinat yang mereka terima membawa mereka ke sebuah gedung tua di pinggiran kota, tampak usang namun masih berdiri kokoh di antara bangunan yang runtuh dimakan waktu.Liora menatap layar peta digitalnya. "Ini tempatnya," gumamnya.Nathan mengawasi sekitar dengan gelisah. “Aku tidak suka ini. Terlalu sepi.”Aria mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka tetap waspada. Perlahan, mereka memasuki bangunan itu, menelusuri lorong panjang yang berdebu. Udara di dalam terasa lembap, bercampur dengan aroma logam tua dan kertas yang membusuk.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari ujung lorong. Mereka segera berlindung di balik pilar beton, senjata mereka siap di tangan. Bayangan seseorang muncul dari kegelapan, siluetnya ramping namun bergerak dengan percaya diri.“Tenang. Aku bukan musuh.”Suara it

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.46 Bayangan Dibalik kemenangan

    Misi LautanPagi berikutnya, tim berkumpul di sebuah dermaga kecil. Sebuah kapal selam kecil yang telah mereka modifikasi menunggu mereka di sana. Liora, dengan keahlian navigasinya, sedang memeriksa peralatan terakhir sebelum mereka berangkat.“Kapal ini tidak dirancang untuk misi tempur,” kata Liora sambil mengerutkan alis. “Jika kita ketahuan, kita akan menjadi ikan kecil di tengah hiu.”Aria meletakkan tangannya di bahu Liora. “Kita sudah menghadapi hal-hal yang lebih buruk, Liora. Kita akan melewati ini bersama.”Tim menaiki kapal, dan mereka mulai perjalanan ke lokasi yang tertera di koordinat. Suasana di dalam kapal terasa tegang, tetapi mereka tahu bahwa waktu tidak berpihak kepada mereka.Rahasia di Tengah SamudraSetelah berjam-jam menyelam, mereka akhirnya menemukan lokasi yang dimaksud. Sebuah stasiun bawah laut besar berdiri megah di dasar samudra, dikelilingi oleh penjaga otomatis dan drone bawah air.“Ini

  • Rahasia sang Pewaris    Bab.45 Perjalanan menuju venosa

    Pesan dari Masa LaluMalam itu, Aria menerima pesan terenkripsi yang hanya bisa dibuka dengan perangkat miliknya. Saat dia membukanya, layar menunjukkan wajah seseorang yang pernah dia kenal. Ezekiel, mantan mentornya.“Aria,” katanya dengan nada dingin. “Kamu pasti sudah mendengar tentang Aquila Umbra. Kamu tahu apa yang mereka inginkan. Keadilanmu hanya ilusi. Dunia tidak butuh keadilan, tapi kekuatan untuk bertahan hidup.”Aria mengepalkan tangan. “Jadi, ini semua ulahmu?”“Bukan sepenuhnya. Aku hanya menunjukkan bahwa sistem yang kamu percayai itu rapuh. Jika kamu ingin tahu kebenarannya, temui aku di Venosa. Tempat di mana semuanya dimulai.”Pesan itu berakhir. Aria terdiam, pikirannya berputar. Venosa adalah tempat dia memulai pelatihannya bersama Ezekiel, tempat dia pertama kali belajar apa arti keadilan. Tapi sekarang, tempat itu mungkin menjadi medan perang baru.Keputusan BeratKeesokan paginya, Aria berdiri di ruang rap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status