Prolog
Wanita muda berusia dua puluh empat tahun, tinggi sekitar seratus enam puluh delapan sentimeter, berkulit kuning langsat dengan rambut bergelombang yang di gelung tinggi di atas kepala, memperlihatkan leher jenjangnya, dan sebuah tato kupu-kupu kecil di bagian tengkuk. Terlihat indah dan menarik bagi setiap orang yang memandang. Kaos berbahan straight tanpa lengan melekat sempurna di tubuh elok miliknya. Setelan celana hotpants yang memperlihatkan kaki mulus rampingnya, serta bentuk tubuh secara proporsional milik wanita muda bernama Angelina Wijaya.Saat dirinya keluar dari sebuah mobil berwarna merah maroon yang terparkir di depan toko bakery yang disinggahi, beberapa pasang mata memandang ke arahnya. Tampak jelas di dalam mobil, seorang lelaki memakai topi dengan kaca mata hitam, menunggu di tempat parkir itu, dalam kondisi mesin mobil masih tetap menyala.Beberapa saat kemudian, Angel, panggilan akrab dari Angelina Wijaya. Keluar dari toko bakery, ia berjalan menuju mobil yang masih menyala. Setelah membuka pintu mobil, ia masuk ke dalam mobil. Kendaraan pun melaju ke jalanan yang terlihat padat.Di dalam mobil, tampak Angel menyuapi lelaki yang sedang menyetir itu, sepotong roti sobek keju. Angel juga terlihat mengambil tissue untuk membersihkan sudut bibir lelaki itu dari remahan roti yang masih tersisa.“Hmmmm.. slow Angel, bibirku tidak bisa memuat semua potongan dari roti itu... Kecuali, potongan dirimu.”Mendengar ocehan lelaki itu, Angel tersenyum penuh arti, lalu memandang lelaki itu lewat tatapan tajam dari kedua bola matanya yang indah.“Dasar perayu....”Lelaki yang disebut perayu oleh Angel, tertawa menggoda dengan pandangan tetap fokus pada jalanan yang semakin padat di sore hari.“Mas Tito, kapan bisa ajak Angel jalan-jalan ke Singapura? Cuma janji-janji aja, ah...”Lelaki yang dipanggil Tito oleh Angel adalah seorang lelaki yang berusia empat puluh lima tahun, dengan postur tubuh tinggi dan bentuk tubuh yang sangat di jaga dalam penampilannya. Dia adalah Tito Khaidir, pengusaha muda dibidang kuliner yang telah mempunyai seorang istri dengan dua orang anak.Tetapi dia memiliki hubungan spesial dengan Angel. Pertemuan pertama kali antara mereka terjadi, kala Angel bekerja sebagai marketing pada sebuah perusahaan otomotif, bertemu dalam ajang pameran mobil keluaran terbaru. Dan Tito adalah salah seorang customer yang di rayu oleh Angel untuk membeli salah satu jenis mobil keluaran terbaru.Sejak saat itu, hubungan mereka pun menjadi bertambah dekat. Entah ini cinta atau nafsu semata hanya mereka sendiri yang tahu ke mana arahnya.“Hmmmm akhirnya sampai juga di apartemen cinta kita,” ciuman mesra Tito mendarat mesra di pipi ranum Angel.Mereka keluar dari mobil, menuju lift untuk sampai ke lantai tujuh. Di dalam lift setelah menekan tombol tujuh, Tito meraih pinggang Angel agar merapat ke tubuhnya. Sesaat kemudian pintu lift pun terbuka dan mereka menuju apartemen mereka. Setelah berada di depan pintu, Tito langsung membuka pintu, masuk ke dalam dan menggiring Angel ke kamar untuk melampiaskan hasrat kerinduan sesaatnya.BAB 1 : Hasrat Sesaat Tito yang sudah tidak bisa membendung hasratnya langsung mencium Angel dalam setiap jengkal tubuhnya dalam desahan hasrat yang dalam. Angel yang mendapatkan sentuhan Tito, menyambut setiap sentuhan dengan mencium lelaki itu dengan bergairah. Lalu mereka pun melambung jauh pada hasrat yang kian menggebu dengan memberikan sensasi dalam hasrat cinta sesaat. “Sayang... kamu yang di atas yaa,” kecup mesra Tito setelah puas dalam sensasinya. Angel dengan tubuh eloknya melakukan apa yang menjadi keinginan kekasih hatinya. Mereka pun berpacu dalam hasrat, hentakan tubuh Angel dengan liukkan membuat kelelakian Tito bertambah tegang. Hanya desahan dan derup jantung mereka yang saling berpacu dengan waktu hingga batas kenikmatan itu pun terhambur dalam kepuasan percintaan mereka. “Hebat...kamu yaa,” Tito memeluk dan memberikan kecupan kecil pada bibir ranum Angel, memperlihatkan kepuasan atas permainan Angel. “Mas menginap yaa malam ini,” rajuk Angel sambil melepas pelu
BAB 2 : Kegalauan Hati Pagi ini Angel pulang ke rumah orang tuanya. Dia membawa beberapa potong pakaian, dia berencana akan berada di rumah orang tuanya satu minggu. Setelah membawa beberapa perlengkapan dan beberapa potong pakaian, lalu dia memesan taxi untuk pergi ke rumah orang tuanya. Setelah memastikan seluruh peralatan listrik yang digunakan telah dimatikan. Dia pun meninggalkan apartemen menuju lift untuk sampai ke lobby. Sesampai di lobby, taxi yang dipesan pun telah sampai. Di dalam taxi, ia langsung menghubungi mamanya. “Ma, Angel sudah on the way menuju rumah, mama masak apa hari ini?” “Mama hari ini masak sayur asem, cumi goreng kesenangan kamu.” “Aduh, Angel jadi lapar Ma...,” dengan manja ia berkomentar tentang makanan yang dimasak mamanya hari ini. Selama ini, jika Angel pulang ke rumah, mamanya selalu memasak makanan kesukaannya. Kerinduan Angel pada masakan mamanya membuat ia, bisa dua sampai tiga kali bolak balik rumah dan apartemen. Karena selezat apa pun masak
BAB 3 : Pertemuan & Kesan Pertama Mereka tiba di restaurant yang telah dipesan sebelumnya oleh Yuni. Setelah berbicara dengan bagian reservasi mereka mengikuti pramusaji untuk menunjukkan meja yang telah dipesan sehari sebelumnya. “Silakan..., Saya dengan sri... nanti ibu bisa memanggil saya ketika akan memesan.” Pramusaji itu membagikan daftar menu pada ke empat tamu yang telah duduk di kursi yang telah di dudukinya. Lalu pramusaji itu pun berlalu dari hadapan mereka. Terlihat mereka membaca menu, lalu pemuda yang bernama Andi melambaikan tangan memanggil pramusaji yang saat ini sedang berdiri disudut menunggu panggilan mereka. “Yaa pak, ada yang akan di pesan?” Mereka lalu menyebutkan beberapa menu yang ingin mereka makan, setelah itu pramusaji pun berlalu dari hadapan mereka. Sambil menunggu makanan disajikan, obrolan pun berlanjut di meja makan antara sahabat lama yang saling merindukan. Andini mama dari Angel terlihat antusias mendengarkan cerita dari Yuni, mereka berbagi in
Seminggu kemudian, Angel pamit pada mamanya, untuk kembali ke apartemen. Sebuah taxi membawa ke apartemen yang telah satu minggu ini di tinggal. Sesampai di apartemen, seorang security menyapa, “Selamat pagi Non Angel.” “Pagi Pak,” sahut Angel tersenyum ramah, berjalan menuju lift. Angel lalu menghentikan langkahnya, ketika di dengar, security memberitahu, kalau sudah beberapa kali, seorang wanita datang ke apartemen mencari Angel. “Maaf Non, sudah beberapa kali, ada seorang wanita mencari non Angel, karena non, sempat pesan pada saya, kalau pulang ke rumah orang tua, maka saya sampaikan pada wanita itu, seperti yang disampaikan non Angel kepada saya.” “Ooh iya pak, terima kasih untuk infonya, mungkin teman senam saya.” Lift pun terbuka, Angel melangkah masuk ke dalam lift dan menekan tombol nomor tujuh, untuk sampai ke apartemennya. Sesampai di lantai tujuh, Angel berjalan menuju pintu apartemen, membuka pintu dan masuk ke dalam. Sesampai di dalam, Angel langsung mengganti paka
Angel terbangun dari tidur sekitar jam tujuh pagi. Helaan napas panjang mengawali kehidupan barunya. Dengan bermalas-malasan ia beranjak dari tempat tidur, lalu ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan menyikat gigi. Setelah itu, ia menyisir dan mengikat rambut panjangnya. Dan ia keluar dari kamar tidur. Ia berjalan menuju suara sahabatnya.Terlihat Siska sedang berada di dapur bersama asisten rumah tangganya. “Pagi Sis, sorry aku kesiangan.” Siska yang berada di dapur menoleh ke arah Angel, tersenyum dan menjawab, “Jangan pakai sorry begitulah.. slow aja....” Angel duduk di kursi meja makan melihat Siska yang sedang memasak di dapur. “Sedang masak apa Sis?” Tanya Angel berjalan menuju dapur dan melihat makanan yang dibuat oleh Siska. Siska menoleh ke arah Angel dan berkata,” Ini aku sedang masak makanan buat anakku.” Melihat kesibukan Siska dengan tanggung jawabnya sebagai ibu, membuat hati Angel menyesali perjalanan yang telah ia jalani. Angan-angannya untuk memiliki keluarga se
Sekitar pukul delapan malam, dua sahabat ini pun akhirnya sampai ke rumah setelah puas menghabiskan waktu dengan berbelanja. Siska langsung mengajak makan malam Angel. Sewaktu di jalan pulang ke rumah, Siska mampir ke tempat penjual sate kambing langganannya. “Ayoo Angel, kita makan dulu, perutku sudah teriak-teriak ini, sate di tempat langgananku enak sekali,” ujar Siska. Angel yang mendengar celoteh Siska hanya tersenyum. Dilihat asisten rumah tangganya, menyiapkan wadah tempat sate dan gulai. Mbok Yem, menyiapkan hidangan di meja makan. Lalu mereka pun makan malam bersama. Disela-sela makan malam, mereka bercakap-cakap. “Terima kasih yaa...Sis, banyak sekali aku dapat barang gratis dan ber’merek pula.” Siska menjawab dengan tersenyum dan memegang pundak Angel yang berada di sampingnya, dan berkata,” Angel, aku juga Terima kasih sudah ditemani berbelanja, dan tadi suamiku titip salam,” ujar Siska. “Suamimu tahu yaa.. aku nginap di rumahmu?” “Sudah tahu, malah dia senang karena
Hari ini, untuk pertama kalinya, Angel kembali merasakan aroma kamar tidurnya, sejak ia tinggal di apartemen milik Tito. Ia melihat sekeliling kamar, yang masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah sama sekali. Hanya saja, terlihat mama mengecat ulang dinding kamar.Untuk barang-barang miliknya, dan letak penempatannya masih pada tempatnya. Seperti meja hias, meja belajar, rak sepatu, televisi yang di tempel pada dinding, dan boneka yang berjajar rapi di lemari kaca. Ketika ia melihat boneka yang berjajar rapi di lemari, ia teringat pada kedua kakak lelakinya. Karena ia selalu diberikan hadiah ketika berulang tahun. Ia masih ingat, momen ulang tahun ke lima belas. Saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Kakak pertama, menghadiahkan sebuah boneka yang besar. Dan kakak kedua, menghadiahkan buku novel. “Ini boneka untuk adikku yang cantik,” ujar Rama, kakak lelaki Angel nomor satu. “Ini buku novel terbaru untuk adikku yang manis,” ujar Rangga, kakak lelaki Angel nomor dua.
Angel pun sampai di meja yang di duduki oleh Tito dengan langkah yang berat. Dan Tito yang melihat kedatangan Angel terlihat semeringah dari raut wajahnya. Sedangkan Angel terlihat masih berdiri disisi bangku yang di duduki oleh Tito.Melihat hal itu, Tito lalu berdiri dari tempat duduknya dan memegang tangan Angel, menuntun dirinya untuk duduk berhadapan dengannya. “Angel, duduk dulu sayang...,” Ucap Tito sambil membimbing tangannya. Terbersit dalam pikiran Angel untuk menendang lelaki itu, jika saja ia tidak mengontrol dirinya. Jelas terlihat ada kebencian dalam hatinya, mengingat lelaki itu telah membiarkan dirinya di hina oleh istri sahnya.Angel lalu mengingatkan dirinya sendiri, ‘Santai Angel, tahan amarahmu...kalau tidak semua rencana pembalasan ini akan berantakan... rilex...rilex...rilex,’ Setelah berperang dalam batin dan hatinya, Angel pun dapat menguasai diri dan duduk tertunduk di hadapan Tito. Melihat hal itu, Tito yang merasa bersalah langsung memegang jemari Angel la