Hari ini, untuk pertama kalinya, Angel kembali merasakan aroma kamar tidurnya, sejak ia tinggal di apartemen milik Tito. Ia melihat sekeliling kamar, yang masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah sama sekali.
Hanya saja, terlihat mama mengecat ulang dinding kamar.Untuk barang-barang miliknya, dan letak penempatannya masih pada tempatnya. Seperti meja hias, meja belajar, rak sepatu, televisi yang di tempel pada dinding, dan boneka yang berjajar rapi di lemari kaca.Ketika ia melihat boneka yang berjajar rapi di lemari, ia teringat pada kedua kakak lelakinya. Karena ia selalu diberikan hadiah ketika berulang tahun. Ia masih ingat, momen ulang tahun ke lima belas. Saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Kakak pertama, menghadiahkan sebuah boneka yang besar. Dan kakak kedua, menghadiahkan buku novel.“Ini boneka untuk adikku yang cantik,” ujar Rama, kakak lelaki Angel nomor satu.“Ini buku novel terbaru untuk adikku yang manis,” ujar Rangga, kakak lelaki Angel nomor dua.Mereka bersama-sama meniup lilin pada kue ulang tahun yang telah disiapkan mama. Selalu demikian dari tahun ke tahun. Mereka lalui kebersamaan dengan kasih sayang.Sampai akhirnya, satu persatu kakak lelakinya menikah. Saat ini, Angel merindukan saat-saat yang telah berlalu begitu lama tidak dirasakannya.Ia ingat, bagaimana Rama ke sekolahnya, untuk mencari teman lelaki sekelas Angel, yang mengancam, karena menolak jadi pacar lelaki itu, sewaktu ia duduk di kelas satu SMA.Angel begitu merindukan kakak-kakaknya yang telah menikah.Ia merasa, sejak kakak-kakaknya menikah, perhatian mereka hilang sama sekali. Bahkan pada saat ulang tahun pun, kakaknya sudah tidak pernah memberikan selamat, apalagi hadiah. Berujar ia dalam hati, ‘hmmmm ternyata, lelaki kalau sudah berkeluarga, lupa dengan adik dan orang tuanya.’“Angel, makan siang dulu, nanti rapi-rapi kamarnya,” ucap mama memecahkan lamunan Angel pada masa silam.“Yaaa...Ma,” jawab Angel, beranjak dari kamar dan berjalan menuju ruang makan.Ia berjalan menuju meja makan, di lihat mama telah menunggu di meja makan dengan makanan yang telah di hidangkan.Sesampai di meja makan, ia melihat hari ini mama memasak makanan kesukaannya. Ada sayur asem, cumi asin goreng, sampel goreng hati dan tempe dan tahu bacem. Melihat hal itu, Angel langsung memeluk mamanya.“Terima kasih yaa Ma, Angel jadi terharu untuk perhatian mama.”“Iyaa sayang, mama memasak semua ini sebagai rasa syukur.” Karena anak kesayangan mama pulang ke rumah.”“Sekarang kita akan berdoa bersama, semoga kamu akan cepat mendapatkan pekerjaan yaa sayang.”Angel sangat terharu dan bahagia mendengar kata-kata mamanya, lalu mereka pun berdoa bersama sebelum menikmati makan siang.Selama makan siang tidak ada percakapan di antara mereka.Mereka menikmati momen makan bersama siang ini. Setelah selesai makan siang, Angel merapikan perabot yang ada di meja makan. Ia berkata pada mamanya, “ Mama mau Angel buatkan kopi?”“Tidak usah, nanti saja Sayang.”Angel lalu merapikan meja makan dan membersihkan perabot rumah tangga, sedangkan mamanya dilihat meninggalkan dapur menuju ruang keluarga.Setelah Angel selesai mencuci piring, ia langsung berjalan ke ruang keluarga, untuk duduk bersama mama, Hanya saja dari kejauhan, Angel lihat mama sedang termenung. Sesampai di ruang keluarga, Angel lihat, mama tidak menyadari kehadirannya dan terlihat oleh Angel, pandangan kosong mama.Dalam batin Angel berkata,’ mengapa pandangan mama kosong, padahal mama mengatakan ia bahagia dengan kepulangannya di rumah, apakah mama sakit?Terasa getir ketika Angel melihat pandangan mama yang kosong. Hanya saja ia belum berani menanyakan pertanyaan dalam batinnya. Tetapi, ia dengan sengaja menyadarkan lamunannya.“Ma,.. Mama...,” ujar Angel sambil menyentuh tangan mamanya.Terlihat oleh Angel, mama tersentak ketika ia memanggilnya. Melihat hal itu, Angel langsung menanyakan tentang apa yang di risaukan batinnya.“Apa mama sakit?” Apa ada masalah yang lain Maa?” tanya Angel dengan memegang tangannya.“Ooh..tidak ada apa-apa sayang, mama hanya ke pikiran dengan dirimu, mama kasihan padamu.”Mendengar jawaban mama, Angel merasa ada kejanggalan. Karena Angel merasa, mama bahagia melihat ia kembali, dan terus menyemangati untuk mencari pekerjaan baru, tetapi mengapa ia merasa kasihan padanya.Untuk sementara, ia simpan semua hal yang janggal pada mama. Karena dengan tinggal di rumah dan berada di dekatnya, ia akan melihat jawaban atas kejanggalan sikap mama.Ia pun langsung bergabung dengan mama untuk menikmati secangkir teh dan sepotong kudapan yang ia ambil di lemari pendingin.“Maa...bagaimana kabar Tante Yuni?” Angel memecah kesunyian diantara mereka dengan menanyakan kabar tante Yuni.“Kabarnya baik, beberapa hari yang lalu, ia menghubungi mama untuk mengajak jalan-jalan, tetapi, karena jalan-jalannya keluar negeri, jadi mama tolak.”“Sepertinya Ia jalan-jalan bersama Andi, putra semata wayangnya. Ia juga sempat menanyakan kabar kamu,” ujar mama memberitahukan kabar tante Yuni.“Apa sejak bertemu dengan kamu, tante Yuni atau Andi tidak pernah menghubungi kamu?” mama bertanya padaku.Mendengar cerita dari mama tentang tante Yuni, teringat ia pada Andi yang telah menghubunginya beberapa hari yang lalu, hanya saja, ia tidak bisa menjawab panggilannya kala itu.Lalu Angel menjawan,” Tante Yuni sih..., tidak pernah menghubungi Angel, kalau Andi sempat menghubungi Angel.”Lalu mama bercerita tentang Tante Yuni yang selalu memberikan support padanya selama ini. Dan ia bersyukur mempunyai sahabat seperti Yuni. Ia berharap kelak ketika sudah tidak ada di dunia ini, Angel tetap menyambung tali silaturahim padanya.“Angel, sesekali hubungi tante Yuni, mungkin ia tidak enak menghubungi kamu duluan, jadi sebaiknya esok atau lusa kamu hubungi dia yaa,” pinta mama pada Angel.Mendengar permintaan mama, Angel pun mengangguk dan tersenyum padanya. Lalu mereka pun melanjutkan kegiatan dengan menonton televisi, dengan tidur-tiduran di sebuah karpet tebal yang terhampar di depan meja televisi. Ketika sedang menikmati acara televisi, terdengar nada pesan masuk pada ponsel milik Angel.[Pesan masuk dari Tito : Sayang, maafkan aku yang tidak mampu melindungi kamu, tetapi percayalah sampai detik ini aku masih mencintai kamu. Bisakah kamu temui aku di tempat favorit kita. Tolong jawab pesan ku ini sayang. Aku merindukan dirimu]Setelah membaca pesan dari Tito yang telah cukup lama menghilang dan masih dirindukan, membuat detak jantung Angel, berdetak keras. Ada perasaan marah, tetapi ada pula rasa rindu yang bergelayut dalam hati Angel.Saat ini ia sangat bingung dengan keputusan yang akan di ambil. Sebenarnya, ia ingin merebut kembali lelaki itu dari wanita gembul yang telah menghina di depan umum.Ia ingin menghukum wanita itu, dengan menunjukkan padanya, kalau suaminya, lebih memilih dirinya, dibandingkan wanita itu. Tetapi disisi lain, ia takut Tito hanya kembali untuk sesaat, dan balik ke istri yang sah.Ada dilema yang harus ia pilih. Yang ia lakukan kali ini, hanya membaca kembali pesan dari Tito. Dan itu sudah ke tiga atau ke empat kali ia membaca ulang. Hingga pesan kedua dari Tito kembali ia terima.[Pesan masuk dari Tito : Angel sayang, tolong jawab pesanku... Aku benar-benar merindukan kamu. Kita akan bertemu untuk membahas masalah kita sayang, please jangan hukum aku seperti ini... Aku mencintai kamu, Angel...]Membaca pesan Tito yang kedua, membuat hati Angel bergeming untuk membalasnya. Karena walau bagaimanapun, cinta yang telah terjalin di hati Angel selama satu setengah tahun, jelas masih melekat.Dan akhirnya Angel memutuskan untuk membalas pesan Tito dan akan bertemu di tempat biasa sore nanti. Dilihat olehnya, jam telah menunjukkan pukul tiga sore, berarti ada sekitar dua jam lagi bagi Angel untuk bersiap-siap menemui Tito di tempat yang telah ditentukan.Sebelum itu, ia pun membalas pesan Tito untuk bertemu dengan pesan yang singkat.[Pesan keluar untuk Tito : Baik mas, saya akan ke sana]Kembali Angel akan berbohong pada mamanya, ketika ia akan meminta izin keluar sore ini.“Maa..., Angel minta izin keluar jam lima nanti untuk bertemu teman di Mal, kami janjian akan bertemu disana,” ucapnya meminta izin untuk keluar rumah.Mendengar permintaan izin dari putrinya, ia pun hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Yang terpenting Angel bisa menghilangkan stress karena PHK yang telah menimpa dirinya.Dalam hati mamanya berdoa, ‘Semoga saja dengan bertemu temannya membuka peluang ia bekerja kembali, agar Angel kembali ada kesibukan, bisiknya dalam doa.’“Sudah sana kamu bersiap-siap Angel,” ucap mama mengingatkan dirinya, karena dilihat jam telah merambat cepat ke arah jam empat.Angel pun beranjak dari ruang keluarga menuju kamarnya untuk membersihkan diri.Sesampai di kamar ia memilih pakaian dalam yang kemarin dibelikan oleh Siska. Dan ia yakin, mereka akan melepas kerinduan setelah sekian lama tidak bertemu. Angel merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan oleh Tito. Setelah memilih pakaian yang akan digunakan ia pun beranjak ke kamar mandi.Sekitar dua puluh menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi, memakai pakaian dan menghias diri secantik mungkin.Hari ini ia menggunakan rok panjang dengan baju lengan panjang berwarna serba hitam. Hanya rambut panjangnya saja yang dihiasi dengan bando berwarna merah.Angel keluar kamar dan berpamitan pada mamanya. Setelah itu, ia memesan taxi dan menunggu di teras bersama mamanya. Saat menunggu taxi, mereka pun bercakap-cakap.“Angel, ingat jangan terlalu malam pulangnya yaa...,”Peringatan mamanya di jawab Angel dengan anggukkan dan senyum. Lalu mamanya bertanya lagi pada Angel,” Yang kamu temui ini teman kuliah atau teman SMA? Lelaki atau perempuan?”Mendengar pertanyaan yang tidak ia duga, sesaat ia terdiam seolah tidak mendengar mamanya bertanya.Jantungnya berdetak kencang, karena ia takut ketahuan kalau berbohong pada mamanya. Untung saja, taxi yang dipesan telah sampai di depan rumahnya dan membunyikan, sehingga ia terbebas dari pertanyaan mamanya.“Daah dulu yaa Maa, nanti kita ngobrol lagi.”Angel setengah berlari menuju pintu pagar. Setelah itu, ia langsung masuk kedalam taxi tanpa menoleh ke arah mama yang masih termangu di teras rumah. Sesampai di dalam taxi, Angel menarik napas berulang kali.Syukurnya taxi datang tepat waktu, kalau tidak mungkin ia akan berbohong kembali pada mamanya seperti hari lalu.Masih terasa jantungnya berdetak kencang, mengingat ketika pertanyaan mamanya tadi. Dalam hati ia berkata, ‘Bagaimana yaa, cara untuk tidak berbohong lagi pada mama?’Dalam perjalanan menuju tempat pertemuan ia dan Tito, ada kebencian yang ia rasakan pada lelaki yang selama ini menjadi tempat curahan kasih sayang dan kemanjaannya.Hanya saja, bayangan wanita bertubuh gembur yang telah menghinanya, membuat Angel tidak bisa menahan rasa kebencian pada lelaki itu. Dalam hatinya, ia ingin istri Tito tahu, kalau suami yang telah di ikat kaki dan tangannya masih saja mencarinya.Dalam dendam yang ada dihati, Angel ingin membuat rencana, agar wanita itu merasakan sakit yang ia rasa, ketika mulut dari wanita itu mencaci maki dirinya. Angel pun bergumam dalam hati, 'Akan aku balas penghinaan yang aku rasa dengan rasa sakit dan trauma yang dalam untuk wanita gembur itu.'Angel tersenyum puas dengan rencana yang akan ia lakukan untuk membalas istri Tito atas penghinaan yang ia rasakan waktu itu. Apa pun rencana itu, sudah pasti akan menghancurkan sebuah mahligai rumah tangga.Setelah tiga puluh menit kemudian, taxi pun berhenti di sebuah resto Itali. Setelah Angel membayar taxi, ia langsung masuk ke resto. Dilihatnya sekeliling resto untuk mencari Tito.Setelah berjalan ke sisi kanan resto, di lihat lelaki yang sudah hampir sebulan ini tidak ditemuinya, duduk di sudut resto dekat tanaman hias. Angel pun berjalan perlahan mendekati lelaki itu dengan perasaan yang kacau tidak karuan.Hai pembaca yang baik hati...🙋❤️ Terus baca kelanjutan dari cerita RWP🌺 yaaa Terima kasih sudah membaca🙏🙏🙏🙏🙏 Mohon bantu utk vote 💎💎💎💎💎 Bintangnya ⭐⭐⭐⭐⭐ Dan tanda love nya yaaa❤️❤️❤️❤️❤️ Ingat selalu jaga kesehatan💪
Angel pun sampai di meja yang di duduki oleh Tito dengan langkah yang berat. Dan Tito yang melihat kedatangan Angel terlihat semeringah dari raut wajahnya. Sedangkan Angel terlihat masih berdiri disisi bangku yang di duduki oleh Tito.Melihat hal itu, Tito lalu berdiri dari tempat duduknya dan memegang tangan Angel, menuntun dirinya untuk duduk berhadapan dengannya. “Angel, duduk dulu sayang...,” Ucap Tito sambil membimbing tangannya. Terbersit dalam pikiran Angel untuk menendang lelaki itu, jika saja ia tidak mengontrol dirinya. Jelas terlihat ada kebencian dalam hatinya, mengingat lelaki itu telah membiarkan dirinya di hina oleh istri sahnya.Angel lalu mengingatkan dirinya sendiri, ‘Santai Angel, tahan amarahmu...kalau tidak semua rencana pembalasan ini akan berantakan... rilex...rilex...rilex,’ Setelah berperang dalam batin dan hatinya, Angel pun dapat menguasai diri dan duduk tertunduk di hadapan Tito. Melihat hal itu, Tito yang merasa bersalah langsung memegang jemari Angel la
Pagi sekali Angel telah bangun dari tidurnya. Sejenak ia termangu di tempat tidur, memikirkan kembali pertemuan dengan Tito kemarin sore. Teringat akan janji Tito yang akan mengajak pergi ke notaris, untuk melakukan perjanjian jual beli atas apartemen yang semalam ia lihat bersamanya. ‘Hmmmm, apa benar ia mau berkorban sebanyak itu?’ ucapnya dalam hati. Kini Angel sedang menimbang segala perkara yang kiranya akan timbul, jika ia kembali pada Tito. Rasa cinta yang tersisa di hatinya, masih dibaluri dengan dendam atas hinaan yang pernah ia terima dari istri sah Tito.Dan itu yang menjadi pertimbangannya untuk tidak menerima Tito, dalam kehidupannya. Tetapi transfer yang telah dilakukan dalam jumlah besar kemarin oleh Tito dan janji Tito untuk memberika ia sebuah apartemen pada hari ini, menjadi dilema bagi rasa cinta dan rasa sakit yang masih dirasakan batinnya. Tersirat dalam hati Angel untuk membalas dendam pada Tito apalagi pada istrinya. Angel tidak mudah melupakan kesalahan ora
Setelah urusan di kantor imigrasi selesai, Tito mengajak Angel untuk makan siang di sebuah warung sop kaki kambing. Di sana, Tito memilih beberapa bagian daging yang nanti akan di proses oleh penjualnya.Setelah memilih beberapa potong daging kambing mereka pun memesan minuman dan duduk berhadapan. “Angel...aku bahagia bisa memberikan apa yang seharusnya kamu terima selama ini,” ucap Tito memegang jemari Angel. Lalu kembali Tito berkata pada Angel,” Sayang...sekali lagi aku mohon maaf atas kejadian yang lalu, terus terang, aku benar-benar sayang kamu, dan suatu saat aku akan melamar kamu, aku mohon kesabaran kamu...” Mendengar kata-kata manis dari Tito, Angel pun menjawab,” Yaa...mas, aku mengerti dengan kondisi kamu, aku juga minta maaf, aku merasa kekanak-kanakan,” jawab Angel seolah ikut menyalahkan dirinya sendiri.. Semua yang dilakukan oleh Angel saat ini, untuk membangun rasa percaya Tito, kalau ia sudah tidak menyimpan bara amarah. Sehingga pembalasan pun dapat ia rencanakan
Setelah Tito dan Angel merengkuh kenikmatan sesaat, sekitar pukul empat sore, mereka bersiap pergi menemui Erwan sahabat Tito sewaktu mereka kuliah. Ketika di dalam mobil, Tito berkata pada Angel,” Sayang...ingat yaa nanti, kalau temanku bertanya bilang saja kamu keponakan aku.” Angel melihat ke arah Tito, dan ia langsung bertanya padanya,” Hmmm, berarti nanti aku harus memanggil mas, dengan sebutan om?” “Lalu...kalau aku ditanya keponakan dari mas, aku ini anaknya siapa? Kakak kandungnya mas? Atau kakak sepupunya mas?” “Harusnya, mas jelaskan ke aku, supaya pada saat bicara, teman mas itu tidak curiga, soalnya kalau sampai ketahuan kan jadi enggak enak, gimana sekarang mas?” tanya Angel dengan banyak pertanyaan. Mendengar pertanyaan Angel yang bertubi-tubi, Tito hanya mengernyitkan dahinya. Dan Angel mendengar helaan napas panjangnya, dengan pandangan tetap fokus ke jalan. “Angel, nanti bilang saja kamu anak dari saudara sepupuku mas Bimo,” ujar Tito. “Mas Bimo sepupuku itu pun
Pagi-pagi sekali, mama telah masak. Aroma masakan mama sampai masuk ke dalam kamar Angel, dan itu pula yang membuat dirinya terbangun di pagi ini. “Pagi Ma, tumben mama masak pagi sekali,” tanya Angel menghampiri mama yang sedang masak di dapur. Mama yang mendengar suara Angel, menoleh ke arahnya dengan dahi yang di kernyitkan dan mata yang di picingnya. “Kenapa mama mengernyitkan dahi?” Mama hanya terdiam, menyelesaikan masakannya. Lalu menyiapkan wadah untuk beberapa makanan yang telah selesai di masak. Setelah itu, Angel masuk ke dapur dan menempatkan wadah makanan itu di meja makan. Terlihat oleh Angel, mama membuat secangkir kopi. Dan mama menawarkan secangkir teh untuk Angel. “Apa kamu ingin minum teh?” Angel menggelengkan kepalanya. Kemudian, mereka duduk di meja makan. Ketika itu jam baru menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit. “Ayoo... Angel, Sarapan dulu,” ajak mama. “Nanti saja maa, masih terlalu pagi,” ujar Angel. “Hmmmm, Angel, bukankah hari ini kamu beker
Angel berjalan menuju ruang accounting di antar oleh bapak Dendi. Ketika ia menyusuri jalan menuju ruang accounting, ia melewati beberapa ruangan yang disekat pada bagian lain. Beberapa pasang mata melihat ke arahnya. Ada yang mengangguk dan tersenyum tetapi ada juga yang terlihat cuek tidak bersahabat. Sesampai di ruang accounting, Angel di perkenalkan oleh pak Dendi, kepada kepala bagian accounting, dengan ibu Nelly. “Pagi ibu Nelly, ada staf baru yang di tempatkan di bagian accounting,” ucap pak Dendi. “Terima kasih pak Dendi, baru saja ibu Anita menghubungi saya,” ujar ibu Nelly melihat ke arah mereka. Kemudian, terlihat ibu Nelly beranjak dari tempat duduknya, menyambangi Angel dan pak Dendi yang masih berdiri di ruangan. Lalu ibu Nelly, bersalaman dengan Angel. “Saya dengan Angel, mohon bimbingan ibu, untuk pekerjaan baru yang akan saya lakukan di team ibu,” ujar Angel dengan menggenggam tangan ibu Nelly dengan erat. Sesaat ibu Nelly memperhatikan wajah Angel, dan tersenyum
Mobil yang membawa Yuni dan Andini melesat di jalan yang sedikit padat. Kebisuan Andini membuat Yuni sahabat karibnya yakin, kalau ada sesuatu hal yang terjadi dalam kehidupan sahabatnya. Yang di lakukan oleh Yuni adalah menggenggam tangan Andini. Hari ini Yuni membuat pertemuan kecil dengan teman-teman masa Sekolah Menengah Atas dulu. Oleh karena itu, ia menjemput Andini. Mobil yang membawa mereka, berhenti pada sebuah restaurant, dengan menu makanan tradisional. Mereka keluar dari mobil dan berjalan menuju restaurant itu. Seorang lelaki yang berjaga di depan pintu kaca membukakan pintu. Setelah masuk kedalam, seorang pramusaji langsung bertanya, dan memberikan daftar menu. “Maaf ibu...apakah sudah memesan bangku sebelumnya?” tanya pramusaji. “Saya sudah pesan lewat telepon tiga hari lalu dan konfirmasi table nomor delapan,” jawab Yuni. Setelah itu pramusaji mengantar Yuni dan Andini ke meja nomor delapan. Sesampai di meja besar yang memuat sepuluh orang itu, Yuni duduk di samping
Pagi sekali Angel telah terbangun dari tidurnya, ia langsung membantu mama yang di lihat sedang berada di dapur. Terlihat mama sedang memasak beberapa hidangan. Angel yang melihat hal itu, bertanya pada mama,” Maa...koq banyak sekali menu yang di masak hari ini, apa akan ada acara arisan di rumah?” “ Tidak Angel, mama membuat makanan banyak untuk dirimu,” jawab mama Mendengar jawaban mama membuat Angel tertawa. Dan berkata, “Lucu sekali mama ini, apa mama kira Angel bisa menghabiskan ini semua? Atau memang mama ingin Angel gendut yaa?” Mama tertawa mendengar celoteh putri cantiknya, setelah itu ia meminta beberapa wadah untuk tempat makanan yang telah matang. Angel teringat, aturan kantor yang mewajibkan ia menggunakan pakaian batik ketika Jumat, sebagai pakaian kerja. “Maa..., apa mama punya pakaian batik?” tanya Angel setelah menaruh makanan pada wadah. “Batik....hmmmm coba saja kamu lihat di lemari pakaian mama.” ujar mama. Setelah itu, Angel berjalan menuju kamar mama, untuk
“Angel.., katakan pada papa, bagaimana cara papa bisa menebus segala kebodohan yang selama ini papa lakukan? Katakan sayang,” ucap Prayoga dengan masih menggenggam tangan putrinya dan sesekali diciumnya.“Papa.., jangan berkata seperti itu, semua itu juga bukan kesalahan papa semata. Angel minta, sembuhlah dari sakit dan jangan tinggalkan saya lagi, hanya karena penyakit itu,” ucap Angel disela tangis bahagianya karena mempunyai seorang papa yang sangat lembut dalam bertutur kata.Setelah saling sama-sama melepaskan kerinduan atas rasa kasih sayang yang telah lama tidak pernah mereka rasakan satu dan lainnya. Prayoga pun mengajak Angel untuk ke rumah dan menemui mamanya dan Eyangnya. Setelah itu mobil Prayoga pun keluar halaman dan usai mengunci semua pintu dan menggembok pintu pagarnya, Angel pun masuk ke mobil Prayoga. Lalu mobil pun berlalu dari rumah Andini menuju rumah Anggara dengan membawa penerus tunggal kejayaan dan kekayaan bagi keluarganya.Sepanjang perjalanan m
Taxi yang membawa Andini berhenti pada sebuah rumah megah dengan cat berwarna putih. Pada bagian ke rumah megah bercat putih dengan dua orang satpam yang berjaga di pos penjagaan. Dan Andini yang sudah terbiasa ke rumah itu sejak enam bulan ini telah sangat dikenal oleh satpam yang bertugas disana.“Silakan masuk Bu Dini,” seorang satpam membukakan pintu gerbang itu.Andini berjalan menuju rumah mewah itu dari pos penjagaan depan naik menyusuri sebuah rumah megah dimana seperti biasa jalan menuju teras dari rumah mewah itu berisi beragam tanaman yang sangat tertata dan sangat asri. Hingga sampai akhirnya ia berada pada beberapa anak tangga yang ia lewati untuk sampai menuju teras.“Eeh.., Bu Andini..,” sapa seorang pembantu rumah tangga di rumah itu, “Ditunggu yaa bu, saya beritahu pak Prayoga,: ucapnya meninggalkan Andini yang berada di ruang tamu dan duduk pada sofa panjang.Sesaat kemudian, Prayoga keluar dengan tersenyum manis pada Andini yang terlihat menatapn
Kepulangan Andini ke Indonesia sebelum dua minggu membuat kebahagiaan untuk Angel dan Anggara. Hari ini sekitar jam sembilan pagi mereka menjemput Andini dan Prayoga di bandara. Satu jam sebelum kedatangan mereka, Anggara yang mempunyai kartu VIP dapat menunggu kedatangan mereka di ruang tunggu VIP.Satu jam kemudian, pesawat yang membawa Andini dan Prayoga telah mendarat dengan selamat, dan itu diketahui dari pesan yang dikirimkan oleh Andini ke Angel. Lalu Anggara berkata, “Kita tunggu lagi sekitar empat puluh menit, karena mereka harus ke bagian imigrasi dan mengambil barang-barang.”Angel ingin sekali bercerita pada Andini mengenai beberapa kejadian yang menimpa sejak kepergiannya, hingga menunggu satu jam serasa berabad – abad. Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di hatinya. Walau kedua kakaknya, tetap mengasihi dirinya. Tetapi kepastian atas papa kandungnya tetap menjadi keingintahuannya. Apalagi penghinaan yang telah dilakukan oleh Jody, yang
Sekitar jam enam pagi Angel telah terbangun dari tidurnya. Seperti biasa ketika ada mamanya, ia selalu membantu Andini di dapur. Tetapi di pagi ini, ia melakukan tugas di dapur seorang diri. Ia hanya memasak beberapa makanan instan yang telah di beli oleh Andini, sebelum berangkat ke Singapura. Angel membuka persediaan makanan yang ada di dalam kulkas. Hari ini ia ingin sarapan dendeng sapi, jadi baginya cukup untuk menggorengnya saja. Untuk menanak nasi, ia hanya perlu mencuci beras dan menaruhnya dalam Rice cooker. Kini ia sedang membuat air panas untuk menyeduh secangkir kopi. Dan kebiasaan barunya ini, ia lakoni sejak menemani Anggara ketika menikmati secangkir kopi di kantor. Aroma kopi yang di seduh Angel, menggugah selera untuk segera menyesapnya. Angel pun duduk di kursi makan dengan secangkir kopi hitam yang telah diseduh dengan air mendidih, ditemani dengan tiga iris kue lapis legit kesenangannya. Kini ia menyesap secangkir kopi dengan lamunannya pada beberapa peristiwa y
“Selamat Sore...Bu Angel,” sapa Santi yang telah masuk ke ruangan Angel. “Silakan duduk, Ibuu,” sambut Angel dengan ramah. Setelah Santi duduk di kursi tamu, pada ruangan Angel, mereka mulai berbicara satu sama lain, mengenai beberapa tempat kuliner miliknya yang telah tutup, dan itu semua disebabkan oleh Tito, yang terjerat oleh seorang janda beranak dua. Disana Santi, mulai menangis, mencurahkan segala perasaannya. “Bu Angel..., saya minta maaf atas kekasaran saya sama ibuu, pada saat itu, seharusnya saya yang marah dengan suami saya, bukan dengan ibuu, saya sungguh malu, sudah menghina ibu seperti itu,” ujar Santi dengan kepala tertunduk malu dan linangan air mata yang membasahi pipinya. “Bu Santi, semua itu sudah berlalu..., sudah jangan ibu pikirkan lagi, saya juga punya salah sama ibu. Semua orang, enggak ada yang sempurna. Jadi mari kita lupakan saja semuanya,” dengan lemah lembut Angel berkata-kata pada bu Santi, dan memberikan tissue untuk membasuh air matanya. “Buu, kema
Mobil yang membawa mereka berempat tiba di kantor tepat pukul 11 siang. Mereka masing-masing berjalan menuju lift dengan sesekali mengobrol. Lalu, Nina berkata pada Angel sebelum memasuki pintu lift, “Bu..., itu suaminya kan kecelakaan waktu sama cewek lain..., kasihan sekali bu Santi itu, kalau saya mah... udah saya ceraikan itu suaminya.” “Ooh...begitu,” ucap Angel ketika mereka baru saja masuk ke dalam lift menuju lantai masing-masing. “Lagian..., ibu Santi juga sih..., enggak merawat dirinya, liat tubuhnya sampai gembur seperti itu, kalau saya...., udah joging tiap hari biar cepat kurus,” Nina kembali bergosip ketika ada di dalam lift dan Angel hanya mendengarkan celotehnya sambil memainkan ponsel yang di pegangnya. “Daag..., saya duluan yaa..., terima kasih untuk kerja samanya. Good Job,” ujar Angel sambil keluar dari lift dan tersenyum ke arah mereka yang beda satu lantai. Angel melangkahkan kakinya menuju ruang Anggara, karena ia ingin membicarakan masalah kebijakan yang tel
Angel yang dengan sengaja mengabaikan telepon Jodi, walau berulang kali Jodi menghubunginya, namun tidak sekalipun ia bergeming untuk menjawab panggilannya. Berulang kali ada panggilan masuk ke ponselnya. Setelah itu, panggilan masuk pada ponselnya berhenti. Angel pun tertawa dalam hati, ‘Hahahaha...akhirnya bosen juga dia hubungi aku...’ Mendekati kantornya, sebuah nada bip pesan masuk terdengar dari ponselnya. Angel melihat ponselnya, dan ternyata, papanya Jodi mengirimkan pesan, dengan malas-malasan ia membaca pesan yang telah ia buka, persis sampai di sebuah gedung kantor. “Terima kasih pak...,” ucap Angel pada sopir Anggara dengan membuka pintu mobil dan keluar berjalan menuju pintu lobby. Sesampai di lobby, Angel bertemu dengan beberapa staf yang telah aktif dengan kesibukannya masing-masing. Beberapa di antaranya menyapa dirinya, “Selamat pagi...Bu.” Angel menjawab beberapa staf yang menyapanya dengan menganggukkan kepala dan berkata, “Pagii....” Sesampai di depan lift, ia
Hari ini Andini bangun lebih awal. Selain ia menyiapkan sarapan pagi untuk Angel, ia juga akan membuat sarapan untuk Prayoga yang rencananya akan menjemputnya. Mereka akan bertolak ke singapura sekitar jam sembilan pagi, sesuai dengan tiket yang telah ia pegang. Sesaat ia menghela napas panjang, mengingat makan bersama mereka kemarin petang. Ingin rasanya ia mengatakan pada Angel, kalau papanya bukanlah papa yang selama ini hidup bersamanya. Hanya saja, keadaan tidak memungkinkan ia mengatakan hal yang sesungguhnya.“Maa...mama...,” panggil Angel. “Yaa...Ngel, mama di sini,” jawab Andini yang berada di ruang tamu, duduk dalam gelap. Karena Andini sengaja tidak menyalakan lampu ruang tamu. “Looh, koq mama duduk disini, gelap-gelapan pula..., bukannya mama harus siap-siap?” tanya Angel yang sudah berada di ruang tamu dan ikut duduk di salah satu kursi. “Mama sudah menyiapkan semuanya, nanti jam tujuh, mama mandi.” “Memang mama udah masak untuk sarapan?” tanya Angel lagi pada Andini
Sekitar pukul tiga sore Andini pulang ke rumah. Dilihat mobil Andy masih berada di depan pagar rumahnya. Setelah masuk ke rumah, di lihat Andy tengah menonton televisi di ruang keluarga. “Maaf yaa Andy, tante baru balik ke rumah, soalnya tadi tante mampir beli persediaan makanan untuk Angel,” ujarnya sambil melangkah ke dapur. Di dapur, Andini membuka belanjaan yang tadi dibelinya. Ia sengaja membeli beberapa jenis makanan yang bisa di makan oleh Angel. Karena ia tidak ingin putrinya, kelaparan saat ia tidak di rumah. “Angel...Angel..., coba kamu kemari,” panggil Andini meminta Angel untuk membantu ia memasukkan makanan yang ia beli. Angel yang telah berada di dapur, langsung memasukkan beberapa jenis makanan yang dibeli mamanya. “Banyak amat beli bahan makanan Maa, memangnya mau dibawa juga?” tanyanya. “Mama sengaja belanja makanan dan beberapa camilan untuk kamu, jadi pas mama enggak di rumah, kamu tinggal masak nasi aja, karena itu, mama beli sosis, abon, nugget.” “Mama...mam