Hai🙋 pembaca yang baik hati❤️🥰 Terima kasih 🙏🙏sudah membaca RWP🌺 Ditunggu kelanjutannya lagi yaa...😍 Mohon bantu komen yg membangun✍️ Tolong tanda love ❤️❤️❤️❤️❤️ tanda bintang lima nya ⭐⭐⭐⭐⭐ tanda vote nya juga 💎💎💎💎💎 Jaga kesehatan selalu yaa
Setelah urusan di kantor imigrasi selesai, Tito mengajak Angel untuk makan siang di sebuah warung sop kaki kambing. Di sana, Tito memilih beberapa bagian daging yang nanti akan di proses oleh penjualnya.Setelah memilih beberapa potong daging kambing mereka pun memesan minuman dan duduk berhadapan. “Angel...aku bahagia bisa memberikan apa yang seharusnya kamu terima selama ini,” ucap Tito memegang jemari Angel. Lalu kembali Tito berkata pada Angel,” Sayang...sekali lagi aku mohon maaf atas kejadian yang lalu, terus terang, aku benar-benar sayang kamu, dan suatu saat aku akan melamar kamu, aku mohon kesabaran kamu...” Mendengar kata-kata manis dari Tito, Angel pun menjawab,” Yaa...mas, aku mengerti dengan kondisi kamu, aku juga minta maaf, aku merasa kekanak-kanakan,” jawab Angel seolah ikut menyalahkan dirinya sendiri.. Semua yang dilakukan oleh Angel saat ini, untuk membangun rasa percaya Tito, kalau ia sudah tidak menyimpan bara amarah. Sehingga pembalasan pun dapat ia rencanakan
Setelah Tito dan Angel merengkuh kenikmatan sesaat, sekitar pukul empat sore, mereka bersiap pergi menemui Erwan sahabat Tito sewaktu mereka kuliah. Ketika di dalam mobil, Tito berkata pada Angel,” Sayang...ingat yaa nanti, kalau temanku bertanya bilang saja kamu keponakan aku.” Angel melihat ke arah Tito, dan ia langsung bertanya padanya,” Hmmm, berarti nanti aku harus memanggil mas, dengan sebutan om?” “Lalu...kalau aku ditanya keponakan dari mas, aku ini anaknya siapa? Kakak kandungnya mas? Atau kakak sepupunya mas?” “Harusnya, mas jelaskan ke aku, supaya pada saat bicara, teman mas itu tidak curiga, soalnya kalau sampai ketahuan kan jadi enggak enak, gimana sekarang mas?” tanya Angel dengan banyak pertanyaan. Mendengar pertanyaan Angel yang bertubi-tubi, Tito hanya mengernyitkan dahinya. Dan Angel mendengar helaan napas panjangnya, dengan pandangan tetap fokus ke jalan. “Angel, nanti bilang saja kamu anak dari saudara sepupuku mas Bimo,” ujar Tito. “Mas Bimo sepupuku itu pun
Pagi-pagi sekali, mama telah masak. Aroma masakan mama sampai masuk ke dalam kamar Angel, dan itu pula yang membuat dirinya terbangun di pagi ini. “Pagi Ma, tumben mama masak pagi sekali,” tanya Angel menghampiri mama yang sedang masak di dapur. Mama yang mendengar suara Angel, menoleh ke arahnya dengan dahi yang di kernyitkan dan mata yang di picingnya. “Kenapa mama mengernyitkan dahi?” Mama hanya terdiam, menyelesaikan masakannya. Lalu menyiapkan wadah untuk beberapa makanan yang telah selesai di masak. Setelah itu, Angel masuk ke dapur dan menempatkan wadah makanan itu di meja makan. Terlihat oleh Angel, mama membuat secangkir kopi. Dan mama menawarkan secangkir teh untuk Angel. “Apa kamu ingin minum teh?” Angel menggelengkan kepalanya. Kemudian, mereka duduk di meja makan. Ketika itu jam baru menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit. “Ayoo... Angel, Sarapan dulu,” ajak mama. “Nanti saja maa, masih terlalu pagi,” ujar Angel. “Hmmmm, Angel, bukankah hari ini kamu beker
Angel berjalan menuju ruang accounting di antar oleh bapak Dendi. Ketika ia menyusuri jalan menuju ruang accounting, ia melewati beberapa ruangan yang disekat pada bagian lain. Beberapa pasang mata melihat ke arahnya. Ada yang mengangguk dan tersenyum tetapi ada juga yang terlihat cuek tidak bersahabat. Sesampai di ruang accounting, Angel di perkenalkan oleh pak Dendi, kepada kepala bagian accounting, dengan ibu Nelly. “Pagi ibu Nelly, ada staf baru yang di tempatkan di bagian accounting,” ucap pak Dendi. “Terima kasih pak Dendi, baru saja ibu Anita menghubungi saya,” ujar ibu Nelly melihat ke arah mereka. Kemudian, terlihat ibu Nelly beranjak dari tempat duduknya, menyambangi Angel dan pak Dendi yang masih berdiri di ruangan. Lalu ibu Nelly, bersalaman dengan Angel. “Saya dengan Angel, mohon bimbingan ibu, untuk pekerjaan baru yang akan saya lakukan di team ibu,” ujar Angel dengan menggenggam tangan ibu Nelly dengan erat. Sesaat ibu Nelly memperhatikan wajah Angel, dan tersenyum
Mobil yang membawa Yuni dan Andini melesat di jalan yang sedikit padat. Kebisuan Andini membuat Yuni sahabat karibnya yakin, kalau ada sesuatu hal yang terjadi dalam kehidupan sahabatnya. Yang di lakukan oleh Yuni adalah menggenggam tangan Andini. Hari ini Yuni membuat pertemuan kecil dengan teman-teman masa Sekolah Menengah Atas dulu. Oleh karena itu, ia menjemput Andini. Mobil yang membawa mereka, berhenti pada sebuah restaurant, dengan menu makanan tradisional. Mereka keluar dari mobil dan berjalan menuju restaurant itu. Seorang lelaki yang berjaga di depan pintu kaca membukakan pintu. Setelah masuk kedalam, seorang pramusaji langsung bertanya, dan memberikan daftar menu. “Maaf ibu...apakah sudah memesan bangku sebelumnya?” tanya pramusaji. “Saya sudah pesan lewat telepon tiga hari lalu dan konfirmasi table nomor delapan,” jawab Yuni. Setelah itu pramusaji mengantar Yuni dan Andini ke meja nomor delapan. Sesampai di meja besar yang memuat sepuluh orang itu, Yuni duduk di samping
Pagi sekali Angel telah terbangun dari tidurnya, ia langsung membantu mama yang di lihat sedang berada di dapur. Terlihat mama sedang memasak beberapa hidangan. Angel yang melihat hal itu, bertanya pada mama,” Maa...koq banyak sekali menu yang di masak hari ini, apa akan ada acara arisan di rumah?” “ Tidak Angel, mama membuat makanan banyak untuk dirimu,” jawab mama Mendengar jawaban mama membuat Angel tertawa. Dan berkata, “Lucu sekali mama ini, apa mama kira Angel bisa menghabiskan ini semua? Atau memang mama ingin Angel gendut yaa?” Mama tertawa mendengar celoteh putri cantiknya, setelah itu ia meminta beberapa wadah untuk tempat makanan yang telah matang. Angel teringat, aturan kantor yang mewajibkan ia menggunakan pakaian batik ketika Jumat, sebagai pakaian kerja. “Maa..., apa mama punya pakaian batik?” tanya Angel setelah menaruh makanan pada wadah. “Batik....hmmmm coba saja kamu lihat di lemari pakaian mama.” ujar mama. Setelah itu, Angel berjalan menuju kamar mama, untuk
Perjalanan yang di tempuh dari Jakarta ke Semarang membutuhkan waktu sekitar enam jam, dan pada saat mobil mereka sampai Rest-Area, mereka pun beristirahat disana. Yuni dan Andini keluar dari mobil untuk ke kamar kecil, begitu pun dengan pak Raka, ia menuju kamar kecil. Setelah itu, mereka mencari tempat duduk untuk beristirahat dan makan siang setelah empat jam perjalanan. Andini membagikan nasi yang telah ditempatkan pada Styrofoam, dan membuka rantang susun empat di meja yang mereka tempati. “Kalau kurang nasinya, pak Raka bisa ambil satu kotak lagi, soalnya saya enggak tau porsi makan pak Raka,” ucap Andini ketika memberikan satu kotak nasi. “Iyaa Bu, terima kasih.” “Yun, ini nasinya moga-moga enggak kebanyakan yaa.” “Kamu harus banyak makan Din, biar berisi badan mu,” ucap Yuni dengan memperlihatkan tangannya yang lebih besar dari Andini. “Iyaa, aku pasti akan makan banyak, biar bisa mengalahkan berat badan kamu,” senyum Andini menimpali ucapan sahabatnya. Mereka pun makan
Hari ini Angel pulang jam enam sore, karena harus membantu Cindy membuat laporan rugi laba. Ketika ia baru saja sampai di lobby gedung, seorang lelaki dengan intonasi berat memanggil namanya. “Angel...tunggu.” Seketika ia menoleh ke arah suara itu, namun ia tidak mengenal, lelaki dengan setelan batik berwarna dasar coklat muda bergambar tokoh pewayangan, dan terlihat seumuran dengannya. “Hai! kamu Angel kan, bagian accounting yang baru masuk kerja?” tanya lelaki itu tanpa tedeng aling-aling. Angel yang disebut namanya hanya menyengir kuda, memperlihatkan giginya yang tersusun rapi dan berwarna putih. Bagi Angel sangat aneh saja, ada orang yang SKSD (sok kenal sok dekat) padahal ia sama sekali tidak mengenal lelaki itu. Yang ada di bagian otak dari Angel adalah, pikiran negatif. Bisa jadi, lelaki ini cuma ingin mendekati Angel dan memanfaatkan kemolekan tubuhnya. Sambil memperhatikan gerak-gerik lelaki itu, dalam hati Angel membatin,’ Dia pikir bisa menjaring aku dengan mudah, dasa
“Angel.., katakan pada papa, bagaimana cara papa bisa menebus segala kebodohan yang selama ini papa lakukan? Katakan sayang,” ucap Prayoga dengan masih menggenggam tangan putrinya dan sesekali diciumnya.“Papa.., jangan berkata seperti itu, semua itu juga bukan kesalahan papa semata. Angel minta, sembuhlah dari sakit dan jangan tinggalkan saya lagi, hanya karena penyakit itu,” ucap Angel disela tangis bahagianya karena mempunyai seorang papa yang sangat lembut dalam bertutur kata.Setelah saling sama-sama melepaskan kerinduan atas rasa kasih sayang yang telah lama tidak pernah mereka rasakan satu dan lainnya. Prayoga pun mengajak Angel untuk ke rumah dan menemui mamanya dan Eyangnya. Setelah itu mobil Prayoga pun keluar halaman dan usai mengunci semua pintu dan menggembok pintu pagarnya, Angel pun masuk ke mobil Prayoga. Lalu mobil pun berlalu dari rumah Andini menuju rumah Anggara dengan membawa penerus tunggal kejayaan dan kekayaan bagi keluarganya.Sepanjang perjalanan m
Taxi yang membawa Andini berhenti pada sebuah rumah megah dengan cat berwarna putih. Pada bagian ke rumah megah bercat putih dengan dua orang satpam yang berjaga di pos penjagaan. Dan Andini yang sudah terbiasa ke rumah itu sejak enam bulan ini telah sangat dikenal oleh satpam yang bertugas disana.“Silakan masuk Bu Dini,” seorang satpam membukakan pintu gerbang itu.Andini berjalan menuju rumah mewah itu dari pos penjagaan depan naik menyusuri sebuah rumah megah dimana seperti biasa jalan menuju teras dari rumah mewah itu berisi beragam tanaman yang sangat tertata dan sangat asri. Hingga sampai akhirnya ia berada pada beberapa anak tangga yang ia lewati untuk sampai menuju teras.“Eeh.., Bu Andini..,” sapa seorang pembantu rumah tangga di rumah itu, “Ditunggu yaa bu, saya beritahu pak Prayoga,: ucapnya meninggalkan Andini yang berada di ruang tamu dan duduk pada sofa panjang.Sesaat kemudian, Prayoga keluar dengan tersenyum manis pada Andini yang terlihat menatapn
Kepulangan Andini ke Indonesia sebelum dua minggu membuat kebahagiaan untuk Angel dan Anggara. Hari ini sekitar jam sembilan pagi mereka menjemput Andini dan Prayoga di bandara. Satu jam sebelum kedatangan mereka, Anggara yang mempunyai kartu VIP dapat menunggu kedatangan mereka di ruang tunggu VIP.Satu jam kemudian, pesawat yang membawa Andini dan Prayoga telah mendarat dengan selamat, dan itu diketahui dari pesan yang dikirimkan oleh Andini ke Angel. Lalu Anggara berkata, “Kita tunggu lagi sekitar empat puluh menit, karena mereka harus ke bagian imigrasi dan mengambil barang-barang.”Angel ingin sekali bercerita pada Andini mengenai beberapa kejadian yang menimpa sejak kepergiannya, hingga menunggu satu jam serasa berabad – abad. Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di hatinya. Walau kedua kakaknya, tetap mengasihi dirinya. Tetapi kepastian atas papa kandungnya tetap menjadi keingintahuannya. Apalagi penghinaan yang telah dilakukan oleh Jody, yang
Sekitar jam enam pagi Angel telah terbangun dari tidurnya. Seperti biasa ketika ada mamanya, ia selalu membantu Andini di dapur. Tetapi di pagi ini, ia melakukan tugas di dapur seorang diri. Ia hanya memasak beberapa makanan instan yang telah di beli oleh Andini, sebelum berangkat ke Singapura. Angel membuka persediaan makanan yang ada di dalam kulkas. Hari ini ia ingin sarapan dendeng sapi, jadi baginya cukup untuk menggorengnya saja. Untuk menanak nasi, ia hanya perlu mencuci beras dan menaruhnya dalam Rice cooker. Kini ia sedang membuat air panas untuk menyeduh secangkir kopi. Dan kebiasaan barunya ini, ia lakoni sejak menemani Anggara ketika menikmati secangkir kopi di kantor. Aroma kopi yang di seduh Angel, menggugah selera untuk segera menyesapnya. Angel pun duduk di kursi makan dengan secangkir kopi hitam yang telah diseduh dengan air mendidih, ditemani dengan tiga iris kue lapis legit kesenangannya. Kini ia menyesap secangkir kopi dengan lamunannya pada beberapa peristiwa y
“Selamat Sore...Bu Angel,” sapa Santi yang telah masuk ke ruangan Angel. “Silakan duduk, Ibuu,” sambut Angel dengan ramah. Setelah Santi duduk di kursi tamu, pada ruangan Angel, mereka mulai berbicara satu sama lain, mengenai beberapa tempat kuliner miliknya yang telah tutup, dan itu semua disebabkan oleh Tito, yang terjerat oleh seorang janda beranak dua. Disana Santi, mulai menangis, mencurahkan segala perasaannya. “Bu Angel..., saya minta maaf atas kekasaran saya sama ibuu, pada saat itu, seharusnya saya yang marah dengan suami saya, bukan dengan ibuu, saya sungguh malu, sudah menghina ibu seperti itu,” ujar Santi dengan kepala tertunduk malu dan linangan air mata yang membasahi pipinya. “Bu Santi, semua itu sudah berlalu..., sudah jangan ibu pikirkan lagi, saya juga punya salah sama ibu. Semua orang, enggak ada yang sempurna. Jadi mari kita lupakan saja semuanya,” dengan lemah lembut Angel berkata-kata pada bu Santi, dan memberikan tissue untuk membasuh air matanya. “Buu, kema
Mobil yang membawa mereka berempat tiba di kantor tepat pukul 11 siang. Mereka masing-masing berjalan menuju lift dengan sesekali mengobrol. Lalu, Nina berkata pada Angel sebelum memasuki pintu lift, “Bu..., itu suaminya kan kecelakaan waktu sama cewek lain..., kasihan sekali bu Santi itu, kalau saya mah... udah saya ceraikan itu suaminya.” “Ooh...begitu,” ucap Angel ketika mereka baru saja masuk ke dalam lift menuju lantai masing-masing. “Lagian..., ibu Santi juga sih..., enggak merawat dirinya, liat tubuhnya sampai gembur seperti itu, kalau saya...., udah joging tiap hari biar cepat kurus,” Nina kembali bergosip ketika ada di dalam lift dan Angel hanya mendengarkan celotehnya sambil memainkan ponsel yang di pegangnya. “Daag..., saya duluan yaa..., terima kasih untuk kerja samanya. Good Job,” ujar Angel sambil keluar dari lift dan tersenyum ke arah mereka yang beda satu lantai. Angel melangkahkan kakinya menuju ruang Anggara, karena ia ingin membicarakan masalah kebijakan yang tel
Angel yang dengan sengaja mengabaikan telepon Jodi, walau berulang kali Jodi menghubunginya, namun tidak sekalipun ia bergeming untuk menjawab panggilannya. Berulang kali ada panggilan masuk ke ponselnya. Setelah itu, panggilan masuk pada ponselnya berhenti. Angel pun tertawa dalam hati, ‘Hahahaha...akhirnya bosen juga dia hubungi aku...’ Mendekati kantornya, sebuah nada bip pesan masuk terdengar dari ponselnya. Angel melihat ponselnya, dan ternyata, papanya Jodi mengirimkan pesan, dengan malas-malasan ia membaca pesan yang telah ia buka, persis sampai di sebuah gedung kantor. “Terima kasih pak...,” ucap Angel pada sopir Anggara dengan membuka pintu mobil dan keluar berjalan menuju pintu lobby. Sesampai di lobby, Angel bertemu dengan beberapa staf yang telah aktif dengan kesibukannya masing-masing. Beberapa di antaranya menyapa dirinya, “Selamat pagi...Bu.” Angel menjawab beberapa staf yang menyapanya dengan menganggukkan kepala dan berkata, “Pagii....” Sesampai di depan lift, ia
Hari ini Andini bangun lebih awal. Selain ia menyiapkan sarapan pagi untuk Angel, ia juga akan membuat sarapan untuk Prayoga yang rencananya akan menjemputnya. Mereka akan bertolak ke singapura sekitar jam sembilan pagi, sesuai dengan tiket yang telah ia pegang. Sesaat ia menghela napas panjang, mengingat makan bersama mereka kemarin petang. Ingin rasanya ia mengatakan pada Angel, kalau papanya bukanlah papa yang selama ini hidup bersamanya. Hanya saja, keadaan tidak memungkinkan ia mengatakan hal yang sesungguhnya.“Maa...mama...,” panggil Angel. “Yaa...Ngel, mama di sini,” jawab Andini yang berada di ruang tamu, duduk dalam gelap. Karena Andini sengaja tidak menyalakan lampu ruang tamu. “Looh, koq mama duduk disini, gelap-gelapan pula..., bukannya mama harus siap-siap?” tanya Angel yang sudah berada di ruang tamu dan ikut duduk di salah satu kursi. “Mama sudah menyiapkan semuanya, nanti jam tujuh, mama mandi.” “Memang mama udah masak untuk sarapan?” tanya Angel lagi pada Andini
Sekitar pukul tiga sore Andini pulang ke rumah. Dilihat mobil Andy masih berada di depan pagar rumahnya. Setelah masuk ke rumah, di lihat Andy tengah menonton televisi di ruang keluarga. “Maaf yaa Andy, tante baru balik ke rumah, soalnya tadi tante mampir beli persediaan makanan untuk Angel,” ujarnya sambil melangkah ke dapur. Di dapur, Andini membuka belanjaan yang tadi dibelinya. Ia sengaja membeli beberapa jenis makanan yang bisa di makan oleh Angel. Karena ia tidak ingin putrinya, kelaparan saat ia tidak di rumah. “Angel...Angel..., coba kamu kemari,” panggil Andini meminta Angel untuk membantu ia memasukkan makanan yang ia beli. Angel yang telah berada di dapur, langsung memasukkan beberapa jenis makanan yang dibeli mamanya. “Banyak amat beli bahan makanan Maa, memangnya mau dibawa juga?” tanyanya. “Mama sengaja belanja makanan dan beberapa camilan untuk kamu, jadi pas mama enggak di rumah, kamu tinggal masak nasi aja, karena itu, mama beli sosis, abon, nugget.” “Mama...mam