Hai 🙋 pembaca yang baik hati ❤️🥰 Terima kasih sudah setia menunggu kelanjutan RWP🌺 Tolong bantu untuk komen nya ya✍️ Love nya ❤️❤️❤️❤️❤️ Dan Bintang nya ⭐⭐⭐⭐⭐ Serta Vote nya juga 💎💎💎💎💎 Terima kasih banyak 🙏🙏 Jaga kesehatan selalu 💪😍🤩😘
Tito menurunkan Angel di sebuah mini market yang dekat dengan rumahnya. Sebelum turun dari mobil, Tito memberikan selembar cek dengan nominal yang tertera disana, sebesar sepuluh juta rupiah. “Ini sayang... untuk beli keperluan kamu.” “Ooh...ya, apa kamu sudah terima sertifikat kepemilikan apartemen itu?” tanya Tito kembali pada Angel yang bersiap-siap keluar dari mobil. Sesaat Angel yang telah meraih handle pintu mobil untuk keluar, menahan diri dan menoleh ke arah Tito yang mengeluarkan selembar cek untuk nya. Angel pun berkata,” Terima kasih banyak yaa mas, dan untuk sertifikat kepemilikan apartemen sudah aku terima.” “Angel..., kapan lagi kita bisa menghabiskan waktu bersama?” tanya Tito dengan meraih bahu Angel untuk mendekat padanya. Angel yang merasa telah muak dengan cara Tito menggantung hubungan mereka, menarik tubuhnya, bersandar pada kursi mobil dan berkata, “Maaf mas, tidak enak kelihatan sama orang yang ada di parkiran.” “Tetapi Angel, aku ingin kita bertemu lagi, a
Mobil yang membawa Andini dan Yuni berhenti di sebuah rumah berbentuk joglo. Terlihat halaman luas yang berisi berbagai macam pohon dan bunga yang tertata rapi. Terlihat seorang lelaki muda membuka pintu pagar, dan menyalami Andini dan Yuni. Sedangkan pak Raka menunggu di mobil. Sore mbak Dini, apa kabar?” tanya lelaki bertubuh tinggi dan kerempeng. Kabar baik, bagaimana dengan kabarmu ?” “Baik mbak, ayo masuk.” Lelaki bertubuh kerempeng itu, mempersilakan mereka masuk. Lalu terlihat seorang wanita tua berusia sekitar tujuh puluh tahun, dengan tubuh yang masih terlihat sehat berdiri di teras melihat ke arah mereka berdua. Sesampai di depan teras, Andini langsung meraih tangan wanita tua itu dan mencium tangannya, begitu pun dengan Yuni, melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh Andini. “Kapan kamu datang, Din...?” tanya wanita tua itu, mempersilakan mereka masuk ke dalam rumah. Dini yang di tanya oleh ibu mertuanya, hanya terdiam tidak menjawab, seolah-olah ia tidak m
Tito sampai di rumah sekitar jam tiga sore. Kala itu, ia pulang ke rumah membawakan makanan kesukaan istri dan mainan kedua anaknya. Setelah pintu pagar dibuka oleh seorang tukang kebun, Tito langsung memarkirkan mobil dan masuk ke rumah. Ketika ia baru masuk pintu utama, Tito melihat dua koper miliknya berada di ruang keluarga. “Ijah!” teriak Tito memanggil pembantu rumah tangga di rumah itu. “Rini...!” seru Tito memanggil istrinya juga. Seorang wanita berkulit coklat matang, kira-kira berusia tiga puluh lima tahun, yang di panggil Ijah tergopoh-gopoh mendatangi Tito, di ruang keluarga. “Saya....pak,” ucap Ijah dengan wajah menunduk. “Ulah siapa ini?” tanya Tito sambil menunjuk koper miliknya. “Ibu Dimana?” tanyanya kembali. Ijah yang tahu akan begini jadinya, menjawab Tito dengan menundukkan kepala. “Saya yang mengeluarkan pak, atas perintah ibu.” “Ibu ada di kamar, tetapi anak-anak tadi dibawa sama mang Ujang, ke tempat bermain, di Timezone. Mendengar istrinya berada di ka
Andini kembali ke rumah, pada hari minggu sore, ia masuk kedalam rumah dengan pikiran yang kalut. Karena ia belum sanggup mengutarakan keputusan untuk bercerai dari Jodi, pada Angel dan kedua anak lelakinya yang telah berkeluarga. Memang pada saat di Semarang dan di jalan, semangat dirinya untuk bercerai sangat tinggi. Hanya saja saat ini, ia belum tahu bagaimana menjelaskan dan memberitahukan pada anak-anaknya. “Eh... Mama udah pulang, cape yaa maa...koq terlihat lesu seperti itu?” tanya Angel ketika dilihat mamanya telah berada diruang tamu. Mama hanya tersenyum melihat Angel yang menyapa, lalu mama masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Sementara itu, Angel segera merapikan rumah, yang sejak kemarin tidak dirapikan olehnya. Selesai membersihkan rumah dan menyiram tanaman, Angel mencari mama yang sejak masuk ke kamar untuk membersihkan diri, belum juga keluar dari kamarnya. Pada saat masuk ke kamar, dilihat mama sedang merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Kemudian, Angel m
Demas, seorang lelaki teman beda divisi dengan Angel, hari ini berulang tahun. Dan hampir semua karyawan dan karyawati disana di undang, begitu pun dengan Angel. Pada undangan yang berwarna keemasan itu, terukir nama Raden Demas Prambudi. Berulang tahun ke dua puluh lima tahun. Yang membuat Angel tercengang, ketika ia baca, pesta ulang tahun dari Demas, pria yang konyol itu, diadakan di hotel bintang lima. Angel bertanya dalam hati, ‘Memang siapa sih sebenarnya Demas itu?’ Belum sempat pertanyaan itu terjawab, Cindy membuyarkan pikirannya untuk memikirkan asal usul dari Demas, dengan berkata padanya, “Angel, acara ultah Demas dimulai jam delapan malam, gimana kalau pulang kerja, kita cari kado buat dia.” “Kado....? Seperti anak paud aja pake kado segala....Cindy, kita ini udah dewasa, jadi enggak pake kado-kado ’an segala,” ucap Angel sambil merapikan file pekerjaannya. “Enggak enaklah Ngel..., Masa kita mau numpang makan aja,” Cindy menimpali omongan Angel. “Biar aja, juga kita
Sesampai di dalam rumah, Angel yang masih terkejut dengan sikap Demas yang secara refleks memeluk dan menciumnya. Aah..., konyol sekali lelaki itu, pikir Angel. Andini, yang sedari Angel masuk ke dalam rumah memperhatikan dirinya, langsung menegur putrinya. “Angel, apa ada kejadian yang tidak mengenakan pada pesta itu?” tanya mama. Terlihat Angel terkejut dengan pertanyaan mamanya. Agar tidak ada rasa was-was pada hati mama, Angel pun berkata, “Semua berjalan menyenangkan koq maa, hanya saja.., hemm.” Ingin rasanya Angel bercerita tentang Demas, anak pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Hanya saja ia ragu untuk berkata jujur atas tindakan Demas padanya. Padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika bisa terlepas dari Tito, ia akan menceritakan pada mamanya, baik itu kisah cinta atau apa pun yang berhubungan dengan lelaki. Karena selama ini, ia tidak pernah bercerita tentang seorang lelaki yang dekat dengannya. “Hanya saja kenapa, Ngel?” “Hanya saja tadi Angel lupa beli kad
Sejak undangan makan malam dadakan yang dilakukan Demas pada Angel, membuat hubungan kedua insan itu semakin dekat. Dan gosip tentang Angel dan Demas pun menyebar cepat di kalangan pekerja. Hal itu sampai juga terdengar ke telinga Erwan, kakak angkat dari Demas. Mendengar gosip di kalangan pekerja semakin santer, Erwan yang tidak satu rumah dengan adiknya, ingin menanyakan perihal gosip itu secara langsung. Bagi Erwan, jika Angel pilihan adiknya, ia sangat setuju, karena pertemanan ia dan Tito telah cukup lama, jadi tidak masalah jika kelak adiknya menikahi Angel, wanita yang ia ketahui dari keluarga baik-baik. Hanya saja, hal yang diketahui oleh Erwan, tidak sepenuhnya adalah sebuah kebenaran. Entahlah jika kelak, Erwan tahu yang sebenarnya, apakah ia masih mau menerima Angel jadi adik iparnya. Demas, yang hari ini ke ruang kerja kakaknya untuk membahas tentang pekerjaan, tiba-tiba saja ditanya oleh Erwan mengenai desas-desus hubungannya dengan Angel. “Demas, ada gosip, katanya k
Demas mengantar Angel ke rumahnya, ketika waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Setelah memastikan Angel masuk ke dalam rumah, Demas pun berlalu dari pagar berwarna biru itu, pulang ke rumahnya sendiri. Selama masa sekolah dulu, dari Paud hingga sampai Perguruan Tinggi, Demas selalu mendapat pengawalan yang ketat dari kedua orang tuanya dalam bergaul. Tetapi kini, setelah ia dewasa dan bekerja pada perusahaan milik orang tuanya, ia dapat lebih leluasa dan bebas memilih teman dalam pergaulannya. Tetapi doktrin yang telah ia terima, dari Paud hingga sampai Perguruan tinggi, tentang kehidupan di luar yang penuh dengan tipu-daya, membuat ia berhati-hati dalam berperilaku. Apalagi manset pada polah pikirnya, tentang golongan kaum kelas jetset telah melekat dalam kehidupan sehari-hari sejak masa Paud hingga masa kuliah, dengan status sosial yang tinggi. Oleh karena itu, ia sangat menjaga diri, ketika mulai tertarik dengan seorang wanita, sejak puber pertama di masa sekolah menenga