Hai🙋🙋 pembaca setia RWP🌺 Di tunggu terus yaa kelanjutan dari ceritanya💃💃💃 Mohon dukungan nya terus yaa😘 Bantu komentarnya dunk...✍️ Trims utk tanda love nya❤️❤️❤️❤️❤️ Tanda bintangnya⭐⭐⭐⭐⭐ Dan tanda votenya💎💎💎💎💎 Jaga terus kesehatan 💪😍🥰
Andini kembali ke rumah, pada hari minggu sore, ia masuk kedalam rumah dengan pikiran yang kalut. Karena ia belum sanggup mengutarakan keputusan untuk bercerai dari Jodi, pada Angel dan kedua anak lelakinya yang telah berkeluarga. Memang pada saat di Semarang dan di jalan, semangat dirinya untuk bercerai sangat tinggi. Hanya saja saat ini, ia belum tahu bagaimana menjelaskan dan memberitahukan pada anak-anaknya. “Eh... Mama udah pulang, cape yaa maa...koq terlihat lesu seperti itu?” tanya Angel ketika dilihat mamanya telah berada diruang tamu. Mama hanya tersenyum melihat Angel yang menyapa, lalu mama masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri. Sementara itu, Angel segera merapikan rumah, yang sejak kemarin tidak dirapikan olehnya. Selesai membersihkan rumah dan menyiram tanaman, Angel mencari mama yang sejak masuk ke kamar untuk membersihkan diri, belum juga keluar dari kamarnya. Pada saat masuk ke kamar, dilihat mama sedang merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Kemudian, Angel m
Demas, seorang lelaki teman beda divisi dengan Angel, hari ini berulang tahun. Dan hampir semua karyawan dan karyawati disana di undang, begitu pun dengan Angel. Pada undangan yang berwarna keemasan itu, terukir nama Raden Demas Prambudi. Berulang tahun ke dua puluh lima tahun. Yang membuat Angel tercengang, ketika ia baca, pesta ulang tahun dari Demas, pria yang konyol itu, diadakan di hotel bintang lima. Angel bertanya dalam hati, ‘Memang siapa sih sebenarnya Demas itu?’ Belum sempat pertanyaan itu terjawab, Cindy membuyarkan pikirannya untuk memikirkan asal usul dari Demas, dengan berkata padanya, “Angel, acara ultah Demas dimulai jam delapan malam, gimana kalau pulang kerja, kita cari kado buat dia.” “Kado....? Seperti anak paud aja pake kado segala....Cindy, kita ini udah dewasa, jadi enggak pake kado-kado ’an segala,” ucap Angel sambil merapikan file pekerjaannya. “Enggak enaklah Ngel..., Masa kita mau numpang makan aja,” Cindy menimpali omongan Angel. “Biar aja, juga kita
Sesampai di dalam rumah, Angel yang masih terkejut dengan sikap Demas yang secara refleks memeluk dan menciumnya. Aah..., konyol sekali lelaki itu, pikir Angel. Andini, yang sedari Angel masuk ke dalam rumah memperhatikan dirinya, langsung menegur putrinya. “Angel, apa ada kejadian yang tidak mengenakan pada pesta itu?” tanya mama. Terlihat Angel terkejut dengan pertanyaan mamanya. Agar tidak ada rasa was-was pada hati mama, Angel pun berkata, “Semua berjalan menyenangkan koq maa, hanya saja.., hemm.” Ingin rasanya Angel bercerita tentang Demas, anak pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Hanya saja ia ragu untuk berkata jujur atas tindakan Demas padanya. Padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika bisa terlepas dari Tito, ia akan menceritakan pada mamanya, baik itu kisah cinta atau apa pun yang berhubungan dengan lelaki. Karena selama ini, ia tidak pernah bercerita tentang seorang lelaki yang dekat dengannya. “Hanya saja kenapa, Ngel?” “Hanya saja tadi Angel lupa beli kad
Sejak undangan makan malam dadakan yang dilakukan Demas pada Angel, membuat hubungan kedua insan itu semakin dekat. Dan gosip tentang Angel dan Demas pun menyebar cepat di kalangan pekerja. Hal itu sampai juga terdengar ke telinga Erwan, kakak angkat dari Demas. Mendengar gosip di kalangan pekerja semakin santer, Erwan yang tidak satu rumah dengan adiknya, ingin menanyakan perihal gosip itu secara langsung. Bagi Erwan, jika Angel pilihan adiknya, ia sangat setuju, karena pertemanan ia dan Tito telah cukup lama, jadi tidak masalah jika kelak adiknya menikahi Angel, wanita yang ia ketahui dari keluarga baik-baik. Hanya saja, hal yang diketahui oleh Erwan, tidak sepenuhnya adalah sebuah kebenaran. Entahlah jika kelak, Erwan tahu yang sebenarnya, apakah ia masih mau menerima Angel jadi adik iparnya. Demas, yang hari ini ke ruang kerja kakaknya untuk membahas tentang pekerjaan, tiba-tiba saja ditanya oleh Erwan mengenai desas-desus hubungannya dengan Angel. “Demas, ada gosip, katanya k
Demas mengantar Angel ke rumahnya, ketika waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Setelah memastikan Angel masuk ke dalam rumah, Demas pun berlalu dari pagar berwarna biru itu, pulang ke rumahnya sendiri. Selama masa sekolah dulu, dari Paud hingga sampai Perguruan Tinggi, Demas selalu mendapat pengawalan yang ketat dari kedua orang tuanya dalam bergaul. Tetapi kini, setelah ia dewasa dan bekerja pada perusahaan milik orang tuanya, ia dapat lebih leluasa dan bebas memilih teman dalam pergaulannya. Tetapi doktrin yang telah ia terima, dari Paud hingga sampai Perguruan tinggi, tentang kehidupan di luar yang penuh dengan tipu-daya, membuat ia berhati-hati dalam berperilaku. Apalagi manset pada polah pikirnya, tentang golongan kaum kelas jetset telah melekat dalam kehidupan sehari-hari sejak masa Paud hingga masa kuliah, dengan status sosial yang tinggi. Oleh karena itu, ia sangat menjaga diri, ketika mulai tertarik dengan seorang wanita, sejak puber pertama di masa sekolah menenga
Hari ini, kedua putra Andini telah tiba di rumah. Hendra datang lebih cepat satu jam dari Hendri. Kedatangan kedua putra beserta keluarga kecil mereka membuat bahagia hatinya, karena selama hampir satu tahun, mereka sudah jarang pulang ke rumah. Bagi Andini ini adalah hadiah terindah menjelang hari ulang tahunnya esok hari. “Mama koq kurus sekali, apa mama habis sakit?” tanya Hendra, ketika memperhatikan mama yang sedang menggendong anaknya. “Selama ini mama sehat-sehat saja koq Hen, sepertinya sih memang karena umur yang bertambah, jadi badan mama menyusut yaa,” jawab mama dengan tersenyum. “Seharusnya tidak seperti itu sih Maa.., ibu saya lebih tua dari mama, tetapi masih gemuk, malah kata ibu, ingin kurus susah,” ujar Ita, istri Hendra. Mendengar penuturan mantunya, membuat Andini tersenyum saja. Lalu ia meminta semua anak dan menantunya untuk makan siang. Sedangkan anak-anak mereka dibiarkan bermain bersama di ruang keluarga. Andini memiliki empat orang cucu. Satu cucu perempua
Angel pulang tepat pukul delapan kurang lima belas menit. Demas mengantarnya sampai di depan pagar rumah. Sebelum Angel keluar dari mobil, ia mencium pipi Demas dan berkata, “Terima kasih ya Dem, udah nganterin aku, bayar sisa hadiah untuk mama, dan untuk..., hemmm kamu.” Demas yang mendengar kata-kata terakhir Angel dengan lirikan nakal, mengarah ke arah rudalnya, membuat Demas tersenyum lebar, Lalu berkata dengan serius, “Angel, kalau kamu tidak keberatan, besok aku ingin datang ke ulang tahun mama kamu, inginnya sih lebih mengenal lebih dekat keluarga kamu.” Sejenak Angel terdiam, kemudian ia menjawab, “Aku akan katakan pada mama dulu, karena selama ini, aku tidak pernah membawa teman lelaki ke rumah, jadi biar mereka tidak terkejut” Mendengar penuturan Angel yang simpel dalam menjelaskan, membuat Demas semakin menyukai Angel. Walaupun, selama ini, hubungan mereka disebabkan karena kebutuhan biologis Angel dan keingintahuan Demas, tentang suatu hubungan intim. Tetapi, Demas suda
Mobil sport yang dikendarai oleh Demas berjalan diantara mobil lain, di jalan yang padat di hari weekend. Di dalam mobil itu, Angel bercerita tentang kedua kakak, ipar dan mamanya. Angel juga menceritakan tentang keadaan rumah tangga mama, yang sedang ada masalah. Sementara Demas juga bercerita tentang mama papanya yang telah berusia enam puluh tahun, dan ia juga bercerita tentang Erwan, kakak angkatnya. Ketika, Demas bercerita tentang nama Erwan, Angel merasa seluruh tubuhnya mengigil. Ia takut kebohongan yang telah ia lakukan bersama Tito, pada saat mereka menghadap Erwan, untuk mendapatkan pekerjaan, terbongkar. Tetapi Angel berjanji, suatu hari, ia akan mengatakan hal yang sebenarnya pada Erwan, mengenai kebohongan Tito atas dirinya. “Angel, kenapa kamu diam? Apa kamu kelelahan karena bangun pagi?” Angel langsung bersikap wajar kembali seperti sedia kala, ia pun menjawab, “Aku sehat-sehat aja dengan kondisi tubuh yang fit.” “Tapi, tadi aku lihat, kamu termenung..., Apa karena k