Hai pembaca yang baik hati 🙋😘❤️ Terima kasih sudah membaca RWP 🌺 Tunggu terus kelanjutannya yaa...💃💃💃 Mohon bantu komennya pleaseeee✍️🙇 Bantu tanda love nya juga yaa❤️❤️❤️❤️❤️ Tanda bintang lima nya⭐⭐⭐⭐⭐ Dan vote nya juga💎💎💎💎💎 Ingat...jaga kesehatan yaaa 💪🙏🙏🥰😍
Sesampai di dalam rumah, Angel yang masih terkejut dengan sikap Demas yang secara refleks memeluk dan menciumnya. Aah..., konyol sekali lelaki itu, pikir Angel. Andini, yang sedari Angel masuk ke dalam rumah memperhatikan dirinya, langsung menegur putrinya. “Angel, apa ada kejadian yang tidak mengenakan pada pesta itu?” tanya mama. Terlihat Angel terkejut dengan pertanyaan mamanya. Agar tidak ada rasa was-was pada hati mama, Angel pun berkata, “Semua berjalan menyenangkan koq maa, hanya saja.., hemm.” Ingin rasanya Angel bercerita tentang Demas, anak pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Hanya saja ia ragu untuk berkata jujur atas tindakan Demas padanya. Padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika bisa terlepas dari Tito, ia akan menceritakan pada mamanya, baik itu kisah cinta atau apa pun yang berhubungan dengan lelaki. Karena selama ini, ia tidak pernah bercerita tentang seorang lelaki yang dekat dengannya. “Hanya saja kenapa, Ngel?” “Hanya saja tadi Angel lupa beli kad
Sejak undangan makan malam dadakan yang dilakukan Demas pada Angel, membuat hubungan kedua insan itu semakin dekat. Dan gosip tentang Angel dan Demas pun menyebar cepat di kalangan pekerja. Hal itu sampai juga terdengar ke telinga Erwan, kakak angkat dari Demas. Mendengar gosip di kalangan pekerja semakin santer, Erwan yang tidak satu rumah dengan adiknya, ingin menanyakan perihal gosip itu secara langsung. Bagi Erwan, jika Angel pilihan adiknya, ia sangat setuju, karena pertemanan ia dan Tito telah cukup lama, jadi tidak masalah jika kelak adiknya menikahi Angel, wanita yang ia ketahui dari keluarga baik-baik. Hanya saja, hal yang diketahui oleh Erwan, tidak sepenuhnya adalah sebuah kebenaran. Entahlah jika kelak, Erwan tahu yang sebenarnya, apakah ia masih mau menerima Angel jadi adik iparnya. Demas, yang hari ini ke ruang kerja kakaknya untuk membahas tentang pekerjaan, tiba-tiba saja ditanya oleh Erwan mengenai desas-desus hubungannya dengan Angel. “Demas, ada gosip, katanya k
Demas mengantar Angel ke rumahnya, ketika waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Setelah memastikan Angel masuk ke dalam rumah, Demas pun berlalu dari pagar berwarna biru itu, pulang ke rumahnya sendiri. Selama masa sekolah dulu, dari Paud hingga sampai Perguruan Tinggi, Demas selalu mendapat pengawalan yang ketat dari kedua orang tuanya dalam bergaul. Tetapi kini, setelah ia dewasa dan bekerja pada perusahaan milik orang tuanya, ia dapat lebih leluasa dan bebas memilih teman dalam pergaulannya. Tetapi doktrin yang telah ia terima, dari Paud hingga sampai Perguruan tinggi, tentang kehidupan di luar yang penuh dengan tipu-daya, membuat ia berhati-hati dalam berperilaku. Apalagi manset pada polah pikirnya, tentang golongan kaum kelas jetset telah melekat dalam kehidupan sehari-hari sejak masa Paud hingga masa kuliah, dengan status sosial yang tinggi. Oleh karena itu, ia sangat menjaga diri, ketika mulai tertarik dengan seorang wanita, sejak puber pertama di masa sekolah menenga
Hari ini, kedua putra Andini telah tiba di rumah. Hendra datang lebih cepat satu jam dari Hendri. Kedatangan kedua putra beserta keluarga kecil mereka membuat bahagia hatinya, karena selama hampir satu tahun, mereka sudah jarang pulang ke rumah. Bagi Andini ini adalah hadiah terindah menjelang hari ulang tahunnya esok hari. “Mama koq kurus sekali, apa mama habis sakit?” tanya Hendra, ketika memperhatikan mama yang sedang menggendong anaknya. “Selama ini mama sehat-sehat saja koq Hen, sepertinya sih memang karena umur yang bertambah, jadi badan mama menyusut yaa,” jawab mama dengan tersenyum. “Seharusnya tidak seperti itu sih Maa.., ibu saya lebih tua dari mama, tetapi masih gemuk, malah kata ibu, ingin kurus susah,” ujar Ita, istri Hendra. Mendengar penuturan mantunya, membuat Andini tersenyum saja. Lalu ia meminta semua anak dan menantunya untuk makan siang. Sedangkan anak-anak mereka dibiarkan bermain bersama di ruang keluarga. Andini memiliki empat orang cucu. Satu cucu perempua
Angel pulang tepat pukul delapan kurang lima belas menit. Demas mengantarnya sampai di depan pagar rumah. Sebelum Angel keluar dari mobil, ia mencium pipi Demas dan berkata, “Terima kasih ya Dem, udah nganterin aku, bayar sisa hadiah untuk mama, dan untuk..., hemmm kamu.” Demas yang mendengar kata-kata terakhir Angel dengan lirikan nakal, mengarah ke arah rudalnya, membuat Demas tersenyum lebar, Lalu berkata dengan serius, “Angel, kalau kamu tidak keberatan, besok aku ingin datang ke ulang tahun mama kamu, inginnya sih lebih mengenal lebih dekat keluarga kamu.” Sejenak Angel terdiam, kemudian ia menjawab, “Aku akan katakan pada mama dulu, karena selama ini, aku tidak pernah membawa teman lelaki ke rumah, jadi biar mereka tidak terkejut” Mendengar penuturan Angel yang simpel dalam menjelaskan, membuat Demas semakin menyukai Angel. Walaupun, selama ini, hubungan mereka disebabkan karena kebutuhan biologis Angel dan keingintahuan Demas, tentang suatu hubungan intim. Tetapi, Demas suda
Mobil sport yang dikendarai oleh Demas berjalan diantara mobil lain, di jalan yang padat di hari weekend. Di dalam mobil itu, Angel bercerita tentang kedua kakak, ipar dan mamanya. Angel juga menceritakan tentang keadaan rumah tangga mama, yang sedang ada masalah. Sementara Demas juga bercerita tentang mama papanya yang telah berusia enam puluh tahun, dan ia juga bercerita tentang Erwan, kakak angkatnya. Ketika, Demas bercerita tentang nama Erwan, Angel merasa seluruh tubuhnya mengigil. Ia takut kebohongan yang telah ia lakukan bersama Tito, pada saat mereka menghadap Erwan, untuk mendapatkan pekerjaan, terbongkar. Tetapi Angel berjanji, suatu hari, ia akan mengatakan hal yang sebenarnya pada Erwan, mengenai kebohongan Tito atas dirinya. “Angel, kenapa kamu diam? Apa kamu kelelahan karena bangun pagi?” Angel langsung bersikap wajar kembali seperti sedia kala, ia pun menjawab, “Aku sehat-sehat aja dengan kondisi tubuh yang fit.” “Tapi, tadi aku lihat, kamu termenung..., Apa karena k
Setelah Hendra meminta semua anggota keluarga untuk beristirahat, akhirnya semua masuk ke kamar masing-masing, kecuali Andini yang memutuskan untuk tidak tidur di kamarnya. Ia masuk ke kamar Angel dan saat ini, mereka sedang mengobrol. “Ngel, mama enggak menyalahkan kamu dengan kejadian tadi, cuma mama jadi merasa bersalah, karena sudah cerita tentang masalah kami, dan itu jadi dasar kamu benci sama papa.” “Kalau saja mama enggak cerita, mungkin enggak akan terjadi keributan. Hendri jadi tersangkut paut juga dengan masalah tadi,” dengan lembut Andini berkata dan mengusap kepala putrinya yang masih belum terlelap. “Maa, jangan salahkan diri mama sendiri, coba kalau sejak dulu mama cerita, mungkin mama bisa cerai pada saat masih muda. Juga dari dulu Angel udah enggak merasa punya papa.” “Masalah dia, minta maaf ke mama, itu sih terserah mama aja, cuma memang Angel udah enggak respek sama dia.” Andini menarik napas panjang mendengar penuturan putrinya. Ia tahu, Angel udah sangat kece
Sesaat rumah itu, tampak sunyi, tak ada suara sama sekali, seperti yang terjadi satu jam sebelumnya. Hendra masih terdiam dengan memainkan ponsel yang dipegangnya, bersama Jodi yang tertunduk lesu di ruang keluarga. Hendri yang masih duduk di teras memandang halaman yang telah bersih dengan bunga-bunga yang bermekaran dan wanita muda yang masih menunggu kepastian atas nasib ia dan bayi yang di kandungnya. Dan Kedua ipar Angel yang masih berada di dalam kamar bersama anak-anak mereka, serta Angel yang sedang menguatkan hati mama untuk mengambil sikap, atas hidup yang akan menentukan kebahagiaannya. Bunyi suara pintu kamar Angel, yang terbuka, membangunkan mereka dengan pikiran yang terus menjalar ke segala arah dan ke berbagai kemungkinan. Mama berjalan ke ruang tamu ditemani oleh Angel yang menggenggam erat tangannya. Terlihat Hendri bangun dari kursi yang berada di teras, masuk ke ruang keluarga. Begitu pun dengan Hendra yang terlihat berjalan menuju ruang tamu dengan mengantongi