Hai 🙋pembaca yang baik hati❤️❤️❤️ Tunggu terus kelanjutan RWP🌺 yaaa Mohon dibantu tanda lovenya❤️❤️❤️❤️❤️ Dengan 5 bintangnya ⭐⭐⭐⭐⭐ Dengan vote nya juga...💎💎💎💎💎 Selalu jaga kesehatan💪😍🤩🥰 Terima Kasih banyak 🙏🙏🙏🙏🙏❤️
Demas mengantar Angel ke rumahnya, ketika waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Setelah memastikan Angel masuk ke dalam rumah, Demas pun berlalu dari pagar berwarna biru itu, pulang ke rumahnya sendiri. Selama masa sekolah dulu, dari Paud hingga sampai Perguruan Tinggi, Demas selalu mendapat pengawalan yang ketat dari kedua orang tuanya dalam bergaul. Tetapi kini, setelah ia dewasa dan bekerja pada perusahaan milik orang tuanya, ia dapat lebih leluasa dan bebas memilih teman dalam pergaulannya. Tetapi doktrin yang telah ia terima, dari Paud hingga sampai Perguruan tinggi, tentang kehidupan di luar yang penuh dengan tipu-daya, membuat ia berhati-hati dalam berperilaku. Apalagi manset pada polah pikirnya, tentang golongan kaum kelas jetset telah melekat dalam kehidupan sehari-hari sejak masa Paud hingga masa kuliah, dengan status sosial yang tinggi. Oleh karena itu, ia sangat menjaga diri, ketika mulai tertarik dengan seorang wanita, sejak puber pertama di masa sekolah menenga
Hari ini, kedua putra Andini telah tiba di rumah. Hendra datang lebih cepat satu jam dari Hendri. Kedatangan kedua putra beserta keluarga kecil mereka membuat bahagia hatinya, karena selama hampir satu tahun, mereka sudah jarang pulang ke rumah. Bagi Andini ini adalah hadiah terindah menjelang hari ulang tahunnya esok hari. “Mama koq kurus sekali, apa mama habis sakit?” tanya Hendra, ketika memperhatikan mama yang sedang menggendong anaknya. “Selama ini mama sehat-sehat saja koq Hen, sepertinya sih memang karena umur yang bertambah, jadi badan mama menyusut yaa,” jawab mama dengan tersenyum. “Seharusnya tidak seperti itu sih Maa.., ibu saya lebih tua dari mama, tetapi masih gemuk, malah kata ibu, ingin kurus susah,” ujar Ita, istri Hendra. Mendengar penuturan mantunya, membuat Andini tersenyum saja. Lalu ia meminta semua anak dan menantunya untuk makan siang. Sedangkan anak-anak mereka dibiarkan bermain bersama di ruang keluarga. Andini memiliki empat orang cucu. Satu cucu perempua
Angel pulang tepat pukul delapan kurang lima belas menit. Demas mengantarnya sampai di depan pagar rumah. Sebelum Angel keluar dari mobil, ia mencium pipi Demas dan berkata, “Terima kasih ya Dem, udah nganterin aku, bayar sisa hadiah untuk mama, dan untuk..., hemmm kamu.” Demas yang mendengar kata-kata terakhir Angel dengan lirikan nakal, mengarah ke arah rudalnya, membuat Demas tersenyum lebar, Lalu berkata dengan serius, “Angel, kalau kamu tidak keberatan, besok aku ingin datang ke ulang tahun mama kamu, inginnya sih lebih mengenal lebih dekat keluarga kamu.” Sejenak Angel terdiam, kemudian ia menjawab, “Aku akan katakan pada mama dulu, karena selama ini, aku tidak pernah membawa teman lelaki ke rumah, jadi biar mereka tidak terkejut” Mendengar penuturan Angel yang simpel dalam menjelaskan, membuat Demas semakin menyukai Angel. Walaupun, selama ini, hubungan mereka disebabkan karena kebutuhan biologis Angel dan keingintahuan Demas, tentang suatu hubungan intim. Tetapi, Demas suda
Mobil sport yang dikendarai oleh Demas berjalan diantara mobil lain, di jalan yang padat di hari weekend. Di dalam mobil itu, Angel bercerita tentang kedua kakak, ipar dan mamanya. Angel juga menceritakan tentang keadaan rumah tangga mama, yang sedang ada masalah. Sementara Demas juga bercerita tentang mama papanya yang telah berusia enam puluh tahun, dan ia juga bercerita tentang Erwan, kakak angkatnya. Ketika, Demas bercerita tentang nama Erwan, Angel merasa seluruh tubuhnya mengigil. Ia takut kebohongan yang telah ia lakukan bersama Tito, pada saat mereka menghadap Erwan, untuk mendapatkan pekerjaan, terbongkar. Tetapi Angel berjanji, suatu hari, ia akan mengatakan hal yang sebenarnya pada Erwan, mengenai kebohongan Tito atas dirinya. “Angel, kenapa kamu diam? Apa kamu kelelahan karena bangun pagi?” Angel langsung bersikap wajar kembali seperti sedia kala, ia pun menjawab, “Aku sehat-sehat aja dengan kondisi tubuh yang fit.” “Tapi, tadi aku lihat, kamu termenung..., Apa karena k
Setelah Hendra meminta semua anggota keluarga untuk beristirahat, akhirnya semua masuk ke kamar masing-masing, kecuali Andini yang memutuskan untuk tidak tidur di kamarnya. Ia masuk ke kamar Angel dan saat ini, mereka sedang mengobrol. “Ngel, mama enggak menyalahkan kamu dengan kejadian tadi, cuma mama jadi merasa bersalah, karena sudah cerita tentang masalah kami, dan itu jadi dasar kamu benci sama papa.” “Kalau saja mama enggak cerita, mungkin enggak akan terjadi keributan. Hendri jadi tersangkut paut juga dengan masalah tadi,” dengan lembut Andini berkata dan mengusap kepala putrinya yang masih belum terlelap. “Maa, jangan salahkan diri mama sendiri, coba kalau sejak dulu mama cerita, mungkin mama bisa cerai pada saat masih muda. Juga dari dulu Angel udah enggak merasa punya papa.” “Masalah dia, minta maaf ke mama, itu sih terserah mama aja, cuma memang Angel udah enggak respek sama dia.” Andini menarik napas panjang mendengar penuturan putrinya. Ia tahu, Angel udah sangat kece
Sesaat rumah itu, tampak sunyi, tak ada suara sama sekali, seperti yang terjadi satu jam sebelumnya. Hendra masih terdiam dengan memainkan ponsel yang dipegangnya, bersama Jodi yang tertunduk lesu di ruang keluarga. Hendri yang masih duduk di teras memandang halaman yang telah bersih dengan bunga-bunga yang bermekaran dan wanita muda yang masih menunggu kepastian atas nasib ia dan bayi yang di kandungnya. Dan Kedua ipar Angel yang masih berada di dalam kamar bersama anak-anak mereka, serta Angel yang sedang menguatkan hati mama untuk mengambil sikap, atas hidup yang akan menentukan kebahagiaannya. Bunyi suara pintu kamar Angel, yang terbuka, membangunkan mereka dengan pikiran yang terus menjalar ke segala arah dan ke berbagai kemungkinan. Mama berjalan ke ruang tamu ditemani oleh Angel yang menggenggam erat tangannya. Terlihat Hendri bangun dari kursi yang berada di teras, masuk ke ruang keluarga. Begitu pun dengan Hendra yang terlihat berjalan menuju ruang tamu dengan mengantongi
Kehadiran Demas pada keluarga inti Angel, membawa perasaan bahagia pada hatinya. Ia yang selama ini berusaha menepis rasa ketertarikannya pada Demas, terus berusaha menjaga jarak. Perbedaan status sosial yang mencolok antara mereka, menjadi salah satu sebab, Angel untuk tidak berharap banyak, atas kedekatan mereka. Kalau saja kedua kakaknya dan Andini tahu, jika kedekatan antara mereka berawal dari kebutuhan biologis semata, mungkin hari ini, namanya telah di coret dalam daftar keluarga. Belum lagi, hubungan sebelumnya dengan Tito yang telah beristri, mungkin saja ia akan dikait-kaitkan dengan keadaan mamanya saat ini. Karena bagaimana pun hukum karma tetap berjalan. Tetapi mengapa mamanya yang mendapat hukumannya? Bukankah, sebenarnya Jodi yang telah lama mempermainkan wanita muda, sehingga karmanya harus dijalani oleh Angel? “Angel, kita cari makan dulu aja, kasihan mama, sama anak-anak, sekarang sudah jam sebelas lebih,” saran Hendra pada Angel yang sedang bermain dengan anaknya.
Hubungan Angel dan Demas yang awalnya hanya selentingan gosip bagi karyawan dan karyawati di tempatnya bekerja, akhirnya tertangkap basah, ketika mereka berciuman di dalam lift. Hal itu tanpa sengaja diketahui oleh karyawati yang sedang menunggu lift pada lantai lain. Peristiwa itu, membuat gempar seluruh bagian yang ada di kantor itu, begitu juga dengan Erwan. Ia tidak percaya, jika gosip yang beredar di kalangan karyawan kantor benar adanya. Karena ia yakin adiknya, tidak akan melakukan hal yang memalukan seperti itu. Oleh karena itu, hari ini Erwan memanggil Demas ke ruangannya untuk bisa mengklarifikasi hal yang menjadi perbincangan antar karyawan. “Pagi kak,” salam Demas ketika memasuki ruangan Erwan. “Pagi Dem,” ucap Erwan membalas salam Demas. Lalu Erwan, bangkit dari tempat duduknya ke ruang tamu yang ada di ruangannya. Sementara Demas terlihat telah duduk di ruang tamu. “Kamu udah sarapan?” tanya Erwan sebagai kata pembukaan diantara mereka. “Sudah kak, bagaimana kabar ka