Beranda / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Drama Di Lorong Kancil - Kedua.

Share

Drama Di Lorong Kancil - Kedua.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-03 09:24:16

Meskipun Rika merasa geram mendengar sebutan "Nyonya tua," yang tidak jauh berbeda dari "nenek," dia menahan diri. Dalam benaknya, dia tahu betul bahwa dukungan dari orang-orang ini adalah modal penting. Maka, dengan senyum tipis yang disembunyikan, Rika berpura-pura merasa puas dan dilindungi oleh orang-orang kelas bawah itu, sementara hatinya menyimpan kegeraman.

Dipenuhi dengan rasa kemenangan, Rika semakin menunjukkan keangkuhannya.

“Kalau begitu, jangan halangi Nyonya besar ini yang ingin pulang!” suaranya tegas, penuh kemenangan. “Minggir!”

Namun, ketika Rika hendak melenggang pergi, salah seorang penagih hutang dengan cepat menahan langkahnya, mencengkeram tangannya dengan kuat.

“Jangan senang dulu, Nyonya tua!” tukasnya dengan nada dingin. “Lihat ini apa?”

Penagih hutang itu kemudian mengeluarkan setumpuk foto dari tasnya, menyebarkannya di hadapan Rika.

Dalam foto-foto itu, terlihat jelas Rika sedang menandatangani perjanjian kredit di bank. Bahkan, ada foto di mana Rika meme
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Rika Sang Provokator.

    Ketika melihat Xander berdiri dan meneriakkan bahwa dia adalah seorang penjudi yang baru saja memenangkan uang di meja judi, amarah Rika Setiawan langsung meluap.Wajahnya memerah, seolah darah mendidih mengalir deras ke kepalanya. Dengan cepat, ia meludah ke tanah, sebuah tindakan penuh penghinaan yang mencerminkan kekesalannya.“Cih... apa maksudmu? Kamu ini sungguh menantu tak berguna dan tidak tahu malu!” suara Rika menggema seperti petir di tengah siang bolong, membuat kerumunan seketika terdiam.Tidak berhenti di situ, Rika segera melancarkan aksi dramatisnya. Dengan gerakan yang penuh gaya, ia memutar tubuhnya, mencari simpati dari kerumunan yang mengelilingi mereka.Ia tahu betul cara memanipulasi suasana, memikat perhatian orang-orang agar terpesona oleh dramanya dan melupakan urusan penagihan utang yang tengah berlangsung.“Saudara-saudara semua...” Rika memulai orasinya dengan nada yang dibuat sedemikian rupa, seperti seorang politisi yang sedang berkampanye.“Jangan percay

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Angel Yang Bukan Malaikat.

    Tak ada yang menjawab, namun suasana mendadak menjadi hening. Semua orang kini mengalihkan perhatian mereka dari Rika ke Angel, menanti kelanjutan drama yang sedang berlangsung di depan mata mereka.“Ah, aku mengerti,” lanjut Angel dengan senyum kepalsuan yang sangat mencolok. “Kalian pasti menunggu pembayaran dari calon kepala desa ini, bukan?”Kerumunan mulai berbisik-bisik, beberapa orang tersenyum sinis, seolah-olah mereka baru saja diberikan topik gosip baru yang lebih menarik.Angel, dengan keahliannya dalam memprovokasi, langsung mengguncang tas imitasi milik Rika Setiawan dengan penuh keagresifan. Suara gemerisik uang di dalamnya menarik perhatian beberapa orang di sekitar.“Jangan khawatir. Kali ini Rika Setiawan tidak akan berhutang, dia baru saja memenangkan permainan judi di Lorong Kancil!” kata Angel keras-keras, suaranya menembus udara seperti belati yang menusuk langsung ke reputasi yang baru Rika bangun.Wajah Rika membeku, dan matanya menyala penuh amarah. Ingin rasan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pilot Pesawat Pribadi?

    “Hari yang melelahkan,” gumam Xander dalam hati, matanya terpejam sejenak saat ia mengapung di kolam renang pribadi di apartemen mewahnya.Air hangat meresap ke seluruh tubuhnya, seolah menghapus kelelahan setelah seharian berurusan dengan rutinitas yang monoton.Malam sudah menyelimuti kota, tetapi Xander lebih memilih suasana yang berbeda."Tidak ada yang lebih baik daripada sensasi tropis," pikirnya sambil memerintahkan mesin pengatur kamera Obscura untuk mengubah latar ruangan sesuai keinginannya.“Buat layar seolah-olah aku sedang berenang di Pulau Bali,” ujarnya tenang.Dalam sekejap, keajaiban teknologi mulai bekerja. Dinding-dinding di sekitar kolam berubah menjadi pemandangan pantai tropis yang memukau.Lampu-lampu menyala dengan kehangatan lembut, menciptakan atmosfer serupa suhu 32 derajat yang sempurna. Suara ombak yang tenang berpadu dengan angin sepoi-sepoi, menciptakan ilusi nyata dari debur ombak yang menghempas pantai.Xander memandangi air kolam yang kini menghangat,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pelajaran Yang Menarik.

    Akhirnya, berkat campur tangan Grace Song, Xander berhasil mendapatkan slot eksklusif di Skymaster, sekolah penerbangan pribadi milik salah satu konglomerat terbesar di negeri ini.Tak bisa dipungkiri, posisinya sebagai miliarder misterius memberi sedikit 'keistimewaan' dalam proses tersebut, meskipun, tentu saja, semuanya dilakukan secara profesional—setidaknya di atas kertas.Meski Xander telah mengunduh buku panduan penerbangan dari Store di sistemnya, di mana seluruh teori dan prosedur penerbangan tampak tertanam di otaknya dalam hitungan detik, ia tetap memutuskan untuk mengikuti pelatihan formal."Aku memang sudah tahu semua, tapi bagaimanapun, lisensi tetap diperlukan, bukan?" batinnya, sambil memasuki hanggar besar tempat pelatihan berlangsung.Udara dalam ruangan itu terasa segar, diselingi aroma logam dan bahan bakar pesawat yang memberi kesan 'resmi'.Begitu tiba, ia langsung disambut oleh seorang pelatih pria, tampil rapi dan profesional seperti layaknya staf elite di temp

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Biduan Dangdut.

    Karena ada tiga peserta dalam pelatihan penerbangan pribadi ini, masing-masing diberikan satu instruktur. Kebetulan—atau mungkin lebih tepatnya "nasib baik" bagi Xander—dia mendapat Lala Gunawan sebagai pembimbingnya, satu-satunya instruktur wanita di antara yang lain.Suasana di dalam pesawat Piper PA-28 terasa cukup tenang, meski Xander adalah pilot pelatihan, Lala Gunawan duduk di sebelahnya dengan penuh kepercayaan diri. Angin yang menderu lembut di luar tak mampu menggeser fokus mereka.“Anda terlihat sangat menguasai teori, Mr. Xander!” ujar Lala, menoleh dengan kagum, meski mungkin sedikit heran juga.Xander tersenyum tipis. “Aku berusaha menghafal dan terus mengulang pelajaran selama di rumah,” jawabnya, nada suaranya sederhana, tapi jelas-jelas ada nada rendah hati yang sedikit berlebihan."Tapi, tetap saja. Tidak banyak yang bisa mengaplikasikan teori semahir Anda saat ini. Sejujurnya, Anda terlihat seperti pilot berlisensi penuh," puji Lala lagi, kali ini disertai tatapan y

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Marah Menjadi Malu.

    Mendengar cemooh Lala yang menyebutnya biduan dangdut kampung, ekspresi Lucy yang awalnya hanya sedikit terkejut, perlahan-lahan berubah.Wajahnya memerah, dan amarah yang tadinya tersimpan dalam-dalam mulai membara.Suasana semakin panas saat terdengar cekikikan tertahan dari arah beberapa penumpang perempuan yang berdiri di dekat pintu keluar.Mereka saling berpandangan sambil menyembunyikan senyum sinis di balik tangan mereka. Bahkan, beberapa wanita setengah baya yang tampak berasal dari kalangan atas mulai menatap Lucy dengan sorot mata yang merendahkan, seolah-olah dia perempuan kampung yang berdandan mencolok."Memang benar apa yang dikatakan pilot perempuan itu. Wanita ini berdandan berlebihan, seperti akan tampil di panggung dangdut," ujar salah satu dari mereka dengan suara lirih, tetapi cukup keras untuk didengar oleh Lucy."Kulihat, tidak semua barang yang dia pakai asli," sambung wanita lain, suaranya penuh ejekan."Pasti itu barang palsu, hanya meniru merk terkenal. Cih,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Truth or Dare?

    Keadaan di Wing’s Bar mulai kembali tenang setelah insiden kecil yang terjadi sebelumnya.Para pengunjung, yang tadinya diam dan menahan napas, kini tampak sedikit lega, mulai kembali menyibukkan diri dengan minuman dan makanan kecil yang terhidang di meja masing-masing.Lagu dengan irama yang menenangkan mulai mengalun lembut dari speaker di sudut ruangan, seolah mencoba menenangkan suasana yang sempat memanas.“Mari kita lupakan kejadian tadi dan lanjutkan malam ini dengan lebih santai. Ayo, minum!” Xander berkata sambil tersenyum tipis, berusaha menghapus sisa-sisa ketegangan di udara.Jerry, salah satu instruktur yang duduk tak jauh dari Xander, langsung menyambut ajakan itu dengan suara riang yang terdengar agak dibuat-buat."Ayo, minum!" serunya, seolah ingin menyulut semangat di antara mereka.Tawa kecil dari dua peserta kursus eksklusif penerbangan yang ikut di meja itu terdengar samar, meski ekspresi mereka masih menyimpan kecanggungan.Xander mengangkat gelas minumannya untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sekali Lagi, Lucy Setiawan.

    “Cium dia!” teriak Jerry, suaranya memecah riuh tawa para teman mereka yang lain, memicu suasana yang semakin memanas.Di seberang meja, Lala hanya duduk diam, bibirnya melengkung membentuk senyum mengejek yang menyiratkan keyakinan.Tatapan matanya berbicara lebih keras dari kata-kata yang tak diucapkannya. Seolah wajahnya terukir sebuah pesan yang membuat Xander semakin kikuk.‘Cium aku kalau berani. Kamu pasti takut, bukan? Lelaki yang diceraikan istrinya? Seorang pecundang dalam rumah tangga.’Tatapan Lala, penuh sindiran, seakan merongrong harga dirinya, menantang martabat yang tersisa.Bayangan masa lalu datang menghantam seperti gelombang yang tak tertahan—Lucy, wanita yang menghancurkan pernikahannya, dan keluarga Setiawan yang selama bertahun-tahun menindasnya, memperlakukannya seperti sampah yang tak berguna.Semua itu, memompa amarah sekaligus keberanian dalam dada Xander.Tak ingin terus menerus diejek Jerry dan kawan-kawannya, Xander bergerak cepat.Dalam sekejap, hanya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10

Bab terbaru

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Drama Queen.

    Tak lama kemudian, Hani, si petugas keamanan yang lebih cocok disebut tukang parkir, sudah berada di aula. Hampir dua ratus karyawan berkumpul, menyaksikan aksi arogansi Sophia yang memanas."Hani! Usir mereka bertiga sekarang juga!”“Mereka sungguh memalukan, rakus menyantap hidangan yang seharusnya untuk Tuan Sanjaya! Manusia-manusia lancang!" seru Sophia dengan nada penuh kebencian, suaranya menggema di seluruh ruangan.Para karyawan, yang sebenarnya tidak menyukai Sophia, berbisik-bisik di antara mereka, mengomentari sikap arogannya.Tatapan mereka penuh rasa tidak suka, tetapi tak satu pun yang berani angkat bicara.Namun, di mata Sophia, bisikan itu adalah pujian atas ketegasannya. Dia memang ingin mencari muka di hadapan direktur utama, Tuan David Li, berharap bisa menaikkan posisinya.Pacar gelapnya, Michael Chen, adalah direktur pemasaran dan tidak punya kuasa di bidang SDM.Jadi, dengan membuat jasa semacam ini, ia berharap mendapat perhatian David Li agar Amy dan Jessica di

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Si Tukang Makan.

    Meskipun Diamond Air berada di gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, perusahaan ini hanya menempati lantai tiga dan empat Sanjaya Tower.Lantai empat, tempat ruang direksi berada, memiliki desain minimalis dengan panel kayu elegan dan pencahayaan modern yang hangat, menciptakan suasana profesional yang sesuai dengan standar perusahaan.Xander, dengan penampilan yang sederhana namun penuh percaya diri, tiba-tiba muncul di ruang pertemuan yang luas.Meja panjang di tengah ruangan dipenuhi kue-kue mewah dan berbagai hidangan lezat. Aroma manis dari kue-kue tersebut memenuhi ruangan, menggoda siapa pun yang masuk.Semua ini tampaknya dipersiapkan dengan cermat untuk menyambut pemilik baru—Xander sendiri."Aku suka kue ini," bisik Xander pada dirinya sendiri, tanpa ragu mengambil sepotong besar tiramisu yang lembut dan kaya rasa."Hm, lezat," katanya sambil menjilat jarinya, menikmati setiap gigitan. Ia kemudian memotong sepotong besar pie susu yang menggiurkan, salah satu makanan

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Hani Sang Petugas Keamanan Parkir.

    Hari itu, pagi pagi benar Xander datang ke Kantor Diamond Air sesuai janjinya pada Grace Song.Ia memarkir mobil listriknya, BYD keluaran terbaru, di tempat parkir dengan tanda besar bertuliskan "Direktur Diamond Air." Xander tidak terlalu memusingkan hal ini; baginya, toh perusahaan ini adalah miliknya.Saat Xander baru saja melangkah sepuluh langkah meninggalkan mobilnya, tiba-tiba seseorang menegurnya dengan nada kasar.“Hei kamu! Apa kamu tidak bisa membaca? Jelas-jelas tertulis ‘Direktur Utama’ di situ. Apa kamu pikir kamu pemilik perusahaan ini, lebih tinggi dari direktur?”Xander menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap petugas keamanan yang berjaga di area parkir.“Tapi aku melihat tempat itu kosong. Apa salahnya kalau aku parkir mobilku sebentar? Lagipula aku tidak akan lama berada di Gedung Diamond Air. Apakah Anda...” Xander baru saja hendak menjelaskan bahwa ia akan bertemu dengan direktur utama, ketika petugas keamanan bernama Hani itu menghardiknya.“Kamu membant

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kesombongan Sophia.

    Gedung Diamond Air, yang terletak di pusat Kota Jatavia, berdiri megah di antara gedung-gedung pencakar langit lainnya.Transformasi Pelican Air menjadi Diamond Air adalah bukti nyata kekuatan uang. Gedung yang dulu kusam kini berkilau dengan kaca hitam mengilap, sementara lobby marmernya memancarkan kemewahan yang tak bisa diabaikan.Semua detailnya berseru: kekayaan.Di dalam, suasana kantor dipenuhi ketegangan yang hanya bisa diciptakan oleh dua hal: kedatangan bos besar yang penuh teka-teki dan rasa penasaran akan apa yang akan berubah di bawah kepemimpinannya.Para karyawan, yang dulunya nyaris kehilangan pekerjaan karena bangkrutnya Pelican Air, sekarang memiliki alasan baru untuk resah.“Sophia Wang,” suara berat Michael Chen, Direktur Pemasaran, memecah keheningan.“Apa kamu sudah mempersiapkan semua acara penyambutan? Aku ingin hari ini sempurna. Tuan Sanjaya harus terkesan.”Sophia Wang, sekretarisnya, mengangguk dengan senyum yang dipaksakan. “Semuanya sudah beres, Tuan Che

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Rapat Setiawan Company.

    Dengan sumber daya yang banyak, tiada batasan ini maka dalam sekejap mata Pelican Air langsung diakuisisi oleh Bank Central Halilintar Group.Dunia bisnis di Negeri Konoya dibuat heboh dengan gebrakan pemilik Halilintar Group, yang mengambil langkah berani mengakuisisi perusahaan yang hampir pailit ini.Seisi Kota Jatavia membincangkan ini, termasuk di Keluarga Setiawan.Pada sebuah acara minum teh di sore hari, Nyonya Ouyang dikelilingi semua keluarga inti, yang memuji-muji dia.Ruangan itu dihiasi ornamen tradisional dengan sentuhan modern; meja besar di tengah ruangan dipenuhi set teh mewah dan penganan kecil yang tersaji rapi.Lucy kebetulan ada di sana. Dia sudah selesai dengan masa penahanannya di Kota Singapura. Ibunya, Rika, juga sudah bebas dengan pertimbangan berbuat baik selama masa tahanan dan usianya yang cukup sepuh.Rika, yang berpura-pura rapuh dan sakit-sakitan selama di penjara, kini duduk dengan postur lemah tetapi matanya tetap memancarkan kecerdasan licik.Oleh se

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sebuah Ide.

    Setelah sekian lama, proyek Dolphin Bakery berjalan dengan lancar. Anak-anak panti asuhan kini hidup nyaman dan tentram.Namun, di balik senyum puas itu, Xander mulai memikirkan sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang sudah lama ia impikan, jauh di dalam hatinya.“Perusahaan penerbangan. Aku ingin mendirikan perusahaan penerbangan,” kata Xander suatu malam, suaranya penuh tekad, meluncur lembut ke udara.Dia duduk santai di teras apartemennya yang megah, menikmati angin malam, ditemani Grace Song yang setia di sisinya sebagai tangan kanan.“Perusahaan penerbangan, Tuan Xander?” Grace Song mengangkat alis, terdengar skeptis. “Bukankah pasar sudah cukup jenuh dengan perusahaan semacam itu? Dan… bukankah ini berarti Anda akan bertentangan dengan Nona Clara?”Grace menggulirkan informasi yang ia tahu tentang hubungan rumit antara Xander dan Clara. Kedua orang itu jelas saling tertarik, tapi belum ada yang berani mengungkapkan perasaan.Grace tersenyum sambil melirik barista pribadi yang sed

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Dolphin Bakery.

    Beberapa bulan setelahnya, di kawasan supermall yang terletak di wilayah timur Jatavia, sebuah toko kue baru saja dibuka.Toko itu berdiri kokoh di antara butik-butik mewah dan gerai-gerai kelas atas yang mengelilinginya, seolah menjadi simbol kedatangan sesuatu yang tak terbendung—sebuah lambang status dan kemewahan baru di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur.Nama toko itu adalah Dolphin Bakery, dan hari itu, sang pemilik merayakan peresmian dengan acara yang sederhana, namun memiliki makna yang dalam dan penuh sentuhan pribadi.Walaupun undangannya terbatas, suasana yang tercipta terasa sangat akrab dan hangat.Seolah, segenap kebahagiaan yang ada mengalir begitu bebas di ruang yang penuh dengan tawa dan suara riang, menciptakan atmosfer yang tidak bisa dihalangi oleh apapun.“Selamat atas dibukanya Dolphin Bakery!” Xander berkata sambil mengulurkan tangan, senyumnya lebar ketika ia menjabat tangan Ibu Mary yang sudah sangat tua.Wajah wanita itu tampak berkaca-kaca, mata

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sandy Yang Apes.

    Setelah semua pihak terdiam oleh ancaman tegas Tuan William Tjiang, suasana di ruangan itu menjadi sunyi.Darmawan Tjiang dan Felicia anaknya bersiap meninggalkan kantor, langkah mereka terdengar berat di lantai marmer. Namun, suara Xander memecah kesunyian itu.“Tunggu. Jangan pergi dulu,” ucapnya sambil berdiri tegap, sorot matanya tajam namun tetap tenang.Felicia berhenti, berbalik dengan wajah masam. “Ada apa lagi?” tanyanya dengan nada ketus. “Bukankah tujuanmu sudah tercapai? Panti asuhan itu selamat. Apa lagi yang kamu inginkan?”Wajahnya mencerminkan kejengkelan.Sementara Darmawan Tjiang berdiri dengan sikap hati-hati.Matanya sesekali melirik Xander, seolah mencoba menilai langkah apa yang mungkin dilakukan pria itu. Ia tahu, tindakan sembrono hanya akan memperburuk situasi.“Kalian perlu melihat ini,” kata Xander. Tanpa ragu, ia melemparkan setumpuk file tebal ke meja. Bunyi keras itu menarik perhatian semua orang di ruangan.“Aku pikir kalian mendukung orang yang salah,”

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sebuah Kejutan Untuk Sandy.

    Sandy Setiawan duduk menunggu keputusan rapat singkat di ruang pertemuan Tuan Tua, dengan dada berdebar.Ia bahkan tidak merasa sakit hati saat William Tjiang mengusirnya dari kantor pribadi Tuan Tua beberapa waktu lalu.Ia sudah terbiasa dengan sikap orang-orang yang merasa diri penting.Sandy tahu, keputusan yang diambil di dalam ruangan itu akan sangat menentukan masa depan bisnis Setiawan Corporation. Namun bagi Sandy, yang lebih penting adalah keuntungan untuk dirinya sendiri.Ia merenung, pikirannya melayang ke tanah panti asuhan yang hampir 2000 meter persegi itu. "Bayangkan berapa banyak yang bisa aku dapatkan jika panti asuhan bobrok itu tergusur...," pikirnya, semakin membayangkan potensi keuntungan yang menggiurkan.Selama ini, Sandy sudah mengeruk untung sampai tujuh puluh persen dalam setiap transaksi pembebasan tanah dan bangunan di lokasi supermall Tjiang Global.Setiap mark-up harga ia habiskan untuk berfoya-foya. Itu adalah cara dia menjalani hidup—dengan segala kesen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status