Home / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Branch Manager Grace.

Share

Branch Manager Grace.

Berada di dalam ruang nyaman berpenyejuk udara, ditambah aroma lavender dari aromaterapi, Xander berdiri agak canggung di depan pintu kantor. Sebuah lukisan ikan berenang menjadi latar belakang kursi tempat duduk dan meja besar dari jati, dengan dua kursi di depannya.

Dalam hati, Xander bertanya-tanya, “Siapa sosok perempuan berwibawa ini?”

Belum juga ia selesai memindai seisi ruangan yang terlihat luks itu, suara perempuan itu terdengar lagi. “Tuan Xander Sanjaya? Silakan duduk,” kata perempuan berkacamata itu terdengar ramah.

Perempuan itu menunjuk sofa dengan telapak tangan tanda sopan santun, meminta Xander duduk di sofa tebal dan empuk, sementara dia sendiri akan memilih duduk di kursi sofa lain, di seberang. Dia menunggu sampai Xander duduk di sofa empuk tersebut, barulah duduk dengan hat-hati, tiap gerak-geriknya terlihat elegan.

“Perkenalkan. Namaku Grace Song. Aku Branch Manager Bank Central Halilintar.”

“Maafkan aku, Ibu Grace... Sebenarnya aku bertanya-tanya. Ada masalah apa sebenarnya dipanggil dan bicara empat mata dengan Branch Manager Bank Central Halilintar?” Xander berbicara dengan suara bergetar. Ekspresi wajahnya terlihat muram.

“Aku bukan seorang pemain judi online. Aku seorang barista di kafe kecil bernama Gorillas Kafe. Ini nomor telepon yang dapat Anda konfirmasi tentang diri saya yang sebenarnya...”

Xander berbicara terburu-buru. Napasnya memburu. Ia sangat ketakutan. Sangkanya, keberadaannya di ruang Branch Manager bank adalah sehubungan dengan tuduhan Lidia, sang Customer Service, bahwa dia terlibat judi online.

“Kehidupanku sederhana, punya uang secukupnya. Mana mungkin punya uang berlebihan untuk bermain judi online? Tolonglah jangan persulit saya,” meskipun berusaha bicara tenang, suara Xander tetap terdengar gemetar. Bagaimana tidak? Jika ia dijebloskan ke dalam penjara, karirnya akan hancur. Dunia seakan-akan tamat baginya. Sudah hidup pas-pasan, ia juga diselingkuhi isteri yang tak pernah disentuh sejak menikah.

Melihat Xander yang bicara dengan suara gemetar dan ketakutan, wajah Grace Song berubah.

“Penjudi online? Akan menahan Anda? Siapa yang bilang?” kata Grace Song dengan raut wajah keheranan.

“Customer service Anda - Nona Lidia. Dia bilang, karena tidak bisa mencetak buku tabunganku karena ada kode tertentu di layar komputer, rekeningku sudah diblokir oleh pihak bank. Sebentar lagi akan melapor kepada pihak berwajib, dan aku harus membuat klarifikasi tentang ini.” Suara Xander semakin lama semakin lancar. Dia menceritakan dengan detail setiap perbuatan Lidia yang mengintimidasi dan membuatnya ketakutan.

“Tolong jangan laporkan aku kepada yang berwajib, Ibu Grace... aku berani bersumpah, aku seorang pria biasa yang sederhana.”

Melihat ada kesalahpahaman, dengan cepat Grace Song langsung mengamankan situasi.

“Justru aku sibuk mencari-cari Anda, Tuan Xander.” Grace menghela napas dalam-dalam.

“Rekening Anda baru saja di up grade. Anda Ada kesalahan di sistem kami, yang tak dapatmengenali siapa orangkaya sesungguhnya.” Grace Song berbicara cepat, “ Dan maafkan aku yang bodoh ini, tidak menyadari kalau anda sesungguhnya nasabah utama yang pantas di sebut VVIP.”

NGING

Xander merasa telinganya berdenging. Ia seolah-olah melihat Grace Song berbicara, namun tidak mendengarnya.

“Saldo rekening Anda sekarang adalah satu kuadriliun. Dan rekening Anda sudah bukan lagi Tabungan Ekonomi, melainkan kami pindahkan ke tabungan khusus pelanggan kelas atas, dan Anda memegang Black Card, kartu tertinggi di bank kami. Hanya ada tiga orang saat ini yang memegang kartu Black Card. Anda salah satunya...”

Xander memegang Black Card itu dengan tatapan nanar. Ia tak mengerti apa itu Black Card. Namun, dengan sabar Grace Song menjelaskan padanya hingga ia memahami fungsi dan manfaat kartu di tangannya.

“Jadi, Anda bisa membeli apa pun di dunia ini dengan Black Card itu!” Grace Song menegaskan sekali lagi, berharap Xander memahami semua yang baru saja ia jelaskan.

Kemudian, sambil mengangkat telepon di meja kayu jati itu, Grace Song berkata sekali lagi. Namun, nada suaranya kali ini terdengar dingin ketika memutar nomor tertentu di telepon di mejanya.

“Sekarang, mari kita jernihkan masalah Anda, Tuan Xander. Aku tak ingin seorang pelanggan super VVIP dari Bank Central Halilintar kami diperlakukan kasar oleh customer service.”

Xander menatap dengan bingung. Dia tak mengerti apa maksud Grace Song. Namun, dari nada suara yang dingin itu, ia mendengar Grace Song berkata dengan nada tegas...

“Customer service magang, Lidia? Naik ke ruangan saya. Ada yang harus kita jernihkan masalahnya...”

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status