"Pak, apa maksud anda?" Ibu tidak mengira orang yang mereka bicarakan akhirnya muncul disini. Ibu pikir ayahnya Odelyn masih menemani Odelyn di ruangannya bersama sang istri."Saya gak tahu dosa apa yang saya perbuat hingga akhirnya anak saya berakhir ke tangan pria seperti ini. Saya memang tidak tahu lagi kebohongan apa yang kalian punya tapi saya tidak peduli. Saya juga tidak ingin tahu kebohongan apa itu karena yang terpenting bagi saya adalah menjauhkan anak saya dari kamu! Setelah urusan kelahiran cucu saya sudah selesai maka keluarga kami juga akan mengurus perceraian Odelyn dengan Michael." Tangan ayah mengepal kuat sebagai bukti betapa marahnya ayah saat ini.Ibu yang melihat betapa kacaunya situasi ini sudah kehabisan akal untuk mengatasi situasi ini. Kekacauan ini sudah terlampau jauh untuk diatasi."Walaupun ayah—""TUTUP MULUT KAMU! Siapa yang kamu panggil ayah itu, hah?! Kalau memang kamu menganggap saya sebagai ayah, setidaknya jika kamu tidak menganggap saya sebagai aya
"Kamu beneran setuju?" Odelyn akhirnya sudah diperbolehkan untuk pulang dan saat ini dia sedang berada di rumah orang tuanya. Michael yang saat ini ada di kamar yang sama bersama Odelyn telah bersusah payah meminta izin pada orang tua Odelyn untuk diizinkan mengobrol dengan Odelyn."Iya." Odelyn menjawab dengan singkat dan lirih. Saat ini pun bahkan Odelyn belum bisa mengurus dan merawat anaknya dengan baik. Anak itu butuh waktu yang lama di rumah sakit sampai akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Kelahiran prematur lah yang membuat anaknya membutuhkan waktu selama itu untuk berada di rumah sakit. Sekarang pun saat Odelyn pikir dirinya bisa beristirahat dengan tenang ternyata masih ada urusan yang harus diselesaikan. Urusan rumah tangganya bersama Michael."Ayah bilang apa ke kamu? Kenapa kamu langsung setuju untuk bercerai?" Michael bertanya dengan hati-hati kepada Odelyn. Persetujuan Odelyn untuk bercerai sungguh berada di luar dugaan Michael. Michael pikir Odelyn masih akan memikir
Rumah ini hampa. Harusnya hari ini Michael dan Odelyn disibukkan dengan aktivitas baru mereka sebagai orang tua baru. Namun kenyataan yang ada justru jauh berbeda dengan keinginan Michael. Yang tersisa disini hanyalah Michael dan kenangan hubungan pernikahannya saja. Odelyn telah benar-benar pergi dari rumah ini, pergi meninggalkan kenangan yang sudah mereka bangun selama bertahun-tahun. Sebenarnya ibu sudah menyuruh Michael untuk tinggal saja dulu di rumah sedangkan rumahnya bersama Odelyn biarkan saja kosong dahulu sampai mereka punya rencana ingin melakukan apa dengan rumah tersebut. Namun Michael menolak. Yang Michael inginkan hanyalah tetap beristirahat saja disini untuk menikmati kenangan yang tak akan bisa diulangi kembali."Michael, ini ibu. Tolong bukain pintunya dong." Suara pintu depan rumah diketuk oleh ibu. Saat Michael melihat jam di tangannya dia merasa heran karena ibu datang ke rumah ini jam sembilan malam. Untuk apa ibu datang ke rumah ini di waktu selarut ini?"Nak,
Kecanggungan ini benar-benar tidak pernah dibayangkan oleh Odelyn. Odelyn tidak paham mengapa rasanya canggung sekali berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Michael. "Jadi berkas perceraiannya sudah diberikan ke pengadilan?" Wajah Michael terlihat baik-baik saja di mata Odelyn. Odelyn sangat bersyukur mengetahui bahwa perceraian ini tidak berdampak terlalu besar pada Michael."Sudah. Kemarin ayah yang ngasih berkasnya ke pengadilan. Aku di rumah lagi belajar caranya ngurus anak. Mengurus anak ternyata sulit banget ya." Odelyn tertawa kecil. Bayi yang seringkali menangis apalagi di malam hari. Belum lagi Odelyn harus bisa mengganti popok bayinya, menyusui bayinya juga, dan bahkan mendengar suara tangisan bayinya. Semua itu benar-benar baru untuk Odelyn dan cukup sulit. Tapi ketika Odelyn mendengar tawa bayinya atau melihat bayinya yang tidur pulas, hati Odelyn benar-benar terasa sejuk."Sulit karena kamu baru pertama kalinya jadi orang tua." Michael merasakan kepedihan yang ama
"Kamu sudah paham caranya Odelyn?" Mama bertanya pada Odelyn yang sedari tadi memerhatikan dirinya yang memakaikan popok pada anak Odelyn."Sudah paham, ma. Tapi aku tetap ngerasa aneh gitu." Odelyn bingung bagaimana cara menjelaskan perasaannya mengenai mengganti popok ini. Yang jelas Odelyn merasa aneh ketika dirinya harus mengganti popok yang kotor itu. Tapi disaat yang bersamaan Odelyn juga merasa antusias."Merasa aneh itu wajar saja. Yang gak wajar itu ketika karena kamu merasa aneh kamu gak mau untuk mencoba. Dia adalah anak kamu jadi sudah seharusnya kamu berperan dalam merawatnya kan." Mama terlihat pengertian ketika menanggapi Odelyn yang merasa canggung dan tidak biasa dengan situasi mengganti popok ini."Kalau begitu yang jelas aku harus terus belajar ya, ma?" Entahlah. Saat ini yang jelas Odelyn merasa seperti anak yang baru belajar sesuatu. Yah memang benar sih Odelyn adalah anak mamanya."Iya dong. Kamu harus terus belajar sampai akhirnya bisa merawat anak kamu." "Ma,
"Siapa nama bayi ini?" Odelyn memandangi wajah anaknya yang terlihat sangat lucu. Anak perempuan ini belum punya nama karena Odelyn tak kunjung menemukan nama yang tepat untuk putrinya."Lariesa?" Michael memberikan ide nama itu. Kedatangan Michael ke rumah ini sebenarnya sangat ditentang oleh orang tua Odelyn. Tapi Michael tidak punya pilihan lain selain datang ke rumah ini secara rutin. Kalau ingin memastikan hubungannya dengan Odelyn bisa berjalan dengan lancar tentu saja Michael harus berusaha sekuat tenaga walaupun cercaan dan makian akan selalu mengiringi dirinya."Jangan deh. Aku kurang suka sama namanya karena terlalu apa ya? Terlalu kedengaran kayak nama bangsawan?" Odelyn merasa keberatan dengan nama yang diajukan oleh Michael."Kalau gitu kamu punya saran nama lain?" Berdiskusi soal nama anak seperti ini rupanya sangat menyenangkan. Michael benar-benar bertekad untuk bisa mempertahankan hubungan ini agar tidak sampai kepada perceraian."Kalau—" Ucapan Odelyn tidak selesai k
"Ayah?" Odelyn menatap ayah dengan tidak percaya. Bagaimana mungkin ayah bisa menampar dirinya sendiri?"Kalau kamu gak mau keluar sekarang juga maka saya akan terus melakukan ini." Suara ayah terdengar sangat marah dan perintah dalam kalimatnya itu terdengar mutlak.PLAK, PLAK, PLAK."Ayah, stop!" Odelyn berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan tangan ayah yah tak hentinya menampar dirinya sendiri."Aku mohon stop ayah." Odelyn menangis tersedu-sedu sambil memohon di kaki ayahnya.Michael yang menghadapi situasi ini langsung tahu bahwa kebencian ayah Odelyn pada dirinya sudah mendarah daging.Disaat Odelyn berusaha keras menghentikan ayahnya dan Michael yang hanya terdiam sambil berdiri, mama tiba-tiba datang karena mendengar ada keributan."Ada apa—Ayah?! AYAH, STOP!" Mama segera berusaha menghentikan ayah yang tak henti-hentinya menampar dirinya sendiri. Padahal Odelyn dan mama sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan ayah tapi rasanya ayah sulit sekali untuk dihentikan."K
"Apa?" Wah, apa Odelyn salah dengar? Bisa-bisanya Rega bilang dia ingin melihat anak Odelyn. Odelyn merasa hubungan mereka belum seakrab itu sampai-sampai Rega merasa berhak untuk melihat wajah anak Odelyn."Anak aku masih bayi jadi belum bisa ketemu orang luar." Odelyn menekankan pada kata orang luar. Entah mengapa Odelyn bersikap defensif pada Rega. Rega adalah orang yang harus diwaspadai oleh Odelyn."Ya ampun, Odelyn. Orang luar kata kamu? Aku ini teman masa kecil kamu lho." Wajah Rega yang tengil mulai terlihat pada penglihatan Odelyn. Odelyn yang mendapati tingkah tengil Rega yang seperti itu langsung merasa geli. Seingat Odelyn, Rega bukanlah orang yang seperti ini. Lalu kenapa sekarang Rega jadi seperti ini? Apakah sebenarnya Rega tahu bahwa dirinya sedang didekatkan dengan Odelyn?"Rega, aku mohon jangan begitu ya. Kita memang teman masa kecil dan aku menghargai kenangan itu. Tapi aku rasa kita gak sedekat itu sebagai teman masa kecil dan buatku siapapun yang bukan anggota ke
"Ya ampun, Maura! Kamu kenapa lagi ini?!" Odelyn terkejut melihat penampilan Maura yang jauh dari kata bersih dan rapi. Sebenarnya Maura pergi kemana lagi dan apa yang dia lakukan sampai penampilannya bisa sehancur itu?"Maaf, mama. Aku tuh beneran gak sengaja tahu. Aku gak mengira kalau akan jadi seperti ini." Maura seakan meminta belas kasihan dari Odelyn. "Kamu jatuh dimana lagi ini? Mama benar-benar gak habis pikir deh dengan kamu." Odelyn sudah memastikan bahwa Maura sudah dalam kondisi yang layak ketika berangkat sekolah. Odelyn tentunya berharap Maura juga akan pulang dengan keadaan yang sama. Tapi apa ini? Kenapa malah seperti ini jadinya? "Tadi aku gak sengaja deh, ma. Aku serius ini. Lagipula siapa sih yang pengen jatuh. Aku rasa gak ada yang pengen jatuh deh. Aku ini umurnya 17 tahun, ya kali aku sengaja jatuh. Itu namanya tindakan yang gak dewasa kan." Maura kesal karena di tengah kondisinya yang sedang luka seperti ini pun Odelyn seperti menyalahkan dirinya. Padahal ka
Michael dan Odelyn yang mendengar hal seperti itu jelas langsung terguncang. Maura mengalami hal mengerikan seperti itu di luaran sana dan Michael serta Odelyn malah tidak tahu apa-apa. Mereka berdua merasa tidak becus sebagai orang tua. Harusnya tidak boleh seperti ini. "Sayang, kamu gak perlu denger omongannya Helena. Orang yang mempunyai kesalahan memang bisa masuk penjara. Tapi kamu gak ada kesalahan apapun lho. Kamu gak perlu takut masuk penjara karena Helena pun gak punya hak untuk menakut-nakuti kamu masuk penjara. Mama harap Maura paham akan hal itu ya. Yang Maura perlu tahu adalah memang benar bahwa orang tuanya mama tinggal di tempat yang jauh tapi memang belum bisa menemui kita. Orang tuanya mama masih punya urusan yang masih harus diselesaikan. Kalau Helena menanyakan soal hal ini kamu bilang saja bahwa mama dan ayah gak ngasih tahu apa-apa. Kamu paham kan maksudnya mama?" Odelyn berusaha keras untuk tidak menangis di hadapan Maura. Saat ini hati Odelyn benar-benar hancur
Odelyn sampai jatuh terjerembab karena terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. Sialnya suara itu adalah suara yang tidak ingin didengar oleh Odelyn untuk saat ini. "Sayang, kamu kok sudah bangun? Ayo mama antar ke kamar lagi ya untuk tidur." Odelyn memilih untuk berlagak tidak terjadi apa-apa di depan Maura. Saat ini jantung Odelyn benar-benar berdegup dengan kencang. Michael yang tahu bahwa kondisi saat ini benar-benar tidak kondusif langsung berusaha untuk menenangkan Maura. "Nak, ayo kita ke dalam kamar dulu ya. Ini sudah malam jadi harusnya kamu sudah tidur bukannya malah berkeliaran begini." Michael juga sama terkejutnya dengan Odelyn saat Maura tiba-tiba ada disini. Barangkali Maura sudah mendengar semua pembicaraan tapi langsung tertarik di poin soal penjara. Sungguh Michael pun sampai sulit untuk berkata-kata. Saat ini yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana bisa mengalihkan perhatian Maura. Kalau diperlukan adalah bagaimana cara membuat Maura lupa akan apa yang di
Odelyn terdiam sambil menatap dengan mata yang membesar ke arah Maura. Anak ini tahu kata penjara dari mana? Dari mana dia bisa punya spekulasi bahwa tempat yang jauh itu adalah penjara? "Penjara? Kamu kok bisa nebak gitu sih, sayang? Mama jadi takut deh kamu ngomong kayak gitu." Odelyn mencoba bercanda kepada Maura. Odelyn sangat takut tapi dia harus menyembunyikan ketakutan itu dengan baik. Pokoknya Maura tidak boleh mencurigai apapun dari Odelyn. "Loh tapi katanya Helena dulu memang keluarga ayah dan mama gak akur tuh. Nah karena gak akur itu makanya orang tuanya mama masuk penjara. Aku tuh bingung deh kenapa orang gak akur bisa sampai masuk penjara. Makanya aku nanya ke mama soal kemana orang tuanya mama. Aku tuh penasaran aja deh soalnya Helena bilang gitu. Tapi mama kok mama malah menghindar terus. Aku jadi bingung deh." Wajah Maura terlihat seperti orang yang diombang-ambing oleh kenyataan yang ada. Pada dasarnya yang terjadi adalah adalah fakta bahwa memang benar orang tuany
Odelyn sudah sering mendapatkan pertanyaan yang tidak menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya. Tapi baru kali ini Odelyn mendapatkan pertanyaan yang tidak hanya tidak menyenangkan namun juga mengerikan. Bagaimana Odelyn akan menjawab pertanyaan semacam ini? Odelyn benar-benar kehilangan akal. "Tumben banget kamu nanyain orang tuanya mama." Odelyn menjawab dengan santai dan nada bicara yang bercanda. Tapi siapapun tahu bahwa detak jantung yang kencang ini bukanlah candaan. Saat ini Odelyn benar-benar merasa tidak nyaman. Saat ini Odelyn benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana. "Soalnya kalau aku main di rumah Helena tuh pasti orang tua mamanya ada lho. Sebutannya itu kakek dan nenek ya kan. Nah kalau orang tua ayah kan memang sudah meninggal. Tapi kalau orang tua mama kemana? Aku kok gak pernah tahu apa-apa tentang mereka." Wajah Maura benar-benar menunjukkan betapa besar rasa penasarannya saat ini. Odelyn sampai tidak mengerti lagi harus menjawab apa. Odelyn tidak tahu bagai
"Bukannya mama sudah bilang untuk hati-hati ya. Ini kamu sampai lecet begini lho." Odelyn tidak bisa tidak mengomel ketika melihat lutut dan pergelangan kaki Maura dipenuhi dengan luka lecet. "Ma, tolong obatin aku dulu dong. Aku nih sakit lho." Maura rupanya bisa mencari celah agar tidak terlalu dimarahi oleh Odelyn. Lihatlah sekarang bagaimana cara dia berkilah. Sungguh Odelyn tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah begini. "Iya sini mama obatin. Kamu gak minta mama obatin pun pasti bakal mama obatin kok. Mama tuh cuma gak tega lihat kamu begini. Lagipula kamu tuh sudah 10 tahun lho, Maura. Harusnya kan kamu tahu gimana untuk berhati-hati. Tapi lihat nih kamu sekarang." Odelyn sudah berusaha keras kok untuk tidak terlalu mengomeli Maura. Tapi apalah datanya saat ini. Odelyn terlalu gemas dengan Maura yang seringkali tidak mengerti bahwa bahaya itu pasti bisa menjemput jika tidak berhati-hati. Ah, tapi sudahlah. Saat ini Odelyn tidak mau mengomel terlalu banyak. Bisa-bisa nanti Maur
Tentu saja Odelyn mulai memahami bahwa saat ini Michael bukan hanya sekedar merasa takut atau tidak tenang karena kematian orang tuanya di rumah ini. Rumah ini menyimpan banyak kenangan entah kenangan yang buruk atau yang baik. Sayangnya kenangan yang baik itu tidak bisa menutupi kenangan yang buruk. Apalagi salah satu penyumbang kenangan buruk itu adalah orang yang baru saja meninggal dunia karena kejadian yang mengerikan. "Kenapa kita gak tinggal di rumah yang lama saja, Michael? Maksudnya daripada kita harus survei rumah dan melakukan hal-hal lain yang merepotkan terkait pembelian rumah ini." Odelyn bisa melihat bahwa Michael terlalu bersikeras agar mereka bisa pindah rumah tapi tidak di rumah lama mereka. Michael ingin pindah ke rumah lain pokoknya. "Kamu tahu sendiri kan kalau sekarang kita sudah punya anak. Kalau tetap di rumah itu tentu saja tidak bagus dong. Rumah itu terlalu sempit untuk Maura yang aktif bergerak kesana kemari. Aku gak mau gerak Maura jadi terbatas karena r
Odelyn pikir ketika suatu saat dia mendengar kabar bahwa orang tua Edelyn meninggal, dia akan kegirangan. Pada kenyataannya adalah Odelyn justru tidak merasakan apapun. Rasanya kosong dan hampa. Ini benar-benar tidak ada artinya. Odelyn jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ini akhir yang dia inginkan? Bukankah kematian orang tua Edelyn sudah selayaknya dirayakan?"Mbak, kamu kok bisa dapat info soal kematian mereka?" Odelyn tidak paham sejauh apa pengasuh Maura tahu mengenai hubungan buruk antara keluarga ini dengan orang tua Edelyn. Tapi sepertinya melihat dari bagaimana pengasuh Maura itu memberitahukan hal tersebut kepada Odelyn dan Michael, pengasuh Maura kelihatan bahagia. Apakah ini hanyalah asumsi Odelyn yang tidak berdasar? Ah, entahlah. Odelyn juga malas jika harus memikirkan hal yang tidak penting seperti itu."Dari teman saya yang kebetulan kerja dekat sana, bu. Tetangga itu pada kenal ke mereka itu sebatas mereka orang tua Edelyn. Gak ada yang tahu nama mereka
Hidup Odelyn dan Michael perlahan-lahan benar-benar tertata ke arah yang mereka inginkan. Sekarang ini hanya ada kebahagiaan dan itu jelas membuat mereka berdua bahagia. Ah, bahkan bahagia saja tidak cukup untuk menggambarkan betapa leganya mereka saat ini. Ah, memang benar ya bahwa kesedihan ataupun kebahagiaan itu tidak ada yang permanen. Ini semua adalah tentang bagaimana cara mereka bertahan."Odelyn, menurut kamu apa rumah ini terlalu besar untuk kita tempati? Kamu mau rumah yang lebih kecil atau tetap disini saja?" Saat ini Odelyn dan Michael sedang bersantai. Ah, Michael perlu waktu yang cukup lama untuk bisa bersantai dengan tenang seperti ini sejak kematian ibu. Sekarang sudah tiga tahun semenjak kematian ibu."Kamu tiba-tiba nanya begitu kok aneh banget sih. Bukannya disini saja sudah nyaman ya. Buat apa harus pindah rumah. Yang ada nanti malah boros karena uang yang ada malah untuk biaya rumah." Odelyn merasa aneh karena Michael kan bukan orang yang boros. Lalu mengapa seka